TIMBUNAN REKLAMASI
Bourada Mohamed
Mahasiswa S2 Geoteknik ITS
Prof. Dr. Ir. Herman Wahyudi
Dosen Pembimbing
Email: bmfgenie@yahoo.fr
ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan lahan hunian semakin sempit
dan perlu adanya pengembangan lahan. Salah satu cara untuk tujuan
pengembangan kawasan dengan cara reklamasi. Reklamasi adalah suatu
pekerjaan penimbunan tanah dengan skala volume dan luasan yang sangat besar
pada suatu lahan atau kawasan kosong dan berair seperti di kawasan pantai,
daerah rawa, sungai, danau dan suatu lokasi di laut.
Pada saat pelaksanaan reklamasi pantai kebutuhan material timbunan sangat
besar. Selain persyaratan umum yang harus dipenuhi sebagai material timbunan
yaitu pasir minimum 80% dan lanau-lempung maksimum 20% (Wahyudi, Herman,
1997, Teknik Reklamasi, Teknik Sipil ITS, Surabaya), persyaratan kepadatan
juga harus dipenuhi. Pihak Kontraktor, sebagai pelaksana lapangan, ingin
mengetahui secara cepat dan mudah pada saat material timbunan tiba di
lapangan, dengan hanya melakukan salah satu test kepadatan misal CBR, maka
tanpa harus melakukan tipe test kepadatan yang lainnya, dapat diketahui
parameter kepadatan tanah yang lain, misal dry density, angka pori dan
porositas.
Penelitian melalui uji laboratorium untuk mempelajari korelasi antara CBR
dengan parameter fisis tanah timbunan reklamasi ini menggunakan material
timbunan yang terdiri dari lempung-lanau (lolos ayakan No. 200 atau diameter
0,075 mm) dan pasir (lolos ayakan No.10 atau diameter 2 mm). Sampel dibuat 5
macam dengan komposisi pasir : lempung-lanau sebagai berikut 100% : 0% , 95%
: 5% , 90% : 10% , 85% : 15% , 80% : 20% . Langkah selanjutnya pemadatan
modified proctor dengan jumlah sampel 60 sampel (6 variasi x 5 sampel/variasi
x 2 sampel kondisi jenuhtidak jenuh). Tahap berikutnya adalah pengujian harga
CBR sebanyak 60 sampel (6 variasi x 5 sampel/variasi x 2 sampel kondisi jenuh
tidak jenuh) dengan kondisi jenuh (direndam) dan tidak jenuh (tidak direndam).
Tahap akhir adalah pengujian Volumetric-Gravimetri dan spesific gravity
sebanyak 120 sampel (6 variasi x 5 sampel/variasi x 2 sampel kondisi jenuh
tidak jenuh x 2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar nilai CBR maka semakin
besar nilai berat volume kering (d), semakin kecil nilai angka pori (e) dan
porositas (n), dan sebaliknya. Nilai d terbesar didapatkan dari campuran 90%
pasir dengan 10% lempung-lanau, dimana pada kondisi tidak jenuh dengan (CBR
= 44,068%) dan pada kondisi jenuh dengan (CBR = 21,3099%) didapatkan harga
d yang sama (d = 2 t/m3). Hasil percobaan dinyatakan pula dengan hubungan
antara d dengan CBR, dimana secara regresi linier untuk tanah tidak jenuh
adalah (d = 0,0293.CBR +0,7088) dan untuk tanah jenuh dinyatakan dengan (d
= 0,0171.CBR+1,6356). Persamaan antar parameter ini hanya valid digunakan
untuk material reklamasi dengan komposisi pasir minimal 80% dan lempung-
lanau maksimal 20%.
(soaked), melihat kondisi tersebut maka Penelitian ini juga dapat sebagai masukan
permasalahan yang terjadi adalah: para praktisi lapangan karena adanya daftar
- Bagaimana pengaruh komposisi pasir dan nilai korelasi antara CBR dengan parameter
lempung-lanau terhadap berat volume fisis tanah timbunan reklamasi, yang apabila
tanah (d). salah dalam pemilihan komposisi material
- Bagaimana hubungan antara kepadatan timbunan akan mengakibatkan kerusakan
tanah (d) dengan nilai CBR. struktur dan kerugian yang besar.
- Bagaimana pengaruh kadar air (w)
terhadap nilai CBR. 2. TINJAUAN PUSTAKA
- Bagaimana hubungan antara angka pori
dan porositas tanah timbunan dengan CBR Untuk mengetahui tingkat kepadatan tanah
ada tiga parameter yang bisa digunakan
1.3. Tujuan Penelitian yaitu relative density (DR), berat volume
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk kering (d) dan angka pori (e). Relative
mengetahui korelasi antara nilai CBR dengan density hanya digunakan untuk jenis tanah
parameter fisis tanah, yang ditentukan dari granular, sedangkan berat volume kering
nilai berat volume tanah (d) , angka pori (d) dan angka pori (e) untuk semua jenis
(e), porositas (n) dan kadar air (wc). tanah berbutir halus maupun kasar
(granular). Parameter berat volume kering
1.4. Batasan Masalah (d) lebih sering digunakan para praktisi
lapangan untuk menentukan parameter
Mengingat tingkat kedalaman dan sangat kepadatan dibandingkan angka pori (e).
spesifiknya judul penelitian Korelasi antara
Selain itu berat volume kering (d) lebih
CBR dengan parameter fisis tanah timbunan
sesuai digunakan pada pekerjaan reklamasi
reklamasi, maka yang dipelajari dalam
karena jenis tanah timbunannya terdiri dari
penelitian ini hanya terbatas pada pengaruh
tanah berbutir halus dan kasar. Terkait
parameter fisis tanah ( d, e, n, wc)
dengan judul penelitian kami maka teori-
terhadap nilai CBR. Korelasi ini dilakukan
teori berikut hanya yang berhubungan
dalam kondisi jenuh (saturated soil) dan
dengan berat volume kering (d).
tidak jenuh (unsaturated soil).
2.1. Hubungan Berat-Volume Tanah
1.5. Lingkup Pekerjaan
Pada penelitian ini akan dilaksanakan a. Berat volume ()
pengujian-pengujian yang akan berkaitan W
dengan judul penelitian sebagai berikut : = ........................................(1)
V
- Test Modified Proctor , karena pada saat W: berat tanah.
operasional banyak menggunakan alat V: volume tanah.
berat untuk memperoleh berat volume
kering ( d ) dan kadar air (wc) a.1. Berat volume tanah kering (d)
- Test CBR untuk mendapatkan nilai
Ws
CBR. d = .....................................(2)
- Test Volumetri-Gravimetri untuk Vs
memperoleh Gs, e dan n. sat
d = (3)
1.6. Kontribusi Penelitian (1 + w)
Ws: berat tanah kering.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
Vs: volume tanah kering.
solusi di dalam penanganan masalah
pemilihan material timbunan pada reklamasi
a.2. Berat volume tanah jenuh (sat)
pantai untuk mengetahui komposisi dan
Ww
parameter fisis material timbunan yang akan
sat = .(4)
diperlukan berdasarkan CBR yang V
diharapkan. sat=d(1+w)
VS
Berat Isi Kering (gr/c c)
1.35
1.30
e
n= (10) 1.25
1+ e 1.20
1.15
glasier, untuk menekan partikel tanah Nilai puncak dari berat isi kering disebut
menjadi susunan yang lebih padat. Tetapi kerapatan kering maksimum dan kadar air
Aberg tidak sependapat pada salah satu pada kerapatan kering maksimum disebut
faktor yang diperlukan untuk memperkecil kadar air optimum. Sebuah garis angka pori
void ratio pada saat pemadatan yaitu nol (zero air void, ZAV) dapat digambarkan
distribusi ukuran butiran bergradasi baik dan selalu berada diatas kurva pemadatan
(well graded) karena dari hasil apabila nilai Gs yang benar telah digunakan.
perhitungannya ternyata bahwa distribusi Garis ZAV menunjukkan kerapatan kering
ukuran butiran bergradasi selang (gap pada saat kejenuhan 100% (SR = 100%).
graded) menghasilkan nilai berat volume
kering yang lebih kecil dibandingkan dengan Hubungan antara kadar air () dan berat
distribusi ukuran bergradasi baik (well volume kering (d) dapat dirumuskan sebagai
graded). berikut :
Lee dan Suedkamp (1972) [2] telah
mempelajari kurva-kurva pemadatan dari 35 S
jenis tanah. Mereka menyimpulkan bahwa d = ..............................................(11)
kurva pemadatan tanah-tanah tersebut 1+
dapat dibedakan hanya menjadi empat tipe Gs
umum. Hasilnya terlihat pada Gambar 3. Va = 0, S r = 100% ZAV = W ..(12)
Kurva pemadatan tipe A berbentuk bel 1 + Gs
umumnya terdapat hampir pada semua
tanah lempung dengan nilai batas cair (LL)
antara 30 70. Kurva tipe B berpuncak satu
setengah, umumnya terdapat pada pasir s : berat volume tanah basah (g/cc)
dengan LL < 30 (kurva tipe B merupakan Va : volume udara (cc)
hasil yang lebih cocok dengan kondisi Sr : derajat kejenuhan (%)
sampel pengujian kami yang dominan tanah Gs : berat spesifik tanah
pasir). Kurva tipe C berpuncak ganda, yang
terdapat pada tanah dengan LL < 30 atau LL 2.3 Pengujian CBR
> 70. Kurva tipe D berbentuk ganjil,
Berbagai metode telah dikembangkan untuk
umumnya terdapat pada tanah yang
menentukan stabilitas relative pada tanah
mempunyai LL > 70.
timbunan yang dipadatkan untuk subgrade
jalan. Sebagian besar dari metode ini adalah
dengan mengambil contoh tanah di lapangan
dan mengujinya di laboratorium dengan
mensimulasikan menurut kondisi lapangan.
Pengujian dilakukan terhadap deformasi
atau kekuatan geser dari contoh tanah dan
kemudian hasil pengujian tersebut
diinterpretasi dan dikorelasikan untuk
penggunaanya sebagai tanah pendukung
lapisan perkerasan. Dari berbagai pengujian
stabilitas tersebut yang paling banyak
digunakan bagi para perencana untuk
menunjukkan indeks stabilitas adalah
pengujian California Bearing Ratio atau
disingkat CBR
4.2 Korelasi Antara Nilai Swelling dengan Pada Gambar 9 di atas terlihat bahwa
Kadar Air Pada Kondisi Jenuh cenderung pada komposisi pasir 90% dan
lempung lanau 10%, semakin besar
4.2.1 Benda Uji dengan Komposisi Pasir
prosentase kadar air maka semakin kecil
95% dan Lempung-Lanau 5%
pula nilai swellingnya. Hal ini disebabkan
pada benda uji dengan prosentase kadar air
besar, proses swelling telah terjadi terlebih
dahulu pada saat pemeraman. Perlu
diketahui bahwa pada prosentase kadar air
14,60% dan 18,25%, proses penurunan
terjadi pada awal pengamatan hingga 24
jam, hal ini disebabkan oleh perlawanan
campuran lempung-lanau dan air belum
mampu sepenuhnya untuk menahan loading
cell yang berada di atas benda uji.
4.4. Korelasi antara CBR dengan angka Pada Gambar 16. dan menujukkan bahwa
pori (e) dominan pada semua komposisi pasir dan
4.4.1. Kondisi Tidak Jenuh lempung-lanau, peningkatan harga CBR akan
mengakibatkan mengecilnya angka pori (e).
Hal ini disebabkan oleh bertambahnya daya Gambar 17. Pengaruh CBR terhadap
dukung tanah pada saat kepadatan tanah porositas pada kondisi tidak jenuh (Sr<1)
meningkat sehingga nilai CBR menjadi besar
pula
DAFTAR PUSTAKA
1. Day, Robert W. (1997) Discussions Grain-
Size Distribution for Smallest Possible
Void Ratio, Journal of Geotechnical and
Geoenvironmental Engineering, ASCE,
Vol. 123 No. 1, 78 pages
2. Lee, P.Y., and Suedkamp, R.J. (1972)
Characteristics of Irregularly Shaped
Compaction Curves of Soils, Highway
Research Record No. 381, National
Academy of Sciences, Washington, D.C.,
1-9