Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan reproduksi merupakan keadaan kesejahteraan, fisik, mental dan

sosial yang utuh dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam

segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya

(Romalili S.2009).

Kesehatan reproduksi dikalangan wanita Khususnya remaja harus memperoleh

pemahaman yang serius. Beberapa faktor penyakit-penyakit infeksi organ

reproduksi wanita adalah trikomonas, vaginosis bacterial kandidiasis

vulvovaginitis, gonore, kramida, sivilis, ulkus motel chacroid. Salah satu gejala

dan tanda infeksi organ reproduksi wanita adalah terjadinya flour albus (Dwiana,

2008). Wanita yang menderita keputihan sering mempunyai masalah dengan

reaksi kejiwaannya yang bermanifestasi sebagai rasa kecemasan yang berlebihan,

timbulnya rasa takut atau khawatir. Sehingga wanita berusaha untuk menarik diri

dari pergaulan dan lebih mengkhawatirkan dirinya sendiri (Sianturi,1996).

Keputihan merupakan salah satu masalah yang sejak lama menjadi persoalan

bagi kaum wanita. Keputihan merupakan gejala yang sering dialami sebagian

besar kaum wanita. Ganguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan

haid. Keputihan sering kali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Pada

umumnya orang menganggap keputihan pada wanita hal yang normal. Pendapat

ini tidak sepenuhnya benar karena ada bebagai sebab yang dapat mengakibatkan

keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar terutama

apabila terjadi pada sebelum dan sesudah menstruasi.


2

Namun keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya

penyakit yang harus diobati. (www.kompas.com.2005 di akses tanggal 10 januari

2010). Akan tetapi jika keputihan tidak ditangani dapat mengakibatkan infeksi

kelamin wanita (Manuaba, 1999). Serta dapat menimbulkan sebagai gejala kanker

leher rahim (Octaviyanti, 2006).

Wanita di Indonesia yang mengalami keputihan sangat besar sebanyak 75%

minimal satu kali dalam hidupnya. Angka ini berbeda tajam dengan Eropa yang

hanya 25% saja. Kondisi cuaca Indonesia yang lembab menjadi salah satu

penyebab banyaknya wanita Indonesia yang mengalami keputihan, hal ini berbeda

dengan Eropa yang hawanya kering sehingga wanita dapat tidak mudah terinfeksi

jamur (Elistiawaty, 2006).

Kejadian keputihan ini rata-rata sudah dialami oleh semua remaja putri

leukorea atau flour albus atau keputihan adalah cairan yang keluar dari saluran

genetalia wanita yang bersifat berlebihan dan bukan darah. Menurut kamus

kedokteran Dorlan leukorea adalah secret putih yang kental keluar dari vagina

maupun rongga uterus. Walaupun arti dari leukorea adalah sekret yang berwarna

putih, tetapi sebetulnya warna secret bervariasi tergantung dari penyebabnya.

Leukorea bukan penyakit tetapi gejala dan merupakan gejala yang sering dijumpai

dalam ginekologi. (http://Daili, Sjaiful Fahmi, Wresti Indriatmi B. 2003. Penyakit

Menular Seksual. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia diakses tanggal 12 januari 2010).


3

Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 06

Januari 2011 di SMA NEGERI 1 BANGKALAN dengan cara menyebarkan

kuesioner pada remaja putri kelas II SMA 1 Bangkalan sebanyak 25 orang siswi

ditemukan 24 (96%) yang pernah mengalami keputihan dan 1 (4%) orang tidak

pernah mengalami keputihan, dari 24 orang ada 2 orang (8,33%) yang mengalami

keputihan dengan ciri keluar cairan dengan jumlah banyak, kental, dan gatal

disekitar vagina, dan keputihan keluar bukan pada saat menjelang dan sesudah

menstruasi.

Penyebab dari timbulnya ketidaktahuan pada remaja ini disebabkan karena

remaja cenderung tertutup untuk membicarakan hal seputar reproduksi dengan

orang-orang tedekat seperti orang tua, atau saudara kandung. Mereka lebih

memilih untuk membicarakannya dengan rekan sebaya yang belum tentu bisa

memberikan pemahaman secara benar. Informasi dari orang tua juga memegang

peranan yang penting bagi remaja untuk menambah pengetahuan mereka

mengenai keputihan. Akan tetapi tidak semua ibu atau orang tua memberikan

informasi yang memadai kepada putrinya dan sebagian bahkan beranggapan tabu

membicarakan hal tersebut kepada putrinya. Akibatnya, remaja menjadi cemas

dan berkeyakinan bahwa keputihan adalah suatu hal yang tidak menyenangkan

dan menimbulkan kecemasan pada diri remaja atau timbul ke khawatiran,

sehingga informasi masalah kesehatan reproduksi remaja sangat penting bagi

remaja. (http://karyatulis ilmiah keperawatan.blogspot.com/2008/11/mengenal

keputihan leucorrhea.html diakses tanggal 16 januari 2010).


4

Keputihan apabila tidak segera diobati dapat berakibat lebih parah dan bukan

tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan. Penyebab keputihan berlebihan

terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi, misalnya mencucinya dengan

air kotor, memakai pembilas secara berlebihan.menggunakan celana yang tidak

menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tidak sering mengganti

pembalut (Wahyuni dan Marum Dalam, www.kompas.com 2005 diakses tanggal

10 januari 2010).

Para remaja harus waspada terhadap gejala keputihan. Keputihan yang lama

walau dengan gejala biasa saja, lama kelamaan dapat merusak selaput dara.

Sebagian besar cairan itu mengadung kuman penyakit dapat merusak selaput dara

sampai habis. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keputihan

dengan meningkatkan penyuluhan tentang upaya mengatasi keputihan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan pada remaja di sekolah terdekat, dan cara

mengatasi keputihan dengan membersihkan organ intim dengan pembersih atau

obat keputihan yang tidak dapat mengganggu kestabilan pH disekitar vagina.

Salah satunya produk pembersih yang terbuat dari bahan alami atau herbal, seperti

ekstrak sirih dan Sambiloto. Produk seperti ini mampu menjaga keseimbangan pH

sekaligus meningkatkan pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan

bakteri yang tidak bersahabat. Sabun antiseptik biasa umumnya bersifat keras dan

dapat flora normal di vagina. Ini tidak menguntungkan bagi kesehatan vagina

dalam jangka panjang. Menghindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan

dengan tujuan agar vagina harum dan kering sepanjang hari. Selalu keringkan

bagian vagina sebelum berpakaian. Menggunakan celana dalam yang kering.


5

Menggunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun.

Pakaian luar juga perlu diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena pori-

porinya sangat rapat. Ketika haid sering-seringlah berganti pembalut untuk

mencegah keputihan (www.indonesia.com 2005).

Hal-hal yang perlu diketahui atau diperhatikan untuk mencegah keputihan

misalkan menjaga kebersihan daerah organ reproduksi untuk mencegah beberapa

penyakit/penyebab keputihan, jangan menggunakan obat-obatan untuk pembilasan

vagina secara rutin dan berlebihan hal ini dapat menyebabkan hilangnya flora

normal yang ada di vagina yang bertugas melindungi terhadap kuman dari luar,

hindari stres yang berlebihan, segera ke dokter bila keputihan berlebihan.

(www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/05 diakses tanggal 15 januari

2010)
6

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan atau pemecahan suatu masalah ( Notoatmodjo, 2005 : 19 ). Metode

penelitian pada bab ini akan disajikan : Desain Penelitian, Kerangka Kerja

( Frame Work ), Identifikasi Variabel, Definisi Operasional, Desain Sampling,

Pengumpulan Data, Etika Penelitian, Keterbatasan dalam Proposal, Waktu dan

Tempat Penelitian.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti

sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan ( Arikunto, 2004 ).

Metode penelitian yang dipakai adalah Deskriptif yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo,2005). Sedangkan

dilihat dari waktu penelitian, desain penelitian adalah Cross Sectional dimana

variabel perilaku remaja putri dalam menangani keputihan dikumpulkan dalam

waktu bersamaan pada waktu tertentu (Notoatmodjo, 2002)


7

3.2 Kerangka Kerja (Frame Work)

Variabel
Perilaku Remaja dalam
menangani Keputihan

Populasi
Semua Siswi yang pernah mengalami Keputihan di
SMA 1 BANGKALAN
Siswi kelas II sejumlah 109
Teknik, Total populasi

Pengumpulan Data
Kuesioner

Pengolahan Data
Editing
Coding

Analisis Data
Univariat : Distribusi Frekuensi

Kesimpulan

Penyajian Hasil

Gambar 3.1 Kerangka Kerja


8

3.3 Identifikasi Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian

tertentu (Notoatmodjo, 2005). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah perilaku remaja dalam menangani keputihan, yang terdiri dari

pengetahuan, sikap, dan tindakan.

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional (Judul : Gambaran Perilaku Remaja dalam

Menangani

Keputihan)

Variabel Definisi Kriteria Alat Ukur Skala Skor


Variabel

Independen

Perilaku

remaja dalam

menangani

keputihan

1. Pengetahuan Segala sesuatu 1. Baik bila Kuesioner Ordinal 1.Skor 2=

yang diketahui responden baik jika

remaja dalam menjawab responden

penanganan benar > 75 menjawab

keputihan % benar > 75

2. Cukup bila %

responden 2 Skor 1=

menjawab Cukup
9

benar 56%- jika

74% responden

3. Kurang bila menjawab

responden benar 56-

menjawab 74%

benar <56 3.Sko 0=

% Kurang

jika

responden

menjawab

benar56%

2.Sikap Respon atau Pertanyaan Kuesioner Nominal 1.Skor 1 =

reaksi remaja Positif : Menerima

terhadap -Sangat bila

kepitihan Setuju jawaban

meliputi : -Setuju responden

1.Remaja rentan -Ragu ragu mendapat

mengalami -Tidak Setuju nilai skor

keputihan. -Sangat Tidak dari

2.Keputihan Setuju mean T.

dapat Pertanyaan 2.Skor 0 =


10

menyebabkan Negatif : Tidak

infeksi alat -Sangat menerima

kelamin Setuju bila

wanita -Setuju jawaban

3.Memakai -Ragu ragu responden

sabun atau -Tidak Setuju mendapat

pembilas -Sangat Tidak nilai skor

secara Setuju < mean

berlebihan 1.Setuju T.

bila

jawaban

responden

mendapat

skor dari

mean T.

2.Tidak

setuju

bila

jawaban

3. Tindakan Segala sesuatu < dari mean Kuesioner Nominal

yang dilakukan T. 1.Skor 2 =

remaja dalam 1.Melakukan Melakukan

menangani penanganan penanganan

keputihan, keputihan keputihan


11

seperti: pada pada

1.Mengganti remaja, remaja.

celana dalam seperti : 2.Skor 1 =

minimal 2 Menjaga Tidak

kali kebersihan melakukan

sehari. alat penanganan

2.Tidak kelamin, keputihan

memakai Mengganti pada

pembilas celana remaja.

secara dalam

berlebihan. sehari

3.Menjaga 2 kali

kebersihan 2.Tidak

alat melakukan

kelaminnya, penanganan

misalnya keputihan

mengganti pada remaja

pembalut jika seperti :

haid, jarang

menggunakan mengganti

celana dalam celana

yang dalam dan

menyerap jarang

keringat. mengganti
12

pembalut

saat haid.

3.5 Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2005). Jadi populasi pada penelitian ini adalah semua siswi kelas II

dengan total populasi sejumlah 109 siswi yang pernah mengalami keputihan di

SMA 1 di Kabupaten BANGKALAN pada tahun 2011.

3.6 Pengumpulan Data dan Analisis Data

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu harus mendapat izin dari

institusi, supaya dapat melakukan penelitian di tempat yang akan diteliti.

Setelah mendapat izin dari institusi,untuk melakukan penelitian harus

mendapat izin dari pihak yang akan diteliti untuk itu harus dengan persetujuan

kepala sekolah yang akan diteliti.

3. Pengumpulan Data

Pengumplan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner pada remaja

siswi kelas II sejumlah 109 di SMA Negeri 1 Bangkalan pada tahun 2011.

Kuesioner yang disebarkan dalam bentuk pertanyaan tertutup jenis multiple

choise yaitu pertanyaan yang menyediakan beberapa jawaban atau alternatif dan

responden hanya memilih satu diantara yang sesuai dengan pendapat responden

biasanya pertanyaan yang berbentuk pendapat , perasaan atau sikap responden

(Notoatmodjo, 2005). Jumlah pertanyaan hanya 20 pertanyaan.

4. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dari kuesioner yang telah diisi kemudian diolah

dengan tahap berikut :


13

a. Editing

Setelah kuesioner disebarkan dan diisi oleh responden kemudian ditarik

kembali oleh peneliti dan melakukan pemeriksaan kembali untuk mengetahui

kelengkapan dan kesesuaian jawaban. Langkah ini dilakukan dengan maksud

mengantisipasi kesalahan dari data yang dikumpulkan dan juga memonitor jangan

sampai ada kekosongan data yang dibutuhkan.

b. Coding

Untuk memudahkan dalam pengolahan data jawaban dari kuesioner diberi

kode dengan karakter masing-masing sebagai berikut :

1). Pengetahuan

a) Baik diberi kode angka 2

b) Cukup diberi kode angka 1

c) Kurang diberi kode 0

2) Sikap

a) Menerima diberi kode angka 2

b) Menolak diberi kode angka 1

3) Tindakan

a) Melakukan penanganan keputihan yang dilakukan oleh remaja seperti menjaga

kebersihan alat kelamin diberi kode angka 2

b) Tidak melakukan penanganan keputihan oleh remaja seperti jarang mengganti

celana dalam diberi kode angka 1

5. Analisa data
14

Setelah semua data terkumpul dan diperiksa kelengkapannya kemudian peneliti

melakukan analisa data untuk memudahkan dalam menganalisa data maka

masing-masing variabel diberi kriteria sebagai berikut :

a. Pengetahuan

1) Baik bila responden menjawab benar >75%

2) Cukup bila responden menjawab benar 56-74%

3) Kurang bila responden menjawab benar <56%

b. Sikap

Pada sikap menggunakan skala Likert summated ratting

1) Pertanyaan bersifat positif :

Sangat setuju (ST) : Skor 5

Setuju (S) : Skor 4

Ragu-ragu (RR) : Skor 3

Tidak setuju (TS) : Skor 2

Sangat tidak setuju (STS) : Skor 1

2) Pertanyaan bersifat negatif :

Sangat setuju (ST) : Skor 1

Setuju (S) : Skor 2

Ragu-ragu (RR) : Skor 3

Tidak setuju (TS) : Skor 4

Sangat tidak setuju (STS) : Skor 5

Kemudian dihitung rumus skor T :


15

T = 50 + 10 XX

Keterangan :

X : Skor tiap responden

X : Mean skor tiap kelompok

S : Standar deviasi

Setelah dilakukan perhitungan skor T responden kemudian dicari mean dari

analisa tersebut. Maka peneliti akan menggambarkan hasil sebagai berikut :

Menerima : bila skor didapat mean T

Tidak menerima : bila skor yang didapat < mean T

C. Tindakan

1) Melakukan penanganan keputihan

2) Tidak melakukan penanganan keputihan

Kemudian dari ketiganya dijumlahkan dan untuk menentukan katagori perilaku

responden di interpretasikan :

1) Baik bila skor 5-7

2) Kurang bila skor <5

3.7 Etika Penelitian

Penelitian dlakukan sesudah mendapat ijin dari Kepala Sekolah SMA 1

Kabupaten Bangkalan. Setelah itu kuesioner dibagikan kepada responden dengan

memperhatikan masalah etika antara lain :

1. Lembar Persetujuan menjadi responden (Informed Concent)

Lembar persetujuan penelitian diberikan kepada responden, tujuannya adalah

responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti
16

selama pengumpulan data, jika calon responden bersedia diteliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika calon responden menolak untuk diteliti

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormatinya.

2) Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden nama responden tidak akan

dicantumkan pada check list.

3) Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang dierikan oleh responden dijamin oleh peneliti.

3.8 Keterbatasan dalam Proposal

Adanya hambatan merupakan kekurangan dari penelitian ini antara lain :

1. Sampel yang digunakan jumlahnya sedikit (terbatas) sehingga hasilnya kurang

representative (mewakili) secara keseluruhan.

2. Peneliti melakukan penelitian tentang perilaku remaja dalam menangani

keputihan

pada tahun 2010 tetapi dimungkinkan responden lupa sehingga dapat

menghambat

proses pengumpulan data.

3. Responden bisa berbohong atau tidak jujur dalam melakukan pengisian

kueioner

sehingga data yang terkumpul tidak valid atau tidak dijamin kebenarannya.

3.9 Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian
17

Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2010.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Kabupaten Bangkalan


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mengetahui dan mempelajari hasil penelitian melalui analisis dan mengenai

variabel yang diteliti dalam pembahasan, maka dalam bab ini akan di uraikan tentang

kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang berjudul Gambaran perilaku remaja

putri usia 16-18 tahun dalam menangani keputihan di SMA negeri 1 Bangkalan .

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan melalui analisa perilaku remaja putri

dalam menangani keputihan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Pengetahuan remaja putri dalam menangani keputihan di SMA Negeri 1 Bangkalan

sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 41,5%.

b. Sikap remaja putri dalam menangani keputihan di SMA Negeri 1 Bangkalan sebagian

besar tidak menerima sebanyak 75,4%.

c. Tindakan remaja putri dalam menangani keputihan di SMA Negeri 1 Bangkalan

sebagian besar tidak melakukan penanganan keputihan sebanyak 54,8%.

B . Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti menyarankan sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Sebagai bahan acuan bagi karya tulis ilmiah selanjutnya sehingga dapat menjadi

lebih baik dan dapat menyempurnakan kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini.
2. Bagi Institusi Pendidikan

Agar dapat menyediakan literatur yang lebih lengkap yang berhubungan dengan

kesehatan reproduksi.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan khususnya bidan hendaknya memberikan penyuluhan tentang

cara menangani keputihan yang benar.

4. Bagi siswi SMA Negeri 1 Bangkalan

Para siswi hendaknya dapat mengaplikasikan ilmu yang diberikan mengenai tata

cara menangani keputihan yang benar setelah mendapatkan penyuluhan mengenai

kesehatan reproduksi remaja.

Anda mungkin juga menyukai