PENDAHULUAN
Dunia II, kemajuan ini sejalan dengan majunya ilmu kedokteran dan ilmu-
fisika, kimia, dan biologi. Elektronik dan komputer dalam bidang fisika juga
Sejak penemuan prinsip dasar MRI yaitu inti atom yang bergetar
dalam medan magnet untuk pertama kali oleh1 Felix Bloch3 dan Edward
1
Alat MRI pertama kali digunakan untuk pemeriksaan tubuh manusia
Breadley, pada tanggal 1 Juni 1985 sudah ada 240 pesawat MRI yang
penggunaan MRI pertama kali di RSCM pada bulan September tahun 1990,
diikuti oleh rumah sakit lainnya. Di beberapa rumah sakit pemerintah dan
swasta saat ini, MRI sudah dipakai sebagai pemeriksaan diagnostik standar
organ yang lain.1 Jaringan lunak dan otot juga dapat dilihat dengan baik, dan
sistem tulang yang sebelumnya diduga tidak dapat diperiksa dengan MRI,
ternyata dengan pengalaman sekarang sudah dapat dilihat dengan baik. MRI
sekali tidak diperlukan lagi dan dapat dilakukan dengan MRI yang bersifat
noninvasif.1
Cara baru dapat memberi suatu gambaran yang bernilai lebih dari
cara sebelumnya, oleh karena efisien dan memberi hasil yang baik dalam
nonneurologis ?
kelamin
diagnosa klinis
3
4. Untuk mengetahui gambaran pemeriksaan kasus-kasus
selanjutnya
peneliti.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
berkekuatan5 antara 0,064-3 Tesla1 dan resonansi getaran terhadap inti atom
arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan, kemudian saat pasien
diletakkan dalam alat MRI,3 dikelilingi oleh magnet yang besar6 maka posisi
proton akan sejajar dengan arah medan magnet. Frekuensi radio (RF) yang
oleh besar dan lamanya energi frekuensi radio yang diberikan. Saat
frekuensi radio dihentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah
radio.6 Pada saat inilah, atom H akan memancarkan energi,3 dan bila energi
berbagai irisan.3
gradient echo)
konstan.7
2. Alat pemancar dan alat penerima frekuensi radio1 (koil penerima), yang
diproduksi dari tiga set gradien koil, satu untuk setiap koordinat arah
yaitu:7
6
a. Gradien koil X,7 untuk potongan sagital1
(A) (B)
Gambar 2.1 (A) Penampang Mesin MRI8 (B) Tiga Gradient Coil 9
7
(A) (B)
Gambar 2.2 MRI otak normal, potongan aksial, CSS di ventrikel lateral
putih).6
feromagnetik seperti jam tangan, kunci, perhiasan, jepit rambut, gigi palsu,
dan lainnya tidak boleh dibawa ke ruang MRI, dan pasien diharuskan
identitas pasien, mengatur posisi tidur pasien sesuai dengan objek yang akan
diperiksa, dan memilih jenis koil yang akan digunakan untuk pemeriksaan,
8
2.7 Zat Kontras
tersebut.1
tulang.6
zat kontras.1
tumor10 (spektroskopi).1
9
6. Potongan yang dihasilkan dapat tiga dimensi (aksial, koronal
CT6
yang kuat.6
mulai dari kepala sampai kaki. MRI digunakan untuk pemeriksaan kepala
bagian terbesar dari otak manusia yang dibagi menjadi dua belahan
10
(hemisfer). Setiap hemisfer terdiri dari lapisan luar yang tipis yaitu
Suplai darah arteri ke otak dijamin oleh arteri vertebralis dan arteri
bagian yang putih. Bagian otak yang putih mengandung 12% lebih
pendek dan T2 yang panjang. Pada gambar T1, bagian otak yang
yang putih. Pada gambar T2, bagian otak yang abu-abu mempunyai
yang putih.1
kepala.1
a. Glioma
13
(A) (B)
b. Meningioma
(A) (B)
Potongan sagital.6
2. Metastasis Intrakranial
sekunder.6
3. Infark
manapun pada sistem saraf pusat,6 dan penyakit ini jelas sekali
16
(A) (B)
5. Perdarahan Otak
tulang belakang:1
1. Tumor
a. Intradural Intramedular
hemangioblastoma.1
b. Intradural Ekstramedular
c. Ekstradural
3. Metastasis
2.9.3 Jantung
abu, atrium dan ventrikel tampak hitam, dan jaringan lemak tampak
19
2.9.4 Hati
1. Tumor
2. Sirosis
panjang.1
batu empedu, bahkan pada usia remaja dan usia 20-an.15 Karsinoma
2.9.6 Limpa
2.9.7 Pankreas
1. Pankreatitis Akut
21
2. Pankreatitis Kronik
3. Tumor Pankreas
2.9.8 Ginjal
1. Sumbatan Ureter
mengandung urin. 1
2. Tumor
2.9.10 Retroperitoneum
23
2.9.11 Kelenjar Getah Bening
2.9.12 Prostat
24
maupun Kaukasian. Perempuan dengan usia yang lebih tua dari 65
usia lebih tua13 (di atas 25 tahun),12 dengan insiden puncak pada
25
BAB 3
METODE PENELITIAN
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Diagnosa klinis
1. Usia
dengan yang tercatat pada buku registrasi pasien. Usia pasien yang
26
digunakan pada penelitian adalah anak: 5-11 tahun; remaja: 12-19
2. Jenis kelamin
3. Diagnosa klinis
Diagnosa klinis pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu diagnosa
Interpretasi hasil MRI yang dibuat oleh dokter ahli radiologi yang
Data untuk penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari buku
27
BAB 4
oleh karena sampel adalah total populasi, maka sampel dalam penelitian ini
Berdasarkan Usia
No Usia (Tahun) n %
1 5-11 3 13,05
2 12-19 - -
3 20-39 8 34,78
4 40-64 12 52,17
5 65 - -
Jumlah 23 100
sebanyak 12 pasien atau 52,17% diikuti oleh kelompok usia 20-39 tahun
28
sebanyak 8 pasien atau 34,78%, sedangkan pasien yang tidak dilakukan
pemeriksaan MRI adalah dari kelompok usia 12-19 tahun dan 65 tahun.
No Jenis Kelamin n %
1 Laki-laki 8 34,78
2 Perempuan 15 65,22
Jumlah 23 100
atau 34,78%.
klinis terbagi menjadi dua tabel yaitu berdasarkan diagnosa klinis yang
neurologis dapat dilihat pada tabel 4.3.1 dan diagnosa klinis yang
29
Tabel 4.3.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Diagnosa Klinis
No Diagnosa Klinis n %
2 Hemiparese 2 11,11
3 Kejang 2 11,11
4 Cephalgia 2 11,11
6 Meningitis TB 1 5,55
7 Tetraparese 1 5,55
9 Vertigo 1 5,55
10 Afasia 1 5,55
Jumlah 18 100
diagnosa klinis yang paling sedikit untuk kasus neurologis, salah satunya
30
Tabel 4.3.2 Distribusi Pasien Berdasarkan Diagnosa Klinis
No Diagnosa Klinis n %
Jumlah 11 100
31
Distribusi pasien yang dilakukan pemeriksaan MRI berdasarkan jenis
pemeriksaan MRI dapat dilihat pada tabel 4.4.2, serta gambaran hasil MRI
yang neurologis dan nonneurologis dapat dilihat pada tabel 4.4.3 dan 4.4.4
No Jenis Pemeriksaan n %
Jumlah 23 100
yang dilakukan memiliki pola yang tidak berbeda jauh antara neurologis dan
No Hasil MRI n %
1 Normal 5 21,74
Jumlah 23 100
32
Berdasarkan tabel 4.4.2 terlihat bahwa hasil pemeriksaan MRI dari
Neurologis
No Gambaran MRI n %
2 Hidrosefalus 3 18,75
4 Meningioencephalitis 1 6,25
5 Hydraencephaly 1 6,25
Lateralis
dan Sphenoidalis
Jumlah 16 100
33
Berdasarkan tabel 4.4.3 dapat dilihat bahwa gambaran hasil
atau 18,75%, sedangkan gambaran hasil MRI yang paling sedikit untuk
kasus neurologis, salah satunya adalah gambar infark serebri dengan jumlah
34
Tabel 4.4.4 Distribusi Pasien Berdasarkan Gambaran Hasil MRI
Nonneurologis
No Gambaran MRI n %
1 Pyelonephritis 3 13,63
Intraabdomen
4 Hepatosplenomegali 1 4,54
6 Hepatomegali 1 4,54
7 Hidronefrosis 3 13,63
10 Teratoma 1 4,54
15 Cholesistitis 1 4,54
Jumlah 22 100
35
Berdasarkan tabel 4.4.4 dapat dilihat bahwa gambaran hasil
Hasil MRI berupa abses hati yang tidak jelas (proses klinis membaik)
untuk evaluasi kondisi pasien, dan gambaran hasil MRI berupa tumor
4.2 Pembahasan
(13,05%).
usia pertama (40-64 tahun) dan kedua tertinggi (20-39 tahun) pada
disebabkan oleh perilaku yang buruk dan pilihan gaya hidup yang
ini tidak dilakukan pemeriksaan MRI, hal ini dapat disebabkan oleh
karena terbatasnya waktu penelitian dan jumlah data, serta alat ini
yang teratur dan pola makan yang sehat, atau sebaliknya memiliki
dipilih untuk dilakukan oleh kelompok usia remaja saat ini akan
kesehatan dan pilihan gaya hidup lansia lebih baik daripada orang
lebih rendah.
ada dominasi atau hanya terjadi pada salah satu jenis kelamin.
PTM, persentase kasus baru baik yang rawat inap dan jalan selama
serta 2,12% (2009) dan 2,4% (2010) untuk pasien rawat inap.19 Hal
diagnosa, hal ini disebabkan oleh 1 pasien memiliki lebih dari satu
(22,22%).
lain.
43
(15%), ginjal (12%), otak (8%), payudara (5%), sistem
belum diketahui.
terbanyak.21
ventrikel 4.
aliran CSS.
46
4. Gambaran Hasil MRI Nonneurologis
MRI.
47
BAB 5
5.1 Kesimpulan
4. Gambaran hasil MRI yang paling banyak untuk kasus neurologis adalah
5.2 Saran
bila ada gambaran yang meragukan atau pada pasien yang ada resiko
49
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penerbit FKUI; 2005. h. 11, 14, 81, 292, 337, 422, 591-9, 600-1.
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20305897-S42197-
4. Tao A, John NM, Xuemei Hu, Dapeng H, Frank LG, Bryan A, and Val MR.
mri.com/pdf/Garmisch/A_Historical_Overview_of_Magnetic_Resonance.pdf
50
http://www.ittelkom.ac.id/staf/kru/TA/SISKA_RIANTINI_ARIEF_11104109
7. Dita PS, Yanurita DH, Darminto. Studi Apparent Diffusion Coefficient Dari
13 Agustus 2013)
10. Bunda Gazette (versi online). Diagnostic Melalui MRI Dan MSCT Scanning.
11. Lauralee S. Beatricia IS, penyunting. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem.
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. h. 106, 110, 112,
115-6.
51
Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 1018, 1090-7, 1098, 1183, 1185, 1145,
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. h. 601, 606-7, 702, 708, 746, 855,
14. Mahar M, Priguna S. Neurologi Klinis Dasar. Edisi Ke-5. Jakarta: Penerbit
16. Arif M, penyunting. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3. Jilid 2. Jakarta:
17. Harold IK, Benjamin JS, Jack AG. I Made WS, penyunting. Kaplan-Sadock:
Tangerang: Binarupa Aksara Publisher; 2010. h. 48, 82, 92, 101, 106, 113.
19. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Gambaran Penyakit Tidak Menular
Di Rumah Sakit Di Indonesia Tahun 2009 dan 2010. Buletin Jendela Data
52
http://www.depkes.go.id/downloads/BULETIN%20PTM.pdf (Diakses: 28
Juli 2013).
20. James FM, Robert RP, Jerome EK. Palupi W, penyunting. Kesehatan
21. Anonimus. Bab 2 Tinjauan Pustaka. h. 1, 7, 15, 18, 27-8. Tersedia dari URL:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21258/5/Chapter%20II.pdf
22. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan
http://www.depkes.go.id/Profil%20Kesehatan%20Indonesia%202008.pdf
23. Redaksi Bintang Papua. Di Papua, Penderita Kanker Serviks Cukup Tinggi.
http://bintangpapua.com/index.php/waropen/item/5569-di-papua-penderita-
http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/5765838445_abs.pdf (Diakses: 21
Agustus 2013)
2013)
54
55