Anda di halaman 1dari 25

1.

Studi praformulasi zat aktif


Sifat fisika kimia teofilin

Nama senyawa Theophyllinum (Teofilin)


Sinonim Aqualin, Asmafil, Lanophyllin, Optiphyllin, Oralphyllin, Teolix, Theocin,
Theofin

Struktur C7H8N4O2.H2O
molekul

Teofilin monohidraat [5967-84-0]

BM C7H8N4O2.H2O : 198,18
Pemerian Penampilan : Serbuk Hablur
Warna : Putih
Rasa : Pahit
Bau : Tidak Berbau

Kelarutan Sukar larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air panas; mudah
larut dalam alkali hidroksida dan dalam amonium hidroksida; agak sukar
larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.

Titik leleh jarak lebur antara 2700 dan 2740, rentang antara awal dan akhir peleburan
tidak lebih dari 30.

Keasaman Larutkan 500 mg dalam 75 ml air, tambahkan 1 tetes merah metil LP;
diperlukan tidak lebih dari 1,0 ml Natrium Hidroksida 0,020 N untuk
mengubah warna merah menjadi kuning.
OTT Tanin
Stabilitas Dapat disimpan pada suhu kamar, dibawah cahaya fluorosensi terus-
menerus sekurang-kurangnya 180 hari tanpa perubahan konsentrasi yang
signifikan dalam bentuk larutan sebaiknya dilindungi dari cahaya karena
berpotensi terjadinya kerusakan / perubahan warna, stabil di udara
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Rute pemerian Intravena
Volume injeksi Teofilin dapat diberikan melalui infus intravena kontinu atau intermiten.
administrasi lambat, tidak melebihi 20 mg / menit, telah
direkomendasikan. Loading Dosis biasanya diberikan selama 20 sampai
30 menit. ( Handbook Of Injectable Drugs)
(anonim, 1995)

2. Rancangan Formula dan Eksipien

2.1. Cairan Infus Teofilin dan 5% dekstrosa

Formulasi Jumlah

Teofilin 0,8 g
Dekstrosa monohidrat 50 g
Air Untuk Injeksi Ad 1 Liter
Gas nitrogen QS

2.2. Fungsi Eksipien dan Spesifikasi

Formulasi Fungsi Spesifikasi

Teofilin Zat aktif ( brokodilator) Mengandung tidak kurang 97% dan


tidak lebih dari 102,0% C7H8N4O2 ,
susut pengeringan 7,5 9,5 % , jarak
lebur antara 270-274 C
Dekstrosa monohidrat pengisotonis Klorida tidak lebih 0,018%, sulfat
tidak lebih 0,025%, arsen tidak lebih
dari 1bpj, logam tidak lebih dari 5 bpj,
air antara 7,5 9,5%.
Air steril untuk injeksi Pelarut pH antara 5,0-7,0; Amonia tidak lebih
dari 0,3 bpj, negatif uji klorida,
kalsium, dan karbondioksida; Zat
padat total Tidak lebih dari 0,001%;
Tidak boleh lebih dari 0,25 unit
Endotoksin FI per ml
Gas nitrogen Pengganti oksigen Kandungan nitrogen tidak kurang dari
(pengawet) 99% dan tidak lebih dari 1%
kandungan oksigen

2.3. Studi Preformulasi Eksipien

Dekstrosa monohidrat

Organoleptis Dekstrosa Monohidrat berupa kristal tidak berwarna atau putih,


berbentuk bubuk kristal atau butiran, tidak berbau dan memiliki rasa
manis
Struktur Kimia

Bobot Molekul 198,17 g/mol

Kelarutan Dengan Air 1:1 (mudah larut), dengan gliserin larut, dalam etanol
sukar melarut
Stabilitas Dekstrosa atau glukosa memiliki daya tahan yang baik terhadap
cahaya, namun dalam penyimpanan diusahakan terlindung dari sinar
matahari Dekstrosa tidak stabil terhadap suhu tinggi karena dapat
terdegradasi menjadi 5-hidroksi-metil-furfural, yang akhirnya berubah
menjadi asam lauvulinik. Dekstrosa dapat disimpan pada suhu 2 oC-
25oC atau disimpan pada suhu kamar (tahan sampai 14 bulan).
Dekstrosa stabil pada pH 3,5 sampai 6,5 (Depkes RI, 1995). Jika pH
terlalu asam akan menyebabkan terbentuknya karamel dan akan
terdekomposisi dan berwarna coklat pada pH yang lebih basa
Titik Lebur titik lebur 83oC
Inkompatibilitas Jika larutan i.v glukosa dicampur dengan cyanocobalamin, kanamycin
sulfat, novobiocin sodium dan warfarin sodium akan menyebabkan
terjadi kekeruhan. Glukosa dapat bereaksi dengan amin, amida, asam
amino, peptida. Vitamin B kompleks akan terdekomposisi bila
dipanaskan dengan dekstrosa, eritromisisn gluceptate tidak stabil pada
larutan glukosa dengan pH 5,05. Apabila sediaan dekstrosa bereaksi
dengan senyawa alkali kuat dapat menyebabkan perubahan warna
menjadi coklat dan penguraian pada sediaan
Fungsi Pengisotonis

Air untuk injeksi

Pemerian Cairan jernih atau tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa

Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar dan elektrolit

Fungsi Sebagai bahan pembawa dan pelarut sediaan intravena

OTT Dalam sediaan farmasi, air dapat beraksi dengan obat dan zat tambahan
lainnya yang mudah terhidrolisis (mudah terurai dengan adanya atau
kelembaban). Air dapat bereaksi kuat & cepat dengan logam alkali dan
zat pengoksidanya seperti kalsium oksidan Magnesium oksida, air juga
bereaksi dengan bahan organik.

Titik didih 100 oC


Stabilitas Air stabil dalam setiap keadaan (es;cairan;uap panas). Air untuk
penggunaan khusus harus disimpan dalam wadah yang sesuai.
Pembuatan Aqua destilata dipanaskan sampai mendidih kemudian dipanaskan 20
menit terbentuklah API.

Gas nitrogen

Deskripsi Nitrogen (N2) terdapat di alam sekitar 78% v/v dari atmosfer. Nitrogen
merupakan gas yang bersifat tidak reaktif, tidak mudah terbakar, tidak
berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Nitrogen biasanya disimpan
sebagai gas yang termampatkan dalam logam silinder.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan kebanyakan pelarut; larut dalam air di
bawah tekanan.
Densitas 0,97 g/cm3 untuk uap pada 21C.
Inkompatibilitas Umumnya kompatibel dengan banyak material terbuka pada formulasi
dan produk makanan.
Stabilitas Nitrogen stabil dan tidak reaktif. Gas ini harus disimpan dalam logam
silinder tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering.
Keamanan Umumnya noniritan dan nontoksik tetapi penggunaan dalam inhalasi
dengan jumlah yang banyak dapat berbahaya.
Fungsi Mengganti udara dari subjek larutan untuk oksidasi melalui sparging,
dan mengganti udara dalam headspace produk pada pengemasan akhir
agar tidak menggelembung, seperti pada pengemasan produk parenteral
dalam gelas ampul.
Gas ini sering digunakan selama proses produksi untuk control peralatan
dan kadang-kadang digunakan untuk menghasilkan lingkungan bebas
oksigen. Suplai gas nitrogen perlu diuji identitas dan kelembabannya.
Sistem nitrogen perlu dimonitoring secara rutin. Pemeliharaan rutin dan
nonrutin perlu didokumentasikan.
2.3. Wadah

Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui berbagai cara
baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat mengubah kekuatan, mutu atau
kemurnian di luar persyaratan resmi dalam kondisi biasa pada waktu penanganan,
pengangkutan, penyimpanan, penjualan, dan penggunaan. Wadah terbuat dari bahan yang
dapat mempermudah pengamatan terhadap isi. Tipe kaca yang dianjurkan untuk tiap sediaan
umumnya tertera dalam masing-masing monografi. (FI Ed. IV, hal 10).

Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan di dalamnya
baik secara kimia maupun secara fisika, yang dapat mengakibatkan perubahan khasiat, mutu
dan kemurniannya. (FI ed. III, hal XXXIV)

Kemasan yang digunakan untuk sediaan ini adalah berbahan plastik karena bahan
plastik memiliki keunggulan:

1. Fleksibel dan tidak mudah rusak/pecah


2. Lebih ringan
3. Dapat disegel dengan pemanasan
4. Mudah dicetak menjadi berbagai bentuk
5. Murah

Terdapat dua jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan sediaan parenteral,
yaitu :
1. Termoset, yaitu jenis plastik yang stabil pada pemanasan dan tidak dapat dilelehkan
sehingga tidak dapat dibentuk ulang. Plastik termoset digunakan untuk membuat penutup
wadah gelas atau logam.
2. Termoplastik, yaitu jenis plastik yang menjadi lunak jika dipanaskan dan akan mengeras
jika didinginkan. Dengan kata lain, termoplastik adalah jenis plastik yang dapat dibentuk
ulang dengan proses pemanasan. Polimer termoplastik digunakan dalam pembuatan berbagai
jenis wadah sediaan farmasi.

Tabel 1: Contoh plastik yang digunakan untuk wadah sediaan parenteral


Sterile plastic device Plastic material
Container for blood products Polyvinyl chloride
Disposable syringe Polycarbonate, polyethylene, polypropylene
Irrigating solution container Polyethylene, polyolefins, polypropylene
IV infusion fluid container Polyvinyl chloride, polyester, polyolefins
Administration set Acrylonitrile butadiene styrene
Nylone (spike)
Polyvinyl chloride (tube)
Polymethylmetachrylate (needle adapter)
Polypropylene (clamp)
Catheter Teflon, polypropylene

Bahan plastik untuk wadah sediaan ini adalah polypropylene. Polypropylene adalah
golongan polyolefin yang paling banyak digunakan. Polyethylene berbentuk linear. Struktur
kimianya disusun secara komplit oleh carbon dan hidrogen.

-(- CH2 CH(CH3) CH2 CH(CH3) -)-n

Pengulangan dari struktur ini memberikan struktur kristal yang tinggi. Dalam susunan
kristal, gugus-CH3 menambah kekakuan dari polimer. Polypropylene memiliki daya rentang
yang tinggi yang mampu menahan tekanan. Daya rentang yang tinggi, dalam hubungannya
dengan titik leleh yang tinggi pula yaitu 165 C, sangat penting untuk manufaktur LVP karena
wadah yang dibuat dari polypropylene memiliki kemapuan untuk menahan temperatur tinngi
pada proses sterilisasi tanpa terurai.
Polypropylene sangat resisten terhadap hampir semua pelarut organik pada temperatur
kamar, asam dan basa kuat. Polypropylene merupakan barier yang baik terhadap gas dan uap
air. Selain itu juga wadah yang terbuat dari polypropylene memberikan kejernihan yang
memuaskan.
Selain kemasan primer kemasan sekunder juga ditambahkam untuk melindunginya
dari kerusakan fisik dari lingkungan. Kemasan sekunder yang ditambahkan adalah plastik
bening yang disegel dengan press panas seperti pada kemasan pembungkus plastik pada
umumnya. Dipilih plastik bening agar dapat memantau kondisi sediaan dari luar.terakhir pada
kemasan tersier atau ketiga sediaan disusun dalam kardus. Fungsi kardus ini adalah pelindung
pertama yang terkontak dengan lingkungan terutama pada saat proses distribusi.
3. Desain Proses Produksi

3.1. Penimbangan Bahan

Persyaratan dalam farmakope penetapan volume injeksi untuk volume sediaan lebih
dari 50 ml dianjurkan kelebihan volume 2% Jadi, volume yang dimasukan ke dalam wadah
100% + 2% = 102% x 1000 ml adalah 1020 ml.Produksi dilebihkan 25 botol untuk uji
evaluasi. Jika rendeman untuk membuat 1000 botol produksi yaitu 75% maka volume dibuat
seharusnya:
75
= 1020 1025
100
1020 1025 100
=
75
= 1394

Maka volume awal yang dibuat untuk dibagikan ke dalam 1025 botol yaitu 1394 Liter
Volume yang dimasukan ke dalam masing-masing botol 1020 ml

Dekstrosa monohidrat 50,00 g/L x 1394 L = 69700


g
Teofilin 0,8 g/L x 1394 L = 1.115,2 g

Gas nitrogen QS
Air Steril untuk Injeksi Perkiraan = 1394 (69,7 +
Ad 1360 L 1,1152)
=1323,1848 L

3.2. Perhitungan Tonisitas

Nilai tonisitas suatu larutan dapat ditentukan dengan cara menhitung osmolaritasnya
menggunakan rumus berikut:
Tabel hubungan osmolaritas dengan tonisitas

Osmolaritas (mOsmol/L)` Tonisitas


>350 Hipertonis
329-350 Sedikit hipertonis
270-328 Isotoinis
250-269 Sedikit hipotonis
0-249 hipotonis

Dekstrosa monohidrat

50 gram/198,17 x 1000 mL = 252,308624 mOsmol/L

Teofilin

0,8 gram/198,18 x 1000mL = 4,03673428 mOsmol/L

Jadi nilai tonisitasnya adalah 252,308524 + 4,03673428 = 256,3453548 mOsmol/L (sedikit


hipotonis). Nilai tonisitasnya sesuai dengan literatur yaitu Handbook of injectable drug untuk
teofilin dalam 5% dekstrosa antara 255-275.

3.3. Sterilisasi

Sterilisasi sediaan infus teofilin dengan dekstrosa 5% sesuai dengan literatur yaitu
Handbook of Injectable Drugs adalah menggunakan autoklaf. Autoklaf dapat digunakan
sebagai alat sterilisasi sediaan ini karena teofilin stabil selama 30 menit pada suhu 120-121 C
dimana itua dalah suhu pada saat autoklaf dan juga tidak ada penurunan kadar teofilin yang di
deteksi setelah dilakukan sterilisasi menggunakan autoklaf.

3.4. Validasi Metode Sterilisasi dengan Autoklaf

1. Dibuat masing-masing dua buah sediaan berupa aquadest dalam botol infus, vial, dan
ampul

2. Sediaan di autoklaf dengan suhu yang sama (121 C) dan waktu berbeda, yaitu 20
menit dan 30 menit.
3. Sterilitas aquadest dalam tiap wadah dicek dengan media BHI cair.

4. Inkubasi media BHI yang berisi sampel sediaan selama 24 jam

5. Cek ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada media BHI

3.5. Validasi Proses dan Sterilisasi Mesin Produksi


3.5.1.Validasi Proses Aseptis (Media Fill)

Salah satu issue penting dalam proses pembuatan produk steril secara aseptis adalah
persyaratan media fill, yang merupakan persyaratan mutlak untuk dapat memperoleh
sertifikat CPOB sediaan aseptis, baik injeksi volume besar maupun injeksi volume kecil.
Validasi proses/pengisian aseptis dilakukan dalam kondisi semirip mungkin dengan kondisi
produksi normal, menggambarkan semua kondisi terburuk (worst case) misal :

Pergantian personil,
Frekuensi istirahat, lampu mati,
Mesin rusak dan teknisi masuk ke dalam ruang aseptis, dan
Lain-lain.

Bila proses aseptis mencakup proses pencampuran bahan sampai dengan pengisian,
maka proses simulasi mencakup seluruh proses, tangki dan wadah yang digunakan. Sediaan
tetes mata atau telinga biasanya dikemas dalam wadah plastik (buram) akan menghambat
pendeteksian pertumbuhan, maka seluruh isi wadah dituang kedalam wadah jernih saat
pengamatan. Validasi awal dan tiap kali terjadi perubahan proses kritis, perubahan shift, alat
dan dan modifikasi sistem tata udara dilakukan 3 kali untuk tiap shift dan proses/lini.
Revalidasi dapat dilakukan 1 kali untuk tiap shift dan proses/ lini pengisian tiap 6
bulan sekali.

3.5.2. Prosedur/Pelaksanaan Media Fill


Larutan steril TSB yang sudah dibuat diinkubasikan pada suhu 20 30C selama
minimal 5 hari di dalam inkubator. Catat suhu inkubasi setiap hari. Setelah 5hari
inkubasi amati apakah larutan tetap jernih.
Bila larutan tetap jernih, lakukan pengisian sesuai Catatan Pengolahan Bets yang
telah disiapkan untuk Validasi Proses Aseptis.
Selama proses pengisian Kepala Bagian Validasi mencatat aktivitas Operator
Pengisian melalui jendela Ruang Pengisian di koridor (Kelas D).
Gunakan udara tekan yang dilewatkan melalui filter 0,2 m sebagai pengganti
penggunaan gas N2 karena dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Lakukan inkubasi larutan sisa pengisian (100 ml). Masukkan larutan yang tersisa pada
tubing ke dalam kolf dan inkubasikan kolf selama 14 hari pada suhu 20 30C di
dalam inkubator. Catat suhu inkubasi tiap hari.
Setelah semua ampul diisi, inkubasikan ampul selama 14 hari:
o Sebelum inkubasi semua ampul dibalik balik agar seluruh permukaan
terbasahi larutan media
o Inkubasi 7 hari pada suhu 20 25c,
o Amati apakah terjadi kekeruhan, catat, balik balikkan ampul dan
o Inkubasikan selama 7 hari berikutnya pada suhu 30 35c
o Lakukan monitoring suhu inkubasi secara kontinu dengan data logger.
o Lampirkan hasil monitoring pada Catatan Pengolahan Bets.
Lakukan inspeksi visual terhadap semua ampul hasil pengisian pada hari ke-7 dan hari
ke-14 inkubasi. Amati dan catat jumlah ampul yang keruh.
Setelah seluruh ampul diinspeksi oleh Operator Inspeksi Visual, Inspektur
Pengawasan Mutu melakukan pemeriksaan AQL pada ampul hasil inspeksi tersebut
pada hari ke-7 dan hari ke-14.

3.5.3. Intervensi dari Bagian Teknik


Intervensi pada proses simulasi yang dilakukan selama proses pengisian meliputi kegiatan:

Membuka tutup samping bagian bawah mesin;


Simulasi perbaikan kelistrikan (dengan cara memeriksa kekencangan koneksi kabel
beberapa komponen) di dalam panel mesin selama lebih kurang 15 menit;
Pembersihan mekanisme mesin (hanya bagian bawah) dari sisa pelumas dengan
menggunakan lap bebas serat;
Menutup kembali;
Simulasi running test mesin setelah perbaikan selama lebih kurang 5 menit;
Mengumpulkan dan menyimpan kembali perangkat dan suku cadang;
Meninggalkan ruangan;
Operator membersihkan mesin.
Dokumentasikan tiap kegiatan intervensi pada simulasi proses aseptis dalam Catatan
Pengolahan Bets. Setelah intervensi, bersihkan dan sanitasi mesin pengisi dan ruangan
menurut Protap Pembersihan dan Sanitasi Ruang Steril. Biarkan ruangan tanpa kegiatan
selama 30 menit untuk pembersihan udara. Ganti jarum dan pompa mesin pengisi dengan
yang baru dan steril.

3.5.4. Evaluasi Hasil Validasi Proses Aseptis

1. Target hendaklah dengan pertumbuhan nol dan ketentuan berikut hendaklah


diterapkan:
2. Bila mengisi kurang dari 5.000 unit, tidak boleh ditemukan unit tercemar;
3. Bila mengisi 5.000 sampai dengan 10.000 unit:
Batas Waspada : Satu (1) unit tercemar hendaklah diikuti dengan investigasi dan
pertimbangan untuk mengulang media fill;
Batas Bertindak : Dua (2) unit tercemar merupakan pertimbangan untuk dilakukan
validasi ulang setelah investigasi;
4. Bila mengisikan lebih dari 10.000 unit:
Batas Waspada : Satu (1) unit tercemar hendaklah dinvestigasi;
Batas Bertindak : Dua (2) unit tercemar merupakan pertimbangan untuk
dilakukan validasi ulang setelah investigasi.

3.6. Penyimpanan Produk Antara dan Produk Akhir dalam Proses Uji

Area penyimpanan menurut CPOB hendaklah memiliki kapasitas yang memadai


untuk menyimpn dengan rapi dan teratur; didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi
penyimpanan yang baik terutama area tersebut hendaklah bersih, kering, dan mendapat
penerangan cukup serta dipelihara dalam batas suhu yang ditetapkan. Disediakan area
terpisah untuk pengambilan sampel bahan awal, produk antara, dan produk akhir. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah pencemaran atau kontaminasi silang.
3.7. Prosedur kerja

Dimasukan 95% dari volume final API


kedalam stainless steel tank grade untuk
temperatur tinggi
IPC: Cek suhu
tanki

Alirkan gas N2 melewati API

IPC: cek aliran


gas ke API

tambahan teofilin ke dalam API yang sudah


dialiri gas N2.lalu tambahan kan dan larutkan
dekstrosa ke dalam campuran tersebut

masukan sisa API ke dalam campuran . Aduk


sampai semua melarut dengan sempurna

IPC: Cek kelarutan


dan pH

Filter larutan dengan membran ukuran 0.45-


mm atau lebih kecil

IPC: kejernihan

masukan larutan yang telah di filiter dan lebih


kan 2 % dari volume asli .

Segel overwrap dan autoklaf pada suhu 121 C


untuk 30 menit
4. Evaluasi

4.1. Evaluasi Kimia

4.1.1. Penetapan Kadar

Penetapan kadar teofilin menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Fase gerak
70ml aseotonitril ke dalam labu ukur 1000ml,encerkan dengan larutan dapar sampai tana,
campur, saring.buat baku standar 50 mg teobromin masukan labu ukur 100ml, larutkan dalam
10 ml amonium hidroksida 6N encerkan fase gerak sampai tanda. Larutkan baku timbang
seksama sejumlah teofilin BPFI, larutkan dalam fase gerak. Larutan uji ditimbang seksama
kurang lebih 100mg masuka ke labu ukur 100 ml tambahkan fase gerak sampai tanda. Di
analisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi dengan detektor 280 nm dan kolom 4mm x
30 cm laju alir kurang dari 1 ml per menit. Hitung dengan rumus:

1000C (Ru/Rs)

C adalah kadar teofilin BPFI ,Ru dan Rs berturut turut adalah perbandingan respon puncak
teofilin terhadap baku internal dalam larutan uji dan larutan baku.

4.2. Evaluasi Biologi

4.2.1. Uji Sterilitas (FI edisi IV halaman 855-863)

Prosedur farmakope ini didesain bukan untuk menjamin bahwa satu bets produk
adalah steril atau telah disterilkan. Hal ini terutama harus disertai dengan validasi proses
sterilisasi atau prosedur proses aseptik. Pengujian digunakan untuk bahan, sediaan, alat sesuai
dengan farmakope yang dipersyaratkan harus steril. Hasil yang diterima menunjukkan bahwa
tidak ada kontaminasi mikroba ditemukan dalam sampel di bawah kondisi pengujian.

Tindakan pencegahan terhadap kontaminasi mikroba


Pengujian sterilitas dilaksanakan pada kondisi aseptik. Untuk mencapai kondisi
tersebut, lingkungan pengujian harus dibuat sama seperti ketika uji sterilitas dilakukan.
Tindakan pencegahan untuk mencegah kontaminasi tidak boleh mempengaruhi mikroba yang
ada dalam pengujian. Kondisi pengerjaan, ketika uji dilakukan dimonitor secara berkala
dengan melakukan sampling yang sesuai pada area kerja dan kontrol yang sesuai.
Media dan suhu inkubasi
Media untuk pengujian dapat dibuat seperti tertera di bawah ini atau setara dengan
media komersil yang memenuhi syarat Uji Fertilitas Aerob, Anaerob dan Kapang. Media
berikut adalah media yang sesuai untuk ujisterilitas. Media Cair Tioglikolat terutama
digunakan untuk pertumbuhan bakteri anaerob, termasuk juga untuk mendeteksi bakteri
aerob. Soybean-Casein Digest Medium sesuai untuk pertumbuhan kapang dan bakteri
aerob.

Campur dan panaskan hingga larut L-sistin P, natrium klorida P, dekstrosa, yeast
extract dan pancreatic digest of casein dalam air murni. Larutkan natrium tioglikolat P atau
asam tioglikolat P ke dalam larutan dan atur pH hingga setelah sterilisasi 7,1 0,2 dengan
penambahan natrium hidroksida 1 N. Jika diperlukan penyaringan, panaskan kembali larutan
tanpa mendidih, dan saring selagi panas melalui kertas saring yang telah dibasahkan.
Tambahkan larutan natrium resazurin P, campur dan tempatkan media dalam tabung yang
sesuai, yang memberikan perbandingan permukaan dengan kedalaman media sedemikian
rupa sehingga tidak lebih dari setengah bagian atas media yang mengalami perubahan warna
sebagai indikasi masuknya oksigen pada akhir masa inkubasi. Sterilisasi menggunakan proses
yang telah divalidasi. Jika media disimpan, maka simpan pada suhu antara 2 dan 25 dalam
wadah steril tertutup rapat. Jika lebih dari sepertiga bagian atas media terjadi warna merah
muda, media dapat diperbaiki kembali dengan pemanasan diatas tangas air atau dalam uap air
yang mengalir bebas hingga warna merah muda hilang, dan dinginkan secepatnya, cegah
masuknya udara tidak steril ke dalam wadah. Media tidak boleh digunakan lebih lama dari
waktu penyimpanan yang telah tervalidasi. Media Cair Tioglikolat diinkubasi pada suhu 30 -
35. Untuk sediaan yang mengandung pengawet raksa yang tidak dapat diuji menggunakan
metode Penyaringan membran, Media Cair Tioglikolat diinkubasi pada suhu 20 - 25
sebagai pengganti Soybean Casein Digest Medium yang telah tervalidasi yang tertera pada
uji Fertilitas Anaerob, Aerob dan Kapang. Media Tioglikolat Alternatif dapat digunakan jika
sudah disetujui. Buat campuran menggunakan komposisi sama seperti Media Cair Tioglikolat
tetapi tidak menggunakan agar P dan larutan natrium resazurin P. Sterilkan sama seperti di
atas. pH setelah sterilisasi 7,1 0,2. Panaskan dalam tangas air sebelum digunakan dan
inkubasi pada suhu 30 - 35 dalam kondisi anaerob.

Larutkan semua bahan padat dalam air murni, hangatkan hingga larut. Dinginkan
larutan hingga suhu ruang, dan jika perlu atur pH larutan hingga setelah sterilisasi 7,3 0,2
dengan penambahan natrium hidroksida 1N. Jika perlu saring hingga jernih, bagikan dalam
wadah-wadah yang sesuai dan sterilisasi menggunakan proses yang telah divalidasi. Simpan
pada suhu antara 2 dan 25 dalam wadah steril dan tertutup baik, kecuali jika segera
digunakan. Media tidak boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yang telah
tervalidasi. Soybean Casein DigestMedium diinkubasi pada 22,5 2,5.

Media untuk Golongan Penisilin dan Sefalosporin


Jika media uji sterilitas akan digunakan pada metode Inokulasi langsung ke dalam
Media Uji seperti tertera pada Uji Sterilitas Sediaan, modifikasi pembuatan media, baik
Media Cair Tioglikolat maupun Soybean Casein Digest Medium sebagai berikut:
Masukkan secara aseptik pada setiap wadah media sejumlah - laktamase untuk
menginaktifkan sejumlah antibiotik dalam zat uji. Tetapkan jumlah -laktamase yang
diperlukan untuk menginaktifkan antibiotic menggunakan sediaan -laktamase yang
sebelumnya sudah diuji inaktivasi daya hambat dari penisilin atau sefalosporin. [Catatan
Media yang telah mengandung laktamase dapat juga digunakan untuk pengujian dengan
metode penyaringan membran]. Sebagai alternatif (Lakukan uji di daerah yang benar-benar
terpisah dari tempat uji sterilitas), tetapkan jumlah -laktamase yang diperlukan di dalam
media seperti tertera pada Uji kesesuaian metode menggunakan Staphylococcus aureus
kurang dari 100 koloni (lihat Tabel 1) sebagai bakteri tantang. Amati pertumbuhan mikroba
yang khas sebagai konfirmasi bahwa kadar -laktamase sudah tepat.

Media yang digunakan sesuai dengan uji di bawah ini. Pengujian dilakukan sebelum
atau bersamaan dengan pengujian sediaan.

Sterilitas
Inkubasi sebagian dari media pada suhu yang sesuai selama 14 hari. Tidak boleh ada
pertumbuhan mikroba.

Uji kesesuaian metode


Lakukan uji seperti tertera pada Uji Sterilitas Produk menggunakan metode yang
sama, kecuali untuk modifikasi berikut ini:
Penyaringan Membran
Setelah isi wadah atau isi beberapa wadah yang diuji disaring melalui membran,
tambahkan inokulum dari sejumlah kecil mikroba viable (tidak lebih dari 100 koloni) ke
dalam pembilas steril terakhir yang digunakan untuk membilas penyaring.
Inokulasi langsung
Setelah isi wadah atau isi beberapa wadah yang diuji (gunakan helaian untuk benang
bedah dan alat-alat bedah yang digunakan dokter hewan) dimasukkan ke dalam media,
tambahkan sejumlah kecil inokulum mikroba viable (tidak lebih dari 100 koloni) ke
dalam media. Uji sterilitas kemudian dapat dilakukan tanpa modifikasi lebih lanjut. Jika
tidak terlihat pertumbuhan mikroba dengan jelas pada tabung yang berisi sampel secara
visual, dibandingkan dengan tabung yang tidak berisi sampel, maka sampel mempunyai
aktifitas antimikroba yang tidak dapat dihilangkan pada kondisi pengujian. Modifikasi
kondisi ini untuk menghilangkan daya aktifitas antimikroba dan ulangi.
Uji Kesesuaian Metode
Dilakukan untuk uji sterilitas pada sediaan baru, ada perubahan yang dilakukan pada
kondisi pengujian.
Uji sterilitas sediaan
Jumlah Bahan yang Diuji
Kecuali dinyatakan lain pada bab ini atau masing-masing monografi, gunakan
jumlah wadah seperti tertera pada Tabel 3. Jika isi tiap wadah mencukupi (lihat Tabel 2) isi
wadah dapat dibagi sama banyak dan ditambahkan pada media yang sesuai. [Catatan
Lakukan uji sterilitas menggunakan dua atau lebih media yang sesuai]. Jika isi wadah tidak
cukup untuk masing-masing media, gunakan jumlah dua kali dari yang tertera pada Tabel 3.
Pengujian terhadap contoh uji dapat dilakukan menggunakan teknik Penyaringan Membran
atau Inokulasi Langsung ke dalam Media Uji. Gunakan juga kontrol negatif yang sesuai.
Teknik Penyaringan Membran digunakan apabila sifat contoh sesuai, yaitu untuk sediaan
yang mengandung air dan dapat disaring, sediaan yang mengandung alkohol atau minyak,
dan sediaan yang dapat dicampur dengan atau yang larut dalam pelarut air atau minyak,
dengan ketentuan bahwa pelarut tidak mempunyai efek antimikroba pada kondisi pengujian.
Penyaringan Membran
Gunakan penyaring membran dengan porositas tidak lebih dari 0,45 m yang telah
terbukti efektif menahan mikroba. Sebagai contoh, penyaring selulosa nitrat digunakan untuk
larutan yang mengandung air, minyak dan larutan mengandung alkohol berkadar rendah; dan
penyaring selulosa asetat digunakan untuk larutan mengandung alkohol berkadar tinggi.
Penyaring khusus yang sesuai mungkin diperlukan untuk sediaan tertentu (misal: untuk
antibiotik). Teknik pengujian di bawah ini menggunakan membrane berdiameter lebih kurang
50 mm. Jika digunakan penyaring dengan diameter yang berbeda, volume larutan pengencer
dan pembilas harus disesuaikan. Peralatan penyaring dan membran disterilisasi dengan cara
yang sesuai. Peralatan dirancang hingga larutan uji dapat dimasukkan dan disaring pada
kondisi aseptik, membrane dapat dipindahkan secara aseptik ke dalam media, atau dapat
dilakukan inkubasi setelah media dimasukkan ke dalam alat penyaring itu sendiri.
Larutan dalam air
Jika perlu pindahkan sejumlah kecil pengencer steril yang sesuai seperti Cairan A ke
dalam membran dan saring. Pengencer dapat mengandung bahan penetral dan/atau bahan
inaktifator yang sesuai, misalnya pada kasus antibiotik. Pindahkan isi wadah atau beberapa
wadah yang akan diuji ke dalam satu membran atau beberapa membran, jika perlu diencerkan
dengan pengencer steril yang dipilih sesuai volume yang digunakan pada Uji Kesesuaian
Metode, tetapi jumlah yang digunakan tidak kurang dari yang tertera pada Tabel 2 dan Tabel
3. Saring segera. Jika sediaan mempunyai daya antimikroba, cuci membrane tidak kurang
dari tiga kali dengan cara menyaring tiap kali dengan sejumlah volume pengencer yang
digunakan pada Uji Kesesuaian Metode. Setiap pencucian tidak lebih dari 5 kali 100 ml per
membran, meskipun jika selama uji kesesuaian metode ditemukan pencucian tersebut tidak
dapat menghilangkan daya antimikroba secara sempurna. Pindahkan seluruh membran utuh
ke dalam media atau potong menjadi dua bagian yang sama secara aseptik dan pindahkan
masing-masing bagian ke dalam dua media yang sesuai. Gunakan volume yang sama pada
tiap media seperti pada Uji Kesesuaian Metode. Sebagai pilihan lain, pindahkan media ke
dalam membran pada alat penyaring. Inkubasi media selama tidak kurang dari 14 hari.

Pengamatan dan Penafsiran Hasil Uji


Pada interval waktu tertentu dan akhir periode inkubasi, amati secara visual adanya
pertumbuhan mikroba dalam media. Jika bahan uji menimbulkan kekeruhan pada media
sehingga tidak dapat ditetapkan secara visual ada atau tidaknya pertumbuhan mikroba, 14
hari sejak mulai inkubasi, pindahkan sejumlah media (tiap tabung tidak kurang dari 1 ml) ke
dalam media segar yang sama, kemudian inkubasi bersama-sama tabung awal selama tidak
kurang dari 4 hari. Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji memenuhi syarat
sterilitas. Jika terbukti terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji tidak memenuhi syarat
sterilitas, kecuali dapat ditunjukkan bahwa uji tidak absah disebabkan oleh hal yang tidak
berhubungan dengan bahan uji. Uji dikatakan tidak absah jika satu atau lebih kondisi dibawah
ini dipenuhi:
a. Data pemantauan mikrobiologi terhadap fasilitas uji sterilitas menunjukkan
ketidaksesuaian
b. Pengkajian prosedur uji yang digunakan selama pengujian menunjukkan ketidaksesuaian
c. Pertumbuhan mikroba ditemukan pada kontrol negative
d. Setelah dilakukan identifikasi mikroba yang diisolasi dari hasil uji, pertumbuhan mikroba
(beberapa mikroba) dapat dianggap berasal dari kesalahan pada bahan uji, atau teknik
pengujian yang digunakan pada prosedur uji sterilitas. Jika pengujian dinyatakan tidak absah,
lakukan uji ulang dengan jumlah bahan yang sama dengan uji awal. Jika tidak terbukti terjadi
pertumbuhan mikroba pada uji ulang, maka contoh memenuhi syarat uji sterilitas. Jika
ditemukan pertumbuhan mikroba pada uji ulang, maka contoh tidak memenuhi syarat uji
sterilitas.
Aplikasi Uji untuk Sediaan Injeksi, Sediaan Obat Mata, dan Sediaan bukan Injeksi yang
Harus Memenuhi Syarat Uji Sterilitas
Jika menggunakan teknik penyaringan membran, bila memungkinan gunakan
seluruh isi wadah, tetapi tidak kurang dari sejumlah yang tertera pada Tabel 2, encerkan jika
perlu dengan larutan steril yang sesuai, seperti Cairan A, hingga lebih kurang 100 ml. Jika
menggunakan teknik Inokulasi Langsung ke dalam media, gunakan sejumlah seperti tertera
pada Tabel 2, kecuali dinyatakan lain. Uji untuk bakteri dan kapang pada uji sterilitas
dilakukan terhadap sediaan uji yang sama. Jika volume atau jumlah isi dalam satu wadah
tidak cukup untuk pengujian, gunakan isi dari dua atau lebih
wadah untuk diinokulasikan ke dalam media berbeda.

4.2.2. Uji Endotoksin Bakteri (FI edisi IV halaman 905 907)


Uji endotoksin bakteri adalah uji untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri
yang mungkin ada dalam atau pada bahan uji. Pengujian dilakukan menggunakan
Limulus Amebocyte Lysate (LAL), yang diperoleh dari ekstrak air amebosit dalam
kepiting ladam kuda, Limulus polyphemus dan dibuat khusus sebagai pereaksi LAL untuk
pembentukan jenda-gel. Penetapan titik akhir reaksi dilakukan dengan membandingkan
langsung enceran dari zat uji dengan enceran endotoksin baku dan jumlah endotoksin
dinyatakan dalam uji endotoksin (UE)

Uji Pirogen (FI edisi IV halaman 908 909)

Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat
yang dapat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji
secara intravena ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci
dengan dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 mg per kg bobot badan dalam jangka waktu
tidak lebih dari 10 menit. Untuk sediaan yang perlu penyiapan pendahuluan atau cara
pemberiannya perlu kondisi khusus ikuti petunuk tambahan yang tertera pada
masing-masing monografi.
4.3. Evaluasi Fisika

4.3.1. Bahan Partikulat dalam Injeksi (FI edisi IV halaman 981 -984)
Batas bahan partikulat yang tercantum disini berlaku untuk masing-masing
bahan dalam wadah dengan volume lebih dari 100 ml injeksi volume besar dosis tunggal,
untuk pemberian infus secara intravena batas ini tidak berlaku untuk ineksi dosis
ganda, untuk injeksi volume kecil, dosis tunggal ataupun larutan injeksi yang
dikonstitusi dari zat padat steril. Uji bahan partikulat ini digunakan untuk menyatakan adanya
partikel dengan sumbu terpanjang atau dimensi linier efektif 10 m atau lebih. Prosedur
lain atau prosedur yang lebih rinci dapat digunakan untuk menetapkan bahan
partikulat jika hasil yang diperoleh sama meyakinkan. Tetapi, jika terjadi
perbedaan atau meragukan, hanya hasil yang diperoleh dari prosedur Farmakope yang
berlaku.

4.3.2. Penetapan pH (FI edisi IV halaman 1039 -1040)

Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang
sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH
sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang peka terhadap aktivitas
ion hidrogen, elektrode kaca dan elektrode pembanding yang sesuai seperti electrode
kalomel atau elektrode perak-perak klorida.

4.3.3. Uji keseragaman bobot dan keseragaman volume (FI edisi IV halaman 19)

Sediaan yang sebelum digunakan sebagai injeksi dilarutkan terlebih dahulu


harus memenuhi syarat keseragaman bobot berikut : hilangkan etiket 10 wadah, cuci
bagian besar wadah dengan air, keringkan. Timbang satu per satu dalam keadaan
terbuka. Keluarkan isi wadah, cuci wadah dengan air kemudian dengan etanol (95%)P,
keringkan pada suhu 105C hingga bobot tetap, dinginkan, timbang satu per satu. Bobot isi
wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas yang tertera pada daftar berikut,
kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas yang tertera.
Volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan
volume yang dianjurkan tertera dalam daftar dibawah ini.

4.3.4. Penetapan volume injeksi dalam wadah (FI edisi IV halaman 19)

Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih. Ambil isi tiap wadah
dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan
diukur dan dilengkapi dengan arum suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm.
Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan isi dalam alat
suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum, kedalam gelasukur kering volume tertentu yang
telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40%
volume dari kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume
yang ditampung, bukan yang dituang). Cara lain, isi wadah 10 ml atau lebih dapat
ditentukan dengan membuka wadah, memindahkan isi secara langsung kedalam gelas
ukur atau gelas piala yang telah ditara. Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada
wadah bila diuji satu per satu atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari
jumlah volume wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung. Bila dalam wadah dosis
ganda berisi beberapa dosis volume tertera, lakukan penentuan seperti diatas dengan seumlah
alat suntik terpisah sejumlah dosis tertera. Volume tiap alat suntik yang diambil tidak kurang
dari dosis yang tertera.
4.3.5. Uji Kebocoran

Pada pembuatan kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi untuk
produksi skala besar hal ini tidak mungkin dikerjakan. Wadah-wadah takaran tunggal
yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan kedalam larutan biru metilen 0,1%.
Jika ada wadah-wadah yang bocor maka larutan biru metilen akan dimasukkan
kedalamnya karena perbedaan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut. Cara ini
tidak dapat dilakukan untuk larutan-larutan yang sudah berwarna.Wadah-wadah takaran
tunggal disterilkanterbalik, jika ada kebocoran maka larutan ini akan keluar dari dalam.

4.3.6. Uji Kejernihan Larutan (FI edisi IV halaman 998)

Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm


hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan dan terbuat dari kaca netral. Masukkan kedalam
dua tabung reaksi masing-masing larutan uji dan suspensi padanan yang sesuai secukupnya,
yang dibuat segar dengan cara seperti tertera dibawah sehingga volume larutan dalam tabung
reaksi terisi setinggi tepat 40 mm. Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan
suspensi padanan, dengan latar belakang hitam. Pengamatan dilakukan dibawah
cahaya yang terdifusi , tegak lurus ke arah bawah tabung. Difusi cahaya harus sedemikian
rupa sehingga suspensi padanan I dapat langsung dibedakan dari air dan dari suspensi
padanan II.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi Keenam. Rowe R. C.,


Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor). London: Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Assosiation.

Anonim. Farmakope Indonesia. 1979. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Anonim. Farmakope Indonesia. 1995. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Anonim. Farmakope Indonesia. 2015. Edisi Kelima. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Ansel HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta: UI-Press.

Badan POM. 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI.

Kasim, F. 2013. ISO. Jakarta: ISFI Penerbitan

Lawrence, A.T. 2003. Handbook on Injectable Drugs. Edisi ke 12. Bethesda: American
Society of Health System Pharmacist.

Martin, J. 2009. British National Formulary. Edisi ke-58. London: British Medical
Association and Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.

Niazi, Sarfaraz K. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Second


Edition Volume Six: Formulations Sterile Products. New York: CRC Press.

Sukandar, E.Y. 2008. ISO Farmakoterapi. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.

Sweetman, S.C. 2007. Martindale 35 The Complete Drug Reference. London: The
Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai