Anda di halaman 1dari 11

I.

Topik :
1.1.Mengenal sistem koloid
1.2.Mengamati efek tyndall
1.3.Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid
1.4.Memperagakan pembuatan koloid

II. Tujuan :
2.1.Pratikum 1 (Mengenal sistem koloid)
1. Mengenal macam-macam dispersi koloid.
2. Mengenal larutan sejati, suspensi kasar, dan koloid.
3. Mengenal koloid dan contohnya.
2.2.Pratikum 2 (Mengamati efek tyndall)
1. Mempelajari sifat koloid, yaitu efek tyndall.
2.3.Pratikium 3 (Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid)
1. Mempelajari sifat koloid.
2.4.Pratikum 4 (Memperagakan pembuatan koloid)
1. Membedakan serta memahami pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi.

III. Alat & Bahan :


3.1.Alat :
Pada Pratikum 1 :
1. Gelas kimia
2. Kertas saring
3. Corong
4. Spatula kaca
Pada Pratikum 2 :
1. Gelas kimia
2. Lampu senter
3. Spatula kaca
Pada pratikum 3 :
1. Mangkok plastik
2. Pengaduk
3. Panci masak
4. Pemanas
Pada pratikum 4 :
1. Lumpang porselen dan alu
2. Gelas kimia 100 mL
3. Tabung reaksi dan rak
4. Pembakar spiritus
5. Pengaduk kaca
6. Kaki tiga dan kasa kawat
7. Gelas ukur 100 mL
8. Cawan porselen
9. Labu erlenmeyer
10. Pipet tetes
11. Neraca

3.2. Bahan :
Pada pratikum 1 :
1. Larutan gula
2. Larutan kopi
3. Larutan deterjen
4. Larutan susu
5. Larutan Urea
Pada pratikum 2 :
1. Larutan gula
2. Larutan kopi
3. Larutan deterjen
4. Larutan susu
5. Larutan Urea
Pada pratikum 3 :
1. Agar-agar
2. Air
3. Cuka (CH3COOH)
4. Susu cair
Pada pratikum 4 :
1. Gula pasir
2. Serbuk belerang
3. Agar-agar
4. Minyak makan
5. Larutan FeCl3 jenuh
6. Larutan sabun
7. Air suling

IV. Cara kerja :


4.1.Pratikum 1 :
1. Masing-masing gelas kimia diisi dengan 15 ml larutan gula, 15 ml susu cair, dan 15 ml
larutan kopi bubuk, dan dilakukan hal yang sama pada larutan yang lain.
2. Setelah beberapa menit, larutan tersebut di saring dan di tampung filtratnya dalam gelas
kimia yang kosong. Perubahan yang terjadi lalu diamati.
4.2.Pratikum 2 :
1. Isi gelas kimia masing-masing dengan 100 ml larutan gula, 100 ml susu cair, dan 100 ml
larutan kopi bubuk dan lakukan hal yang sama pada larutan yang lain..
2. Lalu senterlah larutan gula tersebut. Amati apa yang terlihat melalui lubang pengamatan.
3. Ulangi langkah 2 untuk susu cair, susu cair, dan campuran air dan kopi bubuk sebagai
pengganti larutan gula.
4.3.Pratikum 3 :
Percobaan A : Penggumpalan Sol Menjadi Gel karena Perubahan Suhu
1. Campurkan agar-agar dan air dalam panci masak. Aduk hingga mendidih ( sesuai petunjuk
pada bungkusnya ).
2. Tuangkan agar-agar cair yang panas (sol) ke dalam mangkok, dan biarkan dingin pada suhu
ruang.
3. Amati dan catat perubahan yang terjadi pada sol agar-agar.

Percobaan B : Penggumpalan Koloid karena Perubahan Keasaman (pH)


1. Tuangkan 250 mL susu cair ke dalam mangkok.
2. Tambahkan 1 sendok makan (15 mL) cuka (CH3COOH) ke dalam mangkok yang berisi susu.
3. Amati dan catat perubahan yang terjadi pada susu.
4.4.Pratikum 4 :
Percobaan A : Pembuatan Sol dengan Cara Dispersi
a. Sol belerang dalam air
1. Campurkan satu bagian gula dengan satu bagian belerang, dan gerus dengan alu dan lumpang
sampai halus.
2. Ambil satu bagian campuran dan campurkan dengan satu bagian gula, lalu gerus sampai
halus.
3. Ulangi langkah nomor 2 sampai empat kali. Ambil 1 bagian campuran keempat, dan
tuangkan campuran itu ke dalam gelas kimia yang berisi 50 mL air. Kemudian aduk
campuran ini. Amati hasilnya.
b. Sol agar-agar dalam air
1. Ambil agar-agar sebanyak 2 spatula kaca dan larutkan ke dalam gelas kimia yang berisi 25
mL air mendidih.
2. Dinginkan campuran itu dan perhatikan apa yang terjadi. Cara ini disebut peptisasi.
Percobaan B : Pembuatan Sol dengan Cara Kondensasi
1. Panaskan 50 mL air dengan gelas kimia 100 mL sampai mendidih.
2. Tambahkan FeCl3 jenuh setetes demi setetes sambil diaduk hingga larutan menjadi merah
coklat. Amati hasilnya.
Percobaan C : Pembuatan Emulsi
1. Masukkan 1 mL minyak tanah dan 5 mL air ke dalam suatu tabung reaksi. Guncangkan
tabung dengan keras setelah terlabih dahulu disumbat dengan tutup gabus atau karet.
Letakkan tabung reaksi di rak.
2. Masukkan 1 mL minyak tanah, 5 mL air, dan 15 tetes larutan sabun kedalam tabung reaksi
lain. Guncangkan tabung dengan kuat dan letakkan di rak. Amati kedua tabung reaksi
tersebut.

V. Dasar Teori
Koloid, merupakan campuran dari dispersi kasar dengan dispersi halus dengan ukuran
partikel-partikelnya antara 10-7 dan 10-5 cm. Dalam system koloid, terdapat dua fase, yaitu
fase terdispersi dan fase pendispersi. Walaupun Nampak sebagai disperse homogeny, namun
koloid merupakan disperse heterogen.
Larutan, merupakan sistem dispersi halus yang ukuran partikel-partikelnya sangat
kecil (10-7 cm), sehingga tidak dapat diamati (dibedakan) antara partikel pendispersi dan
partikel terdispersi meskipun dengan menggunakan mikroskop ultra.Larutan adalah
campuran antara fase terdispersi berupa zat padat, gas, maupun cair dengan fase
pendisperinya yaitu zat cair.Larutan merupakan campuran homogeny.
Suspensi atau dispersi kasar, merupana sistem dispersi dengan ukuran relatif besar
(10-5cm) yang tersebar merata dalam medium pendispersinya.Suspenss yaitu campuran
heterogen antar fasa terdispersi dengan medium pendispersinya. Fasa terdispersi biasaanya
berupa zat padat yang ukurannya lebih besar sehingga akan membentuk endapan jika
disatukan didiamkan dalam beberapa saat.
Sifat-sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Jika seberkas cahaya dilewatkan pada suatu sistem koloid, maka cahaya tersebut akan
dihamburkannya sehingga berkas cahaya tersebut akan kelihatan. Sedangkan jika cahaya
dilewatkan pada larutan sejati maka cahaya tersebut akan diteruskannya . Sifat koloid yang
seperti inilah yang dikenal dengan efek tyndall dan sifat ini dapat digunakan untuk
membedakan koloid dengan larutan sejati. Gejala ini pertama kali ditemukan oleh Michael
Faradaykemudian diselidiki lebih lanjut oleh John Tyndall (1820 1893), seorang ahli
Fisikabangsa Inggris.
Efek Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna biru
sedangkan pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal
itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid di angkasa dan tidak
semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan dengan intensitas sama.
Jika intensitas cahaya yang dihamburkan berbanding lurus dengan frekuensi, maka
pada waktu siang hari ketika matahari melintas di atas kita frekuensi paling tinggi (warna
biru) yang banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna biru. Sedangkan
ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah (warna merah) lebih banyak
dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna jingga atau merah.
Gejala efek tyndall yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
- Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
- Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu
- Berkas sinar matahari melalui celah pohon-pohon pada pagi yang berkabut

b. Gerak Brown
Gerak brown merupakan gerak patah-patah (zig-zag) partikel koloid yang terus menerus dan
hanya dapat diamati denganmikroskop ultra. Gerak brown terjadi sebagai akibat tumbukan
yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid.Dalam suspensi
tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang
dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown, tetapi tidak dapat
diamati.Semakin tinggi suhu, maka gerak brown yang terjadi juga semakin cepat, karena
energi molekul medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat.
Gerak Brown merupakan faktor penyebab stabilnya partikel koloid dalam medium
dispersinya. Gerak brown yang terus menerus dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga
partikel koloid tidak mengalami sedimentasi (pengendapan).
c. Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena partikel koloid bermuatan
listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Jika dua
batang elektrode dimasukkan kedalam sistem koloid dan kemudian dihubungkan dengan
sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak kesalah satu elektrode tergantung
pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif)
sedang koloid bermuatan positif akan bergerak ke katode (elektrode negatif).
Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika partikel
koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika partikel koloid
berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Peristiwa elektroforesis ini
sering dimanfaatkan kepolisian dalam identifikasi/tes DNA pada jenazah korban
pembunuhan/ jenazah tak dikenal
d. Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat lain,
seperti ion H+ dan OH- dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya adsorpsi, minimum
harus ada dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat, dan zat yang menarik
disebut adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion ada permukaan partikel koloid maka
partikel koloid dapat bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang
mengelilinginya.
Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada
permukaannya.Oleh karena itu partikel koloid bermuatan listrik.Penyerapan pada permukaan
ini disebut dengan adsorpsi. Contohnya sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif
sehingga bermuatan positif dan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan
negatif. Pemanfaatan sifat adsorpsi koloid dalam kehidupan antara lain dalam proses
pemutihan gula tebu, dalam pembuatan norit (tablet yang terbuat dari karbon aktif) dan dalam
proses penjernihan air dengan penambahan tawas.

e. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid.Koloid
distabilkan oleh muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan, maka
kestabilannya akan berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan.
Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit
ditambahakan ke dalam system koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama kedalam sel
elektroforesis, maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai electrode. Koagulasi
koloid karena penambahan elektrolit terjadi karena koloid bermuatan positif menarik ion
negative dan koloid bermuatan negative menarik ion positif. Ion-ion tersebut akan
membentuk selubung lapisan kedua. Jika selubung itu terlalu dekat, maka selubung itu akan
menetralkan koloid sehingga terjadi koagulasi.
System koloid dapat dibuat dengan menggabungkan ukuran partikel-partikel larutan sejati
menjadi berukuran partikel koloid atau dinamakan kondensasi. Selain itu juga dapat dibuat
dengan cara menghaluskan ukuran partikel suspense kasar menjadi berukuran partikel koloid,
cara ini dinamakan dispersi.
1. Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi, partikel-partikel fase terdispersi dalam larutan sejati yang berupa
molekul atom atau ion diubah menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Pembuatan koloid
dengan cara kondensasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara fisika.
Cara ini juga dapat dilakukan melalui reaksi reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis,
dan dekomposisi rangkap atau dengan pergantian pelarut.
2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur bredig).
a. Cara Mekanik
Menurut cara ini butir butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan
suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.
b. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan suatu zat pemeptasi (pemecah).Zat pemeptasi memecahkan butir-butir kasar menjadi
butir-butir koloid.
Contoh: agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-
lain.
c. Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol sol logam.

VI. Data Hasil Pengamatan


6.1.Pratikum 1 (Mengenal sistem koloid)
Setelah didiamkan
No. Sampel Jenis sampel Setelah disaring
Filtrat Residu
1. Susu Koloid Larut, Stabil Keruh Tidak ada
2. Gula Larutan Larut, Stabil Bening Tidak ada
Tidak larut, Tidak
3. Kopi Suspensi Keruh Ada
stabil
4. Detergen Koloid Larut, Tidak stabil Keruh Ada
5. Urea Larutan Larut, Stabil Bening Tidak ada

6.2.Pratikum 2 (Mengamati efek tyndall)


Sampel Pengamatan
Larutan Susu Menghamburkan cahaya
Larutan Gula Meneruskan cahaya
Larutan Kopi Menghamburkan cahaya
Larutan Detergen Menghamburkan cahaya
Larutan Urea Meneruskan cahaya

6.3.Pratikium 3 (Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid)


Penggumpalan/koagulasi
Koloid
Penyebab Perubahan yang terjadi
Agar-agar menjadi padat
A Agar-agar (sol) Perubahan Suhu sehingga terjadi penggumpalan
Sol menjadi gel
Emulsi minyak dalam air terjadi
B Susu (emulsi) Perubahan Keasaman (pH) penggumpalan, perubahan warna
jadi semakin keruh
6.4.Pratikum 4 (Memperagakan pembuatan koloid)
Percobaan Kegiatan pembuatan Hasil
Membentuk campuran yang berwarna
putih keruh dan setelah dibiarkan agak
a. Sol belerang (dispersi)
lama ada endapan pada bagian bawah
A campuran
Setelah didinginkan atau dibiarkan
b. Sol agar-agar (dispersi) sejenak, menjadi padat seperti gel dan
warnanya hijau
Campuran air mendidih dengan FeCl3
menjadi lebuh kental dan Fe(OH)3
B Sol Fe(OH)3 (kondensasi)
warnanyacoklat kemerahan dan
Muatan koloid bernilai positif
Air dan minyak makan tidak
a. Campuran air dan minyak
tercampur, dan keadaannya minyak
makan
makan berada diatas
C
b. Campuran air,
Minyak makan dapat tercampur
minyakmakan, dan sabun
dengan air
(emulsi)

VII. Pembahasan
7.1.Praktikum 1 :
Setelah melakukan percobaan dapat dilihat, ketika mencampurkan susu, kopi,
gula,detergen, urea ke dalam air, kelimanya larut dalam air.
Jika mencampurkan air dengan susu instant dan detergen , ternyata kedua larutan itu
larut tetapi larutan itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan campuran susu tidak
akan memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap
keruh. Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, secara mikroskopis
partikel-partikelnya yang tersebar di dalam air masih dapat dibedakan. Campuran seperti
inilah yang dinamakan koloid. Dan jika didiamkan campuran detergen tidak akan memisah
dan juga dapat dipisahkan dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap keruh. Campuran
seperti ini juga yang dinamakan koloid. Pada campuran susu dengan air, fase terdispersinya
adalah lemak, sedangkan medium pendispersinya adalah air.
Jika mencampurkan air dengan gula dan urea , ternyata kedua larutan itu larut dan
bening. Jika didiamkan campuran itu tidak akan memisah dan juga tidak dapat dipisahkan
dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap bening. Secara makroskopis campuran ini tampak
homogen dan secara mikroskopis partikel-partikelnya tersebar di dalam air tidak dapat
dibedakan. Campuran seperti inilah yang dinamakan larutan.
Saat mencampurkan air dengan kopi, kopi tidak larut dalam air. Walaupun campuran
ini diaduk, lambat laun kopi akan memisah dan mengendap di dasar gelas. Campuran ini
bersifat heterogen dan merupakan sistem dua fase. Campuran ini dapat dipisahkan dengan
penyaringan. Campuran seperti ini dinamakan suspensi.

7.2.Pratikum 2 :
Pada percobaan tersebut dapat diketahui bahwa pada larutan gula dan larutan urea ,
berkas sinar yang berasal dari senter tidak terlihat karena berkas sinar hanya berjalan lurus
tanpa penghamburan saat melewati zat tersebut. Oleh karena itu larutan gula dan larutan
urea tergolong larutan sejati.
Sedangkan pada campuran detergen dan susu berkas sinar yang berasal dari senter yang
kemudian melewati larutan detergen dan susu akan dihamburkan dan menimbulkan berkas
sinar pada layar dan menyebar, berkas cahaya yang melalui larutan ini dapat diamati dari arah
samping. Hal ini disebabkan karena partikel-partikelnya mempunyai ukuran partikel-partikel
yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Oleh karena itu larutan
detergen dan susu tergolong koloid. Sebaliknya, pada larutan sejati, ukuran partikel-
partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit
diamati.

7.3.Pratikum 3 :
Agar-agar termasuk sol. Perubahan yang terjadi setelah dipanaskan yaitu
timbul penggumpalan dari sol menjadi gel dan apabila ditinjau dari terdispersinya agar-agar
terdispersi dalam air. Susu termasuk dalam elmusi. Perubahan yang terjadi setelah diberi cuka
terbentuk gumpalan-gumpalan susu, dan warna menjadi semakin keruh. Hal ini disebut
proses Adsorpsi, dimana terjadi peristiwa penyerapan suatu zat sehingga partikel zat tersebut
menempel pada bidang penyerapannya.Apabila ditinjau dari terdispersinya susu termasuk
emulsi minyak dalam air.
7.4.Pratikum 4 :
Pada percobaan A, Pembuatan sol belerang menggunakan cara dispersi yaitu dengan
tenggelam dalam air. Belerang yang telah dihaluskan bersama gula akan membentuk butiran
yang ukurannya menyerupai koloid. Kemudian campuran dilarutkan dalam air sehingga
menghasilkan koloid jenis sol.
Untuk pembuatan agar-agar digunakan cara peptisasi. Cara peptiasi ini menggunakan zat
pemeptiasi (pemecah) yaitu air dengan dipanaskan untuk memecah molekul-molekul besar
dalam hal ini serbuk agar-agar supaya menjadi molekul-molekul kecil ukuran koloid. Setelah
air dan agar-agar sudah menyatu sepenuhnya kemudian didinginkan sejenak. Maka jadilah
sol padat yaitu agar-agar.
Pada percobaan B, sol Fe(OH)3 di masukan ke dalam pipa U
FeCl3 + H2O Fe(OH)3 + HCl
Ternyata terjadi proses koagulasi penggumpalan muatan koloid. sehingga, partikel sol
Fe(OH)3berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Jika partikel koloid
berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika partikel koloid
berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif.
Pada percobaan C, Minyak dan air adalah emulsi (cair bertemu cair namun bersifat
antagonis/ tolak menolak) sehingga tidak bisa larut dalam air. Kedudukan minyak berada di
permukaan air, hal ini disebabkan oleh massa jenis minyak yang lebih kecil dari pada massa
jenis air.
Agar minyak larut dalam air maka ditambahkan emulgator yaitu larutan sabun.
Kemudian air dan minyak tersebut dapat bercampur. Sabun disebut sebagai emulgator karena
dapat menggabungkan dua buah fese yang tidak bisa bersatu.

VIII. Kesimpulan
1. Meskipun ketiganya berupa campuran dua zat atau lebih, ternyata dari ketiga campuran
dalam percobaan memiliki perbadaan dari segi bentuk, sifat, ukuran, serta fasenya yang
dikelompokan ke dalam tiga macam jenis dispersi, yaitu dispersi halus (larutan), dispersi
koloid, dan dispersi kasar (suspensi).
Campuran yang berupa larutan yaitu memiliki sifat larut, bening, mengalami satu fase
(homogen), stabil, tidak dapat disaring.
Campuran yang berupa suspensi yaitu larutan tersebut memiliki sifat tidak larut
meskipun diaduk dan didiamkan, keruh, mengalami dua fase, tidak stabil, larutannya
heterogen, dan dapat dipisahkan dengan penyaring.
Campuran yang berupa koloid yaitu memiliki sifat larut dalam air, keruh, mengalami dua
fase, tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan, hasil penyaringan tetap keruh. Secara
pengelihatan makroskopis, campuran ini tampak homogen, tetapi sebenarnya bersifat
heterogen
2. Bedasarkan Efek Tyndall
Sistem koloid : bila dikenai seberkas cahaya, maka oleh sistem tersebut akan dihamburkan
Larutan sejati : bila di kenai seberkas cahaya, maka oleh larutan tersebut akan di teruskan.
3. Sol adalah sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut
sol. Gel adalah koloid yang wujudnya berada diantara padat dan cair yang dapat terbentuk
dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya sehingga terjadi
koloid yang agak padat. Agar-agar cenderung masuk dalam jenis koloid berupa
sol. Emulsi adalah sistem koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya zat cair
sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat
terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan.
4. Ada beberapa cara dalam membuat koloid, yaitu cara kondensasi dan cara dispersi. Cara
kondensasi yaitu dengan menggabungkan partikel-partikel halus menjadi lebih kasar melalui
suatu reaksi kimia. Dalam percobaan ini dapat dilakukan dengan cara hidrolisis. Sedangkan
cara dispersi yaitu dengan memecah partikel-partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus
atau partikel koloid.

Anda mungkin juga menyukai