Anda di halaman 1dari 8

Nabi Luth tinggal di desa Sadum, yang terletak di wilayah Palestina.

Nabi Luth tinggal di desa itu


dengan seorang istri dan dua orang anak perempuannya.
Perangai penduduk desa Sadum sangat jahat dan kotor. Nabi Luth sudah berkali-kali mengajak
mereka agar menempuh jalan hidup yang baik, namun seruannya selalu sia-sia. Mereka tak mau
mengubah tingkah lakunya yang sesat. Penduduk Sadum suka menipu, memperdaya orang lain,
merampok, dan jika perlu membunuh.
Dan yang lebih keterlaluan lagi, kaum lelaki bukannya mengejar kaum wanita, tetapi mereka lebih
tertarik kepada lelaki yang muda dan bersih. Mereka lebih senang melepaskan nafsu berahinya
dengan sesama jenis.
Kaum wanita hanya sekedar dipergunakan untuk menyambung keturunan. Laki-laki tidak mau
menggauli wanita dengan mesra, hanya seperlunya saja. Karena itu, kaum wanita pun akhirnya
mencari kepuasan pada sesama jenis juga.
Perbuatan terkutuk itu dipelopori oleh istri Nabi Luth sendiri. Bahkan, dia yang selalu memberikan
informasi kepada laki-laki di desanya apabila ada seorang pemuda asing yang tampan lewat desanya,
atau ada calon korban perampokan yang bisa dijadikan mangsa. Sebagai imbalan, ia akan menerima
gadis-gadis belia untuk dijadikan pelampias birahinya.
Sudah puluhan tahun Nabi Luth memeras keringat untuk menyadarkan mereka, termasuk istrinya
sendiri. Namun, kejahatan mereka semakin hari semakin bertambah menjadi-jadi. Melalui firman-
firman Allah disampaikan janji-janji surga dan kebahagiaan abadi bagi mereka yang mau taat, dan
ditakut-takuti dengan ancaman neraka bagi mereka yang selalu melakukan perbuatan tercela.
Tetapi, peringatan itu bukannya digubris, malah dicemoohnya. Yang paling mengejek dan ingkar di
antara mereka justru istri Nabi Luth sendiri.
Karena merasa sudah kehabisan daya upaya, akhirnya Nabi Luth mengadu ke hadirat Allah;
"Ya, Allah tunjukkanlah kepada kaum kami yang sesat ini. Andaikata petunjuk itu masih juga ditolak,
turunkanlah kepada mereka nasihat yang bukan hanya berupa kata-kata atau ancaman saja.
Datangkanlah azab yang dahsyat agar mereka mau kembali. Jika semuanya itu masih tak diindahkan
oleh mereka. Musnahkanlah mereka sama sekali. Sebab sudah tak ada gunanya lagi mereka hidup,
mereka cuma akan menambah sengsara dan kerusakan di atas bumi ini."
Doa Nabi Luth dikabulkan oleh Allah. Maka turunlah dua malaikat dari langit. Mereka singgah di
tempat Nabi Ibrahim dengan menyamar sebagai manusia.
Setelah dihormati layaknya tamu biasa, barulah kedua malaikat Allah itu menerangkan siapa
sebenarnya mereka. Nabi Ibrahim merasa ngeri setelah mendengar penuturan malaikat itu tentang
azab yang bakal diturunkan kepada penduduk Sadum, kaum Nabi Luth itu.
Dengan menyamar sebagai pemuda yang tampan dan berkulit halus. Kedua malaikat itu kemudian
meninggalkan rumah Nabi Ibrahim, berangkat menuju desa Sadum yang penduduknya amat durhaka.
Di pinggiran desa Sadum, terlihat ada seorang gadis tengah mengambil air minum, kedua malaikat itu
segera menhampirinya, dan meminta agar mereka diterima sebagai tamu di rumah gadis itu.
Dengan ketakutan gadis itu menceritakan tabiat penduduk Sadum yang suka membunuh karena
memperebutkan anak muda yang tampan. Diberitahukan pula bahwa mereka senang sekali
memperkosa lelaki muda dengan cara yang amat kotor dan mesum. Tetapi, dua malaikat yang
menyamar itu bersikeras ingin bertamu.
Gadis yang ternyata adalah putri Nabi Luth, tidak berani menerima mereka sebelum ada ijin dari
ayahnya. Maka pulanglah gadis itu.
"Ayah, di batas desa ada dua orang lelaki muda yang sangat tampan. Belum pernah kulihat lelaki
setampan mereka. Mereka ingin bertamu dan menumpang tidur di rumah kita. Bagaimana, Ayah ?
Apakah kita akan menerima mereka ?"
Mendengar penuturan anak gadisnya, Nabi Luth menjadi terkejut dan bingung. Bila diterima
permintaan kedua pemuda itu, ia kuatir bakal terjadi bencana atas kedua pemuda itu. Tak dapat
dibayangkan, penduduk desa Sadum itu pasti akan datang berebutan untuk memperkosa mereka.
Tetapi kalau ditolak, kepada siapa lagi mereka bisa menumpang?
Akhirnya, dengan sembunyi-sembunyi Nabi Luth menemui kedua pemuda itu. Setelah bersalaman
dan bertutur kata sejenak, Nabi Luth kemudian memberitahukan cara-cara agar kedatangan mereka
jangan sampai diketahui oleh penduduk. Mereka harus berhati-hati sekali, jangan sampai rahasia
mereka terbuka.
Ketika hari telah gelap, mereka mengendap-ngendap memasuki desa Sadum, dan langsung ke rumah
Nabi Luth. Namun, alangkah terkejutnya Nabi Luth, begitu tiba di rumahnya, penduduk desa Sadum
sudah berkerumun dengan wajah beringas. Ternyata, istri Nabi Luth sendiri yang telah membocorkan
rahasia itu.
"Hai Luth, serahkan kedua pemuda itu kepada kami," teriak para penduduk." Jangan kau habiskan
sendiri makanan yang lezat itu."
Mendengar teriakan-teriakan histeris itu, berdiri bulu kuduk Nabi Luth. Dengan keberaniaanya selaku
Nabi, lalu dia keluar dan berbicara dengan kaumnya.
"Hai kaumku sekalian! bertobatlah kamu dari perbuatan keji ini. Kembalilah pada aturan yang
ditetapkan Allah, dan takutlah kepada siksaan-siksaanNYA yang dahsyat!"
Seruan Nabi Luth itu hilang tertelan oleh teriakan-teriakan kemarahan. Sebagian penduduk itu sudah
bergerak hendak menyerbu ke dalam rumah. Melihat keadaan yang semakin gawat, Nabi Luth segera
masuk ke dalam rumah dan menguncinya. Dari sebuah jendela ia berbicara lagi kepada kaumnya.
"Hai saudara-saudaraku! Kembalilah kalian kepada perempuan-perempuan yang telah dihalalkan
sebagai istri yang sah. Hiduplah yang wajar sebagai fitrah laki-laki. Apabila kalian tak mau
mendengar nasihat-nasihatku ini, aku takut siksaan Allah akan segera membinasakanmu."
Jika nafsu telah berada di puncaknya, dan birahi telah sarat dengan rangsangan, apalagi yang dapat
menghalangi, kecuali iman? Sedangkan mereka tak memiliki iman sama sekali. Oleh sebab itu seruan
Nabi Luth itu tak diacuhkan sedikitpun. Bagaikan binatang buas yang menginginkan mangsanya,
mereka mendobrak masuk untuk merebut kedua pemuda tampan itu.
Dengan tenaga tuanya, Nabi Luth berusaha mempertahankan kehormatan rumahnya. Namun,
seberapa besar kekuatan orang tua untuk menghadapi manusia-manusi yang sudah kerasukan setan
itu? Disaat-saat yang mengkhawatirkan, kedua pemuda itu berkata;
"Hai Luth, janganlah kau khawatir dan takut. Kami berdua adalah malaikat yang diutus Allah untuk
mengabulkan doamu. Mereka tak akan mampu menganggu kita. Bahkan sebentar lagi mereka akan
dihancurkan. Ayo ikuti kami, kita pergi dari tempat ini. Ajak kedua anak perempuanmu yang
shalehah, dan tinggalkan istrimu yang durhaka, sebab dia termasuk yang harus dimusnahkan.
Dengan cara diluar kekuasaan manusia, Nabi Luth dan kedua anaknya beserta beberapa orang yang
beriman dan kedua malaikat itu sendiri, meloloskan diri dan selamat hingga keluar dari desa terkutuk
itu.
Setelah orang-orang yang shaleh tak ada lagi di desa Sadum, tinggallah pendurhaka-pendurhaka yang
tengah dihinggapi nafsu setan itu, turunlah azab Tuhan yang telah dijanjikan.
Mula-mula bumi bergoyang, semua bangunan bergetar dan runtuh. Matahari yang semula
memancarkan sinarnya, tiba-tiba menjadi gelap seketika, laksana malam tanpa bintang.
Penduduk Sadum menjerit-jerit ketakutan. Mereka berlari kesana-kemari tak mengenal arah,
menabrak-nabrak apa yang ada dihadapannya. Tiba-tiba terdengar bunyi menggelegar, gunung-
gunung meletus, sungai meluap, gelombang di laut mengganas. Kemudian turun hujan batu
berbungkah-bungkah, sehingga Desa Sadum beserta penghuninya terkubur, rata dengan tanah.
Demikian kisah kaum yang dimushkan oleh Allah karena perbuatan-perbuatan mereka yang amat
durhaka.

Cerita Nabi Luth


Pada cerita islami kali ini berisi tentang cerita nabi luth as yang berusaha berdakwah, menasehati
kaumnya yaitu kaum yang sesat, namun karena mereka tidak mau menerima nasihat dan ajakan baik
dari nabi luth as, akhirnya mereka mendapatkan azab yang sangat pendih dari Allah Yang Maha
Kuasa. Untuk lebih jelasnya bagaimana kisahnya silahkan simak cerita nabi luth as lengkap di bawah
ini :

Cerita Nabi Luth

Asal usul Nabi Luth


Nabi Luth as merupakan anak saudara laki-laki dari Nabi ibrahim as. Ayah Nabi Luth as bernama
hasa bin tareh merupakan saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Beliau pindah bersama Nabi ibrahim
as dari negeri babil ke negeri syam. Tetapi tidak lama kemudian penghidupan memaksa kedua Nabi
ini berpisah. Nabi Luth as menetap di sebuah dusun yang bernama sadum, masih dalam wilayah
palestina.

Allah mengutus Nabi Luth berdakwah di Kota Sadum


Nabi Luth as diutus oleh Allah yang maha bijaksana pegi ke negeri sadum yang penduduknya sangat
durhaka kepada Allah. Sadum adalah bangsa yang tidak tahu malu, mereka selalu melakukan
kejahatan, merampok, membunuh sesama, menganiaya, sehingga tidak ada yang bearni ke negeri
tersebut

Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya, rusak mentalnya, tidak
mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiaatan dan kemungkaran
merajalela dalam peragulan hidup mereka. pencurian dan perampasan harta milik merupakan kejadian
hari-hari di mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penidasan dan
perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol adalah perbuatan hom*o*sek di
kalangan lelakinya dan les*bian di kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu
merajalela di dalam masyarakat sehingga merupakan suatu kebudayaan kaum sadum.
Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari gangguan mereka. Jika ia
membawa barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jia ia melawan atau menolak
menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang laki-laki
yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia kan menjadi rebutan antara mereka dan akan
menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan
muda maka akan menjadi mangsa dari pihak wanitanya pula.

Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan sedemikian parah penyakit
sosialnya, diutuslah Nabi Luth as sebagai utusan dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari
lembah kenistaan, kejahilan dan kesesatan serta membawa mereka ke alam yang bersih, bermoral dan
berakhlak mulia. Nabi Luth as mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah meninggalkan
kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang diilhamkan oleh iblis
dan syaitan. ia memberi penerang kepada mereka bahwa Allah telah mencipta mereka dan alam
sekitar mereka tidak meridhoi amal perebuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan
dan tidak sesuai dengan nilai kenusiaan dan bahwa Allah akan memberi ganjaran setimpal dengan
amal kebajikan mereka. Yang berbuata baik dan beramal sholeh akan diganjar dengan surga di akhirat
sedang yang melakukan perbuatan mungkar akan di balaskannya dengan memasukkannya ke dalam
neraka jahanam.

Nabi Luth as berseru kepada mereka agar meninggalkan adat kebiasaan yaitu melakukan perbuatan
ho*mo*sek dan les*bian karena perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia
serta menyalahi hikmah yang terkandung di dalam menciptakan manusia menjadi dua jenis yaitu pria
dan wanita. Juga kepada mereka diberi nasihat dan dianjurkan supaya menghormati hak dan milik
masing-masing dengan meninggalkan perbuatan perampasan, perampokan serta pencurian yang selalu
mereka lakukan diantara sesama mereka dan terutama kepada pengunjung yang datang ke Sandum.
Diterangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mereka sendiri, karena akan
menimbulkan kekacauan dan ketidak amanan di dalam negeri masing-masing dari mereka tidak
merasa aman dan tenteram dalam hidupnya.

Demikianlah Nabi Luth as melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tuas risalahnya. Ia tidak hent-
henti menggunakan setiap kesempatan dan dalam pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok
atau secara perseorangan mengajak agar mereka beriman dan percaya kepada Allah serta
menyembah-Nya, melakukan amal soleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar. Akan
tetapi keruntuhan moral dan kerusakan akhlak sudah sangat berakar di dalam pergaulan hidup mereka
dan pengaruh hawa nafsu dan penyesatan sayitan sudah begitu kuat menguasai tindak-tanduk mereka,
maka dakwah dan ajkkan Nabi Luth as yang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak
mendapat tanah yang subur di dalam hati dan fikiran mereka. Telinga-telinga mereka telah tuli bagi
ajaran-ajaran Nabi Luth as sedang hati dan fikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajara-jaran
syaitan dan iblis.
Allah mengutus malaikat menimpakan azab untuk kaum Nabi Luth as
Cerita Nabi Luth Pada akhirnya kaum Nabi Luth merasa kesal hati mendengar dakwah dan nasehat-
nasehat Nabi Luth as yang tidak putus-putus itu dan minta agar ia menghentikan aksi dakwahnya atau
menghadapi pengusir dirinya dari sadum bersama semua keluarga. Sudah tidak ada harapan lagi bagi
masyarakat sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntuhan moral mereka dan bahwa
meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan fikiran serta menyia-nyiakan waktu,
obat satu-satunya menurutf pikiran Nabi Luth as untuk mencengah penyakit akhlak itu yang sudah
parah menular kepada tentangga-tetangga dekatnya, ialah membasmi mereka dari atas bumi sebagai
pembalasan terhadap kekerasan kepada mereka, juga untuk menjadi ibrah dan pengajaran umat-umat
di sekelilingnya. Beliau memohon kepada Allah yang maha kuasa agar kaumnya yaitu masyarakat
Sadum diberi ganjaran berupa azab di dunia sebelum azab bagi mereka di akhirat kelak.

Jika mereka diberi nasehat mereka menjawab : Datangkanlah siksaan Allah itu, hai Luth, jika
sekiranya engkau orang yang benar

Setelah mendengar ejekan dari mereka, Nabi Luth as berdoa kepada Allah, sebagaimana tersebut
dalam Al qur an :

Luth berdoa : Ya Tuhanku tolonglah aku dengan menimpakan azab atas kaum yang berbuat
kerusakan itu (QS. 29 : 30)

Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah SWT. Allah mengutus
beberapa Malaikat untuk menurunkan azab terhadap kaum Nabi Luth as yang durhaka dan meningkari
Allah. Ketika datang kabar kepada Nabi Ibrahim as akan dibinasakannya negeri Nabi Luth as dengan
kaumnya, karena penduduknya yang selalu durhaka dan maksiat, maka terperanjatlah Nabi Ibrahim
as. Firman Allah dalam Al Quran :

Berrkatalah Ibrahim : Sesungguhnya di kota itu ada Luth

Para malaikat berkata : Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh
akan menyelamatkan dia, dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia adalah termasuk orang-
orang yang tertinggal (dibinasakan) (QS. 29 : 32)
Tiga orang malaikat tersebut menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang bertamu
kepada Nabi Ibrahim as dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq as, dan memeberi
tahu kepada mereka bahwa dia adalah utusan Allah dengan menurunkan azab kepada kaum Nabi
Lutuh as penduduk kota Sadum. Dalam kesempatan pertemuan dimana Nabi Ibrahim as telah
memohon agar penurunan azab atas kaum sadum ditunda, kalau kalau mereka sadar mendengarkan
dan mengikuti ajakan Nabi Luth as serta bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar. Juga
dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim as mohon agar anak saudaranya, Nabi Luth as diselamatkan dari
azab yang akan diturunkan kepada kaum Sadum permintaan itu diterima oleh malaikat dan dijiamin
bahwa Nabi Luth as dan keluarganya tidak akan terkenal azab, kecuali istrinya.

Para malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki remaja yan berparas tampan dan
bertubuh yang elok dan bagus. Dalam perjalan mereka hendak memasuki kota, mereka berselisih
dengan orang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil air dari sebuah sungai. Para malaikat atau
lelaki remaja itu bertanya kepada si gadis kalau-kalau mereka diterima ke rumah sebagai tamu. SI
gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia berundin terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka
ditinggalkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia pulang ke rumah cepat-cepat untuk
memberi tahu ayahnya

Si ayah yaitu Nabi Luth as sendiri mendengar laporan puterinya menjadi bingung jawaban apa yang
harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu,
namun menerima tamu-tamu remaja yang berparas tampan akan mengundang resiko gangguan
kepadanya dan kepada tamu-tamunya dari kaumnya yang tergila-gila oleh remaja yang mempunyai
tubuh bagus dan wajan yang tampan. Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan
rumah harus bertanggung jawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak
akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu.

Setelah difikirkan akhirnya diputuskan oleh Nabi Luth as kalau ia akan menerima mereka sebagai
tamu di rumahnya apapun yang akan terjadi sebagai akibat keputusanya ia pasarahkan kepada Allah
yang akan melindunginya. Lemudian pergilah Nabi Luth sendiri menemui tamu-tamu yang sedang
menanti di pinggir kota lalu diajaklah mereka bersama-sama ke rumah ketika koda Sadum sudah
dalam keadaan gelap, dan juga para warganya sedang di rumah masing-masing dalam keadaan tidur
nyenyak.

Kepada istri dan kedua anaknya, Nabi Luth as berpesan dan berusaha agar mereka merahasiakan
kedatangan para tamunya, agar tidak diketahui oleh kaumnya yang bengis dan haus maksiat. Namun
karena istri Nabi lutuh yang berpihak dengan masyarakat Sadum yang sesat, sehingga istrinya
membocorkan rahasia atas para tamu tampan yang tinggal di rumahnya.

Selanjutnya, apa yang dicemaskan oleh Nabi Luth benar benar terjadi. Ketika masyarakat Sadum
mengetahui bahwa di rumahnya ada pemuda, maka datanglah mereka ke rumahnya untuk melihat
tamunya yang tampan itu untuk memuaskan nafsunya. Tentu saja Nabi Luth as tidak membukakan
pintu untuk mereka, dan berseru meminta agar mereka pulang lagi ke rumah masing-masing dan
meminta tidan mengganggu para tamu Nabi Luth, yang semestinya dihormati dan dimuliakan, bukan
diganggu. Mareka dinasehati agar meninggalkan kebiasaan yang keji yan bertentangan dengan fitrai
manusia serta kodrat alam, yaitu Tuhan telah menciptakan manusia untuk berpasangan antara pria dan
wanita untuk menjaga kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai makluk ciptaannya yang
termulia di atas bumi. Nabi Luth as berseru meminta supaya mereka pulang pada istri-istri mereka dan
meninggalkan perbuatan mungkar dan maksiat yang tidak sepantasnya itu, sebelum Allah
memberikan mereka zab dan siksaan.

Namun Mereka yang telah sesat tidak dihiraukan dan dipedulikan juga seruan dan nasihat dari Nabi
Luth as. Bahkan mendesak akan mendobrak pintu rumah Nabi Luth dengan paksa dan kekerasan jika
pintu rumahnya tidak segera dibuka. Karena Nabi Luth merasa dirinya sudah tidak berdaya untuk
menahan orang orang yang kaumnya yang sesat itu, maka Nabi Luth as pun berkata secara terus
terang kepada para tamunya.

Sesungughnya saya tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam. Au tidak
memiliki senjata dan kekuatan fisik yang dapat menolak kekerasan mereka, tidak punya mempunyai
keluarga atau sanak saudara yang disegani mereka yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku
merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalau gangguan terhadap
tamu-tamuku di rumahku sendiri

Kaum Nabi Luth as ditimpa Azab dari Allah Yang Maha Perkasa
Cerita Nabi Luth Setelah keluh kesahnya diucapkan oleh Nabi Luth as kepada para tamunya, para
tamu tersebut segra memperkenalkan diri kepada Nabi Luth, bahwa mereka adalah para malaikat yang
menyamar sebagai manusia yang bertamu kepada Nabi Luth, dan mereka mengatakan bahwa
tujuannya datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas dari Allah yaitu menurunkan azab dan siksa
atas kaumnya yang membangkang.

Para malaikat itu kemudian menyarankan Nabi Luth as untuk membuka pintu rumahnya lebar untuk
memberi kesmepatan bagi orang-orang yang sesak itu masuk. Namun ketika pintu itu dibuka dan
orang orang sesat itu masuk, secara tiba tiba mereka tidak bisa melihat apa apa. Diusap usapnya
mereka mereka, ternyata mata mereka sudah menjadi buta.

Ketika orang orang sesaat itu dalam keadaan buta dan berbenturan dengan satu sama lain. Para tamu
atau malaikat itu berseru dan meminta agar Nabi Luth as meninggalkan perkampungan itu bersama
keluarga yang ia sayangin, karena azab dari Allah swt telah tiba waktunya untuk ditimpukkan. Nabi
Luth as dan keluarganya diberi pesan oleh malaikat dalam perjalan keluar dari Sadum tidak menengok
ke belakang.

Sehabis tengah malam Nabi Luth as beserta keluarganya yaitu seorang istri, dan dua orang putri
berjalan cepat keluar kota, tidak menoleh ke kanan atau ke kiri sesuati pesan para malaikat. Namun
karena istrinya masih masih berpihak pada masyarakat sadum yang sesat tidak tega meninggalkannya.
Ia berada di belakang rombongan Nabi Luth as berjalan secara perlahan lahan tidak secepat langkah
suaminya itu, dan tak henti hentinya menoleh ke belakang untuk mengetahui apa yang akan ditimpa
oleh masyarakat sadum itu, serta seolah-olah ragu akan kebenaran ancaman para malaikat yang telah
ia dengar dengan telinganya sendiri.

Kemudian, ketika sewaktu fajar menyingsing Nabi Luth as dan dua putrinya telah melewati batas kota
sadum, begergetarlah dengan dahsyat bumi di bawah kaki masyarakat sadum, begitu juga dengan istri
Nabi Luth as yang munafik itu. Gentaran itu lebih hebat dan kuat dari pada gempa bumi dan juga
diiringi dengan angin kencang serta hujan batu yang menghancurkan kota sadum dan para warganya
yang sesat itu.

Itulah azab yang sepantasnya ditimpakan kepada orang-orang yang sesat, yang sudah diperingatkan
oleh Nabi utusan Allah yang maha mengetahui, namun mereka tetap tidak mau mendengarkan.
Semoga kita dan masyarakat kita terlindung dari kemaksiatan, sehingga tidak ditimpa azab yang
begitu pedih seperti pada cerita Nabi Luth as di atas. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai