Anda di halaman 1dari 34

1

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN METODE PEMBELAJARAN PBL


DENGAN TINGKAT STRESS PADA MAHASISWA
PSIK UNIVERSITAS RIAU

Disusun Oleh :

ARISANDI
CICI FITRIA
PUTRA ANANDA
RAMONA APRIYANTI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015
2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala Puji Syukur kehadirat Allah SWT, pencipta alam

semesta yang telah memberikan Rahmat dan Nikmat serta hidayah-Nya kepada

kami sehingga kelompok bisa menyelesaikan penyusunan proposal dengan judul

Hubungan metode pembelajaran PBL dengan tingkat stress pada mahasiswa

PSIK Universitas Riau tahun 2015.

Dalam proses penyusunan proposal ini kelompok banyak mendapat

bantuan, bimbingan dari dosen pembimbing Ibu Juniar Ernawati, MNg

Kelompok menyadari proposal ini tidak terlepas dari kesalahan

kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kelompok

mengharapkan kritik dan saran dosen dan teman-teman yang sifatnya membangun

demi kesempurnaan proposal ini.

Pekanbaru, Juni 2015

Kelompok
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan atau

keterampilan. Belajar juga dapat disebut proses perubahan dalam perilaku yang

terjadi akibat dari pengalaman. Proses belajar tersebut melibatkan unsur jiwa

ataupun raga. Kedua unsur tersebut harus seimbang agar dapat terjadi unsur

perubahan. Perubahan yang dimaksud tidak hanya dari perubahan fisik saja, tetapi

melainkan perubahan jiwa dengan masuknya kesan-kesan baru ke dalam

kehidupan. Perubahan tersebut yang nantinya akan merupakan hasil bagian bentuk

dari proses belajar. Perubahan dari proses belajar dapat mempengaruhi tingkah

laku seseorang (Sherwood, 2010)

Intensitas belajar merupakan frekuensi atau jumlah belajar yang dilakukan

mahasiswa dalam tingkat waktu tertentu untuk memperoleh pengalaman secara

maksimal. Tingkat intensitas belajar yang di maksud adalah tingkat seberapa

sering usaha yang dapat dilakukan mahasiswa keperawatan untuk menghasilkan

perubahan-perubahan baik dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan

nilai dan sikap (Anwar, 2013)

Mahasiswa keperawatan adalah mahasiswa yang menempuh pendidikan di

perguruan tinggi dalam kurun waktu lima tahun terdiri dari empat tahun program

studi pendidikan sarjana keperawatan yaitu semester satu sampai semester

delapan, dan satu tahun program studi profesi keperawatan. Mahasiswa yang

mengambil program studi ilmu keperawatan akan menempuh metode

1
2

pembelajaran yaitu dengan menggunakan sistem KBK (Kurikulum Berbasis

Kompetensi) seperti PBL (Problem Based Learning) yaitu strategi pembelajaran

yang menitik beratkan pada mahasiswa (Suhoyo, 2009)

Banyak dari mahasiswa keperawatan mengeluh kurangnya istirahat kerena

menghabiskan waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Selain

menempuh mata kuliah yang dianggap cukup sulit dan membutuhkan konsentrasi

tinggi. Oleh karena itu, banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya stres pada

mahasiswa keperawatan seperti tuntutan untuk belajar yang lebih giat, kuliah yang

padat, diskusi kelompok, keterampilan klinik dasar, yudisium, SPP yang relatif

mahal, dan dituntut aktif dalam berorganisasi (Sulistiani, 2010)

Banyak hal yang dapat menyebabkan stres pada mahasiswa keperawatan.

Stres mengandung arti sebagai reaksi respon nonspesifik dari tubuh terhadap

setiap faktor yang mengalahkan, atau mengancam untuk mengalahkan

kemampuan kompensasi tubuh dalam mempertahankan homeostasis. Stres dapat

disebut juga respon tubuh tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh yang

mengganggu. Stres adalah suatu fenomena yang biasanya terjadi dalam kehidupan

sehari-hari dan tidak bisa di hindari serta akan dialami oleh setiap orang

(Sherwood, 2010)

Adapun faktor yang dapat memicu terjadinya stres diantaranya adalah

intensitas belajar yang meliputi dari kebiasaan belajar individu, proses

pembelajaran, lingkungan belajar yang baru, hubungan dengan dosen, dan

hubungan dengan teman dalam satu angkatan. Namun, tidak semua orang mampu

melakukan adaptasi dan mengatasi penyebab dari stres (stresor) tersebut, sehingga
3

dapat menimbulkan dampak keluhan berupa stres, cemas, dan depresi (Sherwood,

2010)

Stres pada mahasiswa keperawatan telah banyak dilakukan penelitian. Cara

untuk mengatasi atau mengendalikan stres (Coping Stress), beberapa penelitian

menggunakan tingkat religiusitas individu. Artinya bahwa dengan tingkat

religiusitas dapat mempertinggi kemampuan individu dalam mengatasi

ketegangan-ketegangan ability to cope) akibat permasalahan yang dihadapi

individu, selain itu individu yang mempunyai tingkat religiusitas tinggi memiliki

pedoman dan daya tahan lebih baik dalam memanajemeni stres yang dihadapi.

Pada penelitian lain juga menyatakan bahwa cara untuk menurunkan tingkat stres

dengan menerima realitas, berbicara dengan seseorang yang dapat melakukan

sesuatu atau memberi solusi dan meminta bantuan Allah SWT (Darmawanti,

2012)

Stress pada mahasiswa kedokteran telah banyak dilakukan penelitian. Di

Amerika Utara, penelitian ini dilakukan terhadap 100 mahasiswa. Dari 100

mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa prevalensi tingkat stres pada mahasiswa

kedokteran adalah 38%. Di Asia, seperti Pakistan yang menunjukkan 30,84%

mengalami stres dengan melibatkan 161 mahasiswa kedokteran. Di Thailand,

menunjukkan 61,40% mengalami stres dengan melibatkan 686 mahasiswa

kedokteran, serta di Malaysia dari 396 mahasiswa menunjukkan bahwa prevalensi

stres mahasiswa kedokteran adalah 41,9% (Pamanathan, FK USU.2009)

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa intensitas belajar merupakan kuat

lemahnya belajar untuk dapat memperoleh pengalaman maupun perubahan-

perubahan yang bersifat konstan, sementara stres merupakan kondisi yang


4

umumnya dialami oleh mahasiswa fakultas keperawatan. Oleh karena itu, muncul

ketertarikan penulis untuk meneliti hubungan metode pembelajaran PBL dengan

tingkat stress pada mahasiswa PSIK Universitas Riau.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh hubungan metode pembelajaran PBL dengan tingkat stress

pada mahasiswa PSIK Universitas Riau?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan metode pembelajaran PBL dengan tingkat

stress pada mahasiswa PSIK Universitas Riau.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui metode pembelajaran PBL pada mahasiswa PSIK

Universitas Riau.

2) Untuk mengetahui sumber penyebab terjadinya stres pada mahasiswa

PSIK Universitas Riau.

3) Untuk mengetahui kejadian stres akibat pembelajaran PBL pada

mahasiswa PSIK Universitas Riau.


5

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Penulis

1) Memberikan wawasan, pengalaman dan keterampilan pada peneliti

2) Menambah pengetahuan peneliti tentang pengaruh intensitas

pembelajaran PBL terhadap terjadinya stress pada mahasiswa PSIK

UR

1.4.2 Bagi Institusi

1) Memberikan tambahan pengetahuan tentang penelitian ini ke PSIK UR

1.4.3 Bagi Subyek

1) Memberikan informasi tentang pengaruh pembelajaran PBL dengan

terjadinya stress pada mahasiswa PSIK UR


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1 Pengertian Stres

Stres adalah kejadian yang penting serta tidak dapat di hindari dalam

kehidupan sehari-hari. Menurut WHO 2003, stres adalah

reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan

mental/beban kehidupan). Stres adalah suatu kondisi yang bersifat

internal, disebabkan oleh fisik, lingkungan, dan situasi sosial

untukberpotensi merusak pribadi individu.Stres adalah keadaan

psikologis yang terjadi ketika individu tidak cukup mampu untuk

menghadapi tuntunan dan situasi (Shaikh, 2010)

2.1.2 Etiologi Stres

Penyebab stres adalah stresor. Macam-macam stresor antara lain fisik,

psikologik, keluarga, sosial, spiritual, masalah keuangan, dan stresor

akademik (Kandasami, 2011).

1) Stresor Fisik

Stresor fisik terbagi menjadi stresor fisik internal dan eksternal. Stresor

fisik internal yaitu berasal dari dalam tubuh individu misalnya sakit

kepala, masalah perut, dan sebagainya, sedangkan stresor fisik

eksternal termasuk panas, dingin, suara, polusi, radiasi, makanan, zat

kimia, trauma, pembedahan, dan latihan fisik yang terpaksa.

6
7

2) Stresor psikologik

Stresor psikologik muncul dari tekanan waktu dan harapan yang tidak

realistis pada individu sehingga menyebabkan tekanan dari dalam diri

individu biasanya yang bersifat negatif seperti ketakutan, frustasi,

kecemasan (anxiety), rasa bersalah, kuatir berlebihan, marah, benci,

cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri.

3) Stresor keluarga

Stresor keluarga muncul dari masalah hubungan dengan orang tua,

pasangan, dan anak-anak misalnya waktu, uang, dan membutuhkan

perhatian dari keluarga. Mahasiswa kedokteran menghadapi tuntutan

dari keluarga dan pendidikan yang memerlukan waktu cukup lama.

4) Stresor sosial

Stresor sosial muncul akibat tekanan dari luar yang disebabkan oleh

interaksi individu dengan lingkungannya seperti sekolah, pekerjaan,

dan masyarakat. Banyak stresor sosial yang bersifat traumatic yang

tidak dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang di cintai,

kehilangan pekerjaan, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah

dan sebagainya.

5) Stresor spiritual

Stresor spiritual muncul saat nilai dasar spiritual/keyakinan mengalami

keterbatasan akibat hambatan dari waktu pertumbuhan spiritual

tersebut. Mengabaikan kebutuhan spiritual memberikan kontribusi ke

tingkat stres yang lebih tinggi dan menyebabkan penurunan nilai

spiritual.
8

6) Stresor masalah keuangan

Stresor masalah keuangan biasanya sering terjadi pada mahasiswa

kedokteran. Sebagian besar mahasiswa untuk bertahan kuliah dengan

membawa beban pinjaman uang dan sering tidak mempunyai waktu

untuk mendapatkan pekejaan sehingga tidak menghasilkan uang.

7) Stresor akademik

Stresor akademik muncul saat berlangsung di kampus.Dua tahun

pertama, mahasiswa menghadapi persaingan dan takut gagal. Sebagai

mahasiswa kedokteran, stres muncul ketika terjadi kematian pasien,

infeksi atau takut membahayakan tubuh, ketidaknyamanan dalam

membahas isu-isu seksual.

2.1.3 Patogenesis dan Patofisiologi Stres

Secara fisiologi, respon tubuh saat mengalami stres, akan mengaktivasi

hipotalamus, selanjutnya akan mengendalikan sistem neuroendokrin

yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Saraf simpatis

berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan

mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah

pengendaliannya, sebagai contoh akan meningkatkan kecepatan denyut

jantung (takikardi) dan mendilatasi pupil. Saraf simpatis memberi

sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin

ke aliran darah. Jika tubuh tidak mampu melakukan penyesuaian diri

dengan perubahan, maka akan terjadi gangguan keseimbangan. Sistem

korteks adrenal menjadi aktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF

(corticotropin-releasing factor) yaitu zat kimia yang bekerja pada


9

kelenjar hipofisis, terletak di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis ini

selanjutnya akan mensekresikan hormon ACTH (adrenocorticotropic

hormone), lalu dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal.

Kemudian, akan menstimulasi pelepasan berbagai kelompok hormon

antara lain kortisol berfungsi untuk meregulasi kadar gula darah.

ACTH (adrenocorticotropic hormone) memberi sinyal ke kelenjar

endokrin lain untuk mengeluarkan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi

dari berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah dan

ditambah aktivitas cabang saraf simpatik dari sistem saraf otonom

berperan dalam respons fight or flight (respon untuk melawan atau

kabur) (Kandasami, 2011).

2.1.4 Bentuk, Gejala Klinis dan Tingkat Stres

Bentuk-bentuk stres:

Stres terbagi dua bentuk yaitu distress dan eustress (Chrisyanti, dkk.

2010)

1) Distress (stres negatif) yaitu stres individu yang tidak mampu

mengatasi keadaan emosinya sehingga akan mudah terserang

distress. Distress memiliki arti rusak dan merugikan. Ciri-ciri

individu yang mengalami distress adalah mudah marah, sulit

berkonsentrasi, cepat tersinggung, bingung, pelupa, pemurung,

penurunan akademik, dan kesulitan mengambil keputusan.

2) Eustress (stres positif) yaitu stres baik atau stres yang tidak

mengganggu individu dan memberikan perasaan senang dan


10

bersemangat. Eustress adalah respon terhadap stres yang bersifat

positif, sehat, dan konstruktif (membangun).

Gejala-gejala stres yaitu:

a) Gejala Emosional

Meliputi kecemasan, gelisah, mudah marah, frustasi, merasa harga diri,

dendam, percaya diri menurun, sensitif dan hiperaktif.

b) Gejala Fisikal

Meliputi tidur tidak teratur (insomnia), lelah, diare, sakit di bagian

terutama leher dan bahu.

c) Gejala Interpersonal

Meliputi kehilangan kepercayaan terhadap orang lain, mudah

mempersalahkan orang lain dan tidak peduli dengan orang lain.

d) Gejala Intelektual

Meliputi susah berkonsentrasi dan sulit atau lambat mengambil

keputusan.

Tanda-tanda stres

Tanda-tanda stres, antara lain adalah:

Sakit kepala

Susah tidur

Kurang dapat berkonsentrasi

Temperamental atau mudah tersinggung

Sakit maag

Tidak ada kepuasan dalam hidup misalnya bekerja, belajar

ataupun bersosialisasi (Sundari, 2012)


11

Tingkat Stres

Tingkat stres yaitu hasil penilaian derajat stres yang dialami individu.

Tingkat stres merupakan salah satu faktor pembeda dalam melakukan

koping sebagai kegiatan kognitif. Tingkat stres digolongkan menjadi

stres ringan, stres sedang, dan stres berat (Sundari, 2012)

a. Stres ringan

Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara

teratur, umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya: lupa,

kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya

berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya

tidak akan menimbulkan berbahaya.

b. Stres sedang

Stres sedang umumnya lebih lama dari stres ringan. Biasanya

berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Situasi seperti ini

dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.

c. Stres berat

Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu

sampai beberapa tahun. Stres yang berat biasanya lebih cenderung

mengalami gangguan, misalnya pusing, mengalami ketegangan

ketika bekerja, peningkatan tekanan darah, jantung berdebar, nyeri

leher dan bahu serta berkeringat dingin. Mahasiswa yang

mengalami stres berat biasanya seringkali membolos atau tidak

ikut aktif dalam mengikuti perkuliahan.


12

2.1.5 Koping Stres

Koping stres adalah keadaan stres yang mendorong usaha individu untuk

mengatasinya. Koping stres merupakan proses yang terjadi di dalam diri

individu saat mengalami stres. Dalam mengatasi permasalahan, usaha

seseorang tidak hanya terpusat pada pemecahan masalah, tetapi juga pada

pengurangan (usaha untuk mengurangi) perasaan-perasaan tertekan akibat

permasalahan yang dihadapi. Koping stress menurut Lazarus adalah suatu

upaya yang dilakukan oleh individu ketika dihadapkan pada tuntutan-

tuntutan baik secara internal maupun eksternal yang ditujukan untuk

mengatur suatu kondisi stres dengan tujuan mengurangi distres.

Bentuk-bentuk dari Koping stres: (Darmawanti, 2013)

a. Problem focus coping

Problem focus coping adalah usaha berupa perilaku individu untuk

mengatasi/mengurangi masalah, tekanan dan tuntutan. Koping yang

muncul terfokus pada masalah individu yang akan mengatasi stres

dengan mempelajari keterampilan yang baru. Strategi ini membawa

pengaruh pada individu yaitu usaha untuk melakukan perubahan atau

pertambahan pengetahuan individu tentang masalah yang dihadapinya

termasuk dampak-dampak dari masalah tersebut.

b. Emotion focus coping

Emotion focus coping adalah bentuk coping yang untuk mengontrol

respon emosional terhadap situasi yang menekan. Tujuan dari emotion

focus coping adalah upaya untuk mencari dan memperoleh rasa


13

nyaman serta memperkecil tekanan yang dirasakan. Emotion focus

coping berusaha untuk mengurangi, meniadakan.

2.2 Pengertian Metode PBL (Problem Based Learning)

Model Problem Based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah

adalah, metode mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata,

proses dimana peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik,

diskusi, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan

penyelidikan dan laporan akhir. Dengan demikian peserta didik didorong

untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan mengembangkan

keterampilan berpikir kritis (Arends, 2008).

Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010) bahwa PBL merupakan

suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir

tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia

nyata, termasuk di dalamnya belajar.

2.2.1 Karakteristik ProblemBased Learning (PBL) atau Model

Pembelajaran Berbasis Masalah

Setiap model pembelajaran, memiliki karakteristik masing-masing untuk

membedakan model yang satu dengan model yang lain. Seperti yang

diungkapkan Trianto (2009) bahwa karakteristik model PBL yaitu:

adanya pengajuanpertanyaanataumasalah

berfokus pada keterkaitan antar disiplin

penyelidikan autentik

menghasilkan produk atau karyadan mempresentasikannya


14

dan kerjasama.

Sedangkan karakteristik model PBL menurut Rusman (2010) adalah

sebagai berikut:

Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada didunia

nyata yang tidak terstruktur.

Permasalahan membutuhkan perspektif ganda

(multipleperspective).

Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,

sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi

kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya,

dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial

dalamproblem based learning.

Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.

Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk

mencarisolusi dari sebuah permasalahan.

Sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

Problem based learning melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan

proses belajar. Selain itu, ada hal khusus yang membedakan model PBL dengan
15

model lain yang sering digunakan guru. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada

tabel 2 yang dikemukakan oleh Slavin, dkk (Amir, 2010).

Tabel 2.1

Perbedaan PBL dengan Metode Lain

No Metodebelajar Deskripsi
1 Ceramah Informasi dipresentasikan dan

didiskusikan oleh dosen dan mahasiswa.

2 Studi Kasus Pembahasan kasus biasanya dilakukan di

akhir pembelajarandan selalu disertai dengan

pembahasan di kelas tentang materi (dan

sumber- sumbernya) atau konsep terkait

dengan kasus.
3 PBL Informasi tertulis yang berupa masalah

diberikan diawal kegiatan pembelajaran.

Fokusnya adalah bagaimana siswa

mengidentifikasi isu pembelajaran sendiri

untuk memecahkan masalah. Materi dan

konsep yang relevan ditemukan oleh

mahasiswa.

2.2.2 Tujuan Problem Based Learning (PBL)

Setiap model pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai. Seperti

yang diungkapkan Rusman (2010) bahwa tujuan model PBL adalah

penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan


16

keterampilan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan karakteristik model

PBL yaitu belajar tentang kehidupan yang lebih luas, keterampilan memaknai

informasi, kolaboratif, dan belajar tim, serta kemampuan berpikir reflektif dan

evaluatif. Sedangkan Ibrahim dan Nur (Rusman, 2010) mengemukakan tujuan

model PBL secara lebih rinci yaitu:

Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan

masalah

Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka

dalam pengalaman nyata

Menjadi para siswa yang otonom atau mandiri

2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Model PBL

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan,

sebagaimana model PBL juga memiliki kelemahan dan kelebihan yang

perlu dicermati untuk keberhasilan penggunaannya. Menurut (Warsono

dan Hariyanto, 2012) kelebihan PBL antara lain:

Siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan tertantang

untuk menyelesaikan masalah tidak hanya terkait dengan pembelajaran di

kelas tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-

hari (real world).

Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-

teman.

Makin mengakrabkan guru dengan siswa.

Membiasakan siswa melakukan eksperimen.


17

Kelemahan dari penerapan model ini antara lain:

Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada pemecahan

masalah.

Seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang.

Aktivitas siswa di luar sekolah sulit dipantau.

2.3 Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti

(Setiadi, 2013). Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

Skema Kerangka Konsep penelitian hubungan metode pembelajaran PBL

dengan tingkat stress pada mahasiswa PSIK Universitas Riau.

Skema 2.1

Kerangka Konsep

Variabel Independent (Bebas) Variabel Dependent (Terikat)

Tingkat stress
Metode Pembelajaran
Stres ringan
system PBL
Stres sedang

Stres berat
18

2.4 Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah pendapat yang kebenarannya masih dangkal dan perlu

diuji, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan

dibuktikan dalam penelitian tersebut (Setiadi, 2013).

Hipotesis adalah jawaban sementara dari pernyataan penelitian. Hipotesis

berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini

merupakan pernyataan yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2010).

Dalam statistik dan penelitian terdapat dua macam hipotesis, yaitu:

1) Hipotesis Nol

Pada penelitian, hipotesis nol ini diartikan sebagai tidak adanya

perbedaan antara dua fenomena yang diteliti. Diberi notasi atau simbol

dengan (Ho).

2) Hipotesis Alternatif

Adalah lawannya hipotesis nol, yang berbunyi adanya perbedaan

antara dua fenomena yang diteliti (variabel bebas dengan variabel terikat,

diberi notasi atau simbol dengan (Ha)).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah hubungan metode

pembelajaran PBL dengan tingkat stress pada mahasiswa PSIK

Universitas Riau.
19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Desain penelitian adalah bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007).

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi

yaitu suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna

menentukan, apakah ada hubungan antara 2 variabel atau lebih. Adanya

hubungan dan tingkat variabel yang penting, karena dengan mengetahui

tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya

sesuai dengan tujuan penelitian yaitu hubungan system PBL dengan

tingkat stress pada Mahasiswa PSIK Universitas Riau.

3.1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian direncanakan di kampus PSIK Universitas Riau, Jl.

Pattimura No. 9 Pekanbaru.

2. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan dimulai dari persiapan hingga seminar hasil

penelitian dari bulan februari 2015 sampai bulan juli 2015.

19
20

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

Uraian Kegiatan Waktu Pelaksanaan

Feb Mar Apr Mei Juni Juli

Perumusan masalah

Penyusunan

Proposal

Seminar Proposal

Pelaksanaan

Penelitian

Pengolahan Data

Hasil Penelitian

Seminar Hasil

Penelitian

3.1.2 Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi penelitian merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Setiadi, 2013).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa A 2012 PSIK

Universitas Riau Pekanbaru.


21

2. Sampel

Sampel merupakan bagian yang diteliti dari populasi,

Ciri sampel yang baik :

1) Merupakan bagian dari sampel

2) Mewakili (representatif)

3) Jumlah yang cukup (Setiadi, 2013)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik total sampling, yaitu seluruh sampel dijadikan sebagai

responden (Notoatmodjo, 2010).

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa A 2012 PSIK Universitas Riau

Pekanbaru. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 15 mahasiswa.

3.1.3 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian karena berhubungan langsung dengan manusia, maka

etika penelitian harus diperhatikan. Dalam penelitian ini masalah etika

penelitian yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta manfaat

yang diperoleh. Responden yang bersedia akan mendatangani lembar

persetujuan menjadi responden, sedangkan responden yang tidak bersedia

boleh menolak.
22

2. Tanpa nama (Anonymity)

Kerahasiaan identitas responden dijamin oleh peneliti dan tidak akan disebar

luaskan dengan cara tidak mencantumkan nama responden, cukup dengan

inisial dan nomor pada masing-masing lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti menjamin kerahasiaan dari semua informasi yang telah

dikumpulakan, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.

Menurut Hidayat(2007), prinsip etika dalam penelitian dapat dibedakan

menjadi 3 bagian yaitu sebagai berikut:

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

b. Bebas dari eksploitasi

c. Bebas dari resiko

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia

a. Hak untuk ikut atau tidak untuk menjadi responden

Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah mereka bersedia

menjadi responden ataupun tidak, tanpa ada sanksi apapun.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan

c. Informed consent

3. Prinsip keadilan

a. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil (Right in fair treatment)


23

Responden harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa ada diskriminasi apabila

mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai responden.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan untuk itu perlu adanya anonymity (tanpa nama) dan

confidentiality (rahasia)

3.1.4 Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan membagikan

kuesioner yang terdapat dalam tiga bagian. Bagian pertama berisi tentang

data karakteristik responden yang terdiri dari inisial responden, jenis

kelamin, usia, tingkat pendidikan. Bagian kedua untuk mengukur pengaruh

system PBL pada pembelajaran mahsiswa yang terdiri dari 15 pertanyaan

berbentuk multiple choice dengan pilihan a,b,c.

Skor diperoleh dari jumlah pertanyaan yang benar dibagi jumlah banyak

soal dikali 100%. Skor total variabel untuk pengaruh system PBL ini

adalah 100%.

Variabel pengaruh system PBL dikategorikan menjadi tinggi jika didapat

hasil sor 66,6-100%. Dan rendah jika didapatkan hasil skor 26,67-66,67%.

Bagian ketiga mengukur tingkat stress mahasiswa terdiri dari 20

pertanyaan yang dibedakan atas 10 pertanyaan positif (pertanyaan no

1,3,5,7,9,11,13,15,17,19) dan 10 pertanyaan negative

(2,4,6,8,10,12,14,16,18,20).
24

Peneliti ini menggunakan skala likert, untuk mengukur pertanyaan positif

dengan nilai skoring jawaban tidak pernah bernilai 1, kadang kadang

bernilai 3, sering bernilai 2 dan selalu bernilai 1. Skor total untuk

variabel mekanisme koping ini adalah 80. Variabel mekanisme koping

dikategorikan menjadi adaptif jika didapat hasil skor 58 dan maladaptive

jika didapatkan skor <58.

Sebelum koesioner dibagikan, peneliti melakukan uji instrument untuk

mengetahui validitas dan reabilitas alat pengumpul data. Uji validitas yaitu

suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrument, sedangkan

uji realiavilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keandalan suatu

instrument yang digunakan sevagai ala pengumpul data (Arikunto,2006).

Uji validitas dan reabilitas dilakukan terhadap respoden, Mahasiswa PSIK

UR. Uji kuisioner penelitian dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor

total dan skor butir dari setiap pertanyaan.

Berdasarkan hasil pengolahan data kuisioner, didapatkan r table (0,514)

karena menggunakan 15 orang responden saat uji validitas dan reabilitas.

Kuisioner untuk menggambarkan variabel system pembelajaran PBL yang

terdiri dari 15 pertanyaan menghasilkan 14 pertanyaan yang valid yaitu

pertanyaan nomor ( 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13,14,15). pertanyaan nomor

11 dinyatakan tidak valid karena r hitung (0,187)< r table (0,514) dan 1

pertanyan tersebut tetap dimasukkan dalam kuisioner penelitian dengan

melakukan modifikasi pada pertanyaan tersebut. Sehingga kuisioner untuk

variebel system pembelajaran PBL terdiri dari 15 pertanyaan tang

berbentuk multiple choice.


25

Kuisioner untuk variabel tingkat stress, terdiri dari 20 pernyataan dengan

diperoleh 16 pernyataan yang valid. Sehingga 4 pernyataan yang tidak

valid tersebut tetap dimasukkan dalam kuisioner penelitian dengan

melakukan modifikasi pada pernyataan tersebut. Uji reliabilitas kuisioner

dengan 15 orang responden untuk variabel tingkat stress diperoleh nilai

Cronbacgs Alpha (0,885) > r table (0,154).

Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan, maka

kuisioner yang digunakan untuk variabel system pembalajaran PBL terdiri

dari 15 pertanyaan dan variabel tingkat stress terdiri dari 20 pernyataan.

3.1.5 Prosedur pengumpulan data

1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing, peneliti

mengurus surat permohonan izin penelitian di PSIK UR.

2. Setelah mendapat surat izin untuk melakukan penelitian dan kuesioner

telah valid serta reliable, peneliti mendatangan responden penelitian.

3. Peneliti meminta responden terlibat dalam penelitian dengan

memberikan lembar permohonan responden.

4. Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, procedure penelitain dan cara

pengisian kuesioner.

5. Peneliti menjamin kerahasiaan responden dan meminta responden

untuk menandatangani lembar persetujuan responden.

6. Peneliti membagikan lembar kuisioner pada responen dan

mendampingi responden dalam pengisian kuesioner selama 30 menit.

7. Peneliti mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan kuesioner.


26

8. Jika kuesioner belum terisi secara lengkap, peneliti meminta kembali

kepada responden untuk melengkapinya pada saat itu juga.

9. Peneliti melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik

dan mengolah data.

3.1.6 Defenisi operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga

akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian

(Setiadi, 2013).

Tabel 3.1

Definisi operasional

Variabel Definisi Alat ukur Skala ukur Hasil ukur

operasional

Variabel

Independen

Metode Proses dimana Kuesioner Ordinal Tidak

PBL mahasiswa PSIK pernah

UR melaksanakan Kadang-

kerja kelompok, kadang

umpan balik, Sering

diskusi, yang selalu

dapat berfungsi

sebagai batu
27

loncatan untuk

investigasi dan

penyelidikan dan

laporan akhir.

Variabel

Dependen

Stress Sekumpulan Kuesioner Ordinal


Stres
gejala akibat
ringan
perasaan tertekan
Stres
yang diaalami
sedang
oleh mahasiswa
Stres
PSIK UR.
berat

3.1.7 Pengolahan data

1) Editing / memeriksa

Setelah dilakukan observasi data diperiksa. Jika masih ada data

yang belum lengkap maka dilakukan lagi observasi untuk melengkapi

data penelitian.

2) Entry Data

Jawaban-jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel dengan

cara menghitung nilai rata dan standar deviasi. Memasukkan data

boleh dengan cara manual atau melalui pengolahan program SPSS.

3) Cleaning

Pembersihan data, jika terjadi kesalahan.


28

4) Mengeluarkan informasi

Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan (Setiadi,

2013).

3.17.1 Analisa Data

1) Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk melihat hasil perhitungan frekuensi dan

presentase dari hasil penelitian yang nantinya akan digunakan dalam pembahasan

dan kesimpulan.Untuk mencari persentase responden digunakan rumus menurut

Machfoedz (2010), yaitu :

Rumus : P = F x 100%

Keterangan : P = Presentase (%)

F = Jumlah jawaban yang benar (skor)

N = Jumlah skor kuesioner

2) Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menganalisa hubungan variabel independen

dengan variabel dependen yang dilakukan dengan pengujian statistik Chi-square

dengan derajat kepercayaan () 0,05 dan disajikan dalam bentuk tabulasi silang.

Untuk melihat pengaruh variable independen terhadap variabel dependen maka

digunakan rumus sebagai berikut :


29

Keterangan :

X2 = Chi Square yang dicari

O = Observed (nilai-nilai observasi)

E = Expected (nilai frekuensi harapan)

Ketentuan yang berlaku untuk menentukan keputusan uji statistik adalah

dengan cara dengan menghubungkan nilai P-value dengan nilai (alpha) yaitu

sebagai berikut :

(1) Bila nilai P-value nilai , keputusannya H0 ditolak

(2) Bila nilai P-value > nilai , keputusannya adalah H0 gagal ditolak atau

diterima
30

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. Landasan teori konsep belajar. Medan: Universitas Sumatera

Utara; 2011

Anwar M, 2013. Peningkatan intensitas Belajar mandiri dengan layanan informasi


di kelas Semarang: IKIP

Amelia A. Landasan teori strategi coping stres. Universitas Sumatera Utara:

2011;http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22179/3/Chapter%2

0II.

Chrisyanti D, Mustamiah D, Sulistiani W. 2010. Hubungan antara penyesuaian


diri terhadap tuntutan akademik dengan kecenderungan stres pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Hang Tuah Surabaya: jurnal Fakultas
Psikologi Universitas Hang Tuah. 153-157 Vol.12 No. 03

Dahlan MS. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang

kedokteran dan kesehatan 2nd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2009.

Darmawanti I.2012. Hubungan antara tingkat religiusitas dengan kemampuan


dalam mengatasi stres (coping stres). Jurnal Psikologi: Teori & Terapan.
Vol.2. No.2

Machfoedz, I. (2009). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan,


Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran, Fitramaya, Yogyakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,


Jakarta.
Pamanathan VV, Husada MS. Overview of stress level among the students in
medical faculty of north sumatera university odd semester academic year
2013/22013. E-journal FK USU.2009; V OL.1 No. 1
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Graha
Ilmu, Yogyakarta.
31

Shaikh S, Shaikh AH, Magsi I.2010. Stress Among Medical Students Of


University Of Interior Sindh: Department of Psychiatry, Medical Channel
Vol. 16, No. 4 October-December

Sherwood L.2010. Human physiology from cells to systems. 7th ed. USA:

Brooks/cole

Sundari J.2012.Hubungan antara tingkat stres dengan intensitas olahraga pada

mahasiswa regular. Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas ilmu keperawatan

Verdika S, Retno GR, Suhoyo Y.2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi

mahasiswa fakultas UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang

konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam problem-based

learning: jurnal pendidikan kedokteran dan propesi kesehatan Indonesia

Widhiastuti H.2012.Studi meta-analisis tentang hubungan antara stres kerja


dengan prestasi kerja. Universitas Semarang: Journal psikologi

https://en.wikipedia.org/wiki/Problem-based_learning

Barret, Terry (2005). Understanding Problem Based Learning. [online].Tersedia :


http:// [22 03 -2007]
Waters, R and McCracken, M.( -).Assessment and Evaluation In Problem Based
Learning. Georgia Intitute of Technoloy : Georgia. [online]. Tersedia :
http:// [22 03 -2007]
Miao, Yongwu et.al. (-).PBL-protocols: Guiding and Controlling Problem Based
Learning Processes in Virtual Learning Environment. GMD : Darmstad.
[online]. Tersedia : http:// [22-03-2007]
Liu, Min. (2005). Motivating Students Through Problem-based Learning.
University of Texas : Austin. [online]. Tersedia : http:// [22-03-2007]
Sudarman. (2007). Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran untuk
Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan masalah.
32

Dalam Jurnal Pendidikan Inovatif [online], Vol 2 (2), 6 halaman. Tersedia


: http:// [14-12-2007]

Barret, Terry (2005). Understanding Problem Based Learning. [online].Tersedia :


http:// [22 03 -2007]
Waters, R and McCracken, M.( -).Assessment and Evaluation In Problem Based
Learning. Georgia Intitute of Technoloy : Georgia. [online]. Tersedia :
http:// [22 03 -2007]
Miao, Yongwu et.al. (-).PBL-protocols: Guiding and Controlling Problem Based
Learning Processes in Virtual Learning Environment. GMD : Darmstad.
[online]. Tersedia : http:// [22-03-2007]
Liu, Min. (2005). Motivating Students Through Problem-based Learning.
University of Texas : Austin. [online]. Tersedia : http:// [22-03-2007]
Sudarman. (2007). Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran untuk
Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan masalah.
Dalam Jurnal Pendidikan Inovatif [online], Vol 2 (2), 6 halaman. Tersedia
: http:// [14-12-2007]

American Psychological Association, Stress in America 2010, Key Findings,


2010,Available at www.apa.org/news/press/releases/stress/ key-
findings.pdf.
K. Glanz and M. Schwartz, Stress, Coping and Health Behavior, in Health
Behavior and Health Education: Theory, Research and Practice, 4th ed.,
eds. K. Glanz, B. Rimer, and K. Viswanath (San Francisco: Jossey Bass,
2008), 210236.
B. L. Seaward, Managing Stress: Principles and Strategies for Health and Well-
Being, 6th ed.(Sudbury, MA: Jones and Bartlett, 2009), 8.
American Psychological Association, Stress in America 2010, Key Findings,2010.

Anda mungkin juga menyukai