Anda di halaman 1dari 21

Snow White

===

Prolog
{What am i?}

Apa ya?

Aku berdiri di tempat ini. Di tengah lapangan yang penuh sesak dengan manusia dan
segala tetek-bengek aktivitas mereka. Aku selalu senang memperhatikan manusia-manusia
itu. Akan selalu begitu.

Gedung Yeomkwang High School menjadi latar tempatku sekarang. Dengan pohon
yang mulai menghijau seiring kedatangan musim semi. Dengan semerbak nektar
Chrysantemum yang mengumbar wangi. Dengan tetesan air mancur yang memantuli batu
alam di sudut lapangan. Segala kuasa Tuhan yang aku syukuri eksistensinya.
Rambutku bergoyang kecil disentuh angin. Hari belum terlalu siang tapi selembar
cahaya matahari memercik mukaku.

Aku menarik napas dalam. Menjejalkan oksigen di setiap lorong paru-paruku.


Menakjubkan. Bahwa di dalam tubuhku tertopang sepasang paru-paru. Bahwa aku bernapas
seperti halnya manusia dan itu menyebabkan jantungku terhantam debaran-debaran yang aku
sendiri tak mengerti apa maksudnya. Ini membuat kebahagiaanku membuncah. Layaknya
dunia dan seisinya berada dalam genggamanku.

Bukan tanpa sebab aku berada di sini. Aku tidak bisa mendatangi dunia manusia
dengan sesuka hatiku. Peraturan menjeratku. Menjadi selayaknya manusia bukan perkara
yang mudah. Aku mengimitasi semua yang manusia lakukan dan aku tahu itu tak akan
memberi efek sedikitpun mengingat bahwa manusia tak mampu melihatku. Aku tidak kasat
mata.

Dan soal apa aku. Manusia. Itu bukan bangsaku.

==

Snow White. Itu lebih mendefinisikan makhluk apa aku sebenarnya. Bukan tokoh dalam
cerita anak-anak dengan tujuh kurcacinya yang aku maksud. Kaum kami lebih istimewa dari
itu.

Para dewa sendiri yang menunjuk segumpal jiwa murni untuk melengkapi keluarga
mereka. Dan aku termasuk satu dari jutaan jiwa yang beruntung itu.

Perawakan Snow White tidak jauh lebih baik dibandingkan manusia. Kelebihan kami
hanya, mampu menembus tameng di kepala manusia untuk mencuri dengar apa yang
makhluk itu pikirkan. Kadang-kadang. Tidak selalu ampuh sebenarnya.

Makhluk tanpa organ dalam. Itu sudah menjelaskan banyak hal. Bahwa kami tidak
makan. Bahwa kami tidak memerlukan oksigen yang terikat dengan darah untuk
mempertahankan eksistensi kami. Bahwa hati sama sekali tak berguna dan bahwa kami tak
memerlukan otak untuk berpikir.

Snow White yang dinilai telah mencapai taraf kedewasaan akan menjelajah untuk
menemukan jodohnya di bumi. The Great Achievement. Jodoh adalah pencapaian terbesar
kami jika kalian belum tahu. Karena dengan begitu, kami dapat bereinkarnasi menjadi
manusia.

Menemukan the great achievement bukan perihal mudah. Hal itu sama seperti
mencari sebuah jarum di setumpuk jerami. Mencari sebutir nasi di galaksi yang maha luas.
Sudah kukatakan bahwa kami tidak dapat mendatangi bumi seenak jidat.

Setiap 50 tahun sekali dalam hidupnya, snow white dewasa akan menjejakkan kaki
mereka ke tanah bumi. Hanya tujuh hari kami dapat bertahan di sana. Itu pun bukan berarti
kami dengan sekejap mampu menemukan jodoh. Kemungkinan terbesarnya hanya 40%.

Jika gagal?

Saat sudah jatuh tempo dan kami belum menemukannya, kami akan kembali ke
Olympus menggunakan sayap kami dan menanti hingga 50 tahun ke depan. Sesederhana itu.

Saat kami berada di bumi, tubuh kami disogoki organ-organ dalam yang untuk
mengingat namanya saja membuatku bingung. Itu berguna agar kami terbiasa menjadi
manusia jika sewaktu-waktu sang jodoh datang dan mengubah kami. Kami hanya mampu
bereinkarnasi saat bulan purnama tiba. Saat itu snow white dan pasangannya harus
menyatukan setetes darah mereka. Dan setelah beberapa saat, tadaaa...manusia.

Bagaimana kami bisa tau jika seseorang itu adalah jodoh kami?

Mudah saja. Kami terlalu menyilaukan di mata mereka. Indra mereka mampu
menangkap kederadaan kami. Hal terpenting adalah mereka memiliki benang merah di jari
kelingking yang tidak dapat dilihat manusia dan benda itu saling berkaitan dengan benang di
jari-jari kami.
Ini adalah pengalaman tunggalku turun ke bumi. Aku gugup sebelumnya. Sungguh.
Beruntung rayuan para senior ampuh mengendurkan syaraf tegangku.

Siwon Oppa, snow white super sempurna itu gagal 3 kali dalam hal ini. Bayangkan
saja betapa tuanya dia. Hihihi. Ryeowook Oppa baru saja kembali dari bumi. Dan kalian
tahu? dia mendapatkan kotak-kotak di perutnya yang coklat itu. Masih banyak lagi yang
gagal dalam ekstradisi pencarian the great achievement mereka. Dan itu mampu menaikkan
kepercayaan diriku. Sedikit.

==

1st day, Yeomkwang High School


{What does she think?}

Aku berkeliling di sekolah ini untuk mencari aktivitas manusia yang bisa ku imitasi, saat
kemudian aku memutuskan menghentikan aktivitasku dan memandangi seorang gadis cantik
yang berdiri sendiri menatap sesuatu. Aku mengikuti arah pandang gadis itu. Dia menatap
dua orang yang duduk di sudut sana. Seorang gadis dan lainnya seorang pria. Mereka begitu
akrab. Tapi menurut intuisi-ku, mereka bukanlah sepasang kekasih.

Dia memandangi mereka tepatnya gadis di sana itu- dengan aura kebencian,
kemarahan dan entahlah.

Kim Heebum. Dari name tag gadis ini.

==

2nd day, Yeomkwang High School


{Unfortunately}
Ini hari ke-duaku di bumi. Itu artinya waktu untuk mencari the great achievementku
berkurang. Dan bodohnya, sekarang aku justru mengikuti gadis Kim Heebum itu.
Pikirannya membuatku penasaran.

Aku berjalan mengikuti alur punggung Heebum. Melewati koridor yang terhubung
dengan lapangan sofball. Jika boleh aku berspekulasi, Heebum itu gadis yang manis.

Yah..tidak jauh beda denganku.

Hei..jangan memandangku seakan aku adalah pembohong tingkat dewa. Aku


tergolong yang terindah dari kaumku. Jadi bisa dibayangkan betapa moleknya aku.

Pikiranku teralihkan oleh suara pikiran manusia di sekitarku. Heebum! Di mana dia?
Aku membalikkan badanku. Tidak! Jangan katakan!

Heebum awas! Aku mencoba meneriakinya. Dan di saat seperti inilah aku merasa
tidak berguna. Siapa pun tak dapat mendengarku.

Kejadian itu begitu cepat. Tiang itu menimpa kaki Heebum tanpa diduga-duga. Dan
setelah aku rasa sudah cukup merutuki ketidakberdayaanku, aku mendatanginya. Beberapa
murid yang ada di sini menolong Heebum. Menyingkirkan tiang sialan itu. Gadis itu hanya
meringis. Aku ingin menangis. Pasti sangat menyakitkan.

Heebum-a, kau tak apa-apa? Seorang gadis berjongkok di hadapan Heebum. Benar-
benar cemas. Seingatku gadis ini adalah gadis yang menjadi obyek pandangan Heebum dan
aku- kemarin, Choi Seulrin. Dan pria yang berdiri di belakangnya itu, Cho Kyuhyun.

Heebum menepis lengan Seulrin yang terulur padanya. Tak usah berpura-pura peduli
padaku!

Jika aku adalah Seulrin, aku akan langsung pergi setelah diperlakukan seperti itu.
Heebum, jangan begini. Suara Seulrin melirih. Aku belum menemukan titik
perselisihan mereka sebenarnya.

Pergilah. Aku tak membutuhkan bantuanmu.

Heebum-a... Kumohon.

Sudahlah, ayo kita pergi saja. Kyuhyun menarik lengan Seulrin menjauh. Sedikit
aksi tarik-menarik yang timbul karena gadis itu menolak kemauan Kyuhyun untuk pergi.

Pada akhirnya Seulrin yang mengalah oleh tarikan paksa seorang Cho Kyuhyun.
Secepat cahaya, ada seorang pria yang menggamit lengan Heebum dan membantu gadis itu
berdiri. Pria tampan yang membuatku meneteskan liur, Lee Donghae. Dan sayangnya bukan
dia the great achievementku.

Harga dirimu terlalu tinggi, nona Kim.

==

Kantin, Yeomkwang High School

Aku melangkah membuntuti Seulrin dan Kyuhyun.

Kenapa kau mencegahku hah?

Apa kau tak bisa mendengarnya? Dia tidak membutuhkanmu. Kulihat Kyuhyun
berdiri memunggungi Seulrin.

Tapi dia terluka, Kyu! Kau lihat sendiri kan tadi? Seulrin mendengus tak percaya.
Dan jangan kau pikir aku tak tahu bahwa kau benar-benar mencemaskannya! Tak usah
membohongi perasaanmu.
Eh?

==

Angin membelai wajahku lembut. Menyejukkan. Aku dapat melihat manusia yang berlalu
lalang dari atas sini. Dahan pohon yang tinggi memang tempat yang paling strategis untuk
diduduki. Oh the great achievement-ku. Di mana kau sebenarnya? Ah... aku
bosaaaaaaaaaaannn !!

==

3rd day. Yeomkwang High School


{Crazily}

Hari ke-tigaku di bumi. Dan karena tingkat kebosananku yang semakin merajai tubuh, aku
masih saja mengikuti Heebum. Kemarin dokter memeriksa kakinya. Dan yah... dia memakai
penyangga hari ini. Yang terpikir olehku, apakah gadis ini tak mengenal istilah izin tidak
masuk sekolah?

Gadis itu berjalan sendiri menuju lokernya dengan buku-buku yang berada di
pelukannya. Entah kenapa ruangan ini sepi sekali.

Aish. Sial!

Kulihat salah satu buku Heebum terjatuh. Untuk orang normal yang tanpa
penyangga- itu hal yang lumrah. Mereka tinggal memungutnya kembali. Tapi Heebum?
Dia berjongkok sedikit demi sedikit. Tentu saja kaki kanannya yang di gips tidak
ikut ditekuk. Aku tau itu sakit. Tangannya berusaha menggapai buku itu. Sedikit lagi...
sedikit lagi... dan.. dapat! Akhirnya... aku ikut menahan napas tadi. Gadis itu mencoba
berdiri. Tapi sial, kurasa kakinya mulai bermasalah. Dia tertahan di posisi itu sekarang.
Tubuhnya berkeringat dan pucat pasi seperti menahan sakit.

Keparat. Akan kubunuh orang yang tidak memasang tiang itu dengan benar,
umpatnya.

Sebuah tangan terulur di hadapan Heebum. Dan aku tahu siapa. Cho Kyuhyun.

Heebum hanya memandangi Kyuhyun tanpa menerima uluran tangan pria itu.
Membuat Kyuhyun menggoyangkan tangannya. Ku bantu.

Demi apa, jika tidak benar benar dalam keadaan terjepit, aku jamin Heebum akan
menolaknya. Tapi keadaan berbicara lain. Heebum meraih tangan pria itu dan
menggenggamnya erat. Kyuhyun menarik lengan Heebum kemudian mendekap pinggang
gadis itu hingga berdiri.

Jangan mengasihaniku.

Kyuhyun hanya tersenyum. Dan kalian tahu? Tangannya terulur hanya supaya bisa
mengusap kepala Heebum lembut, lalu melangkah pergi. Gila!

==

Hai, sendiri saja?

Holaaa... aku mengikuti Seulrin kali ini. Dan yang bicara tadi, pria tampan-ku, Lee
Donghae. Seulrin mengalihkan pandangan dari novel yang dia baca. Gadis itu menengok ke
kiri lalu kemudian ke kanan. Eh? Ada apa?
Kau berbicara denganku?

Donghae langsung melayangkan pantatnya ke bangku samping Seulrin. Apa kau


melihat ada orang di sini selain dirimu?

Seulrin menggeleng. Dan mengerti bahwa Donghae memang mengajaknya bicara.


Pria itu melayangkan pandangannya ke sekeliling. Mencari apa, tampan? Apa kau mencari
gadis cantik seperti ku? Aish.. lupakan! (-__-)

Kemana teman Cho-mu itu?

Seulrin menghedikan bahunya. Entahlah.

Biasanya kalian selalu bersama.

Tidak juga. Jika bosan bocah itu selalu berkelana sendiri.

Dan meninggalkanmu?

Seulrin mengangguk. Dia juga punya kehidupannya sendiri.

Apa kalian pacaran?

Hmm? Sekali lagi Seulrin berhenti membaca. Beralih menatap wajah tampan
Donghae yang penasaran. Pertanyaan bodoh macam apa itu?

Donghae menelengkan kepalanya dengan begitu antusias. Jadi?

Kami hanya berteman, itu sudah lebih dari cukup.

Kulihat dahi Donghae yang berjengit sudah kembali mulus. Dan kalian tau apa yang
pria itu katakan setelahnya? Baguslah. Aku tidak jadi patah hati kalau begitu.
==

4th day. Yeomkwang High School


{Umm...}

Jeng jeng jeng. Hari ke-empatku di bumi dan sosok sialan itu belum juga menampakkan
batang hidungnya. Apanya yang the great achievement? Harusnya istilah itu diganti dengan
the worst person! Ah, tidak tidak! The great fault. Ya, kurasa itu lebih sesuai. Benar, the
great fault. Tapi tetap saja, ah...

Tenang Hyobin, dinginkan kepalamu. Tarik napas, keluarkan. Tarik napas, keluarkan.
Oke, aku lebih tenang saat ini. Aku harus menunggu the great achievement-ku sampai dia
menemukanku.

Aku menggoyangkan kakiku yang terkulai. Aku sedang duduk di dahan pohon
sekarang. Di sana, kulihat Heebum yang akan menaiki tangga dan ada Seulrin juga. Hei, ada
apa?

Aku akan melihatnya.

Pergilah. Aku tak butuh bantuanmu. Heebum berbicara dengan nada dingin seperti
biasa. Seulrin hanya diam dan mempertahankan senyumnya. Tangannya meraih lengan
Heebum. Berani taruhan? Aku yakin Seulrin berniat membantu Heebum menaiki tangga. Dan
sudah kuduga, Heebum langsung menepis tangan Seulrin.

Kau pikir dengan membantuku kau akan memperbaiki segalanya hah? Heebum
melangkah pergi.

==
Sebenarnya apa masalahmu dengan Heebum? Kulihat Seulrin menghela napasnya.
Lagi.

Ini masalah keluarga, Kyu.

Lalu? Jika masalah keluarga memangnya kenapa?

Jika masalah keluarga, kau tak semestinya tahu, gumam Seulrin dengan muka
ditekuk.

Kenapa tidak? Anggap saja aku kaluargamu. Masalahnya selesai kan?

Tapi tidak semudah itu, bodoh.

Ssstt... Kau sendiri yang membuat hal mudah menjadi sulit. Apa susahnya bercerita
hmm?

Keras kepala!

Astaga, jangan bilang kau baru tahu.

Dasar bodoh.

Aku juara kelas. Apa kau lupa?

Dasar sombong! Ah, sudahlah. Dengarkan aku. Kau tahu, kan, Heebum hanya
tinggal dengan ayahnya?

Kyuhyun mengangguk.

Ibuku memiliki hubungan khusus dengan ayah Heebum.


Dahi Kyuhyun mengerut Lalu apa masalahnya?

Heebum pikir ayahnya telah melupakan ibunya dan menganggap ibuku datang lalu
memperburuk keadaan.

==

5th day. Yeomkwang High School.


{Blessing}

Waktuku di bumi tinggal sebentar lagi. Aku benar-benar pasrah. Misalkan waktuku habis
pun, aku masih dapat mencarinya 50 tahun lagi. Tapi itu terlalu lama.

Aku duduk di samping Heebum. Mungkin kakinya sedikit ngilu sehingga gadis itu
memutuskan duduk di taman belakang sekolah.

Tidak pulang?

Aku berbalik. Cho Kyuhyun. Pria itu langsung menjatuhkan diri di samping Heebum.
Beruntung pantatnya tidak menindih badanku. Aku berdiri saja.

Sebentar lagi aku pulang.

Dijemput?

Heebum menggeleng. Naik taksi.

Dan entah kenapa saat mendengarnya aura Kyuhyun mencerah. Pulang bersamaku?

Ah, pantas saja. Dasar pria tampan! selalu saja seperti itu.
Terima kasih, tapi tidak perlu.

Kenapa kau selalu menolak niat baikku?

Heebum menatap Kyuhyun yang sedang menatap lurus ke arah lain. Maksudmu?

Tak selamanya aku bisa menahan diri, Hee-ya.

Eh? Hee-ya? Tidak buruk. Hahaha. Dan gadis itu, ayolah... Kapan kau mengerti,
Sayang?

Menahan diri? Aku tak mengerti

Giliran Kyuhyun yang menatap Heebum dengan kesal. Membuat gadis itu gelagapan
karena tatapan tajam yang mampu menghunus jantungnya. Kenapa begitu sulitnya gadis itu
untuk mengerti? Aku mencintaimu. Apa kau belum mengerti juga?

Hahaha. Kalian harus melihat wajah Heebum sekarang. Mata gadis itu terbelalak dan
mulutnya terbuka. Tangan Kyuhyun bergerak mendorong dagu Heebum perlahan agar
tertutup. Hahaha... lihat, pipi gadis itu merona. Omona.

Otak Heebum sedang membanting tulang untuk mencerna semuanya. Dan sekarang,
pemahaman baru itu muncul.

Kenapa diam? tanya Kyuhyun

Hmm? Lalu aku harus apa?

Aku beri kau dua pilihan.

Dua?
Ya, dua pilihan. Pilihan pertama, kau jadi pacarku.

Pilihan kedua?

Pilihan kedua, kau menolakku, tapi 5 detik setelah itu kau menjadi kekasihku dan
jangan harap bisa lari.

Itu sih sama saja namanya.

Jadi...

Jadi?

Kulihat wajah Kyuhyun mendekati Heebum. Jadi mana pilihanmu, Sayang? Sedetik
kemudian Kyuhyun menekan bibir Heebum menggunakan bibirnya. Balas membalas. Dan
kurasa ini tidak akan cepat berakhir.

==

Hyundai Dpartement Store

Aku mengintip foto yang sedang dibawa Heebum, fotonya dan Kyuhyun.

Kalian tahu? Kyuhyun menculik Heebum tadi, dan aku mengikutkan diri untuk
diculik. Kalau tidak salah, kencan. Tempat ini namanya Departement Store. Apakah benar?
Sepertinya sih iya.

Heebum menoleh ketika sesuatu yang dingin menyentuh pipinya. Sekotak susu coklat.
Terima kasih.
Jari Heebum menelusuri bibir kaleng yang dingin dan mengembun. Gadis itu
membuka lalu membiarkan cairan berwarna coklat yang manis itu mengaliri
kerongkongannya. Matanya tak sengaja menumbuk satu keluarga yang duduk di sudut
ruangan. Ayah, ibu, dan dua anaknya yang mulai beranjak dewasa.

Heebum-a, aku tahu perasaanmu.

Kau ingin seperti mereka? Heebum mengalihkan pandangannya ke arah Kyuhyun.

Gadis itu tersenyum kecut. Apa bisa? Ucapannya terdengar seperti dakwaan. Bukan
menyerupai seonggok pertanyaan yang butuh untuk dijawab.

Kyuhyun berjongkok di depan gadis itu. Aku tahu hubunganmu dan ayahmu lebih
dekat dibanding apapun. Tapi apakah kau tahu Hee-ya? Tidak semua hal bisa diungkapkan
ayahmu padamu. Ayahmu tetap saja membutuhkan pendamping. Pria itu mengusap pipi
Heebum lembut.

Perkataan Kyuhyun begitu merasuk ke dalam benaknya. Gadis itu memikirkan


keluarganya, ayahnya dan kehidupan keluarga kecil itu setelah kematian ibunya 8 tahun lalu.
Dan itu berhasil menohok hatinya. Memanaskan sekaligus melembabkan matanya,
mengelukan lidahnya.

Kyu...

Hmm?

Antar aku pulang.

==

Heebums Residence
Ayah pergi dulu. Kulihat ayah Heebum yang sedang menuruni tangga sembari mengenakan
jasnya.

Hati-hati, Ayah.

Ayahnya masih muda dan tampan. Sungguh. Aku dan Heebum duduk di sofa bawah,
memandangi Mr. Kim

Mr. Kim menghentikan langkahnya tepat sebelum tangannya merasakan dinginnya


gagang pintu saat ucapan Heebum memanggilnya

Ayah...

Hmm?

Besok...

Besok?

Makan malam dengan Choi ahjumma di sini saja.

Mulai saat ini, sinar beban yang terpencar dari mata Mr. Kim menghilang.
Penghalang hubungannya sudah sirna sekarang. Heebum sudah menyetujui hubungannya.
Dan aku.. aku ikut senang (^__^)

==

6th day. Heebums Residence


{All is well}
Heebum dan Seulrin duduk berdua di sofa balkon kamar Heebum. Orang tua mereka sedang
makan malam. Dan hihihi.. (^__^) aneh melihat dua gadis ini duduk bersama.

Bintang-bintang sedang tidak malu memancarkan pesonanya. Begitu juga bulan yang
memantulkan cahaya matahari dengan anggunnya. Angin lembut menyapa. Menggelitik
permukaan kulitku.

Hah.. lega rasanya. Seulrin merentangkan tangannya.

Di sini dingin, ayo masuk. Seulrin mengangguk ringan lalu berjalan mengikuti
Heebum. Dan aku membuntuti mereka. Aku mengikuti Heebum yang menghempaskan
tubuhnya ke kasur. Sedangkan Seulrin, dia berkeliling memandangi pajangan yang terletak di
sini.

Heebum-a?

Hmm?

Kenapa tiba-tiba kau menerima ibuku?

Karena Heebum mengulangi ucapan Kyuhyun tempo hari di dalam benaknya


demi dirinya sendiri. ...setidaknya wajahmu tidak membuatku malu jika kau yang menjadi
saudaraku.

Hahaha. Senang rasanya mendengar Heebum yang merutuki dirinya sendiri. Entah
kenapa justru kata-kata itu yang meluncur dari mulutnya. Aku tahu, Heebum bukanlah orang
yang menjadikan kecantikan sebagai prioritas utamanya.

Astaga, seorang Kim Heebum mengakui kemolekanku.

Yah, tertawalah sepuasmu.


Hahaha. Hei, apa ini? Heebum-a, kenapa ada fotomu dan Kyuhyun di sini?

Eh, itu...

==

7th day. Yeomkwang High School


{Finally}

Hari terakhirku di bumi dan aku belum juga menemukan the great achievement-ku. Sedih.
Tapi aku juga lega. Setidaknya aku akan pergi dengan perasaan bahagia melihat manusia
terdekatku dalam keadaan baik-baik.

Aku sedang duduk di dahan pohon Yeomkwang High School untuk terakhir kali.
Terlihat Kyuhyun dan Heebum yang sedang bermesraan di bawah sana. Hihihi.

Dari sini terlihat pula Seulrin yang mengitari sekolah. Sesekali bertanya pada murid
lainnya. Berani bertaruh? Aku yakin dia mencari sahabat Cho nya itu. Saat dia melihat
Kyuhyun dan Heebum, senyum terlukis di bibirnya lalu memutuskan memberikan privasi
untuk pasangan itu. Pilihan tepat kurasa.

Aku turun dari dahan dan melangkah mengikuti Seulrin yang menuju ke kantin. Dia
duduk di salah satu bangku. Tiba-tida sepangan lengan menutupi kedua mata gadis itu. Lee
Donghae.

Tidah lucu, Hae-ya.

Donghae menjauhkan tangannya dari mata Seulrin sembari memposisikan tubuhnya


duduk di samping gadis itu. Bagaimana kau selalu bisa menebak kalau itu aku sih?

Tentu saja, Donghae-ya. Kau saja yang tak tahu kalau gadis itu adalah fans-mu.
Hei, kau tahu, tidak? Aku lega mendengar sahabatmu berpacaran dengan Heebum.
Itu artinya tidak ada lagi pria yang berkemungkinan untuk memilikimu.

Kau mendoakan aku menjadi perawan tua?

Tidak. Mungkin. Entahlah. Jika hanya itu satu-satunya cara agar tak ada pria mana
pun yang memilikimu, maka jawabanku adalah iya. Tapi kau tak perlu khawatirkan jalan
hidupmu ke depan nanti. Aku yang akan menjamin kehidupanmu.

Astaga, Lee Donghae. Jangan katakan bahwa kau mencintaiku.

Bagaimana jika benar? Jangan kau kira aku tak tahu bahwa kau juga mencintaiku,
nona Choi.

Ya! Kenapa kau mengetahuinya?

O..o Kenapa jadi seperti ini?

Donghae langsung menarik Seulrin ke dalam pelukannya. Ini tontonan menarik. Lebih
menarik daripada melihat abs Siwon oppa yang menggiurkan itu. Sungguh.

Aakhirnya... setelah tiga tahun, aku dapat memelukmu seperti ini.

Hei hei hei. Kau terbutakan oleh pesonaku.

Ya ya ya, terserahmu menganggapnya seperti apa.

Hahaha... Sedih rasanya meninggalkan mereka. Aku berjalan menuju atap sekolah.
Angin berhembus agak kencang di sini. Dan sudah waktunya aku pergi. Selamat tinggal
bumi, selamat tinggal Yeomkwang High School. Aku mengeluarkan sayapku

Tapi, eh?
Epilog
{I love you. Yesterday.Now.Tomorrow.Forever}

Aku menghapus riasan dari tubuhku. Pesta resepsi pernikahanku baru saja selesai. Dan
sekarang rasanya tulangku remuk semua. 3500 undangan terlihat jauh lebih banyak dari
perkiraanku.

Pintu kamar mandi terbuka dan aku dapat melihat seorang pria keluar dari sana
melalui pantulan cermin meja riasku. Suamiku. Apakah aku sudah mengatakan ini? Aku
manusia sekarang. Dan dia yang mengubahku. Hahaha.

Dia mendekat dan langsung memelukku dari belakang. Embusan napasnya yang
mengenai tengkukku membuatku geli. Bergidik. Tapi menyenangkan. Itu artinya jantungnya
masih berdetak untukku. Nyawanya masih bertahan untuk hidup bahagia bersamaku. Dia
memainkan bibirnya di tengkuku. Dan dia benar-benar tau caranya. Aku tak mampu
menahannya jika sudah begini.

{Flashback}
7th day. Yeomkwang High School

Aku mengeluarkan sayapku. Tapi, eh? Ada apa? Aku merasakan sesuatu menyentuh sayapku.
Aku berbalik.

HYA!! Didia..

Ini sayap sungguhan?

Aku tak peduli bagaimana wajahku saat ini. Kakau bisa melihatku?
Tentu saja. Kenapa tidak? jawabnya dengan wajah inosen. Tidak tahukah dia bahwa
aku sudah menunggunya selama ini?

Agar lebih meyakinkan, aku menatap jari kelingkingnya. Dan bingo! Benang
merahnya terhubung dengan jari kelingkingku. Aku menatap sekilat name tag-nya. Nama
yang sesuai.

Kau, kalau boleh tahu, siapa namamu?

Uwooo.. dia menanyai namaku. Jung Hyobin.

Aku tersenyum melihatnya. Senyumnya manis. Gusinya membuatku tergila-gila. Pria


ini. Dia tidak memunyai lesung pipi seunik Jungsoo Oppa. Tidak secantik Heechul Oppa.
Tidak se-cool Hankyung Oppa. Tidak semanis Yesung Oppa.Tidak segarang Kangin Oppa.
Tidak sechubby Shindong Oppa. Tidak se-cute Sungmin Oppa. Tidak setampan Siwon Oppa.
Tidak seimut Ryeowook Oppa. Dan tidak semisterius Kibum Oppa.

Entah bagaimana dan apa yang membuatku begitu menginginkan pria ini. Pria yang akan
mengubah takdirku. Pria ajaibku. The great achievement-ku. Lee Hyukjae.

==

Keabadian bukan segala yang kuinginkan sepanjang eksistensiku. Aku lebih menyegani kita
yang saling mencintai lalu dipisahkan oleh maut dibanding harus menjalani keabadian
seorang diri, tanpamu.- Jung Hyobin

=END=

Anda mungkin juga menyukai