ABSTRAK
Sialorrhoea adalah gejala umum dan masalah yang timbul dari berbagai kondisi
neurologis yang berhubungan dengan disfungsi bulbar atau otot wajah. Keluarnya
air liur yang tidak terkontrol dari mulut (drooling) dapat mempengaruhi secara
signifikan kualitas hidup akibat komplikasi fisik seperti mulut pecah-pecah, dan
komplikasi psikologis seperti rasa malu dan terisolasi dari sosial. Sekresi faringeal
yang lebih kental dan presisten merupakan hasil dari pengontrolan pengeringan
yang menyebabkan terjadinya Sialorrhoea. Penatalaksanaan sialorrhoea pada
penyakit neurologis itu tergantung patologi yang mendasarinya dan keparahan
gejala. Intervensi adalah obat antikolinergik, radioterapi pada kelenjar ludah yang
ditargetkan, toksin botulinum kelenjar ludah dan pembedahan. Pentalaksanaan
dengan tindakan konservatif dari pengeluaran sekret yang kental yaitu melibatkan
pemberian seperti jus nanas sebagai agen litik, membuat penderita batuk,
nebuliser dengan saline atau melalui penghisapan atau pemberian obat mucolitik
seperti Charbocisteine. Meskipun saat ini terdapat kurangnya bukti dan
penggunaan variabel ini, Penatalaksanaan sialorrhoea harus menjadi bagian dari
pendekatan multidisiplin yang dibutuhkan kondisi neurologis jangka panjang.
Permasalahan karena sekresi oral adalah umum dan bisa membuat distress pada
beberapa kondisi neurologis.. Situasi ini dapat membuat penatalaksanaan menjadi
kompleks, namun tujuannya adalah untuk mencapai kontrol keseimbangan gejala
yang paling baik agar meningkatkan kualitas hidup pasien.
Air liur dihasilkan oleh enam kelenjar saliva utama dan beberapa ratus kelenjar
saliva minor. Kelenjar liur utama mensekresikan 90% dari 1,5 L air liur yang
diproduksi setiap hari. Orang sehat menelan kira-kira sekali semenit, meski begitu
penelenan air liur bervariasi, tergantung dari tingkat produksinya. Kelenjar saliva
parotid dan submandibular berada pada superficial. Kelenjar saliva submandibular
dan sublingual merupakan kelenjar utama bertanggung jawab untuk menghasilkan
air liur sepanjang hari, sedangkan kelenjar parotid berfungsi untuk mengeluarkan
air liur selama periode perangsangan penciuman, gustatory dan taktil. Perbedaan
fungsi kelenjar saliva ini secara klinis berdampak signifikan, sebagai penentuan
permasalahan air liur pasien memungkinkan untuk menargetkan kelenjar mana
yang akan diterapi. Stimulasi saraf dari produksi saliva bersifat parasimpatis,
sedangkan kontraksi saluran air liur otot polos dirangsang oleh sistem saraf
simpatik. Stimulasi dari reseptor beta-adrenergik bertanggung jawab untuk
produksi sekret mukoid. sekresi oral memiliki beberapa fungsi fisiologis yang
penting. Saliva melindungi jaringan mulut, membasahi makanan untuk
memudahkan menelan dan berkontribusi untuk menjaga kesehatan kesehatan gigi.
Air liur dan sekret mukoid membentuk bagian vital dari pasien yaitu sebagai
sistem kekebalan.
Permasalahan sekresi yang menebal juga kurang jelas. Penting untuk mengenali
pasien dengan sialorrhoea mungkin juga memiliki cairan kental yang
terkumpulkan di mulut dan tenggorokan mereka, seringkali berakibat dari
tindakan tatalaksana untuk sialorrhoea. Sekresi kental bisa menyebabkan
permasalahan pada saat mengunyah dan menelan dan juga bisa berdampak pada
toleransi ventilasi non-invasif.
Ada banyak metode yang diusulkan untuk mengevaluasi sekresi oral secara
sistematis. Langkah kuantitatif seperti menimbang gulungan kapas dan
mengumpulkan saliva di gelas sebagian besar tidak praktis namun bisa menilai
penurunan aliran air liur. Namun, penilaian semacam itu berkorelasi buruk dengan
perbaikan gejala subyektif dan begitu sedikit gunakan dalam praktik klinis. Ada
beberapa pasien dilaporkan dan pengamat melaporkan skala gejala. Sebagian
besar fokus pada air liur yang keluar dari mulut yang tidak terkontrol, tapi
beberapa juga termasuk pertanyaan yang menilai gejala terkait sialorrhea lainnya.,
dampak subjektif pada aspek kehidupan dan bersamaan masalah sekresi yang
kental. Kurangnya keefektif atau keseragaman hasil pengukuran untuk evaluasi
permasalahan dari sekresi mulut merupakan hambatan yang signifikan bagi
generasi bukti yang bagus
PENATALAKSANAN SIALORRHOEA
Tindakan konservatif
Meski hanya sedikit bukti yang dapat mengkonfirmasi efeknya, ada berbagai
pengukuran konservatif yang tersedia untuk mengelola sialorrhoea dan gejala
yang berhubungan. Penggunaan yang tepat dari tatalaksana konservatif ini akan
bervariasi antar pasien.
Penyangga leher dan kursi dengan bantalan untuk kepala belakang adalah
alat yang berguna untuk memperbaiki posisi dan melawan postur tertekuk. Hal
yang sederhana ini adalah cenderung memperbaiki kenyamanan dan citra diri
pasien.
Penting untuk dicatat bahwa ada seperangkat keadaan berkaitan dengan penyakit
Parkinson yang membutuhkan perhatian yang signifikan saat meresepkan
antikolinergik. Pertama, banyak pasien dengan penyakit Parkinson mengalami
disfungsi otonom dan sangat sensitif terhadap efek obat yang tidak diinginkan
pada organ lain, contohnya, kandung kemih. Apalagi pasien dengan penyakit-
Parkinson terutama pada tahap lebih lanjut menderita gangguan kognitif dan akan
lebih menjadi bingung saat menggunakan obat ini. Ada juga kekhawatiran bahwa
antikolinergik dapat menyebabkan patologi tau-related dan meningkatnya
patologi Alzheimer pada pasien dengan penyakit Parkinson.
Rejimen dosis
Dosis optimal dan mekanisme untuk ini penatalaksanaan ini belum diidentifikasi;
Namun dengan risiko efek samping yang tinggi, pendekatannya harus tetap
dilakukan dengan pemberian dosis awal yang rendah dan kemudian dititrasi sesuai
kebutuhan dan toleransi.
Toxin botulinum
Radioterapi
Sinar eksternal radioterapi menggunakan photon atau elektron yang merupakan
metode alternatif untuk pengendalian sialorrhoea. Biasanya digunakan setelah
pengobatan dengan antikolinergik dan toksin botulinum gagal memberikan respon
atau sudah toleransi. Ada beberapa penelitian retrospektif dan prospektif, yang
dilakukan pada pasien dengan penyakit Parkinson dan Penyakit motor neuron,
melaporkan reduksi obyektif pada produksi air liur dan terjadi perbaikan pada
pasien gejala. Walaupun penelitian ini tidak termasuk kelompok kontrol, pasien
yang sama sebelumnya telah gagal mencapai kontrol gejala dengan yang lain
terapi yang ada untuk sialorrhoea. Sama seperti suntikan toksin botulinum, tidak
ada konsensus yang membahas tentang optimalisasi dosis untuk penyinaran
kelenjar ludah dalam mengobati sialorrhoea. Target yang paling umum digunakan
adalah kedua kelenjar submandibular dan dua pertiga kaudal dari kedua kelenjar
parotid. Studi sampai saat ini telah menggunakan kisaran dosis, dengan dosis rata-
rata per fraksi 5 Gy (0,83-8 Gy) dan rata-rata dosis 12 Gy (3-48 Gy). Lama efek
dari radioterapi adalah dilaporkan berlangsung selama beberapa bulan sampai 5
tahun, dengan sekitar separuh pasien masih mengalami efek pada 6 bulan.
Pilihan bedah
Gejala yang berkaitan dengan sekresi yang kental sulit ditangani, dengan
pengobatan yang tersedia memiliki pilihan lebih terbatas dibanding sialorrhoea.
Jika pasien mengalami distress yaitu air liur menjadi kental setelah melakukan
terapi sialorrhoea, maka mentitrasi dengan dosis efektif terkecil dapat membantu.
Diskusi dengan pasien dan memperhatikan tentang masalah sekresi yang menjadi
berlawan lebih merepotkan sehingga membantu meraih keseimbangan terbaik
untuk pasien.
Hyoscine Transdermal patch 0.5mg patch Berkaitan dengan rekasi di kulit. Pemakainnya
hydrobromid selama 72 jam sering berpindah pindah tempat dan
menggunakan steroid topical meningkatkan
toleransi
Glycopyrronium Tablet Oral Solution 1-2 mg 3x sehari Kurang permeable terhadap BBB sehingga efek
(dicobakan ke anak) ke CNS sedikit
Amytriptyline Tablet 10-50 mg pada jam Memiliki efek sedative dan antidepresan.
tidur Walaupun efek antidepresan ini dosisnya akan
lebih besar dari pada untuk mengobati
sialorrhoea
Atropine 0.5 % tetes mata 1-2 tetes Dapat berguna pada saat makan atau sangat
sublingual berguna ketika masalah terjadi
sebanyak 4-6 x
sehari