Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Unsur-unsur puisi:
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi
dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
A. Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi,
meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa
adalahhubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik
makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya
dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang
pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu
masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata,
rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung
pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk
oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema
dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk
memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4) Amanat/tujuan/maksud (intention); sadar maupun tidak,
ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa
dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam
puisinya.
B. Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi,
adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan
hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang
tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris
puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata
dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih
secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan
makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan
(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan
seperti apa yang dialami penyair.
(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan
indera yangmemungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan
dengan kiasan ataulambang. Misal kata kongkret salju: melambangkan
kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret rawa-
rawa dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan,
dll.
(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang
dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan
konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi
menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan
makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun
macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes,
ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio,
klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga
paradoks.
(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima,
ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal,
tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan
terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi (Sutadji
C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir,
persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi
bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan
kata/ungkapan. Ritma adalahtinggi rendah, panjang pendek, keras
lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
PUISI BARU
Puisi Lama dan Puisi Baru memiliki perbedaan-perbedaan mendasar. Puisi
Baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah
baris, suku kata, maupun rima.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Contoh:
Cinta
Karya: Kahlil Gibran
Sejak kehadiranmu hingga kini
Ruang hatiku beraroma wangi
Buaian bunga-bunga rindu menari
Yang kau tinggalkan di hati
Makin hari bersemi
Tanpa layu senyum ini
Tersirami cinta suci
Darimu kekasih hati
Jangan biarkan aku sendiri
Kuhanya ingin memiliki
Dirimu seutuhnya cinta sejati
Menjadi harga mati tak tertawar lagi
Andai ada pengganggu hati
Hati ini tegas menghadapi
Janganlah engkau ragu lagi
Hati ini milikmu abadi
Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
b) Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bahgia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
c) Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat
seuntai).
Ciri-ciri
1. Quatrain (Perancis: 4 baris)
2. Pada asalnya ada 4 rangkap
3. Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.
Contoh:
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d) Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima
seuntai).
Ciri-ciri
Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5 baris dalam serangkap
diterima umum sebagai Quint (perubahan ini dikatakan berpunca dari
kesukaran penyair untuk membina rima/aaaaa/.
Contoh:
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
e) Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam
seuntai).
Ciri-ciri
1. sextet (latin: 6 baris)
2. Dikenali sebagai terzina ganda dua
3. Rima akhir bebas
Contoh:
Merindu Bagia
Jika harilah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f) Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh
seuntai).
Ciri-ciri
1. septime (Latin: 7 baris)
2. Rima akhir bebas
Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu
antara lain :
a) Jumlah kata dalam 1 baris
b) Jumlah baris dalam 1 bait
c) Persajakan (rima)
d) Banyak suku kata tiap baris
e) Irama
b) Pantun
Ciri ciri :
1. Setiap bait terdiri 4 baris
2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a b a b
5. Setiap baris terdiri dari 8 12 suku kata
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)
Contoh:
Kalau ada sumur di ladang
Boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Boleh kita berjumpa lagi
MACAM-MACAM PANTUN
a. PANTUN BIASA
Pantun biasa sering juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
CIRI-CIRI SELOKA:
a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris
pertama dan ketiga bait kedua.
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama
dan ketiga bait ketiga
c. Dan seterusnya
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
3. TALIBUN
Talibun adalah pantun dengan jumlah barisnya lebih dari empat baris,
tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat
isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a b c a b c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a b c d a b c d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
2. DILIHAT DARI ISINYA
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
c) Gurindam
Ciri-ciri gurindam
1. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
2. Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau
perjanjian pada baris pertama tadi.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
d) Syair
Ciri-ciri syair
1. Terdiri dari 4 baris
2. Berirama aaaa
3. Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Tambahan berupa contoh-contoh dari setiap jenis-jenis puisi lama dan puisi
baru:
1. Contoh Balada :
2. Contoh Himne
Tuhan
Dalam diam kusebut nama-Mu
Benar sungguh aku takut akan murka-Mu
Ku harap tuhan
Kan selalu sayang padaku
Karena kehendak-Mu aku ada
Ku hanya bisa
Berharap dan berdoa
Pada-Mu tuhan
Kasih sayang-Mu kuharapkan
Doa
Karya: Chairil Anwar
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Tuhanku
Tuhanku
Tuhanku di pintu-Mu
aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
3. Contoh Ode
Puisi untuk Guru
Karya: Muhammad Yanuar
4. Contoh Epigram
Arti Hidup
5. Contoh Romance
Arti cinta
6. Contoh Elegi
Sia-sia
7. Contoh Satire
Gigit Jari
8. Contoh Distikon
Merpati
Tubuh...
kini berpeluh menghadap rusuh
Cinta
kini hilang tanpa dia
Tugas
kini ada tanpa bergegas
9. Contoh Terzina
Kepada Angin Raja Kelana
Kau Sang Bayu, Raja Kelana
Yang tak tahu lelah dan tak berhenti
Bersiap diri pergi mengembara,
Satu-satu kegelisahan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya kisahkan
kepada Tuan
Yang pernah di resah gelisahkan
Satu-satu desiran
Yang saya dengarkan
Hanya dapat saya syairkan
kepada Tuan
Yang pernah mendengarkan desiran
Satu-satu kenyataan
Yang saya didustakan
Hanya dapat saya nyatakan
kepada Tuan
Yang enggan merasakan
(Or. Mandank)
12. Contoh Sektet
MENUJU KE LAUT
Kami telah meninggalkan engkau,
Tasik yang tenang tiada beriak,
Diteduhi gunung yang rimbun
Dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun
Dari mimpi yang nikmat
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
pohon-pohon cemara
menyerbu kampung-kampung
bulan di atasnya
1. Citraan perasaan
Puisi merupakan ungkapan perasaan penyair. Untuk mengungkapkan
perasaannya tersebut, penyair memilih dan menggunakan kata-kata
tertentu untuk menggambarkan dan mewakili perasaannya itu. Sehingga
pembaca puisi dapat ikut hanyut dalam perasaan penyair.
Perasaan itu dapat berupa rasa sedih, gembira, haru, marah, cemas,
kesepian, dan sebagainya.
Contoh:
2. Citraan intelektual
Citraan intelektual adalah citraan yang dihasilkan oleh/ dengan asosiasi-
asosiasi intelektual.
Contoh:
DUKA CITA
Yang memucat wajahnya
merenungi kelabu dinding kamar
yang ditinggal mati penghuninya
sedang di luar
anjing terdiam
tak melihat kupu terbang
menjatuhkan madu di lidahnya
yang terasa getir
Angin tidak bekerja
ranting pohonan merunduk
menyesali daun kering yang terlepas
waktu perempuan berkerudung hitam
melangkah di atas daunan
berisik, menyayat hati burung
yang pecah telurnya
Tangan-tangan gadis
yang pucat mukanya
diam-diam meronce melati
sambil mengusap air mata
Di ujung desa
jenazah sedang di sucikan
(Kuntowijoyo)
Puisi kontemporer tidak hanya terikat pada tema, tetapi juga terikat
pada struktur fisik puisi. Berdasarkan keberadaan puisi kontemporer ini, bisa
diartikan bahwa puisi kontemporer merupakan puisi yang muncul pada masa
kini yang bentuk dan gayanya tidak mengikuti kaidah-kaidah puisi pada
umumnya. Puisi kontemporer merupakan puisi yang lahir dalam kurun
waktu tertentu yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi lainnya.
Puisi yang baik pasti memiliki makna walaupun dalam arti yang berbeda-
beda. Meski Sutardji menampilkan kata-kata tanpa makna, ia masih tetap
berorientasi kepada makna dalam membawa suasana. Bagaimanapun juga
puisi yang berhasil mesti mempunyai makna, dan pembaca tidaklah sia-sia
jika mencoba mencari makna dalam puisi-puisi kontemporer.
1. Puisi Mantra
Puisi mantra dalam puisi kontemporer adalah puisi yang mengambil sifat-
sifat mantra.
Shang Hai
ya pong ya ping
ya ping ya pong
Sifat-sifat mantra tampak dalam puisi Shang Hai ini, urutan katanya
tampak disusun secara cermat. Unsur permainan bunyi sangat dipentingkan.
POT
pot apa pot itu pot kaukah pot aku
pot pot pot
yang jawab pot pot pot pot kaukah pot itu
yang jawab pot pot pot pot kaukah pot aku
pot pot pot
potapapotitu potkaukah potaku
POT
Sutardji Calzoum Bachri, 1970
Dalam puisi Pot urutan kata itu ditempatkan begitu rapi sehingga
membentuk gambar. Maka puisi tersebut sering disebut puisi grafis karena
mementingkan efek visual dari penyusunan baris puisi.
2. Puisi Mbeling
Puisi mbeling bukan merupakan hasil karya penyair mapan, tetapi
kehadirannya mau tak mau kita terima. Seperti yang dinyatakan Sapardi
Djoko Damono Harus diakui bahwa puisi jenis ini telah memberikan
sumbangan yang berharga bagi keanekaragaman puisi kita (Sapardi Djoko
Damono, 1981: 91)
Puisi mbeling muncul pertama kali pada majalah Aktuil yang terbit di
Bandung. Majalah ini menyediakan lembaran khusus untuk menampung
sajak. Oleh pengasuhnya Remy Sylado, lembaran khusus ini diberi nama
Puisi Mbeling
Adapun sikap mbeling yang esensial adalah menjalani hidup dengan jiwa
kanak-kanan, yang makna dan pengertiannya tidak kekanak-kanakan, dan
juga tidak kebarat-baratan. Tidak sok serius dalam menanggapi keadaan,
tetapi dalam mereaksi sebuah persoalan, sarat dengan makna. Ini tidak
berarti santai dan tidak berarti tidak peduli pada lingkungan hidup.
Dalam kata lain, puisi mbeling adalah semacam jeda dari tradisi penulisan
puisi lirik indonesia, yang tentu saja dalam cara mengapresiasinya perlu
semacam pisau analisis atau wacana lain, yang berbeda dengan wacana
puisi lirik, simbiolisme, surrealisme, dan isme isme yang lainnya dari
berbagai belahan dunia.
Pada bagian pertama, akan diulas bagaimana puisi mbeling Jeihan yang
ditulisnya dengan menggunakan kata-kata sebagai daya ekspresi dari
kegelisahan batinnya yang direaksinya secara main-main, tapi ternyata
sungguh-sunguh. Sedangkan pada bagian lain adalah menikmati puisinya
yang menggunakan lambang angka dan lambang huruf.
a. Ciri utama puisi jenis ini adalah kelakar. Kata-kata dipermainkan, arti,
bunyi, dan tipografi dimanfaatkan untuk mencapai efek kelakar. Sebagian
besar puisi mbeling menunjukkan bahwa maksud penyair sekedar mengajak
pembaca berkelakar saja, tanpa maksud lain yang disembunyikan.
b. Mengandung kritik sosial.
c. Kritik terhadap dominasi lama dalam perekonomian.
d. Ejekan terhadap sikap sungguh-sungguh penyair umumnya dalam
menghadapi puisi.
Taufik Ismail menyebutnya dengan puisi yang mengkritik puisi.
terbuka
Yudhistira Ardinugraha
3. Puisi Konkret
Puisi konkret yaitu puisi yang mementingkan bentuk grafis atau tata wajah
yang disusun mirip dengan gambar. Di samping makna yang ingin
disampaikan oleh penyair, ia juga ingin memperlihatkan kemanisan susunan
kata-kata dari baris serta bait yang menyerupai gambar seperti segi tiga,
huruf Z, kerucut piala, belah ketupat,segi empat dan lain-lain.
Drama Sebabak
aCaraCa
o e
w w
o e
CowoK andKewek
o o
w w
e o
e o
e o
K
a
u
Oweeeeek
Puisi konkret yang mirip gambar piala, yang garis-garisnya diganti dengan
sepuluh huruf itu cukup unik juga. Puisi itu mengedepankan sebuah acara
remaja antara cowok dan cewek yang berakhir dengan saling menuduh; Kau
penyebab cewek melahirkan.
4. Puisi Tanpa Kata
Yaitu puisi yang sama sekali tidak menggunakan kata sebagai alat
ekspresinya. Sebagai gantinya di gunakan titik-titik, garis, huruf, atau
simbol-simbol lain.
7. Puisi Tipografi
Yaitu puisi kontemporer yang memandang bentuk atau wujud fisik puisi
mampu memperkuat ekspresi puisi. Bahkan wujud fisik puisi dipandangg
sebagai salahh satu unsure puisi, sebagai suatu tanda yang memiliki makna
tertentu, yang tidak terlepas dari keseluruhan makna puisi.
Contoh:
MAUT
dia diamdiam diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam
diamdiam
maut(Ibrahim Sattah)
Ya meraja jaramaya
Ya marani niramaya
Ya silapa palasiya
Ya mirado rodamiya
Ya midosa sadomiya
Ya dayuda dayudaya
Ya siyaca cayasiya
Ya sihama mahasiya(Sides Sudyarto DS)
9. Puisi Idiom Baru
Puisi macam ini dibedakan dengan puisi konvensional terutama oleh
penggunaan idiom-idiom baru yang terdapat didalamnya. Puisi idiom baru
tetap menggunakan kata sebagai alat ekspresinya, tetapi kata tersebut
dibentuk dan diungkapkan dengan cara baru, diberi nyawa baru. Digunakan
idiom-idiom baru yang belum pernah dijumpai sebelumnya.
Contoh:
Jadi
tidak setiap derita
jadi luka
tidak setiap sepi
jadi duri
tidak setiap tanda
jadi makna
tidak setiap tanya
jadi ragu
tidak setiap jawab
jadi sebab
tidak setiap seru
jadi mau
tidak setiap tangan
jadi pegang
tidak setiap kabar
jadi tahu
tidak setiap luka
jadi kaca
memandang Kau
pada wajahku !(Sutardji Calzoum Bachri)
Share It
Facebook
Twitter
Google+
Linkedin
Pin It
Adi Kurniawan
NO RELATED POST AVAILABLE
LABELS
10
11
12
2014
Adi
Adi Kurniawan
Angiospermae
Banjir
biologi
Bocor
Bocoran soal UN
calisthenic
Dhimas Ramadhan
Endosperma
fakta
free
gagal
Ganda
Gratis
hot
jakarta
keluarga
logika.
Motivasi
Nasional.
olahraga
opini
Pembuahan
plant
Proses
ragunan
Raswor
saran
sehat
seksi
singkat
sixpack
SMA
street
Streetworkout
tumbuhan
Ujian
Ujian Nasional
UN 2013
UN 2014
UN 2014 diulang
workout
TOTAL PAGEVIEWS
135351
Contoh Dan Pembahasan Puisi Lama Dan Puisi
Baru, Serta Puisi Kontemporer
Nih, tugas dari Guru Bahasa Indonesia di sekolah saya yang nyuruh
lengkap dan make warna. Silahkan copas, mudah mudahan tugas
kalian langsung diterima. Jangan kaya gua yang disuruh nambahin,
padahal udah NGUMPULIN SEHARI SETELAH DISURUH! InsyaAllah
bermanfaat
PUISI
Puisi dalam Bahasa Yunani kuno: / (poio/poi) = I create)
adalah berarti seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas
estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Maka, Puisi
adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris
serta ditandai oleh bahasa yang padat.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja
suatu pengulangan, meter dan rimaadalah pembeda dari prosa. Namun
perbedaan ini masih diperdebatkan. Sebagian ahli memiliki pendekatan
dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai
perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.
Menurut zamannya, puisi dibedakan ataspuisi lama dan puisi baru.
Unsur-unsur puisi:
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi
dua struktur, yaitustruktur batin dan struktur fisik.
A. Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi,
meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Tema/makna (sense);media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa
adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik
makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya
dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang
pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu
masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata,
rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung
pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk
oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema
dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk
memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4) Amanat/tujuan/maksud (intention); sadar maupun tidak,
ada tujuan yang mendorongpenyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa
dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam
puisinya.
B. Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi,
adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan
hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang
tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris
puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata
dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih
secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan
makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapatmengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan
(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan
seperti apa yang dialami penyair.
(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan
indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan
dengan kiasan ataulambang. Misal kata kongkret salju: melambangkan
kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret rawa-
rawa dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan,
dll.
(5) Bahasa figuratif, yaitubahasa berkias yang
dapatmenghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasitertentu
(Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi
menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak maknaatau kaya akan
makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun
macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes,
ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio,
klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga
paradoks.
(6) Versifikasi, yaitumenyangkut rima,
ritme, danmetrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal,
tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope(tiruan
terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi (Sutadji
C.B.),(2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir,
persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi
bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan
kata/ungkapan. Ritma adalahtinggi rendah, panjang pendek,keras lemahnya
bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
PUISI BARU
Puisi Lama dan Puisi Baru memiliki perbedaan-perbedaan mendasar. Puisi
Baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah
baris, suku kata, maupun rima.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Contoh:
Cinta
Karya: Kahlil Gibran
Sejak kehadiranmu hingga kini
Ruang hatiku beraroma wangi
Buaian bunga-bunga rindu menari
Yang kau tinggalkan di hati
Makin hari bersemi
Tanpa layu senyum ini
Tersirami cinta suci
Darimu kekasih hati
Jangan biarkan aku sendiri
Kuhanya ingin memiliki
Dirimu seutuhnya cinta sejati
Menjadi harga mati tak tertawar lagi
Andai ada pengganggu hati
Hati ini tegas menghadapi
Janganlah engkau ragu lagi
Hati ini milikmu abadi
Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
b) Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris(puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bahgia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
Contoh:
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d) Kuint, adalah puisi yang tiapbaitnya terdiri atas lima baris(puisi lima
seuntai).
Ciri-ciri
Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5 baris dalam serangkap
diterima umum sebagai Quint (perubahan ini dikatakan berpunca dari
kesukaran penyair untuk membina rima/aaaaa/.
Contoh:
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
e) Sektet, adalah puisi yang tiapbaitnya terdiri atas enam baris(puisi enam
seuntai).
Ciri-ciri
1. sextet (latin: 6 baris)
2. Dikenali sebagai terzina ganda dua
3. Rima akhir bebas
Contoh:
Merindu Bagia
Jika harilah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f) Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh
seuntai).
Ciri-ciri
1. septime (Latin: 7 baris)
2. Rima akhir bebas
Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu
antara lain :
a) Jumlah kata dalam 1 baris
b) Jumlah baris dalam 1 bait
c) Persajakan (rima)
d) Banyak suku kata tiap baris
e) Irama
b) Pantun
Ciri ciri :
1. Setiap bait terdiri 4 baris
2. Baris 1 dan 2 sebagaisampiran
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a b a b
5. Setiap baris terdiri dari 8 12 suku kata
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)
Contoh:
Kalau ada sumur di ladang
Boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Boleh kita berjumpa lagi
MACAM-MACAM PANTUN
a. PANTUN BIASA
Pantun biasa sering juga disebutpantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
CIRI-CIRI SELOKA:
a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris
pertama dan ketiga bait kedua.
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama
dan ketiga bait ketiga
c. Dan seterusnya
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
3. TALIBUN
Talibun adalah pantun denganjumlah barisnya lebih dari empat baris,
tetapi harus genapmisalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat
isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a b c a b c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a b c d a b c d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
2. DILIHAT DARI ISINYA
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
c) Gurindam
Ciri-ciri gurindam
1. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
2. Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau
perjanjian pada baris pertama tadi.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
d) Syair
Ciri-ciri syair
1. Terdiri dari 4 baris
2. Berirama aaaa
3. Keempat baris tersebutmengandung arti atau maksud penyair
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Tambahan berupa contoh-contoh dari setiap jenis-jenis puisi lama dan puisi
baru:
1. Contoh Balada :
2. Contoh Himne
Tuhan
Dalam diam kusebut nama-Mu
Benar sungguh aku takut akan murka-Mu
Ku harap tuhan
Kan selalu sayang padaku
Karena kehendak-Mu aku ada
Ku hanya bisa
Berharap dan berdoa
Pada-Mu tuhan
Kasih sayang-Mu kuharapkan
Doa
Karya: Chairil Anwar
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Tuhanku
Tuhanku
Tuhanku di pintu-Mu
aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
3. Contoh Ode
Puisi untuk Guru
Karya: Muhammad Yanuar
Arti Hidup
5. Contoh Romance
Arti cinta
6. Contoh Elegi
Sia-sia
7. Contoh Satire
Gigit Jari
8. Contoh Distikon
Merpati
Tubuh...
kini berpeluh menghadap rusuh
Cinta
kini hilang tanpa dia
Tugas
kini ada tanpa bergegas
9. Contoh Terzina
Kepada Angin Raja Kelana
Kau Sang Bayu, Raja Kelana
Yang tak tahu lelah dan tak berhenti
Bersiap diri pergi mengembara,
Satu-satu kegelisahan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya kisahkan
kepada Tuan
Yang pernah di resah gelisahkan
Satu-satu desiran
Yang saya dengarkan
Hanya dapat saya syairkan
kepada Tuan
Yang pernah mendengarkan desiran
Satu-satu kenyataan
Yang saya didustakan
Hanya dapat saya nyatakan
kepada Tuan
Yang enggan merasakan
(Or. Mandank)