Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MODUL 1
PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
KELOMPOK R12
1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras
atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran
tertentu, dengan beban dan waktu tertentu ke dalam bitumen pada suhu tertentu.
2. PERALATAN
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum turun naik tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 milimeter.
b. Pemegang jarum seberat (47,5 0,05 gram) yang dapat dilepas dengan mudah
dari alat penetrasi untuk peneraan.
c. Pemberat dari (50 0,05) gram dan (100 0,05) gram masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gram dan 200 gram.
d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 440 C HRC 54 sampai 60 dengan
bentuk dan ukuran menurut gambar 3, ujung jarum harus berbentuk kerucut
terpancung.
e. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang
rata. Ukuran cawan untuk pengukuran penetrasi sebagai berikut
Penetrasi Kapasitas Diameter Dalam
90 ml 55 mm 35 mm
di bawah 200
175 ml 70 mm 55 mm
200 350
3. BENDA UJI
Panaskan contoh perlahan lahan dan aduklah sehingga cukup cair untuk
dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak boleh melebihi 60 OC di atas
perkiraan titik lembek, dan untuk bitumen tidak boleh lebih dari 90 OC di atas
perkiraan titik lembek.
Waktu pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit. Aduklah perlahan-lahan
agar udara tidak masuk ke dalam contoh. Setelah contoh cair merata tuangkan ke
dalam tempat contoh dan diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat
tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. buatlah dua benda uji
(duplo).
Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang
selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil, dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda
uji besar.
4. DASAR TEORI
Aspal adalah suatu material cairan kental atau padat berwarna hitam
kecoklatan, merupakan residu hasil penyulingan minyak mentah, terdiri dari
Hydrocarbon dan turunannya yang bersifat tidak mudah menguap dan secara
berangsur-angsur melunak jika dipanaskan. Aspal merupakan material viskoelastis,
dimana prilakunya bergantung pada temperatur dan lamanya pembebanan. Bila
dipanaskan pada suhu tinggi dan waktu pembebanan yang lama, aspal akan
melunak secara berangsur-angsur sampai mencair, sebaliknya pada suhu yang
sangat rendah dan waktu pembebanan yang singkat aspal akan berubah menjadi
padat (getas).
Fungsi aspal dalam campuran perkerasan adalah sebagai pengikat yang
bersifat viskoelastis sehingga dapat menahan agregat tetap pada tempatnya
selama masa layanan perkerasan, menyelimuti agregat pada waktu pencampuran
dan berfungsi sebagai pelumas pada saat penghamparan dilapangan, sehingga
memudahkan untuk dipadatkan. Disamping itu juga aspal berfungsi sebagai
pengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada dari agregat itu
sendiri. Oleh karena itu aspal harus mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh
terhadap cuaca).
Saat pencampuran, aspal harus cukup encer agar dapat menyelimuti
agregat dengan cepat dan homogen. Masa pencampuran yang lama dan suhu
pencampuran yang terlalu tinggi dapat merubah sifat aspal dan menurunkan mutu
campuran. Sifat aspal dinyatakan dalam kekentalan (Viscosity).
Viskositas adalah karakteristik dasar yang menyatakan perilaku material
pada suatu temperatur. Ukuran kekentalan nilainya sangat bervariasi terhadap
suhu, dari tingkatan padat, encer sampai cair. Hubungan antara kekentalan aspal
dan suhu adalah sangat penting dalam perencanaan dan penggunaan material
aspal. Kekentalan akan berkurang ketika suhu meningkat, begitupun sebaliknya.
Penetrasi adalah suatu parameter yang mengelompokkan aspal didasarkan
atas tingkat kekerasan aspal. Semakin besar penetrasi, semakin lembek aspal.
Aspal dengan tingkat penetrasi yang rendah cocok digunakan pada daerah yang
beriklim tropis seperti Indonesia untuk menghindari pelunakan aspal akibat
temperatur. Untuk aspal tingkat penetrasi yang tinggi cocok digunakan didaerah
yang beriklim dingin untuk mencegah terjadainya retak-retak pada musim dingin.
Beberapa jenis aspal yang umum digunakan berdasarkan tingkat penetrasinya
adalah penetrasi 40/50, 60/70 dan 80/100. Penetrasi 35 umumnya digunakan pada
lokasi lalu lintas berat, penetrasi 70-100 pada lokasi yang lebih ringan dan
penetrasi 50 digunakan pada kebanyakan tujuan (Shell Bitumen,1990).
Umumnya aspal yang digunakan di Indonesia adalah penetrasi 80/100 dan
penetrasi 60/70.
Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4% 10%
dari berat campuran, atau 10% 15% dari volume campuran (Sukirman, 2003).
Aspal juga harus mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat
fleksibel pada campuran, selain itu juga membuat permukaan jalan menjadi kedap
air.
Berdasarkan RSNI S-01-2003, persyaratan aspal keras berdasarkan
penetrasi harus sesuai dengan table 4.1 dibawah ini
Aspal keras atau aspal cement adalah aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan
cair, dan pada suhu ruang berbentuk padat.
*) Aspal keras pada suhu ruang (250 300 C) berbentuk padat
*) Aspal keras dibedakan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat kekerasannya)
*) Aspal keras yang biasa digunakan :
- AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 40 50
- AC pen 60/70, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 60 79
- AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 100
- AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200-300
5. PROSEDUR
6. PENGOLAHAN DATA
7. ANALISIS
a. Analisis Percobaan
Percobaan penetrasi bahan-bahan bitumen bertujuan untuk menentukan
penetrasi bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan
jarum penetrasi ukuran tertentu, dengan beban dan waktu tertentu ke dalam bitumen
pada suhu tertentu. Pada percobaan ini suhu bitumen perlu disesuaikan dengan suhu
standar yaitu 25C. Oleh karena itu sebelum percobaan penetrasi dilakukan, aspal
yang kita gunakan sebagai bahan bitumen yang ingin kita uji, direndam di air
terlebih dahulu hingga suhu nya mencapai 25C. Pengukuran suhu dilakukan
dengan menggunakan thermometer. Pada percobaan ini, aspal direndam di dalam
air selama 30 menit dimana seharusnya akan lebih baik apabila direndam selama 1
hingga 1,5 jam agar suhunya merata baik di permukaan maupun bagian dalam aspal
yang diuji.
Setelah proses perendaman selesai dilakukan, sample bitumen aspal
kemudian dilakukan pengujian penetrasi dengan alat penetrasi. Sebelum penetrasi
dilakukan, praktikan memastikan jarum yang digunakan bersih (tidak ada aspal
yang menempel), melakukan kalibrasi alat penetrasi hingga jarum arloji
penetrometer berada pada angka 0, serta menempatkan mata jarum tepat menyentuh
permukaan sampel aspal yang diuji. Setelah semua persiapan dilakukan, kemudian
praktikan melakukan penetrasi dengan menekan tuas pada alat penetrasi selama 5
detik dan mencatat besarnya penetrasi yang tertera pada arloji penetrometer.
Penetrasi dilakukan sebanyak 5 kali di 5 posisi yang berbeda pada sampel uji.
Penetrasi dilakukan di posisi yang berbeda agar tidak dilakukan kembali di titik
yang telah berlubang karena dapat memengaruhi besar nya penetrasi yang terbaca
oleh penetrometer.
Setelah penetrasi selesai dilakukan, sampel aspal kemudian ditimbang dan
dioven untuk menghilangkan kandungan minyak yang terdapat di dalamnya. Aspal
yang telah dioven kemudian ditimbang dan dilakukan uji penetrasi kembali
sebanyak 5 kali seperti saat sebelum kehilangan berat minyak.
b. Analisis Hasil
Hasil uji penetrasi bahan bitumen (aspal) yaitu berupa kedalaman rata-rata
penetrasi dari benda uji (aspal). Pada percobaan pertama ketika benda uji belum
kehilangan berat minyak, kedalaman rata-rata hasil penetrasinya sebesar 64,2 mm.
Sedangkan pada percobaan kedua dimana benda uji telah dioven dan kehilangan
berat minyaknya, hasil kedalaman penetrasi rata-ratanya sebesar 42,6 mm.
Kedalaman rata-rata ketika bitumen aspal telah mengalami penurunan berat
minyak menjadi lebih kecil (42.6mm), hal ini menunjukkan bahwa dengan
berkurangnya kandungan minyak di dalam aspal membuat aspal tersebut semakin
keras sehingga ketika dilakukan penetrasi pada suhu yang sama penurunan yang
terjadi tidak lebih besar dari ketika benda uji masih memiliki kandungan minyak
didalamnya (64,2 mm).
Semakin besar kedalaman penetrasi, maka semakin lembek (semi solid)
aspal yang diuji. Pada standar ASTM D 946, bitumen aspal diklasifikasikan menjadi
5 grade berdasarkan nilai penetrasinya, yaitu sebagai berikut:
1. Hardest Bitumen Grade 40-50
2. 60-70
3. 85-100
4. 120-150
5. Softest Bitumen Grade 200-300
Dari pengklasifikasian tersebut dapat diamati bahwa sebelum aspal
kehilangan berat minyak (sebelum dioven), aspal uji masuk ke dalam klasifikasi
nilai penetrasi 60-70. Selain itu, menurut persyaratan aspal keras RSNI S-01-2003
pada penetrasi aspal 250 C, 5 detik, 100 gram, benda uji termasuk ke dalam kategori
Pen 60.
= 64,398 gram
= 64,074 gram
64,39864,074
Presentase penurunan berat = 100% = 0,5 %
64,398
Berdasarkan penurunan berat pada table persyaratan aspal keras RSNI S-01-
2003 maka aspal yang di uji termasuk ke dalam kategori Pen 60.
Presentase penetrasi = 100%
42,6
= 64,2 100% = 68,27%
d. Analisis K3
Dalam melakukan praktikum uji penetrasi bahan bitumen perlu diperhatikan
aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Oleh karena itu, ketika melakukan
praktikum praktikan dihimbau untuk menggunakan alat-alat keselamatan seperti jas
laboratorium serta sepatu tertutup. Sepatu tertutup digunakan untuk mengantisipasi
adanya benda atau meterial yang cukup berat terjatuh dari ketinggian dan menimpa
kaki praktikan. Jas laboratorium digunakan untuk mengantisipasi adanya material
yang mengenai kulit praktikan dan menyebabkan luka atau iritasi. Pada praktikum
penetrasi bahan bitumen ini, kecelakaan yang mungkin terjadi adalah jatuhnya alat
penetrasi sehingga menimpa praktikan. Selain itu, praktikan yang melakukan
pembersihan jarum penetrasi sebelum melakukan penetrasi juga dapat terluka
apabila tertusuk jarum tersebut.
8. APLIKASI
Aspal keras bersifat termoplastik artinya pada suhu kamar aspal akan berujud
padat dan semakin melunak/mencair bila suhunya meningkat. Konsistensi merupakan
sifat terpenting aspal keras di lapangan, sehingga merupakan dasar penggolongan aspal.
Konsistensi digunakan untuk menyatakan derajat kemudahan mengalir (fluidity) aspal
pada suhu 25C. Pengukuran pada suhu 25C ditetapkan di Amerika Serikat karena
suhu tersebut merupakan rerata perkerasan aspal di Amerika. Konsistensi aspal
berkaitan erat dengan kekentalan/viskositas aspal keras, namun karena pengukuran
kekentalan aspal keras pada suhu 25C tidak dapat dilakukan, maka kekentalan dinilai
berdasarkan nilai penetrasi yang diperoleh dari uji penetrasi aspal. Semakin tinggi nilai
peneterasi aspal keras, semakin meningkat pula ketahanan aspal terhadap peningkatan
suhu (lapangan). Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas
atau lalu lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi (200-
300) digunakan untuk daerah bercuaca dingin atau lalu lintas volume rendah. Di
Indonesia umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi 60-70 dan 85-100
(Sukirman S,1999 ).
9. KESIMPULAN
Nilai rata-rata penetrasi sebelum benda uji (aspal) mengalami pengurangan
berat yaitu sebesar 64,2 mm dan termasuk ke dalam range 60-79 dimana pada
RSNI S-01-2003 masuk ke dalam kategori aspal Pen. 60 yang merupakan jenis
aspal keras yang banyak digunakan untuk konstruksi jalan di Indonesia.
Aspal sebelum kehilangan berat memiliki berat sebesar 64,398 gram, sedangkan
aspal yang telah kehilangan berat memiliki berat sebesar 64,074 gram sehingga
presentase penurunan beratnya sebesar 0,5 % dimana berdasarkan RSNI S-01-
2003 aspal tersebut masuk ke dalam kategori aspal Pen.60.
Nilai rata-rata penetrasi setelah benda uji (aspal) mengalami pengurangan berat
yaitu sebesar 42,6 mm dimana presentase penetrasi dibandingkan dengan
sebelum kehilangan berat sebesar 68,27%. Berdasarkan RSNI S-01-2003 aspal
yang diuji masuk ke dalam kategori aspal Pen.40
Kadar minyak pada bitumen mempengaruhi kekerasan bitumen. Berkurangnya
kadar minyak pada aspal membuat aspal menjadi semakin keras sehingga nilai
penetrasinya semakin rendah.
10. REFERENSI
Laboratorium Struktur dan Material. Pedoman Praktikum Pemeriksaan Bahan
Perkerasan Jalan. 2009. Depok : Departemen Teknik Sipil FTUI
https://theconstructor.org/transportation/grading-of-bitumen-methods/15949/
11. LAMPIRAN