Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

A. Konsep Medis
1. Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan lensa yang dapatterjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya.
(Tamsuri Anas, 2011: 54)
Katarak merupakaan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa di dalam kapsul lensa atau suatu keadaan patologik lensa dimana
lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein.
Kekeruhan dapat terjadi akibat gangguan metabolism normal lensa yang dapat
timbul pada berbagai usia tertentu. (Ilyas, 2005: 128).
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga
menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin, 2009).
Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa
rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat
timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009)
2. Penyebab
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat menderita katarak
yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan didalam
kehamilan. keadaan ini disebut sebagai katarak kongengital. Penyebab katarak
lainnya adalah:
a. Faktor keturunan
b. Cacat bawaan sejak lahir
c. Masalah kesehatan,misal diabetes
d. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid
e. Gangguan metabolisme seperti DM
f. Gangguan pertumbuhan
g. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam jangka waktu lama
h. Rokok dan alcohol
i. Operasi mata sebelumnya
j. Trauma pada mata
3. Manifestasi klinis
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif
(seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan
melihat asap dan pupil mata bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah
matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata
menja di negatif (-). Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan
dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Peka terhadap sinar atau cahaya.
3. Dapat melihat dobel pada satu mata.
4. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

4. Patofisiologi
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.
a. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh.
Otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil
diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, dalam posisi
ini daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya pararel akan terfokus
keretina.
b. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat
Otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastic kemudian memmpengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi
oleh peningkatan daya biasnya. Kerja sama fisiologik antara korpus sillaris,
zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat keretina disebut sebagai
akomodasi, seiring dengan pertambahan usia, kemampuan dalam refraksi
lensa perlahan lahan akan berkurang, disebabkan karena perubaahan kimia
dalam protein lensa sehingga terjadi koagulasi yang mengabutkan pandangan
dengan menghambat jalannya cahaya keretina.
Lensa mata yang normal maka akan transparan dan mengandung banyak air,
sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah. tapi setelah mengalami
gangguan maka lensa akan mengalami kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan
anomaligeometri. Pada orang yang mengalami lensa katarak memiliki cirri berupa
edema lensa,perubahan protein, peningkatan proliferrasi, dan kerusakan
kontinuitas normal serat serat lensa. Secara umum edema lensa berfariasi sesuai
stadium perkembangan katarak.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona central terdapat
nucleus, di perifer ada korteks dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul
anterior dan posterior. Pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-
agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi
transparansinya. Perubahan protein pada lensa mengakibatkan perubahan warna
lensa menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri
di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.\
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multiple, memanjang dari badan silier
ke sekitar daerah lensa mengakibatkan penglihatan distorsi. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagolasi, sehingga mengakibatkan
pandangan berkabut. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal disertai influks air ke dalam lensa yang mengakibatkan patahnya serabut
lensa yang tegang sehingga mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim tertentu mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi, jumlah enzim ini akan menurun dengan
bertambahnya usia. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam
terbentuknya katarak antara lain kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas),
sinar ultraviolet dan malnutrisi.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan visus dengan kartu snellen atau chart projector dengan
koreksi terbaik serta menggunakan pinhole.
2) Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior
3) Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi
atau Schiotz. Jika TIO dalam batas normal (< 21 mmHg) dilakukan dilatasi
pupil dengan tetes mata Tropicanamide 0.5%. setelah pupil cukup lebar
dilakukan pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat serajat kekeruhan
lensa apakah sesuai dengan visus pasien.
Derajat 1 : nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12,
tampak sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refluks fundus
masih mudah diperoleh. Usia penderitanya biasanya kurang dari 50
tahun.
Derajat 2 : Nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12
6/30, tampak nucleus mulai sedikit berawarna kekuningan. Refleks
fundus masih mudah diperoleh dan paling sering memberikan gambaran
seperti katarak subkapsularis posterior.
Derajat 3 : nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus antara
6/30 3/60, tampak nukleus berwarna kuning disertai kekeruhan
korteks yang berwarna keabu-abuan
Derajat 4: nukleus keras, biasanya visus antara 3/60 1/60, tampak
nukleus berwarna kuning kecoklatan. Reflex fundus sulit dinilai
Derajat 5 ; nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih
jelek. Usia penderita sudah di atas 65 tahun. Tampak nucleus berawarna
kecoklatan bahkan sampai kehitaman, katarak ini sangat keras dan
disebut juga sebagai Brunescence cataract atau black cataract.
4) Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan.
5) Pemeriksaan penunjang : USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain
pada mata selain katarak.
6) Pemeriksaan tambahan : biometri untuk mengukur power IOL jika pasien
akan dioperasi katarak dan retinometri untuk mengetahui prognosis tajam
penglihatan setelah operasi.

6. Penatalaksanaan
a. Secara Medis
Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis umumnya
dengan jalan operasi. penilaian bedah didasarkan pada lokasi,ukuran dan
kepadatan katarak. Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai
bagian dari lensa mata atau katarak total. Lapisan mata diangkat dan diganti
lensa buatan(lensa intraokuler). Pembedahan katarak bertujuan untuk
mengeluarkan lensa yang keruh. Lensa dapat dikeluarkan dengan pinset atau
batang kecil yang dibekukan. Kadang kadang dilakukan dengan
menghancurkan lensa dan mengisap keluar.Adapun tekhnik yang digunakan
pada operasi katarak adalah :
1) Fakoemulsifikasi
Merupakan teknologi terkini,hanya dengan melakukan sayatan (3mm)
pada kornea. Getaran ultrasonic pada alat fakoemulsifikasi dipergunakan
untuk mengambil lensa yang mengalami katarak,lalu kemudian diganti
dengan lensa tanam permanent yang dapat dilipat. Luka hasil sayatan pada
kornea kadang tidak memerlukan penjahitan, shg pemulihan penglihatan
segera dapat dirasakan. Teknik fakoemulsifikasi memakan waktu 20-30
menit dan hanya memerlukan pembiusan topical atau tetes mata selama
operasi.
2) Ekstra kapsuler
Dengan teknik ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang, agar dapat
mengeluarkan inti lensa sec utuh, kemudian sisa lensa dilakukan aspirasi.
Lensa mata yang telah diambil digantikan dengan lensa tanam permanent.
Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa jahitan.
a) Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie(ECCE)
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk
mencegah prolaps vitreus, melindungi retina dari sinar ultraviolet dan
memberikan sokongan untuk implantasi lensa intra okuler.
b) Intra Capsular Catarak Ekstraktie(ICCE)
Lensa diangkat seluruhnya. Keuntungannya prosedur mudah
dilakukan. Kerugiannya mata berisiko mengalami retinal detachment
(lepasnya retina )
b. Terapi
Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat
diberikan pada pasien dengan katarak yang belum begitu parah. Senyawa aktif
dalam obat tetes mata dari keben yang bertanggung jawab terhadap
penyembuhan penyakit katarak adalah saponin. Saponin ini memiliki efek
meningkatkan aktifitas proteasome yaitu protein yang mampu mendegradasi
berbagai jenis protein menjadi polipeptida pendek dan asam amino. Karena
aktivitas inilah lapisan protein yang menutupi lensa mata penderita katarak
secara bertahap dicuci sehingga lepas dari lensa dan keluar dari mata berupa
cairan kental berwarna putih kekuningan.
7. KOMPLIKASI PEMBEDAHAN
a. Luka yang tidak sempurna menutup
b. Edema kornea
c. Inflamasi dan uveitis
d. Atonik pupil
e. Papillary captured
f. Kekeruhan kapsul posterior
g. TASS (toxic anterior segment syndrome)
h. Ablasio retina
i. Endoftalmus
j. Sisa massa lensa
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KATARAK

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
b. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari
secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan
keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
c. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
1) Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak) .
2) Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
3) Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
4) Perubahan daya lihat warna
5) Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata
6) Lampu dan matahari sangat mengganggu
7) Sering meminta ganti resep kaca mata
8) Lihat ganda
9) Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
10) Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain

d. Riwayat penyakit dahulu


Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti
1) DM
2) hipertensi
3) pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu
resiko katarak.
4) Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
5) ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid / toksisitas fenotiazin.
6) riwayat alergi
7) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat
stress,

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan
melihat lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp,
dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran
miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan
mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak
bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan
dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.
1) Ketajaman Penglihatan
Cara termudah mengkaji penglihataan jarak dekat adalah dengan
meminta klien membaca materi yang dicetak dibawah pencahayaan yang
adekuat. Jika klien memakai kacamata ,kacamata dipakai saat
pemeriksaan.
Pemeriksaan penglihatan jarak jauh dengan menggunakan snellen
chart. Klien diminta duduk atau berdiri 6,1 m dari snellen chart untuk
membaca semua huruf dimulai dari garis mana saja, pertama dengan kedua
mata terbuka kemudian denggan satu mata tertutup dan minta klien tidak
menekan mata. Skor ketajaman penglihatan dicatat untuk setiap mata dan
kedua mata. Mata normal dapat membaca bagan dengan perbandingan
20/20.
2) Gerakan Ekstraokuler
Meminta klien untuk menatap kekiri dan kekanan,atau minta klien duduk
dan perawat mengangkat jari pada jarak (15-30 cm)lalu pasien mengikuti
gerakan jari hanya dengan mata.
3) Lapang Pandang
Pada saat seseorang memandang lurus kedepan,semua benda dibagian tepi
normalnya dapat terlihat tanpa mata bergerak mengikuti benda (pandangan
lurus).
4) Stuktur Mata Ekstre
a) Posisi dan kesejajaran mata
b) Adakah tonjolan (eksoftalamus)
c) Tumor atau inflamasi
5) Alis
a) Simetris
b) Distribusi rambut
6) Kelopak mata
a) Posisi, warna, kondisi permukaan, dan arah bulu mata
b) Kemampuan klien untuk meembuka, menutup dan berkedip.
7) Aparatus Laktrimal
a) Inspeksi : adanya edema atau kemerahan
b) Palpasi : normalnya tidak teraba
8) konjungtiva dan sclera
a) konjungtiva : kemerahan
b) sclera : putih
9) Kornea
Bagian mata yang transparan,tidak berwarna,menutupi pupil dan iris
10) Pupil dan iris
a) Pupil normal : hitam,bulat,regular,sama ukurannya
b) Iris :jernih
c) PERRLA (pupil sama,bulat,reaktif thd cahaya dan akomodasi )
11) Struktur Interna Mata
Bagian interna mata tidak dapat diobservasi tanpa bantuan alat untuk
menerangi struktur strukturnya yaitu oftalmoskop,digunakan untuk
menginspeksi fundus yang mencakup retina,koroid,discus saraf
optikus,macula,fovea sentralis,dan pembuluh retina
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system
saraf atau penglihatan ke retina ayau jalan optic.
2) Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat
atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
3) Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik /
infeksi
4) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk
memastikan aterosklerosis.
5) Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.

2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan penerimaan
sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai
dengan : Menurunnya ketajaman penglihatan, perubahan respon biasanya
terhadap rangsang.
b. Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan kemungkinan
kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.
Post Operatif
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur invasive
Domain 12 : kenyamanan
Kelas 1 : kenyamanan Fisik
Definisi : pengalaman sensori da emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial yang digambarkan
sebagai kerusakan;awitan yang tiba- tiba atau lambat dari intensitas ringana
hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi

Batasan karakteristik
- Ekpresi wajah nyeri (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, ider
meringis)
- Fokus pada diri sendiri
- Perubahan selera makan
- Keluhan tentang intensitas menggunakan standar kala nyeri (wong baker,
FACES, skala analog visual)

Faktor yang berhubungan


Agens cidera fisik (prosedur bedah)
b. Resiko infeksi b.d prosedur invasive pengangkatan katarak
Domain 11 : keamanan/perlindungan
Kelas 1 : infeksi
Definisi
Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organism patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan
Faktor Risiko
- Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajaman pathogen
- Prosedur invasive

c. Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan


penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan secara terapeutik dibatasi,
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan b.d tidak
mengenal sumber informasi, salah intrepetasi, kurangnya mengingat,
keterbatasan kognitif
Domain 5 : persepsi / kognisi
Kelas 4 : kognisi
Definisi
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic
tertentu

Batasan karakteristik
- Ketidakakuratan mengikuti perintah
- Kurang pengetahuan

Faktor yang berhubungan


- Kurang informasi
- Kurang sumber pengetahuan
- Kurang minat untuk belajar
a. PRE OPERATIF
1) Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi.
Kriteria hasil :
- Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat lingkungan
semaksimal mungkin.
- Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negative
- Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.
Intervensi Rasional
1.1.Orientasikan pasien terhadap 1. Memperkenalkan pada pasien tentang
lingkungan aktifitas. lingkungan dam aktifitas sehingga dapat
1.2.Bedakan kemampuan lapang meninggalkan stimulus penglihatan.
pandang diantara kedua mata 2. Menentukan kemampuan lapang pandang
1.3.Observasi tanda disorientasi tiap mata
dengan tetap berada di sisi 3. Mengurangi ketakutan pasien dan
pasien. meningkatkan stimulus.
1.4.Dorong klien untuk melakukan 4. Meningkatkan input sensori, dan
aktivitas sederhana seperti mempertahankan perasaan normal, tanpa
menonton TV, radio, dll meningkatkan stress.
1.5.Anjurkan pasien menggunakan 5. Menurunkan penglihatan perifer dan
kacamata katarak, cegah lapang gerakan.
pandang perifer dan catat 6. Menurunkan penglihatan perifer dan
terjadinya bintik buta. gerakan.
1.6.Posisi pintu harus tertutup
terbuka, jauhkan rintangan.

2) Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan kemungkinan


kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.
Tujuan : kecemasan teratasi
Kriteria hasil :
Mengungkapkan kekhawatirannya dan ketakutan mengenai pembedahan yang
akan dijalani.
Mengungkapkan pemahaman tindakan rutin perioperasi dan perawatan.
Intervensi Rasional
2.1 Ciptakan lingkungan yang tenang dan 1. Membantu mengidentifikasi sumber
relaks, berikan dorongan untuk verbalisasi ansietas.
dan mendengarkan dengan penuh 2. Meningkatkan keyakinan klien
perhatian. 3. Meningkatkan keyakinan klien
2.2 Yakinkan klien bahwa ansietas 4. Meningkatkan proses belajar dan
mempunyai respon normal dan informasi tertulis mempunyai sumber
diperkirakan terjadi pada pembedahan rujukan setelah pulang.
katarak yang akan dijalani 5. Pengetahuan yang meningkat akan
2.3 Tunjukkan kesalahpahaman yang menambah kooperatif klien dan
diekspresikan klien, berikan informasi menurunkan kecemasan
yang akurat. 6. Menjelaskan pilihan memungkinkan
2.4 Sajikan informasi menggunakan metode klien membuat keputusan secara
dan media instruksional. benar.
2.5 Jelaskan kepada klien aktivitas
premedikasi yang diperlukan.
2.6 Diskusikan tindakan keperawatan pra
operatif yang diharapkan.
2.7 Berikan informasi tentang aktivitas
penglihatan dan suara yang berkaitan
dengan periode intra operatif

b. POST OPERATIF
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur invasive.
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil : klien melaporkan penurunan nyeri secara progresif dan nyeri
terkontrol setelah intervensi.
Intervensi Rasional
1.1 Bantu klien dalam mengidentifikasi 1. Membantu pasien menemukan tindakan
tindakan penghilangan nyeri yang yang dapat menghilangkan atau
efektif. mengurangi nyeri yang efektif.
1.2 Jelaskan bahwa nyeri dapat terjadi 2. Nyeri dapat terjadi sampai anestesi local
sampai beberapa jam setelah habis, memahami hal ini dapat membantu
pembedahan. mengurangi kecemasan yang berhubungan
1.3 Lakukan tindakan mengurangi nyeri dengan yang tidak diperkirakan.
dengan cara: 3. Latihan nyeri dengan menggunakan
1.4 Posisi : tinggikan bagian kepala tindakan yang non farmakologi
tempat tidur, ganti posisi dan tidur, memungkinkan klien untuk memperoleh
ganti posisi dan tidur pada sisi yang rasa kontrol terhadap nyeri.
tidak dioperasi 4. Analgesik dapat menghambat reseptor
1.5 Distraksi nyeri.
- Latihan relaksasi 5. Tanda ini menunjukkan peningkatan
Berikan obat analgetik sesuai tekanan intra ocular atau komplikasi lain.
program
Lapor dokter jika nyeri tidak
hilang setelah jam
pemberian obat, jika nyeri
disertai mual.

2) Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah


pengangkatan).
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Tanda-tanda infeksi tidak terjadi
b. Penyembuhan luka tepat waktu
c. Bebas drainase purulen , eritema, dan demam
Intervensi Rasional
2.1 Tingkatkan penyembuhan luka
dengan : 1. Nutrisi dan hidrasi yang optimal
a. Beri dorongan untuk mengikuti diet meningkatkan kesehatan secara
seimbang dan asupan cairan yang keseluruhan, meningkatkan penyembuhan
adekuat luka pembedahan.
b. Instruksikan klien untuk tetap 2. Memakai pelindung mata meingkatkan
menutup mata sampai hari pertama penyembuhan dan menurunkan kekuatan
setelah operasi atau sampai iritasi kelopak mata terhadap jahitan luka.
diberitahukan.
2.2 Gunakan tehnik aseptic untuk 3. Tehnik aseptic menimalkan masuknya
meneteskan tetes mata : mikroorganisme dan mengurangi infeksi.
a. Cuci tangan sebelum memulai
4. Tehnik aseptic menurunkan resiko
b. Pegang alat penetes agak jauh dari
penyebaran infeksi/.bakteri dan kontaminasi
mata.
silang.
c. b. Ketika meneteskan hindari kontk
antara mata dengan tetesan dan alat
5. Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi
penetes.
operasi.
2.3 Gunakan tehnik aseptic untuk
membersihkan mata dari dalam ke 6. Deteksi dini infeksi memungkinkan
luar dengan tisu basah / bola kapas penanganan yang cepat untuk
untuk tiap usapan, ganti balutan dan meminimalkan keseriusan infeksi.
memasukkan lensa bila
7. Ketegangan pada jahitan dapat
menggunakan.
menimbulkan interupsi, menciptakan jala
2.4 Tekankan pentingnya tidak
masuk untuk mirkoorganisme
menyentuh / menggaruk mata yang
dioperasi.
8. Sediaan topical digunakan secara
2.5 Observasi tanda dan gejala infeksi
profilaksis, dimana terapi lebih agresif
seperti : kemerahan, kelopak mata
diperlukan bila terjadi infeksi
bengkak, drainase purulen, injeksi
konjunctiva (pembuluh darah
menonjol), peningkatan suhu.
2.6 Anjurkan untuk mencegah
ketegangan pada jahitan dengan cara
menggunakan kacamata protektif
dan pelindung mata pada malam
hari.
2.7 Kolaborasi obat sesuai indikasi :
Antibiotika (topical, parental atau
sub conjunctiva) Steroid
3) Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan secara terapeutik dibatasi,
ditandai dengan :
a. Menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan.
b. Perubahan respo biasanya terhadap rangsang.
Hasilnya yang diharapkan :
a. Meningkatkan ketajaman penglihatn dalam batas situasi individu
b. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan

Intervensi Rasional
3.1 tentukan ketajaman penglihatan, catat 1. Kebutuhan individu dan pilihan intervensi
apakah satu atau kedua mata terlibat dan pilihan intervensi bervariasi sebab
3.2 orientasi pasien terhadap lingkungan, kehilangan penglihatan terjadi lambat dan
staf/ orang lain di area progresif.
3.3 observasi tanda-tanda dan gejala-gejala 2. Memberikan peningkatan kenyamanan
disorientasi, pertahankan pengamanan dan kekeluargaaan, menurunkan cemas
tempat tidur sampai benar-benar sembuh dan disorientasi pasca operasi.
dari anesthesia. 3. Terbangun dalam lingkungan yang tak
3.4 ingatkan klien menggunakan kacamata dikenal dan mengalami keterbatasan
katarak yang tujuannya memperbesar penglihatan dapat mengakibatkan bingung
25%, penglihatan perifer hilang pada orangtua.
4. Perubahan ketajaman dan kedalaman
persepsi dapat menyebabkan bingung /
meningkatkan resiko cedera sampai
pasien belajar untuk mengkompensasi.

4) Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis pengobatan berhubungan dengan


tidak mengenal sumber informasi, ditandai dengan klien kurang mengikuti
instruksi, sering bertanya terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan berupa HE diharapkan klien mengerti
dengan kondisi, prognosis,dan pengobatan.
Kriteria hasil :
a. Dapat melakukan perawatan dengan prosedur yang benar
b. Dapat menyembuhkan kembali apa yang telah dijelasakan.
Intervensi Rasional
4.1 Kaji informasi tentang kondisi 1. Meningkatkan pemahaman dan kerjasama
individu prognosis tipe prosedur, dengan program pasca operasi
tipe prosedur lensa. 2. Pengawasan periodic menurun kan resiko
4.2 Tekankan pentingnya evaluasi komplikasi serius.
perawatan. Beritahu untuk 3. Dapat bereaksi silang / campur dengan
melaporkan penglihatan berawan. obat yang diberikan.
4.3 Informasikan kepada klien untuk 4. Memertahankan konsistensi faeces untuk
menghindari tetes mata yang menghindari mengejan
dijual bebas. 5. Aktifitas yang menyebabkan mata lelah
4.4 Dorong pemasukan cairan yang tegang, manuver valsava atau
adekuat, makan terserat. meningkatkan TID dapat mempengaruhi
4.5 Anjurkan klien untuk hasil operasi dan mencetuskan perdarahan.
menghindari membaca, berkedip, 6. Catatan : iritasi pernapasan yang
mengangkat yang berat, mengejar menyebabkan batuk / bersih dapat
saat defekasi, membongkok pada meningkatkan TID.
panggul, meniup hidung
penggunaan spray, bedak bubuk,
merokok.
DAFTAR PUSTAKA

Benjamin J. Phil. 2010. Acute Endhoptalmitis after Cataract Surgery : 250 Consecutive
Cases treated at the tertiary referral center in Netherland. American Journal of
ophthalmology. Volume 149 No.3

Khurna A.K. 2007. Community Ophthalmology in Comprehensive Ophthalmology, fourth


edition, chapter 20, new delhi, new age limited publisher : 443-446.

Hartono. Oftalmoskopi dasar & Klinis. 2007. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press

Marylin E. Doenges. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Nico A. Lumenta. 2008. Manajemen Hidup Sehat. Jakarta: Elek Media Komputindo

Fadhlur Rahman. 2009. Laporan Kasus Katarak Matur Pada Penderita Diabetes Mellitus.

Nova Faradilla. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas Kedokteran University
of Riau

Sidarta, Ilyas. 2002. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto

Sidarta, Ilyas. Ikhtisar ilmu Penyakit Mata. 2009. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI

Sidarta, Ilyas. Dasar-dasar Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3. 2009. Jakarta:
Balai Pustaka FKUI

Anda mungkin juga menyukai