Disusun Oleh:
Netik Suminar (G0C215002)
1
spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan
penyimpanan spesimen.
Untuk menjaga ketepatan dan keakuratan diantaranya dengan menerapkan
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). HACCP merupakan sistem
yang dapat menjamin keamanan produk biasa diterapkan dalam industri pangan
namun HACCP juga dapat diterapkan di laboratorium, sistem ini bekerja secara
proaktif, yaitu mengantisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan yang
mengutamakan tindakan pencegahan.
Laboratorium merupakan instansi yang paling rentan terhadap kesalahan,
dan dapat merugikan orang lain. Oleh karena itu penulis melakukan pengamatan
penerapan HACCP di Laboratorium Klinik Accudi
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan HACCP (Hazzard Analysis Critical Control
Point) pada proses pra analitik sampai pasca analitik di Laboratorium Klinik
Accudi pada pemeriksaan asam urat.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis permasalahan penerapan HACCP di laboratorium.
b. Mengidentifikasi jenis bahaya dan cara pencegahan.
c. Menganalisis risiko bahaya dan kategori risiko bahaya.
d. Menetapkan Critical Control Point (CCP) atau batas kritis.
e. Mampu melakukan penerapan HACCP di laboratorium.
f. Menganalisis hasil penerapan HACCP.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Kegunaan HACCP
Mencegah dan mengendalikan timbulnya bahaya pada tahapan proses
dilaboratorium, serta menjamin keakuratan hasil laboratorium dengan
3
pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan
jaminan dalam menghasilkan hasil yang tepat dan akurat.
4. Prinsip
HACCP merupakan suatu pendekatan sistemik untuk menjamin
keamanan produk termasuk kekauratan hasil laboratorium , terdiri dari
tujuh prinsip, yaitu:
a. Mengidentifikasi bahaya dan penetapan resiko
b. Penetapan CCP (Critical Control Point)
c. Penetapan limit/ batas kritis
d. Pemantauan CCP
e. Tindakan koreksi terhadap penyimpangan
f. Verifikasi
g. Dokumentasi
4
pemantauan konsentrasi dan intensitas secara kuantitatif saja tidak cukup,
karena pengaruhnya terhadap kesehatan dipengaruhi oleh faktor lain itu.
Faktor tersebut perlu dipertimbangkan untuk menilai potensial faktor
risiko (bahaya/hazards) yang dapat menjadi nyata dalam situasi tertentu.
Risiko adalah probabilitas suatu bahaya menjadi nyata, yang ditentukan
oleh frekuensi dan durasi pajanan, aktivitas kerja, serta upaya yang telah
dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan. Termasuk
yang perlu diperhatikan juga adalah perilaku bekerja, higiene perorangan,
serta kebiasaan selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko gangguan
kesehatan.
Karakterisasi Risiko
Tujuan langkah karakterisasi risiko adalah mengevaluasi besaran
(magnitude) risiko kesehatan baik pada analis maupun pada pasien.
Karakterisasi risiko dimulai dengan mengintegrasikan informasi tentang
bahaya yang teridentifikasi (efek gangguan) dengan perkiraan atau
pengukuran intensitas/konsentrasi pajanan bahaya dan status kesehatan
pekerja.
Penilaian Risiko
Rincian langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam penilaian risiko
meliputi :
1. Menentukan personil penilai
Penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh
petugas lain diluar perusahaan yang berkompeten baik dalam
pengetahuan, kewenangan maupun kemampuan lainnya yang
berkaitan. Tergantung dari kebutuhan, pada tempat kerja yang luas,
personil penilai dapat merupakan suatu tim yang terdiri dari beberapa
orang.
2. Menentukan obyek/bagian yang akan dinilai
5
Obyek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut bagian/
departemen, jenis pekerjaan, proses pemeriksaan dan sebagainya.
Penentuan obyek ini sangat membantu dalam sistematika kerja
penilai.
3. Kunjungan / Inspeksi tempat kerja
Kegiatan ini dapat dimulai melalui suatu walk through survey/
Inspection yang bersifat umum sampai kepada inspeksi yang lebih
detail. Dalam kegiatan ini prinsip utamanya adalah melihat, mendengar
dan mencatat semua keadaan di tempat kerja baik mengenai bagian
kegiatan, proses, bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan, cara
kerja, teknologi pengendalian, alat pelindung diri dan hal lain yang
terkait.
4. Identifikasi potensi bahaya
Berbagai cara dapat dilakukan guna mengidentifikasi potensi bahaya di
laboratorium, misalnya melalui : inspeksi / survei tempat kerja rutin,
informasi mengenai data kecelakaan kerja dan penyakit, absensi,
laporan dari (panitia pengawas Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
P2K3, supervisor atau keluhan pekerja, lembar data keselamatan bahan
(material safety data sheet) dan lain sebagainya. Selanjutnya
diperlukan analisis dan penilaian terhadap potensi bahaya tersebut
untuk memprediksi langkah atau tindakan selanjutnya terutama pada
kemungkinan potensi bahaya tersebut menjadi suatu risiko.
5. Mencari informasi / data potensi bahaya
Upaya ini dapat dilakukan misalnya melalui kepustakaan, petunjuk
teknis, standar, pengalaman atau informasi lain yang relevan.
6. Analisis Risiko
Dalam kegiatan ini, semua jenis resiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat
keparahan, frekuensi kejadian, cara pencegahannya, atau rencana
tindakan untuk mengatasi risiko tersebut dibahas secara rinci dan
dicatat selengkap mungkin. Ketidaksempurnaan dapat juga terjadi,
namun melalui upaya sitematik, perbaikan senantiasa akan diperoleh.
6
7. Evaluasi risiko
Memprediksi tingkat risiko melalui evaluasi yang akurat merupakan
langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian risiko.
Kualifikasi dan kuantifikasi risiko, dikembangkan dalam proses
tersebut. Konsultasi dan nasehat dari para ahli seringkali dibutuhkan
pada tahap analisis dan evaluasi risiko.
8. Menentukan langkah pengendalian
Apabila dari hasil evaluasi menunjukan adanya risiko membahayakan
bagi kelangsungan kerja maupun kesehatan dan keselamatan pekerja
maupun pasien perlu ditentukan langkah pengendalian yang dipilih
dari berbagai cara seperti : Apabila dari hasil evaluasi menunjukan
adanya risiko membahayakan bagi kelangsungan kerja maupun
kesehatan dan keselamatan pekerja perlu ditentukan langkah
pengendalian yang dipilih dari berbagai cara seperti :
a Memilih teknologi pengendalian seperti eliminasi, substitusi,
isolasi, engineering control, pengendalian administratif, pelindung
peralatan/mesin atau pelindung diri.
b Menyusun program pelatihan guna meningkatka pengetahuan dan
pemahaman berkaitan dengan risiko
c Menentukan upaya monitoring terhadap lingkungan / tempat
kerja.
d Menentukan perlu atau tidaknya survailans kesehatan kerja
melalui pengujian kesehatan berkala, pemantauan biomedik,
audiometri dan lain-lain.
e Menyelenggarakan prosedur tanggap darurat/ emergensi dan
pertolongan pertama sesuai dengan kebutuhan.
9. Menyusun pencatatan/ pelaporan
Seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penilaian risiko harus dicatat
dan disusun sebagai bahan pelaporan secara tertulis. Format yang
digunakan dapat disusun sesuai dengan kondisi yang ada.
10. Mengkaji ulang penelitian
7
Pengkajian ulang perlu senantiasa dilakukan dalam periode tertentu
atau bila terdapat perubahan dalam proses produksi, kemajuan
teknologi, pengembangan informasi terbaru dan sebagainya, guna
perbaikan berkelanjutan penilaian risiko tersebut.
8
dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui :
inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran
pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi
kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan
kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap;
daya acun bahan (toksisitas)
c. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit, virus, parasit yang terdapat
di udara yang berasal dari atau bersumber dari pasien maupun bahan
pemeriksaan.
d. Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai
dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan
pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang
tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak
sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara
manusia dan mesin.
e. Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan
yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti:
penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat,
kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi
dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya
latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang
tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya
tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
f. Potensi bahaya dari proses pemeriksaan, yaitu potensi bahaya yang
berasal atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan
dalam proses pemeriksaan, yang sangat bergantung dari: bahan dan
peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan.
9
Potensi bahaya keselamatan terdapat pada alat/mesin, serta bahan
yang digunakan dalam proses pemeriksaan.
Pemantauan
10
Kegiatan pemantauan mencakup: pemeriksaan apakah prosedur
penanganan dan pengolahan CCP dapat dikendalikan dengan baik.
Pengamatan terjadwal terhadap efektifitas suatu proses tujuan
pengendalian CCP dan batas kritisnya untuk memperoleh data dengan
tujuan menjamin batas kritis yang ditetapkan dapat menjamin keakuratan
hasil pemeriksaan.
Verifikasi
Verifikasi merupakan kegiatan evaluasi terhadap program atau rancangan
HACCP untuk membuktikan bahwa sistem HACCP yang diterapkan
bekerja secara efektif. Tujuannya untuk memeriksa apakah program
HACCP telah dilaksanakan sesuai dengan rancangan HACCP yang
ditetapkan masih efektif.
Dokumentasi
Tujuan dari sistem dokumentasi dalam program HACCP adalah untuk
mengarsipkan rancangan HACCP dengan cara menyusun catatan yang
teliti, rapi mengenai seluruh sistem dan penerapan HACCP dan
memudahkan pemeriksaan oleh instansi berwenang jika hasil yang
dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi pasien sehingga menyebabkan
kesalahan diagnosa dan terapi.
11
BAB III
PENERAPAN HACCP DI LABORATORIUM KLINIK ACCUDI PADA
PEMERIKSAAN ASAM URAT
12
Untuk pemeriksaan asam urat bahan pemeriksaan berupa serum.
Pengambilan darah dilakukan pada saat pasien puasa selama 12 14
jam.
Pengambilan darah dilakukan oleh tenaga analis kesehatan yang
mempunyai sertifikat phlebotomy atau perawat. Petugas phlebotomis
melakukan kegiatan phlebotomy sesuai dengan standar operasional
prosedur (SOP) dari pemakaian alat pelindung diri (APD) sampai
pengecekan ulang terhadap kesesuaian identitas sampel terhadap
pasien.
2. Analitik
a. Persiapan alat dan reagen
Setiap akan mengerjakan sampel alat dan reagen dilakukan
pengecekan terlebih dahulu serta pengerjaan kontrol.
Setiap hasil kontrol keuar dilakukan pendataan dan pengecekan
kesesuain hasil kontrol dengan range yang sudah ditentukan setelah
kontrol sesuai dengan range yang sudah ditentukan maka pengerjaan
sampel dapat dilakukan.
c. Penanganan sampel
Dalam pemeriksaan asam urat digunakan serum. Serum dihasilkan
dari darah beku sempurna yang sudah dicentrifugasi.
Darah membeku sempurna setelah 30 menit. Ketepatan waktu sampel
membeku dapat dilihat pada Vans dikomputer.
Pemisahan serum dengan darah beku juga menggunakan barcoding.
Kesesuaian serum dengan darah beku dilakukan krosceck oleh dua
orang sehingga menghindari kesalahan pemberian identitas sampel.
b. Pengerjaan sampel
Pengerjaan sampel harus mengguanakan Alat Pelindung Diri yang
sesuai. Pengerjaan sampel dilakukan sesuai Standar Operasional
Prosedur.
13
c. Setelah hasil print out dari alat keluar maka dilakukan dokumentasi
dengan ditempel pada kertas yang sudah disediakan dan hasil dapat
diinput ke dalam vans.
3. Pasca Analitik
a. Pengecekan hasil
Pengecekan hasil dilakukan oleh dua orang yang berbeda dengan
pencocokan antara data yang diinput di Vans dengan FPP dan hasil
print out dari alat.
b. Dokumentasi
Dokumentasi diikelompokan setiap hari terdiri dari FPP yang berisi
identitas pasien dan Print out hasil dari alat.
Selain itu segala proses dari pendaftaran sampai pengeluaran hasil
dapat terekam di Vans.
c. Penyerahan Hasil
Dilakukan pengecekan terlebih dahulu hasil diambil ke Laboratorium
atau dikirim sesuai kehendak pasien.
Pihak yang melakukan penyerahan hasil melakukan pengecekan
pelunasan pembayaran.
Setiap penyerahan hasil dilakukan dokumentasi dibuku pelayanan.
14
Kesalahan analisa terjadi namun dengan pengerjaan Quality
Control dapat mengurangi akibat kesalahan analisa sampel.
Bahaya kontaminasi fisik sangat besar di dalam proses analitik
karena terpapar langsung dengan bahan pemeriksaan. Bahaya yang
timbul dapat terjadi akibat aerosol yang terhidup maupun terhadap
reagen-reagen yang digunakan.
c. Pasca Analitik
Bahaya yang ditimbulkan ketika kesalahan input hasil yang dapat
mengakibatkan kesalahan diagnosa pada pasien.
2. Penentuan HACCP
a. Pra Analitik
Pendaftaran pasien menggunakan cara manual (dengan
pengisian form pernintaan pemeriksaan) dan pendaftaran
melalui sistem komputer (vans).
Proses pembayaran didokumentasikan melalui vans (setiap
petugas memiliki ID dan pasword masing masing)
Pemberian identitas sampel menggunakan sistem barcoding,
setelah sampel diambil dilakukan pengecekan antara
kesesuaian sampel dan identitas pasien terhadap pasien itu
sendiri.
Penanganan sampel mengenai ketepatan waktu dapat dilihat
melalui vans seperti waktu darah membeku sempurna selama
30 menit
d. Proses Analitik
Melakukan Quality Control untuk memantau kondisi alat
sehingga mengurangi kesalahan analisa sampel.
Melakukan maintenance dan kalibrasi alat
Menggunakan Alat Pelindung Diri
e. Pasca analitik
15
Penginputan hasil dan validasi dilakukan dengan orang yang
berbeda sehingga mengurangi kesalahan dalam penginputan
hasil.
Proses validasi dengan mencocokan kesesuain hasil yang
diinput di vans dengan FPP (identitas pasien dan jenis
pemeriksaan) dan hasil print out dari alat.
Dokumentasi dilakukan agar memudahkan dalam melihat
rekam medik pasien.
3. Penetapan batas kritis
Batas kritis ditetapkan jika alat keluar dari kontrol .
4. Pemantauan CCP
Dalam sistem HACCP, pemantauan atau monitoring didefinisikan
sebagai pengecekan bahwa suatu prosedur pemeriksaan dan
penanganan pada CCP dapat dikendalikan atau pengujian dan
pengamatan yang terjadwal terhadap efektivitas proses untuk
mengendalikan CCP dan limit kritisnya dalam menjamin
keakuratan hasil. Biasanya perlu juga dicantumkan frekuensi
pemantauan yang ditentukan berdasarkan pertimbangan praktis.
Lima macam pemantauan yang penting dilaksanakan antara lain:
pengamatan, evaluasi, sensorik, pengukuran sifat fisik, pengujian
kimia, pengujian mikrobiologi
5. Tindakan perbaikan
Perusahaan baru disarankan untuk menerapkan penggunaan APD
pada karyawannya serta melakukan pembersihan rutin terhadap
alat-alat proses produksi.
6. Verifikasi Sistem
Sistem verifikasi mencakup jaminan keakuratan hasil.
7. Dokumentasi
Penyimpanan data merupakan bagian penting pada HACCP.
Penyimpanan data dapat meyakinkan bahwa informasi yang
dikumpulkan selama instalasi, modikasi, dan operasi sistem akan
16
dapat diperoleh oleh siapa pun yang terlibat proses, juga dari
pihak luar (auditor). Penyimpanan data membantu meyakinkan
bahwa sistem tetap berkesinambungan dalam jangka panjang.
Data harus meliputi penjelasan bagaimana CCP
didefinisikan,pemberian prosedur pengendalian dan modifikasi
sistem, pemantauan, dan verifikasi data serta catatan
penyimpangan dari prosedur normal.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem
kontrol dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas
identifikasi titik-titik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi.
Laboratorium Klinik Accudi dalam pemeriksaan asam urat sebagian besar
sudah menerapkan prinsip HACCP. Namun belum secara sempurna
diterapkan.
3.2 Saran
Agar laboratorium menerapkan prinsip HACCP dari proses pra analitik
sampai pasca analitik, untuk mengurangi bahaya potensial baik bahaya fisik,
biologi maupun kimia maupun memepengaruhi keakuratan hasil, maka:
- Bekerja sesuai Standar Opersional Prosedur (SOP)
- Menerapkan K3 (Kesehatan Keselatan Kerja)
- Menjaga mutu laboratorium
18
DAFTAR PUSTAKA
http://ugiuntukgiziindonesia.blogspot.co.id/
http://nrkamri.blogspot.co.id/2012/10/identifikasi-faktor-bahaya-di-tempat.html
http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/03/asam-urat-serum.html
http://ahsyaf.blogspot.com/2014/01/haccp-plan-warisy-yogurt_13.html
http://masterrykurniawan.blogspot.co.id/2014_04_01_archive.html
19