Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKAMBUHAN PADA PASIEN

SKIZOFRENIA DI RSJD dr.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

Agus Budi Raharjo*), Dwi Heppy Rochmawati**), Purnomo**)

*) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang


**) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan UNISSULA Semarang
**) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang

ABSTRAK
Faktor yang memicu kekambuhan skizofrenia, antara lain penderita tidak minum obat dan tidak
kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dokter, kurangnya
dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah kehidupan yang berat dapat memicu
stress. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kekambuhan pada pasien skizofrenia di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang. Desain penelitian
ini menggunakan analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan
sebanyak 19 responden dengan teknik purposif sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner
yang akan di isi oleh keluarga pasien. Koesioner akan di uji kode etik (uji validitas data) terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk mengumpulkan data responden, setelah uji etik memenuhi syarat
maka koesioner dapat digunakan sebagai alat penelitian. Data diolah untuk memperoleh distribusi
frekuensi dan masing-masing data di uji statistik untuk melihat adanya hubungan antara kedua
variabel, menggunakan uji lamda dengan nilai p=0,000 (p 0,05) maka ada hubungan antara
kepatuhan minum obat,keteraturan kontrol dokter, dukungan keluarga dan dukungan sosial dengan
frekuensi kekambuhan pada pasien skizofrenia di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan untuk mengurangi frekuensi
kekambuhan pasien skizofrenia, menambah pengetahuan dan wawasan perawat khususnya mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan pada pasien skizofrenia.

Kata Kunci : Kekambuhan, Skizofrenia

ABSTRACT
Factors that trigger a relaps of schizophrenia, among others the patient was not drinking medication
and never control with a doctor regularly, discontinue the drug without a doctor approval alone, its
deficienci of sopport from family and sociaty, and the existence of life issues that can lead to severe
stress. Purpose of this study is to know factors affecting relaps in patients with schizophrenia in RSJD
dr. Amino Gondohutomo Semarang. The dessing of this study using correlation analytic cross
sectional. Sample used by 19 respondents with a purpossive sampling technique. Data collection using
questionnaires to be filled the patient family. Questioner will be tested by etic code (data validyti test)
before it use to gathering all of respondents data. After that etic test fulfill requirement so the
questioners can use as an instrument research. Data was processed to obtain the frequency and
distribution of data in each statistical test to see the relationship between two variables, using the
labda test with p= 0,000 (p< 0,05) then there is a relationship between the decision to take medication,
order control physicians, support family and social support with frequency relaps with schizophrenia
RSJD dr.Amino Gondohutomo Semarang. This study expected to be used as a additional education to
reduce the frequency of relaps of patients with schizophrenia, increase knowledge and insight nurses
in particular the factors affecting recurrence in patients schizophrenia.

Keywords : Recurrence, Schizophrenia

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan . . . . (A. B. Raharjo, 2014) 1


PENDAHULUAN Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada tahun
membawa perubahan dalam segala segi 2010 sebanyak 237.556.363 jiwa, maka
kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi diperkirakan sekitar 2.375.564 orang
kehidupan individu baik yang sifatnya positif menderita skizofrenia (Attayaya, 2011, 3).
atau negatif dapat mempengaruhi
keseimbangan fisik, mental, dan sosial atau Dipaparkan bahwa angka kejadian skizofrenia
status kesehatan seseorang. Sejalan dengan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
perkembangan teknologi, dapat dikatakan pada tahun 2003 sebanyak 8652 penderita
semakin banyak masalah yang harus dihadapi dengan incidence rate 70,66% sedangkan dari
dan diatasi seseorang serta sulit tercapainya total penderita skizofrenia yang mengalami
kesejahteraan hidup, keadaan ini sangat besar kekambuhan sebanyak 30,25 %. Kejadian
pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa penyakit skizofrenia meningkat pada tahun
seseorang yang berarti akan meningkatkan 2004 sebanyak 9685 penderita dengan
jumlah pasien gangguan jiwa (Purwanto, 2010, incidence rate 74,20% sedangkan dari total
hlm.1). penderita skizofrenia yang mengalami
kekambuhan sebanyak 34,24% (P2NM RSJD
Salah satu gangguan jiwa yang menjadi Dr. Amino Gondohutomo, 2005, dalam
masalah utama di negara-negara berkembang Nurhaya, 2008, hlm.2-3).
adalah skizofrenia. World Health Organization
(WHO) dalam Anitri (2010, hlm.77) Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
mengatakan bahwa skizofrenia termasuk jenis di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang
psikosis yang menempati urutan atas dari didapatkan data Gangguan jiwa tahun 2012
seluruh gangguan jiwa yang ada. Gangguan pasien gangguan jiwa sebanyak 7479
jiwa merupakan bentuk gangguan dalam fungsi penderita, dengan kejadian skizofrenia
alam pikiran berupa disorganisasi (kekacauan) sebanyak 6415 pasien (85,77%). Tahun 2013
dalam isi pikiran yang ditandai antara lain oleh sebanyak 8256 penderita, dengan kejadian
gejala gangguan pemahaman (waham) skizofrenia sebanyak 7242 pasien (89,92%),
gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi gangguan psikotik akut 606 pasien (7,34%),
serta dijumpai daya nilai realitas terganggu depresi berat 303 pasien (3,67%), gangguan
yang ditunjukkan dengan perilaku-perilaku bipolar tipe mania 70 pasien (0,84%), dimensia
aneh (bizzare). Gangguan ini dijumpai rata- sinilis 35 pasien (0,42%), (data Rekam Medik
rata 1 sampai 2% dari jumlah seluruh RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang).
penduduk di suatu wilayah pada setiap waktu
dan terbanyak mulai timbul (onset) pada usia Penelitian yang dilakukan Puspitasari Korelasi
15-35 tahun (Puspitasari, 2009, hlm.2). peran serta keluarga terhadap tingkat (2009)
kekambuhan klien skizofrenia p-value < 0,05
Yosep (2009, hlm.59) memaparkan bahwa
menunjukkan hasil yang signifikan yaitu 0,006
angka penderita skizofrenia di Amerika Serikat
(AS) cukup tinggi (life time prevalance rate) artinya ada hubungan antara Peran serta
mencapai 1/100 penduduk. Setiap tahun Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan
terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami Klien Skizofrenia
episode akut, 20-50% pasien skizofrenia
melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% Ada beberapa hal yang bisa memicu
diantaranya berhasil melakukan bunuh diri dan kekambuhan skizofrenia, antara lain penderita
angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter
tinggi dari angka kematian penduduk pada secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa
umumnya. persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan
dari keluarga dan masyarakat, serta adanya
Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia masalah kehidupan yang berat dapat memicu
adalah 0,3 sampai 1 % dan biasanya timbul stress. sehingga penderita kambuh dan perlu
pada usia sekitar 18 sampai 45 tahun, namun dirawat di rumah sakit (Widodo, 2003, dalam
ada juga yang baru berusia 11 sampai 12 tahun Purwanto 2010, hlm.4).
sudah menderita skizofrenia (Arif, 2006 dalam
Wulansih & Widodo, 2008, hlm.181).
2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk Analisis yang dipergunakan dalam penelitian
meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ini adalah Analisis Univariat yaitu analisa yang
kekambuhan pada pasien skizofrenia di RSJD dilakukan untuk menganalisis tiap variabel dari
dr. Amino Gondohutomo Semarang. hasil penelitian (Notoadmodjo, 2005,
hlm.178). Setelah dilakukan pengumpulan data
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemudian di analisis menggunakan statistik
faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan deskriptif untuk mendapatkan data dalam
pada pasien skizofrenia di RSJD Dr. Amino bentuk tabulasi, dengan cara memasukan
Gondohutomo Semarang. seluruh data kemudian diolah menggunakan uji
Lamda untuk memperoleh, mean, median,
METODE PENELITIAN standardefiasi, dan persensi yang akan peneliti
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tampilkan dalam bentuk tabel distribusi
analitik korelasional yang menggambarkan frekuensi. Analisis bivariat yang dilakukan
faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan terhadap dua variabel yang diduga
pada pasien skizofrenia di RSJD dr. Amino berhubungan atau berkorelasi.
Gondohutomo Semarang. Pendekatan yang HASIL DAN EMBAHASAN PENELITIAN
digunakan adalah crossectional yaitu
penelitian pada beberapa populasi yang Analisis Bivariat
diamati pada waktu yang sama. 1. Hubungan faktor kepatuhan minum obat
dengan kekambuhan pada pasien
Populasi penelitian ini adalah semua pasien skizofrenia
dengan skizofrenia yang dirawat karena
mengalami kekambuhan di RSJD dr. Amino Tabel 5.8
Gondohutomo Semarang. pada tahun 2013 Faktor kepatuhan minum obat dengan
pasien skizofrenia mencapai 7242 pasien, kekambuhan pada pasien skizofrenia di
sehingga didapatkan rata-rata perbulan RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang
sebanyak 603 pasien. Dengan penghitungan April 2014 (n=19)
rumus didapatkan besarnya sampel yaitu 19
responden. Tehnik pengambilan sampel dalam Kepatuhan Kambuh
P value
penelitian ini adalah teknik Nonprobabiliti minum obat Ya tidak
Sampling menggunakan metode Purposive 1 Ya 2 2
Sampling yaitu suatu penetapan sampel dengan 2 Tidak 15 -
cara memilih sampel diantara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti dan sesuai 17 2 .000
dengan kriteria inklusi dan eksklusi (Nursalam,
2008, hlm.94). Penelitian ini dilakukan di Poli Tabel 5.8 menunjukkan hasil terbanyak bahwa
Klinik RSJD dr. Amino Gondohutomo pasien yang tidak patuh minum obat
Semarang. mengalami kekambuhan sebanyak 15 orang
dan hasil analisis hubungan kepatuhan minum
Alat pengumpul data yang digunakan adalah obat dengan kekambuhan pasien skizofrenia
kuesioner. Kuesioner adalah suatu alat diperoleh p value = 0.000.
pengumpul data mengenai suatu masalah yang
umumnya banyak menyangkut kepentingan Jumlah responden yang patuh minum obat
umum/orang banyak. Kuesioner yang tetapi mengalami kekambuhan sebanyak 2
digunakan mencakup Kuesioner Data orang dan yang tidak kambuh sebanyak 2
Demografi (KDD), Kuesioner keteraturan orang. Sedangkan yang tidak patuh minum
minum obat, keteraturan kontrol dokter, obat dan mengalami kekambuhan sebanyak 15
kuesioner kekambuhan, dukungan keluarga, orang. Dan hasil analisis menunjukan bahwa
dan dukungan sosial. Kuesioner pada ada hubungan antara kepatuhan minum obat
penelitian ini telah dilakukan uji validitas dengan frekuensi kekambuhan pada pasien
dengan r hitung (0.770) dan uji reliabilitas skizofrenia dengan p value = 0.000.
dengan menggunakan Pearson Product
Moment didapatkan r alpha 0,881. Menurut Kurnia Kusuma (2009, hlm.5),
Minum obat yang teratur dapat mengurangi
kekambuhan, namun pemakaian obat

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan . . . . (A. B. Raharjo, 2014) 3


neuroleptik yang lama dapat menimbulkan
efek samping yang mengganggu hubungan Tabel 5.10
sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol. Dukungan keluarga dengan kekambuhan
Simatupang (2014), hasil penelitian pada pasien Skizofrenia
menunjukkan bahwa yang paling banyak di RSJD Dr.Amino Gondohutomo
menyebabkan kekambuhan pada pasien Semarang April 2014 (n=19)
skizofrenia adalah karena faktor ketidak
patuhan minum obat. Istikah,Pujiastuti, dan
Pitoyo (2010) dari hasil uji statistik diketahui Dukungan Kambuh
P value
bahwa ada hubungan yang siknifikan antara keluarga Ya Tidak
ketaatan minum obat psikofarmaka dengan 1 Ya 4 -
kekambuhan pada klien skizofrenia hebefrenik 2 Tidak 13 2
dimana p = 0,006.
17 2 .000
2. Hubungan faktor kontrol ke dokter secara
teratur dengan kekambuhan pada pasien Tabel 5.10 menunjukan bahwa responden yang
skizofrenia tidak mendapat dukungan keluarga mengalami
kekambuhan sebanyak 13 orang dan hasil
Tabel 5.9 analisis hubungan dukungan keluarga dengan
Faktor kontrol ke dokter secara teratur kekambuha pasien skizofrenia diperoleh p
dengan kekambuhan pada pasien value = 0.000.
skizofrenia di RSJD Dr.Amino
Gondohutomo Semarang Jumlah responden yang mendapat dukungan
April 2014 (n=19) keluarga tetapi mengalami kekambuhan
sebanyak 4 orang. Sedangkan yang tidak
Kambuh mendapat dukungan keluarga mengalami
Keteraturan P kekambuhan sebanyak 13 orang dan yang
kontrol Tida value tidak kambuh sebanyak 2 orang. Dan hasil
Ya k analisis menunjukan bahwa ada hubungan
1 Ya 5 - antara dukungan keluarga dengan frekuensi
2 Tidak 12 2 kekambuhan pada pasien skizofrenia dengan p
value = 0.000.
17 2 .000
Menurut Kurnia Kusuma (2009, hlm.5),
Tabel 5.9 dari tabel diatas menunjukan bahwa Dukungan keluarga merupakan salah satu
responden yang tidak teratur kontrol sumber penanganan stres yang penting dan
mengalami kekambuhan sebanyak 12 orang mempunyai pengaruh terhadap kondisi
dan hasil analisis hubungan keteraturan kontrol kesehatan seseorang. Saputra Nanda (2010)
dokter secara teratur dengan kekambuhan dalam penelitiannya menunjukan adanya
pasien skizofrenia diperoleh p value = 0.000. hubungan yang bermakna antara dukungan
keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien
Jumlah responden yang teratur kontrol tetapi skizofrenia dengan nilai p=0,015 value
mengalami kekambuhan sebanyak 5 orang. (p<0,05).
Sedangkan yang tidak teratur kontrol
mengalami kekambuhan sebanyak 12 orang 4. Hubungan Dukungan sosial dengan
dan yang tidak kambuh sebanyak 2 orang. Dan kekambuhan pada pasien skizofrenia
hasil analisis menunjukan bahwa ada
hubungan antara keteraturan kontrol dengan Tabel 5.11
frekuensi kekambuhan pada pasien skizofrenia Dukungan sosial dengan kekambuhan pada
dengan p value = 0.000. pasien skizofrenia di RSJD Dr.Amino
Gondohutomo Semarang
3. Hubungan Dukungan keluarga dengan April 2014 (n=19)
kekambuhan pada pasien Skizofrenia

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)


Dukungan Kambuh hubungan antara keteraturan kontrol dengan
P value
sosial Ya Tidak frekuensi kekambuhan pada pasien
1 Ya 4 2 skizofrenia dengan p value = 0.000.
3. Dari 19 responden hubungan dukungan
2 Tidak 13 - keluarga didapatkan hasil terbanyak yaitu
17 2 .000 tidak mendapat dukungan keluarga yang
mengalami kekambuhan sebanyak 13
Tabel 5.11 menunjukan bahwa responden yang responden. Didapatkan hasil analisis bahwa
tidak mendapat dukungan sosial mengalami ada hubungan antara dukungan keluarga
kekambuhan paling banyak yaitu 13 orang dan dengan frekuensi kekambuhan pada pasien
hasil analisis hubungan dukungan sosial skizofrenia dengan p value = 0.000.
dengan kekambuhan pasien skizofrenia 4. Dari 19 responden hubungan dukungan
diperoleh p value = 0.000. sosial didapatkan hasil terbanyak yaitu
tidak mendapat dukungan sodial dan
Jumlah responden yang mendapat dukungan kekambuhan sebanyak 13 responden.
sosial tetapi mengalami kekambuhan sebanyak Didapatkan hasil analisis bahwa ada
4 orang dan yang tidak kambuh sebanyak 2 hubungan antara dukungan sosial
orang. Sedangkan yang tidak mendapat dengan frekuensi kekambuhan pada
dukungan sosial mengalami kekambuhan
pasien skizofrenia dengan p value =
sebanyak 13 orang. hasil analisis menunjukan
0.000.
bahwa ada hubungan antara dukungan sosial
dengan frekuensi kekambuhan pada pasien
SARAN
skizofrenia dengan p value = 0.000.
1. Bagi keluarga yang bertanggung jawab
pada pasien diharapkan selalu
Menurut Kurnia Kusuma (2009, hlm.5),
mengingatkan dan mengawasi kepatuhan
Penderita gangguan jiwa sering mendapatkan minum obat pasien, keteraturan kontrol
stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari dokter, dukungan keluarga, dan dukungan
masyarakat disekitarnya dibandingkan individu sosial kepada pasien karna faktor-faktor
yang tersebut sangat berpengaruh terhadap
kekambuhan pasien skizofrenia.
menderita penyakit medis lainnya. Hal ini 2. Pasien diharapkan mempunyai niat dan
tampak lebih jelas dialami oleh penderita. Hal motivasi untuk cepat sembuh dan selalu
itu menyebabkan penderita skizofrenia yang mendekatkan diri kepada tuhan YME.
sudah sehat memiliki kecenderungan untuk 3. Bagi perawat atau petugas kesehatan
mengalami kekambuhan lagi sehingga diharapkan agar selalu mengingatkan dan
membutuhkan penanganan. Sebayang (2011), memotovasi baik kepada pasien maupun
hasil penelitian menunjukkan bahwa ada keluarga pasien agar selalu menjalankan
hubungan yang signifikan antara dukungan rekomendasi medis maupun dukungan
sosial dengan frekuensi kekambuhan pasien sosial saat dirumah.
skizofrenia paranoid P value =0,02
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN Anitri, P.N. (2010). Hubungan dukungan
1. Dari 19 responden didapatkan hasil keluarga dengan frekuensi kekambuhan
terbanyak yaitu tidak patuh minum obat dan pasien skizofrenia di poliklinik rumah
mengalami kekambuhan sebanyak 15 sakit jiwa Propinsi Bali. Procending
responden. Didapatkan hasil analisis bahwa konfrensi nasional VII keperawatan
ada hubungan antara kepatuhan minum obat jiwa: menuju masayrakar sehat mandiri
dengan frekuensi kekambuhan pada pasien melalui keperawatan jiwa profesional
skizofrenia dengan p value = 0.000. dalam pelayanan kesehatan jiwa
2. Dari 19 responden keteraturan kontrol masyarakat. Bali
dokter didapatkan hasil terbanyak yaitu
tidak teratur kontrol dan mengalami Arif. (2006). Hubungan antara tingkat
kekambuhan sebanyak 12 responden. pengetahuan dan sikap keluarga dan
Didapatkan hasil analisis bahwa ada kekambuhan pada pasien skizofrenia di

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan . . . . (A. B. Raharjo, 2014) 5


RSJD Surakarta. Berita ilmu Purwanto, A. (2010). Faktor-faktor yang
keperawatan, ISSN 1979-2697, Vol.1 berhubungan dengan kekambuhan
No.4. pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
http://eprints.ums.ac.id/1130/1/4f.pdf, Daerah Surakarta.
diperoleh tangal 7 Desember 2013 http://etd.eprints.ums.ac.id/7937/1/J2100
80514.pdf, diperoleh tanggal 25
Attayaya.(2011).Jumlah Penduduk November 2013
Indonesia2010.http://attayaya.net/2013/
01/data statistik-indonesia-dalam- Puspitasari, E.P. (2009). Peran dukungan
angka.html, diperoleh tanggal 5 keluarga pada penanganan penderita
Desember 2013 skizofrenia.
Hidayat, A.Aziz Alimul. (2010). Metode http://etd.eprints.ums.ac.id/4929/1/F100
penelitian kebidanan dan teknik analisis 050253.PDF, diperoleh tanggal 5
data. Jakarta:Salemba medika Desember 2013

Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Santosa. (2006). Gambaran status gizi pada
Jiwa dan Psikiatrik. Edisi 3. Jakarta: pasien skizofrenia.
EGC http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/10
6/jtptunimus-gdl-santosag02-5264-3-
Istikah,Pujiastuti, dan Pitoyo. (2010). Ketaatan bab2.pdf, diperoleh tanggal 2 Januari
Minum Obat Psikofarmaka Dan 2014
Kekambuhan
Klien.http://www.ebookspdf.org/view/a Saputra, Nanda. (2010). Hubungan Dukungan
HR0cDovL2p1cm5hbC5wb2x0ZWtrZX Keluarga dengan Kekambuhan Pasien
MtbWFsYW5nLmFjLmlkL2Jlcmthcy9p Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit
c3Rpa2FoLnBkZg==/S2V0YWF0YW4 Jiwa Daerah Propinsi SumateraUtara
gTWludW0gT2JhdCBQc2lrb2Zhcm1ha Medan.
2EgRGFuIEtla2FtYnVoYW4gS2xpZW http://repository.usu.ac.id/handle/12345
4. diperoleh tanggal 25 April 2014 6789/20130.pdf,diperoleh tanggal 25
April 2014
Kusuma, K.D.(2009). Metodologi Penelitian
Keperawatan. Edisi revisi. Jakarta: Sebayang, Septian.M. (2011). Hubungan
Trans Info Media Dukungan Sosial Keluarga dengan
Frekuensi Kekambuhan Pasien
(2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Skizofrenia Paranoid Di Poliklinik
Edisi revisi. Jakarta: Trans Info Media Rumah Sakit Jiwa Daerah Propsu
Medan.
Notoatdmojo,S. (2005). Ilmu Kesehatan
Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/2
Jakarta: Rineka Cipta 8071.pdf, diperoleh tanggal 25 April
2014
Nurdiana. (2007). Korelasi Peran Serta
Keluarga terhadap Tingkat Simatupang, Rusmini. (2014). Faktor-faktor
Kekambuhan Skizofrenia. Penyebab Kekambuhan Pada Pasien
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/d Skizofrenia Yang di Rawat di Rumah
ownload.php?id=322. diperoleh pada Sakit Jiwa Daerah Provinsi
tanggal 30 januari 2014 SumateraUtaraMedan.
http://repository.usu.ac.id/handle/12345
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan 6789/40362. diperoleh tanggal 25 April
Metodologi Penelitian Ilmu 2014
Keperawatan :Pedoman Skripsi, Tesis Sinaga, B.R. (2007). Skizofrenia & diagnosis
dan Instrumen Penelitian keperawatan. banding. Jakarta: Balai Penerbit: FKUI
Jakarta : Salemba Medika

6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)


Stuart, G.Wiscarz.,Sundeen, J.Sandra. (2006).
Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3.
Jakarta: EGC

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar


Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Widayanti, S. (2013). Hubungan Kualitas


Kunjungan Keluarga dengan Lama
Perawatan pada Pasien Skizofrenia di
RSJD Amino Gondohutomo Semarang.
Laporan penelitian : Stikes Telogorejo
Semarang

Yanayir, D. (2012). Karakteristik Faktor-


Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya
Skizofrenia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu Desa Paringan
Kecamatan Paringan Kabupaten
Ponorogo.
http://lib.umpo.ac.id/gdl/download.php?i
d=89. diperoleh tanggal 30 januari 2014

Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa (edisi


revisi). Bandung: PT Refika Aditama

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan . . . . (A. B. Raharjo, 2014) 7

Anda mungkin juga menyukai