OLEH
2. Epidemiologi
Luka bakar masih menjadi masalah besar yang mengancam seluruh kalangan usia. Setiap
tahunnya, sekitar 45.000 pasien mendapat cedera luka bakar dan dirawat di rumah sakit. Lebih
dari 60% luka bakar terjadi pada kisaran usia reproduksi, kejadian pada pria lebih banyak dari
pada wanita. Hampir 55% disebabkan oleh api, 40% karena air mendidih, dan selebihnya
disebabkan oleh kimia dan listrik (Morton, dkk, 2012; Kapita Selekta Kedokteran, 2014).
3. Etiologi
Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya, meliputi: (Kowalak, dkk, 2012;
Morton, dkk, 2012)
a. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas atau objek-objek panas lainnya, dapat berupa gas, cairan, benda padat (solid).
1) Scald Burns
Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena air panas. Faktor ini merupakan penyebab
kebanyakan luka bakar pada masyarakat. Air pada suhu 60C menyebabkan luka bakar parsial
atau dalam dengan waktu hanya dalam 3 detik. Pada 69C, luka bakar yang sama terjadi dalam 1
detik.
2) Flash Burns
Ledakan gas alam, propan, butane, minyak destilasi, alkohol dan cairan mudah terbakar
lain seperti aliran listrik menyebabkan panas untuk periode waktu. Flash burns memiliki
distribusi di semua kulit yang terekspos dengan area paling dalam pada sisi yang terkena.
b. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau
basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar
menentukan luasnya injuri. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-
zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia
yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia
diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
c. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar elektrik (listrik) disebabkan oleh kontak dengan kawat listrik yang
mengandung arus listrik atau dengan sumber arus listrik bertegangan tinggi. Berat ringannya
luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh.
d. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi
untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar
yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
e. Frost Bite
Luka bakar akibat suhu yang terlalu dingin. Pembuluh darah perifer mengalami
vasokonstriksi hebat, terutama di ujung-ujung jari, hidung dan telinga. Fase selanjutnya akan
terjadi nekrosis dan kerusakan yang permanen.
4. Klasifikasi
a. Berdasarkan Kedalaman Luka Bakar
Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori yang didasarkan pada elemen kulit
yang rusak (Morton, dkk, 2012; Kowalak, dkk, 2012; Maryati, 2015)
1) Superficial (derajat I), dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Hanya mengenai lapisan epidermis.
b) Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).
c) Kulit memucat bila ditekan.
d) Tidak ada blister/bullae
e) Sangat nyeri
f) Dapat sembuh spontan dalam 5-10 hari.
3) Hand palm.
Selain dari kedua metode tersebut di atas, dapat juga digunakan cara lainnya yaitu
mengunakan metode hand palm. Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi luka
bakar dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1% dari permukaan
tubuh yang mengalami luka bakar.
Gambar 1. Metode Rule of nine Gambar 2. Metode Lund & Browder
5. Patofisiologi
Syok pada luka bakar terjadi akibat lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler secara massive
dan mempengaruhi sistem kardiovaskular. Hilangnya atau rusaknya jaringan dan peningkatan
permeabilitas kapiler menyebabkan cairan, plasma, dan protein akan lolos atau hilang dari
kompartemen intravaskuler ke dalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap dalam
sirkulasi dan menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang
melalui evaporasi kulit yang meningkat sehingga terjadi kekurangan cairan. Peningkatan
metabolisme juga dapat menyebabkan kehilangan cairan melalui sistem pernapasan.
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan respon
dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat terjadi ilius paralitik
(suatu keadaan akut abdomen berupa kembung/distensi abdomen, karena usus tidak berkontraksi
akibat adanya gangguan motilitas), takikardia dan takipnea merupakan kompensasi untuk
menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap injuri jaringan
dan perubahan sistem. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi vasokontriksi yang
akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguri.
Respon luka bakar akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan menurunkan aliran
darah ke perifer dan organ yang tidak vital. Respon metabolik pada luka bakar adalah
hipermetabolisme yang merupakan hasil dari peningkatan sejumlah energi, peningkatan
katekolamin; dimana terjadi peningkatan temperatur dan metabolisme, hiperglikemi karena
meningkatnya pengeluaran glukosa untuk kebutuhan metabolik yang kemudian terjadi penipisan
glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status hipermetabolisme dan injury jaringan.
Kerusakan pada sel darah merah dan hemolisis menimbulkan anemia, yang kemudian akan
meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan perfusi. Pertumbuhan dapat terhambat oleh
depresi hormon pertumbuhan karena terfokus pada penyembuhan jaringan yang rusak.
Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada saat yang
sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler.
Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel dan cairan interstisial dimana secara
khusus natrium masuk ke dalam sel dan kalium keluar dari dalam sel. Dengan demikian
mengakibatkan kekurangan sodium dalam intravaskuler (Pathway terlampir) (Morton, dkk, 2012;
Kowalak, dkk, 2012; Maryati, 2015).
6. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
a. Hentikan proses pembakaran
Pada saat pasien ditemukan, biasanya api sudah padam. Apabila pasien masih dalam keadaan
terbakar, maka dapat ditempuh cara:
1) Menyiram dengan air dalam jumlah banyak apabila api disebabkan karena bensin atau
minyak, karena apabila dalam jumlah sedikit hanya akan memperbesar api.
2) Menggulingkan pasien pada tanah yang datar, kalau bisa dalam selimut basah.
3) Luka bakar dapat mengalami pendalaman walaupun api sudah mati. Untuk mengurangi
proses pendalaman ini luka dapat disiram dengan air bersih untuk pendinginannya.
b. Primary Survey
1) Airway/Jalan Napas
Pada permulaannya airway biasanya tidak terganggu. Dalam keadaan ekstrim bisa saja
airway terganggu, misalnya karena lama berada dalam ruangan tertutup yang terbakar
sehingga terjadi pengaruh panas yang lama terhadap jalan nafas. Menghisap gas atau
partikel karbon yang terbakar dalam jumlah yang banyak juga akan dapat menggangu
airway. Pada permulaan penyumbatan airway tidak total sehingga akan timbul suara
stridor/crowing. Bila menimbulkan sesak nafas berat (bila saturasi oksigen kurang dari
95%) maka ini merupakan indikasi mutlak untuk intubasi.
Indikasi klinis adanya trauma inhalasi antara lain:
Luka bakar yang mengenai wajah dan atau leher
Alis mata dan bulu hidung hangus
Adanya timbunan karbon dan tanda peradangan akut orofaring
Sputum yang mengandung karbon atau arang
Suara serak
Riwayat gangguan mengunyah dan atau terkurung dalam api
Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan
Apabila ditemukan hal seperti tersebut di atas, sangat mungkin terjadi trauma inhalasi yang
memerlukan penanganan definitive, termasuk pembebasan jalan nafas.
2) Breathing
Gangguan breathing yang timbul cepat dapat disebabkan karena:
a) Inhalasi partikel partikel panas yang mengakibatkan proses peradangan dan edema
pada saluran nafas. Mengatasi sesak yang terjadi adalah dengan penanganan yang
agresif, lakukan airway definitive untuk menjaga jalan nafas.
b) Keracunan CO (karbonmonoksida).
Asap dan api mengandung CO. Apabila pasien berada dalam ruangan tertutup yang
terbakar, maka kemungkinan keracunan CO cukup besar. Diagnostiknya sulit (apalagi
di pra RS). Kulit yang berwarna merah terang biasanya belum terlihat. Pulse oksimeter
menunjukkan tingkat saturasi oksigen yang cukup walaupun pasien dalam kondisi
sesak.
Bila diduga keracunan CO, maka diberikan oksigen 100% dengan non rebreathing mask
atau bila perlu ventilasi tambahan dengan BVM yang ada reservoar oksigen.
3) Circulation
Kulit yang terbuka menyebabkan penguapan air yang berlebih dari tubuh, dengan akibat
terjadinya dehidrasi yang memerlukan tindakan resusitasi cairan.
a) Resusitasi syok
Menggunakan larutan kristaloid melalui dua jalur intravena.
b) Resusitasi tanpa syok
Resusitasi tanpa syok merupakan resusitasi cairan tanpa gejala klinis syok atau pada
kasus dengan luas < 25-30%, tanpa keterlambatan atau dijumpai keterlambatan kurang
dari 2 jam. Kebutuhan cairan yang diberikan adalah berdasarkan rumus Baxter sebagai
berikut:
4 ml/kgBB x % luka bakar
(pada dewasa)
2 ml/kgBB x % luka bakar
(pada anak)
Pemberian cairan mengikuti metode yang ditentukan berdasarkan formula Parkland. Pada
24 jam pertama: separuh jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya.
Pemantauan sirkulasi renal juga harus dilakukan. Jumlah produksi urine dipantau melalui
kateter urine setiap jam (30-50 cc atau 0,5 ml/kgBB setiap jam pada orang dewasa, 1
ml/kgBB/jam pada anak dan 2 cc/kgBB/jam pada bayi). Apabila produksi urine <0,5
ml/kgBB/jam maka jumlah cairan ditingkatkan sebanyak 50% dari jumlah yang diberikan
pada jam sebelumya. Apabila produksi urine >1 cc/kgBB/jam, maka jumlah cairan yang
diberikan dikurangi 25% dari jumlah yang diberikan pada jam sebelumnya.
Bila fase pra RS hanya singkat, maka tidak perlu pemasangan kateter urine. Namun
dalam keadaan khusus dimana masa pra-RS lama, maka perlu pemasangan kateter
sehingga dapat dilakukan pemantauan produksi urine.
4) Disability
Pemeriksaan kesadaran dengan GCS dan tanda lateralisasi (pupil dan motorik) harus
dilakukan.
5) Eksposure
Pastikan pasien tidak mengalami hipotermi.
c. Secondary Survey
1) Anamnesis
Penting untuk menanyakan dengan teliti hal sekitar kejadian. Tidak jarang terjadi
disamping luka bakar akan ditemukan perlukaan lain yang disebabkan usaha melarikan diri
dari api dalam keadaan panik.
2) Pemeriksaan head to toe
Pemeriksaan head to toe dilakukan dengan teliti. Apabila ditemukan kelainan harus
diberikan penanganan yang sesuai.
3) Perawatan luka bakar
Untuk tindakan pra-RS tidak perlu dilakukan apa apa selain menutup dengan kain bersih.
Jangan memecahkan bula atau vesikel pada fase pra-RS. Perawatan luka dilakukan segera
setelah tindakan resusitasi jalan nafas dan mekanisme bernafas serta resusitasi cairan
dilakukan, yang meliputi tindakan debridement, necrotomy dan tindakan pencucian luka.
4) Indikasi rawat inap
Pada beberapa kasus luka bakar perlu dirujuk ke pusat luka bakar adalah sebagai berikut:
- Luka bakar derajat II >15% pada dewasa dan > 10% pada anak anak
- Luka bakar derajat II pada muka, tangan dan kaki, perineum dan sendi
- Luka bakar derajat III > 2% pada dewasa, setiap derajat III pada anak-anak
- Luka bakar disebabkan listrik, disertai cedera jalan nafas atau komplikasi lain
3. Intervensi Keperawatan
Nutrition Monitoring
Timbang BB pasien
Monitor adanya penurunan berat
badan
Monitor turgor kulit
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
5 Kerusakan integritas Dalam 3 x 24 jam perawatan, Skin Care : Graft Site
jaringan berhubungan diharapkan pasien dapat:
Kaji luka bakar luas dan derajatnya
dengan luka bakar Tissue Integrity : Skin Perawatan luka steril
Persiapkan pasien untuk tindakan
Kemerahan berkurang skin graft
Tekstur kulit membaik
Infection Protection
Kulit elastic
Sensasi pada kulit baik Cuci tangan dengan baik dan benar
Tidak terjadi pigmentasi sebelum dan sesudah kontak dengan
abnormal pasien
Kulit tidak mengelupas Bimbing pasien dan keluarga pasien
Perspiration kulit baik bagaimana teknik untuk membatasi
Kulih utuh penyebaran infeksi
Gunakan sarung tangan dalam
perawatan pasien menghindari
penyebaran jamur ke pasien lain
Anjurkan pasien untuk mencuci
tangan dengan baik dan benar
sebelum dan sesudah kontak dengan
bagian tubuh yang terinfeksi agar
tidak menyebar ke bagian tubuh lain
yang tersentuh
Berikan penjelasan nutrisi yang
adekuat yang diperlukan untuk pasien
Bimbing pasien dan keluarga
mengenal tanda-tanda infeksi yang
makin memburuk dan segera untuk
mencari pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck,G. N & Doctherman, J. M. (2008). Nursing Intervensions Classification (NIC), Fifth Edition.
St. Louis : Mosby Year Book
Herdman, T. H. (2011). Diagnosa Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2012 2014 (NANDA). Jakarta:
EGC ( terjemahan Sumarwati, dkk, 2011)
Kowalak, J. P, Welsh, W. & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Maryati, L. G. (2015). Materi Kuliah: Asuhan Keperawatan Pasien Luka Bakar. Denpasar: RSUP
Sanglah
Moorhead S. & Johnson, M. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. St. Louis :
Mosby Year Book
Morton, P.G., Fontaine, D., Hudak, C.M. & Gallo, B.M. (2012). Keperawatan Kritis: Pendekatam
Asuhan Holistik. Edisi 8. Volume 2. Terjemahan oleh Subekti, dkk. (2008). Jakarta: EGC
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction Publishing