Objektivitas Presentasi :
Deskripsi : Ibu hamil, 32 tahun, datang dengan bengkak pada kedua kaki
1. Diagnosis
G2P1A0, 32 tahun, usia kehamilan 37-38 minggu, dengan preeklampsia berat , keluhan kaki
baengkak dan perut kencang-kencang. Nyeri kepala tidak ada, pandangan kabur tidak ada,
mual muntah disangkal, nyeri ulu hati tidak ada.
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : riwayat hipertensi pada kehamilan pertama positif, Riwayat
hipertansi sebelum hamil tidak ada.
4. Riwayat Keluarga : tidak ada yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi maupun diabetes
mellitus
8. Lain-lain :
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum/ Kesan Sakit : Compos Mentis/ Tampak Sakit Sedang
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 160/ 90 mmHg
Nadi : 82x/ menit
Suhu : 36.5 C
Pernafasan 20x/ menit
Status Generalis :
Kepala :
- Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
- Mulut : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1, hiperemis (-/-), detritus (-/-),
kripte (-/-) tidak melebar, sianosis (-)
Thoraks :
- Jantung: S1>S2 reguler, mur-mur (-), gallop (-)
- Paru: suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Abdomen : buncit, NT (-) epigastrium, bising usus (+)
Ekstremitas : akral hangat (+/+/+/+), Oedema (+/+/+/+), CRT <2
Status Obstetri :
Inspeksi : simetris, membesar sesuai usia kehamilan, striae gravidarum (+)
Palpasi :
Leopold I : TFU 31 cm, teraba satu bagian besar, bulat, lunak, tidak melenting
Leopold II : Kanan : teraba keras seperti papan
Kiri : teraba bagian-bagian kecil janin
Leopold III : Teraba satu bagian besar, bulat, keras, melenting
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP
TFU : 31 cm, HIS (-), DJJ 148x/ menit, teratur
VT : v/u bloodslym (-), portio kaku, tebal 2 cm, pembukaan (-), ketuban (+), kepala di
Hodge I
Pemeriskaan Laboratorium :
Darah Lengkap
LED 85 mm, Leukosit 13.200/L, Hb 6.2 g/dL, Ht 20.5 %, Trombosit 235.000/L
Urinalisa
Albumin : +3
Daftar Pustaka
1. 1. POGI. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran : Diagnosis dan
Tatakalsana Preeklamsia.
2. Tranquilli AL, Dekker G, Magee L, Roberts J, Sibai BM, Steyn W, Zeeman GG,
Brown MA. The classification, diagnosis and management of the hypertensive
disorders of pregnancy: a revised statement from the ISSHP. Pregnancy
Hypertension: An International Journal of Women;s Cardiovascular Health
2014: 4(2):99-104.
3. Wright D, Syngelaki A, Akolekar R. Competing risks model in screening for
preeclampsia by maternal characteristics and medical history. Am J Obstet
Gynecol. 2015; 213(62e): p. 1-10.
4. WHO. Recommendations for Prevention and treatment of pre-eclampsia and
eclampsia; 2011.
Hasil Pembelajaran :
1. Penegakan diagnosis preeklampsia berat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
2. Penatalaksanaan non medika mentosa dan medika mentosa pada wanita hamil dengan
preeklampsia dan eklampsia
3. Tindakan preventif terhadap kejadian preeklamsia
1. Subjective
Keluhan Utama : Kaki bengkak (+)
Keluhan Tambahan : Kontrol kehamilan, bengkak tidak menghilang dengan berbaring
dengan menaikkan kaki ke atas
Pasien, Ny.B, G2P1A0, 32 tahun datang ke IGD RSUD Mardi Waluyo dengan kencang-
kencang yang dirasakan sejak kamren. Selain itu kaki pasien tampak bengkak Pasien
mengaku bengkak tidak hilang dengan istirahat atau menaikkan kaki lebih tinggi daripada
posisi tubuh. Hari pertama haid terakhir pada tanggal 14-08-2016. Anak pertama saat ini
berusia 8 tahun. Saat ini usia kehamilan 37-38 minggu. Pasien menyangkal adanya keluhan
pusing, mual, muntah, pandangan kabur atau nyeri ulu hati. Pasien menyangkal adanya keluar
flek, darah, ataupun air-air dari jalan lahir. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada
keluhan. Riwayat darah tinggi sebelumnya dan diabetes mellitus disangkal. Riwayat
pemakaian KB tidak ada.
2. Objective
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang dilakukan berupa:
1. Gejala klinis
a. Gejala klinis yang digambarkan dari gejala dan tanda yang dikeluhkan oleh pasien
yaitu adanya pembengkakan simetris pada kedua kaki yang tidak hilang dengan
penekanan
b. Gejala tersebut timbul ketika pasien sudah memasuki trimester 3 yakni usia di atas 20
minggu masa kehamilan. Berdasarkan penghitungan HPHT, saat ini usia kehamilan
pasien 37-38 minggu
c. Gejala tersebut disangakal selama masa sebelum hamil anak kedua ataupun sebelum
memasuki usia 20 minggu kehamilan saat ini
2. Pemeriksaan fisik
a. Pada pemeriksaan tanda vital, menunjukkan adanya kenaikan tekanan darah pasien
yaitu 160/ 90 mmHg yang menurut JNC VII sudah termasuk klasifikasi tekanan darah
tinggi tingkat 2
b. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pitting oedema bilateral pada cruris hingga
dorsum pedis pasien
3. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan urin, didapatkan kadar albumin pada urin pasien yaitu +3
3. Assement
Pre-eklampsia Berat
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria pada
usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Saat ini edema pada ibu
hamil dianggap sebagai hal yang biasa dan tidak spesifik dalam diagnosis
preeklampsia. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg. Proteinuria ditetapkan apabila
dalam urine terdapat protein 300 mg/ml dalam urine tampung 24 jam atau 30
mg/dl urin acak tengah yang tidak menunjukan tanda-tanda infeksi saluran kemih.
NICE merekomendasikan bahwa wanita yang memiliki resiko tinggi untuk
terjadinya preeclamsia memiliki minimal 1 resiko tinggi atau 2 resiko sedang, Dimana
resiko tinggi untuk terjadinya preeclamsia berupa : memiliki riwayat penyakit
hipertensi pada kehamilan sebelumnya, pasien dengan CKD, pasien dengan penyakit
autoimun (SLE) , pasien dengan diabetes serta pasien dengan hipertensi. Sedangkan
untuk resiko sedang terjadinya preeklamsia berupa : kehamilan pertama, umur diatas
40 tahun, jarak antar kehamilan lebih dari 10 tahun, BMI pada kunjungan pertama
lebih dari 35 kg/m2, riwayat keluar yang preeclamsia.
Kriteria Minimal Preeklampsia adalah hipertensi :Tekanan darah sekurang-
kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan
berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama dan Protein urin :Protein urin
melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik >positif 1. Jika tidak ditemukan
gejala proteinuria maka hipertensi dapat diikuti dengan :
a. Trombositopeni :Trombosit < 100.000 / microliter
b. Gangguan ginjal :Kreatinin serum diatas 1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi dimana
tidak ada kelainan ginjal lainnya
c. Gangguan Liver :Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan
atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
d. Edema Paru
e. ejala Neurologis :Stroke, nyeri kepala, gangguan visus
f. Gangguan Sirkulasi Uteroplasenta :Oligohidramnion, Fetal Growth
Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or reversed end diastolic
velocity (ARDV).
1. Penanganan Aktif
Ditangani aktif bila terdapat satu atau lebih kriteria berikut: ada tanda-tanda impending
eklampsia, HELLP Syndrome, tanda-tanda gawat janin, usia janin 35 minggu atau lebih
dan kegagalan penanganan konservatif. Yang dimaksud dengan impending eklampsia
adalah preeklampsia berat dengan satu atau lebih gejala: nyeri kepala hebat, gangguan
visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan kenaikan tekanan darah progresif.
Terapi medika mentosa:
a. diberikan anti kejang MgSO4 dalam infus 500 cc Ringer Laktat tiap 6 jam. Cara
pemberian: dosis awal 4 gr IV dalam 5-20 menit, dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan sebanyak 6 gram perjam drip infus. Syarat pemberian MgSO4:
frekuensi nafas> 16x/ menit, tidak ada tanda-tanda gawat nafas, diuresis >100 ml
dalam 4 jam sebelumnya dan refleks patella positif. Siapkan juga antidotumnya,
yaitu Ca-Glukonas 10% (1 gr dalam 10 cc NaCl 0.9% IV dalam 3 menit)
b. Antihipertensi yaitu Nifedipine dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2
jam belum turun, dapat diberikan 10 mg lagi
c. Siapkan juga oksigen dengan nasal kanul 4-6 L/ menit
Terminasi kehamilan dapat dilakukan bila penderita belum inpartu, dilakukan induksi
persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter foley atau prostaglandin E2. Sectio
cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi persalinan
pervaginam.
2. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending
eklampsia dengan kondisi janin baik, dilakukan penanganan konservatif. Medikamentosa
sama dengan penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila tidak ada tanda-tanda
preeklampsia berat selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada
perbaikan maka keadaan ini harus dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus
segera diterminasi. Jangan lupa diberikan oksigen dengan nasal kanul 4-6 L/ menit.
4. Plan
1. Diagnosis
G2P1A0, Usia Kehamilan 37-38 minggu dengan Preeklampsia Berat
- Pasien ini memenuhi kriteria preeklampsia berat berdasarkan anamnesis,
pemeriskaan fisik serta pemeriksaan penunjang yaitu:
a. Pitting oedema bilateral cruris hingga dorsum pedis
b. Tekanan darah 160/ 90 mmHg
c. Albuminuria +3
2. Penatalaksanaan
a. Non Medika Mentosa
- Melakukan komunikasi, pemberian informasi serta edukasi kepada pasien dan
keluarga mengenai kondisi saat ini, diagnosis serta tindakan apa yang harus
dilakukan pada pasien termasuk rawat inap untuk pemantauan kondisi pasien dan
janin serta kebutuhan tirah baring, penatalaksanaan yang akan diberikan serta
kemungkinan tindakan terminasi awal berdasarkan indikasi
b. Medika Mentosa
- Perbaikan kondisi umum dengan pemberian Oksigen nasal kanul 3-4 L per menit
- Anti hipertensi oral: Nifedipin 3-4 x 10 mg/ hari
- Anti kejang dosis awal: injeksi intravena bolus perlahan dalam 20 menit MgSO4
40% 10 cc (4 gram) diencerkan dengan aquabidest 10 cc
- Anti kejang dosis pemeliharaan: Drip MgSO4 40% 15 cc (6 gram) dalam IVFD
Normal salin 500 cc 20-28 tetes per menit selama 6 jam, dilakukan hingga target
tekanan darah tercapai selama 24 jam. Jika sampai 24 jam tidak tercapai, maka
diambil langkah untuk melakukan penanganan aktif
- Jika terjadi kejang atau kejang berulang: injeksi intravena bolus perlahan dalam
5-20 menit MgSO4 40% 5 cc (2 gram) diencerkan dengan aquabidest 5 cc
- Jika terjadi tanda-tanda keracunan MgSO4: Injeksi intravena bolus perlahan Ca
Glukonas dalam 5-20 menit 10 cc diencerkan dengan aquabidest 10 cc
c. Tindakan
- Observasi tanda-tanda inpartu, HIS, DJJ pada pasien
- Jika tidak ada tanda-tanda inpartu, tekanan darah pasien tidak kunjung kembali
normal, ada tanda-tanda gawat janin dan sudah selesai tindakan pematangan paru,
segera lakukan terminasi
3. Konsultasi
- Konsultasi dengan bagian penyakit dalam untuk pemeliharaan tekanan darah saat
ini jika tidak membaik dengan pemberian medika mentosa serta faktor komorbid
lain yang menyertai pasien saat ini
- Konsultasi dengan bagian anesthesi untuk rencana terminasi awal jika diperlukan
PREEKLAMPSIA BERAT
Disusun Oleh:
dr Rizki Novrildawati
Dokter Internsip RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar
Pembimbing:
Dr. Herya Putra Darma
2016