POGIL, singkatan dari Process Oriented Guided Inquiry, merupakan suatu filosofi
juga strategi pembelajaran yang diusulkan dari beberapa pakar ilmu filosofi, yaitu Richard
Moog, David Hanson, Troy Wolfskill, James Spencer, Frank Ceegan, dan John J. Farrell.
Diawali dengan dikembangkannya strategi baru dalam pembelajaran kimia dari pakar filosofi
yang berasal dari dua Universitas, yaitu Franklin and Marshall College (oleh John J. Farrell,
Richarc Moog, dan James Spencer) dan State University of New York di Stony Brook (oleh
David Hanson dan Troy Wolfskill).
Dalam artikel Process Workshop - a New Model For Instruction (Hanson, 2000)
dijelaskan bahwa Hanson dan rekannya mengembangkan sebuah strategi pembelajaran kimia
yang baru, yang berbeda dari yang sebelumnya (strategi pembelajaran tradisional, yang sudah
biasa dilakukan di Jurusan Kimia di Stony Brook). Strategi yang mereka usulkan adalah
Process Workshop. Proses Workshop didefinisikan sebagai sebuah lingkungan kelas dimana
peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran menggunakan
strategi proses workshop ini mengembangkan keterampilan-keterampilan yang penting untuk
dikembangkan dengan cara bekerja dalam tim swakelola pada kegiatan-kegiatan yang
melibatkan penemuan yang dipandu (guided discovery), berpikir kritis, dan pemecahan
masalah termasuk refleksi tentang pembelajaran dan penilaian kinerja. Digunakannya istilah
proses karena strategi ini berpusat pada pengembangan keterampilan-keterampilan dalam inti
proses pembelajaran. Selain itu, digunakannya pula istilah workshop karena peserta didik
diberikan tugas-tugas untuk diselesaikan sebagai salah satu peran aktif dalam kelas.
Keterampilan-keterampilan yang penting, yang diduga paling tepat dalam lokakarya kimia,
terletak di area proses informasi, berpikir kritis, memecahkan masalah, bekerja sama,
komunikasi, manajemen, dan penilaian. Keterampilan kinerja dalam area ini, seperti
keterampilan dalam pekerjaan laboratori, dapat dikembangkan, diperkuat, dan ditingkatkan
sampai pada praktik sebagaimana keterampilan pada bidang atletik.
Sedangkan para pakar filosofi yang berasal dari Franklin and Marshall college (R.
Moog, J.. Farrell, dan J. Spencer) pada tahun 1999 mempublikasikan sebuah model Guided
Inquiry dalam artikel A Guided Inquiry General Chemistry Course. Mereka mengembangkan
sebuah pembelajaran kimia yang mengaitkan pembelajaran kooperatif (agar peserta didik
terlibat aktif dalam proses pembelajaran) juga pertanyaan yang dibimbing untuk memahami
dan mengembangkan konsep-konsep. Dalam pembelajaran ini seorang pendidik tidak
memberikan materi secara terus menerus, akan tetapi peserta didik berperan sebagai
fasilitator.
Selanjutnya sekitar pada tahun 2006, seluruh pakar ilmu filosofi tersebut mengajukan
suatu strategi pembelajaran yang baru dalam pembelajaran kimia, yang disebut dengan
POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning). Sesuai dengan namanya, Process
Oriented dan Guided Inquiry, POGIL merupakan kombinasi atau mengadopsi dua model
pembelajaran, yaitu pembelajaran kooperatif, dalam hal ini lebih sering digunakan istilah
learning teams atau belajar kelompok, dan juga pembelajaran inkuiri terbimbing, yang
mengadopsi langkah-langkah learning cycle dalam tahapan pembelajarannya.
POGIL merupakan strategi yang berupaya untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan keterampilan dalam proses pembelarajan juga dalam memahami konsep-
konsep yang penting; oleh karena itu berpusat pada proses (process oriented) diambil untuk
dijadikan nama strategi ini (handout yang dipublikasikan oleh w3.cs.jmu.edu). Dalam proses
pembelajarannya, POGIL memiliki karakteristik tujuh teknik, yaitu:
1) Learning team peserta didik bekerja dalam kelompok, dengan satu kelompok
beranggotakan 3-4 peserta didik. Masing-masing anggota memiliki peran yang
berbeda. Antara lain:
a. Manajer secara aktif berpartisipasi, menjaga kelompok untuk tetap
mengerjakan tugas, membagi pekerjaan dan menetapkan tanggung jawab pada
setiap perannya masing-masing, menyelesaikan perselisihan, dan menjamin
bahwa semua anggota berpartisipasi dan memahami apa yang harus
dikerjakan.
b. Juru bicara secara aktif berpartisipasi, menyajikan kembali pandangan dan
kesimpulan mengenai pendapat mayoritas dalam kelompok, menyajikan
laporan lisan dan diskusi yang diperlukan untuk disajikan di kelas.
c. Perekam secara aktif berpartisipasi, menyimpan catatan petunjuk dan apa
yang telah kelompok lakukan, dan mempersiapkan laporan tertulis akhir dan
dokumentasi lainnya dalam konsultasi dengan yang lain.
d. Penganalis strategi secara aktif berpartisipasi, mengidentifikasi dan
menyimpan catatan strategi dan metode pemecahan masalah, mengidentifikasi
dan menjaga catatan apakah yang kelompok lakukan baik atau tidak; apakah
perlu perbaikan, dan wawasan, dan penemuan tentang kursus konten dan
individu dan kinerja kelompok.
2) Inkuiri terbimbing peserta didik mengikuti sebuah naskah yang mengarahkan
mereka untuk mempertimbangkan masalah, menjawab pertanyaan, dsb. Inkuiri
berlangsung dari pertimbangan beberapa pernyataan materi (eksplorasi), melalui
perluasan materi dengan pemecahan masalah atau kegiatan kreatif (pembentukan
konsep), untuk menggunakan konten untuk memecahkn berbagai masalah
(aplikasi).
3) Berpikir kritis dan analitis beberapa pertanyaan mendorong peserta didik untuk
berpikir kritis dan analitis dalam POGIL. Terdapat tiga jenis pertanyaan, yaitu:
pertanyaan yang diarahkan (directed questions) meminta peserta didik untuk
menceritakan aspek-aspek yang jelas mengenai bahan dan bertujuan untuk
menarik perhatian ke poin penting; pertanyaan-pertanyaan yang konvergen
(convergent questions) mengharuskan peserta didik untuk membuat koneksi atau
menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam cara yang mudah, sehingga
memperluas dan menerapkan pengetahuan mereka; pertanyaan divergen
(divergent questions) adalah pertanyaan terbuka dan tidak memiliki jawaban yang
unik atau spesifik, sehingga akan mendorong siswa untuk mempertimbangkan
berbagai dan penerapan materi baru.
4) Pemecahan masalah peserta didik memecahkan masalah sendiri daripada
menonton pendidik yang memecahkan masalah, cara yang lebih efektif untuk
belajar memecahkan masalah.
5) Pelaporan peserta didik mempresentasikan penemuan di depan kelas atau
instruktur, secara lisan, menulis, atau keduanya. Hal ini memberikan motivasi dan
membangun keterampilan komunikasi.
6) Metakognisi Metakognisi adalah berpikir tentang pemikiran. Peserta didik
diminta untuk mengelola belajar mereka sendiri, menilai kemajuan mereka dan
meningkatkan proses belajar mereka, membuat mereka lebih bertanggung jawab
untuk diri mereka dan mendorong mereka untuk menjadi pelajar yang lebih baik.
7) Tanggung jawab individu meskipun peserta didik belajar dalam tim,
pembelajaran mereka dievaluasi secara individu dalam mengerjakan pekerjaan
rumah, proyek, tes, kuis, dan sebagainya. (Hanson, 2006).
Selain itu, dalam pembelajaran menggunakan strategi POGIL, seorang pendidik
bukanlah sebagai pemberi informasi mengenai konsep yang utuh, melainkan perannya dalam
membimbing peserta didik dalam proses pembelajaran, mengembangkan keterampilan, dan
dalam mengembangkan pemahaman mereka sendiri. Dalam hal ini, pendidik memilik empat
peran, yaitu sebagai pemimpin, pemantau atau penilai, fasilitator, dan evaluator.
a. Pendidik sebagai monitor/penilai, pendidik beredar melalui kelas untuk memantau dan
menilai individu dan tim kinerja dan untuk memperoleh informasi tentang pemahaman,
kesalahpahaman, dan kesulitan peserta didik dalam kolaborasi. Pendidik menggunakan
informasi ini sebagai fasilitator untuk meningkatkan kinerja.
b. Pendidik sebagai fasilitator, pendidik ikut terlibat dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pemikiran kritis yang tepat untuk membantu tim memahami mengapa mereka mengalami
kesulitan dan apa yang harus mereka lakukan untuk meningkatkan dan membuat
kemajuan. Fasilitator harus ikut campur sehubungan dengan proses peserta didik daripada
isu-isu yang terkait dengan konten. Pertanyaan yang diajukan oleh pendidik membantu
mengidentifikasi mengapa tim mengalami kesulitan. Pertanyaan pertama harus terbuka
dan umum, maka lebih diarahkan dan spesifik seperti yang diperlukan. Seperti contoh,
pendidik mungkin akan bertanya: Bagian mana yang membuat kamu terhenti? Sudah
sampai mana progresnya? Apa yang kamu bingungkan? Apa yang telah kamu
pelajari sebelumnya yang berhubungan dengan konten ini? dsb hingga tim menemukan
Hanson, D. dan Wolfskill, T. (2000). Process Workshop- a New Model for Instruction. Journal of
Chemical Education, 77(1), hal. 120-130.
Hanson, D. et. al. (2006). Instructors Guide to Process-Oriented Guided-Inquiry Learning. USA:
Pacific Crest.