BAB
2 LANDASAN TEORI
Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara
atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup
85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan
tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang layak.
Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan
yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.
Karena hanya mencakup tiga komponen, maka IPM harus dilihat sebagai
penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi pembangunan
manusia. Oleh karena itu, pesan dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan
analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang
penting lainnya (yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebasan politik,
kesinambungan lingkungan, kemerataan antar generasi.
Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka untuk dapat
memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya beli
yang dalam kasus Indonesia sudah sangat merosot akibat krisis ekonomi yang terjadi
sejak pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi dan moneter tersebut berdampak pada
tingkat pendapatan yang akibatnya banyak PHK dan menurunnya kesempatan kerja
yang kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang tinggi selama tahun 1997-1998.
Menurunnya tingkat kesempatan kerja dalam konteks pembangunan manusia
merupakan terputusnya jembatan yang menghubungkan antara pertumbuhan
ekonomi dengan upaya peningkatan kapasitas dasar penduduk.
Dampak dari krisis ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan
menurunnya daya beli dan ini juga berarti terjadinya penundaan upaya peningkatan
kapasitas fisik dan kapasitas intelektual penduduk. Penurunan beberapa komponen
IPM sebagai akibat kepekaan IPM sebagai alat ukur yang dapat menangkap
perubahan nyata yang dialami penduduk dalam jangka pendek.
(1) Angka Harapan Hidup adalah indikator yang mengukur longevity (panjang
umur) dari seseorang di suatu wilayah atau negara. Longevity ini bukan hanya
upaya perorangan tetapi merupakan upaya masyarakat secara keseluruhan
untuk menggunakan sumber daya yang ada sehingga dapat memperpanjang
hidupnya. Dapat dikatakan seseorang akan bertahan hidup lebih panjang
apabila selalu sehat, atau jika menderita sakit secepatnya dapat berobat untuk
membantu mempercepat kesembuhannya.
(2) Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah adalah indikator yang
mengukur tingkat pendidikan penduduk dengan melihat seberapa jauh
masyarakat di wilayah tersebut memanfaatkan sumber daya yang ada dalam
upaya meningkatkan kecerdasan warganya. Indikator Harapan Lama Sekolah
diperoleh dari variabel kemampuan realistis dalam lama sekolah yang masih
akan dijalani oleh seseorang dan Indikator Lama Sekolah dihitung dari
partisipasi sekolah, tingkat kelas yang sedang/pernah dijalani serta pendidikan
tinggi yang ditamatkan.
(3) Paritas Daya Beli adalah indikator yang mengukur tentang besarnya daya beli
masyarakat di suatu wilayah atau negara. Dengan menggunakan indikator
konsumsi riil yang disesuaikan. Sebagai catatan bahwa untuk UNDP dalam
mengukur komponen digunakan indikator PDB per kapita.
Dalam melakukan pembangunan manusia tentunya tidak hanya
memperhatikan pada tiga komponen yang menjadi tolok ukur dalam penentuan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) saja, disamping hal-hal tersebut tentunya masih
banyak aspek lain yang juga mempengaruhi yaitu dari berbagai aspek pembangunan
manusia yang tidak dapat diukur seperti; moral, mental, spiritual, tanggung jawab
dan lain sebagainya. Untuk itu dalam upaya mencapai kesejahteraan secara utuh kita
jangan hanya terjebak untuk memprioritaskan pada peningkatan di tiga aspek yang
menjadi tolok ukur IPM saja, tetapi juga perlu meningkatkan kualitas manusia dari
aspek-aspek yang lainnya.
Angka harapan hidup adalah perkiraan jumlah tahun hidup di suatu wilayah
dari sekelompok makhluk hidup tertentu. Angka harapan hidup merupakan cermin
dari kondisi kesehatan penduduk yang memiliki kemampuan bertahan hidup atau
umur lebih lama karena kesehatannya lebih baik.
Gambar 2.2.
Hubungan Antara Pembangunan Manusia, Demokrasi dan
Pertumbuhan Ekonomi
Model pertumbuhan endogenus (dari dalam) memberikan suatu kerangka
alternative untuk mempelajari hubungan antara pembangunan manusia, demokrasi
dan pertumbuhan ekonomi. Teori ini menyatakan bahwa perbaikan dalam tingkat
kematian bayi, dan pencapaian pendidikan dasar akan berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada gilirannya akan secara
substansial meningkatkan peluang bahwa dari waktu ke waktu lembaga-lembaga
politik akan menjadi lebih demokratis. Studi lintas negara yang dilakukan oleh Barro
menemukan adanya hubungan kausal antara kematian bayi dan pendidikan dengan
pertumbuhan ekonomi yang juga mengikuti teori modal manusia atau human capital
theory.
Dengan membangun hubungan tersebut, Barro secara efektif menolak
hipotesa trickle down yang menyatakan bahwa pembangunan manusia yang tinggi
hanya dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi. Walaupun demikian, dalam
kerangka ini, demokrasi masih dianggap sebagai barang mewah, dengan implikasi
bahwa negara-negara miskin tinggi dapat (atau mungkin seharusnya tidak)
berdemokrasi. Kerangka Barro digambarkan dalam gambar 2.3.
Gambar 2.3.
Kerangka Barro
baik, yang memerlukan dukungan dari sektor swasta. Walaupun Bhalla tidak secara
langsung meneliti hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan
manusia, dengan membalik hubungan kausalitasnya, temuannya secara tidak
langsung membawa pada pendekatan trickle down terhadap pembangunan.
Gambar 2.4.
Pendekatan Trickle Down terhadap Pembangunan
Gambar 2.5.
Virtous Triangle
Dari banyak faktor tersebut maka sebab sebab kematian ibu hamil yang
terpenting antara lain meliputi pendarahan, penyakit kehamilan dan persalinan,
eklampsia serta kehamilan ektopik.
Beberapa pengalaman ilmiah faktorfaktor tersebut tampaknya dari
kebanyakan kematian ibu hamil dapat dicegah. Upaya yang dapat kita lakukan untuk
menurunkan angka kematian ibu hamil dan anak adalah dengan pengawasan
sempurna dan paripurna, yang terdiri dari 3 hal penting, yaitu :
Prenatal care, Pengawasan ibu sewaktu hamil. Pertolongan dalam masa ini
terutama bersifat profilaksis / pencegahan.
Pertolongan sewaktu persalinan, Pimpinan persalinan yang tepat dapat
membantu mengurangi terjadinya kelainan dalam persalinan.
Postpartum care, Upaya pengawasan setelah melahirkan, untuk menghindari
dan mengetahui lebih dini terjadinya kelainan postpartum.