PENDAHULUAN
1.3 MANFAAT
a. Efek lokal atau sistemik akan dicegah
b. Efek terapeutik obat akan dirasakan lebih cepat disbanding obat yang diberi
kan secara oral
c. Obat akan terhindar dari kerusakan oleh hepar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tablet
Dalam Farmakope Indonesia Edisi III, tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara
kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim, 1979). Dalam
Farmakope Indonesia Edisi IV tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi(Anonim, 1995).
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan
penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet - tablet dapat berbeda - beda dalam
ukuran, bentuk, berat, kekerasan ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung
dari cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989).
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk tablet berkualitas baik adalah sebagai
berikut :
a. Kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya tetap baik selama fabrikasi /
pengemasan dan pengangkutan hingga sampai pada konsumen.
b. Dapat melepaskan bahan obatnya sampai pada ketersediaan hayatinya.
c. Memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya.
d. Mempunyai penampilan yang menarik, baik pada bentuk, warna, maupun rasanya.
Untuk mendapatkan tablet yang baik tersebut, maka bahan yang akan dikempa menjadi
tablet harus memenuhi sifat - sifat sebagai berikut :
a. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong alir ke dalam ruang
cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet tidak akan memiliki variasi yang
besar.
b. Kompaktibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, sehingga dihasilkan tablet yang keras.
c. Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan mudah lepas dan tak
ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga permukaan tablet halus dan licin (Sheth, dkk,
1980).
Metode pembuatan tablet ada tiga cara yaitu : metode kempa langsung, granulasi basah,
dan granulasi kering.
a. Kempa langsung
Metode kempa langsung yaitu percetakan bahan obat dan bahan tambahan yang
berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal atau granulasi. Kempa langsung membangkitkan
gaya ikatan di antara partikel sehingga tablet memiliki kekompakan yang cukup (Voigt, 1984).
Pada proses ini diperlukan serbuk yang mempunyai fluiditas dan kompaktibilitas yang baik
(Sheth, dkk, 1980).
b. Granulasi kering
Pada metode ini, granul dibentuk oleh penambahan bahan pengikat kering kedalam
campuran serbuk obat dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran
serbuk, memecahkannya dan menjadikan pecahan pecahan menjadi granul, penambahan bahan
pelicin dan penghancur kemudian dicetak menjadi tablet (Ansel, 1989).
c. Granulasi Basah
Metode ini meupakan metode pembuatan yang paling banyak digunakan dalam
memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet
dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: menimbang dan mencampur bahan-bahan,
pembuatan granulasi basah, pengayakan granul basah, pengeringan, pengayakan granul kering,
pencampuran bahan pelicin dan bahan penghancur, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel,
1989).
BAB III
PEMBAHASAN
b. Progestogen
Progestogen umumnya diberikan pada wanita yang belum pernah menjalani histerektomi.
Progestin sebaiknya ditambahkan karena estrogen tunggal berkaitan dengan hiperplasia dan
kanker endometrium. Terapi hormon dosis rendah(estrogen terkonjugaasi ekuin 0,45 mg dan
medroksiprogesteron asetat 1,5 mg/hari menunjukkan kesamaan dalam peredaran simptom dan
pertahanan densitas tulang tanpa peningkatan hiperplasia endometrium.
Progestogen oral yang paling umum digunakan adalah medroksiprogesteron asetat
misalnya Dilena; Noretisteron asetat, misalnya Anore, Cliane, Kliogest, Norelut, Primolut N, dan
Regumen.
D. Pembuatan Tablet
1. Persyaratan Tablet
Dalam membuat tablet sublingual dan bukal ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu :
a. Sifat dan Kualitas
Ciri ciri fisik tablet sublingual dan bukal adalah datar atau oval, dan keras. Bentuk
tersebut ditentukan oleh punch dan die yang digunakan untuk mengkompresi (menekan) tablet.
Untuk menghasilkan tablet yang datar, maka punch-nya jangan terlalu cembung.
Adapun ketebalan tablet dipengaruhi oleh jumlah obat yang dapat diisikan ke dalam
cetakan dan tekanan yang diberikan pada saat dilakukan kompresi (Ansel, 1989).
b. Berat Tablet
Berat tablet ditentukan oleh jumlah bahan yang diisikan ke dalam cetakan yang akan
ditekan. Volume bahan (granul) harus disesuaikan dengan beberapa tablet yang telah lebih dulu
dicetak supaya tercapai berat tablet yang diharapkan. Penyesuaian diperlukan, karena formula
tablet tergantung pada berat tablet yang akan dibuat.
Sebagai contoh, jika tablet harus mengandung 10 mg bahan obat dan bila yang akan
diproduksi 10.000 tablet, maka diperlukan 100 gr dari obat tersebut dalam formula. Setelah
penambahan bahan tambahan, formulanya mungkin meningkat menjadi 1000 gr. Ini berarti tiap
tablet beratnya menjadi 100 mg dengan bahan obat yang terkandung 10 mg. Jadi, obat yang diisi
ke dalam cetakan harus disesuaikan supaya dapat menampung volume granul yang beratnya 100
mg (Ansel, 1989).
c. Kekerasan Tablet
Tablet bukal sengaja dibuat keras. Hal ini dimaksudkan agar obat yang disisipkan di pipi
larut perlahan lahan. Dalam proses kompresi, besarnya tekanan yang biasa digunakan adalah
lebih kecil dari 3000 dan lebih besar dari 40.000 pound. Jadi, untuk membuat tablet bukal yang
keras tekanan yang dibutuhkan juga besar. Pada saat ini banyak alat yang bisa digunakan sebagai
tester pengukur kekerasan tablet, diantaranyaPfizer tablet hardness tester,
HT500 Hardness Tester, dan Friabilator.
Pfizer tablet hardness tester (Ansel, 1989)
d. Daya Hancur Tablet
Semua tablet dalam USP harus melalui pengujian daya hancur secara resmi yang
dilaksanakan in vitro dengan alat uji khusus. Alat ini terdiri dari rak keranjang yang dipasang
berisi 6 pipa gelas yang ujungnya terbuka, diikat secara vertikal di atas latarbelakang dari
kawat stainlessyang berupa ayakan dengan ukuran mesh nomor 10. Selama waktu pengujian,
tablet diletakkan pada pipa terbuka dalam keranjang tadi, dengan memakai mesin, keranjang
diturun-naikkan dalam cairan pencelup dengan frekuensi 29 32 kali turun naik per menit.
Layar kawat dipertahankan selalu berada di bawah permukaan cairan.
Untuk tablet bukal dan sublingual, meggunakan air (cairan pencelup) yang dijaga pada
temperatur 37oC, kecuali bila ditentukan ada cairan lain dalam masing masing monogramnya.
Tablet bukal harus melebur dalam waktu 4 jam dan tablet sublingual biasanya 30 menit (Ansel,
1989).
Alat uji daya hancur tablet (Ansel, 1989)
e. Disolusi Tablet
Dalam USP cara pengujian disolusi tablet dinyatakan dalam masing masing monografi
obat (Ansel, 1989).
2. Metode Pembuatan
Sebagian besar tablet kompresi dibuat dengan matode granulasi basah mengingat caranya
yang relatif mudah. Begitu pula dengan tablet sublingual dan bukal. Langkah-langkah yang
diperlukan dlam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut; (1).
Menimbang dan mencampur bahan-bahan, (2) Pembuatan granulasi basah, (3) Mengayakan
adonan lembab menjadipelet atau granul, (4) Pengeringan, (5) Pengayakan kering, (6)
Pencampuran bahan pelincir, (7) Pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).
Bahan aktif, pengisi, dan bahan penghancur yang diperlukan dalam formula tablet
ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah tablet yang akan
diproduksi dan dicampur, diaduk baik, biasanya dengan menggunakan mesin pencampur serbuk
atau mikser. Pengisi yang biasa digunakan adalah laktosa, kaolin, mannitol, dan lain-lain. Bahan
penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum, senyawa selullosa, dan lain-
lain (Ansel, 1989).
Selanjutnya campuran serbuk diubah menjadi granula yang bebas mangalir ke dalam
cetakan. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan cairan pengikat ke dalam campuran
serbuk, melewatkan adonan yang lembap melalui ayakan yang ukurannya seperti yang
diinginkan, granul yang dihasilkan melalui penngayakan ini dikeringkan lalu diayak lagi dengan
ukurannya yang lebih kecil.
Selanjutnya dilakukan penyaringan adonan lembap menjadi pelet, pengeringan granul
dalam kabiet pengering, penyaringan kering, lubrikasi, dan pencetakan tablet (Ansel, 1989).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat dismpulkan :
1. Tablet sublingual merupakan jenis tablet kompresi yang penggunannya disisipkan di bawah
lidah sedangkan tablet bukal penggunaanya disipkan di antara pipi dan gusi.
2. Contoh tablet sublingual adalah tablet nitrogliserin dan bukal adalah tablet hormonhormon
steroid.
3. Pembuatan tablet sublingual dan bukal menggunakan metode granulasi basah.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam produksi adalah sifat dan kualitas, kekerasan tablet, berat
tablet, daya hancur tablet, disolusi tablet, dan pengemasan serta penyimpanan
B. Saran
Melalui makalah ini kami menyarankan agar perlunya peran aktif dari mahasiswa untuk
memahami materi formulasi sediaan padat, mengingat cakupannya yang sangat luas.
BAB II
ISI