Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malang merupakan kabupaten yang ramai penduduknya dan kedua setelah

Surabaya, sebagai kabupaten dan kota terbesar yang terus berkembang di Jawa

Timur, laju pertumbuhan perekonomian serta perubahan teknologi dan arus

informasinya pun berkembang semakin cepat. Hal ini menjadi salah satu faktor

pendorong terciptanya persaingan yang ketat di dalam dunia bisnis, seperti pada

bisnis kuliner yaitu kafe.

Pada Kafe Cokelat Klasik Cabang Joyogrand Malang misalnya, yang

memiliki prospek lebih baik untuk dikembangkan. Faktor pendukungnya adalah

yang semula hanya kios menjual hasil olahan susu sapi murni diproduksi sendiri,

kini berubah menjadi kafe yang cukup besar menjual berbagai macam hasil olahan

susu, seperti susu pasteurisasi (pasteurisasi merupakan salah satu usaha

memperpanjang daya tahan susu, dengan mencari bentuk lain dari susu segar.

Perlakuan pasteursasi susu tidak akan mengubah rasa, konsistensi, dan kandungan

gizi susu, tetapi hanya bertujuan untuk menghilangkan mikroba pathogen yang

dapat membahayakan kesehatan manusia) (Agung, 2016). Susu sapi murni dan

yogurt yang tersedia dalam berbagai jenis kemasan, tidak hanya menjual

minuman hasil olahan susu saja tetapi Kafe Cokelat Klasik Cabang Joyogrand

Malang juga menghidangkan berbagai jenis minuman lainnya seperti STMJ, kopi

hangat, teh hangat, dan susu hangat. Selain itu, Kafe Cokelat Klasik Cabang

10
Joyogrand Malang menjual aneka macam makanan seperti roti bakar, martabak,

getuk, pisang cokelat, pisang bakar dan jenis menu makanan lainnya. Serta

menjual produk hasil olahan dan kerajinan dari UMKM.

Di Indonesia kafe berarti semacam tempat sederhana kafe merupakan tempat

makan yang asik sembari bersantai dan berbincang-bincang bersama teman,

bertemu dengan kerabat, kafe juga tempat paling nyaman untuk menghindari

hiruk pikuk kota dari kejenuhan para pekerja kantoran bahkan pekerja kantoran

sering menjadikan kafe sebagai tempat untuk meeting dengan rekan kerja

bisnisnya.

Sekarang ini anak muda seperti pelajar atau mahsiswa sangat suka

nongkrong, bukan hanya anak muda saja yang menjadi konsumen pada kafe

namun golongan dewasa pun mulai menyukai kafe. Berbeda dengan zaman

dahulu yang hanya nongkrong di warkop atau di pinggir jalal. Anak muda zaman

sekarang lebih suka nongkrong di kafe atau istilah gaul sekarang itu hange out.

Tak heran jika berbisnis di bidang kuliner seperti kafe saat ini kian marak digeluti

oleh para pengusaha.

Menurut Utami (2010:255) suasana toko (store atmosphere) merupakan

kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan,

pemajangan, warna, temperatur, musik, aroma yang secara menyeluruh akan

menciptakan citra dalam benak konsumen. Melalui suasana toko yang sengaja

diciptakan oleh ritel berupaya untuk mengkomunikasikan informasi yang terkait

dengan layanan, harga maupun ketersediaan barang dagangan.

11
Untuk menarik pengunjung agar dapat menikmati makanan dan minuman

dengan senyaman mungkin yang ditawarkan didalam kafe, para pelaku bisnis

perlu memperhatikan eksterior (bagian luar toko) dan general interior (bagian

dalam toko). Menurut Barry dan Evans (2010:509) adalah eksterior (bagian luar

toko) memilki pengaruh yang kuat pada citra toko, sehingga harus direncanakan

dengan sebaik mungkin. General interior (bagian dalam toko) adalah desain

interior dari suatu toko harus dirancang untuk memaksimalkan visual

merchandising. Display yang baik yaitu yang dapat menarik perhatian pengunjung

dan membantu mereka agar lebih mudah memperhatikan, mengamati, dan

memilih barang sehingga akhirnya melakukan pembelian.

Interior haruslah nyaman dan membuat pelanggan betah saat menikmati

makanan dan minuman. Seperti pada saat pemilihan meja dan kursi, pencahayaan

dan juga warna ruangan. Karena semua elemen tersebut membuat kafe menjadi

nyaman. Interior menarik dan nyaman memang merupakan faktor penting. Tapi

jangan pernah lupakan pentingnya eksterior dalam sebuah kafe. Eksterior yang

unik akan menarik orang untuk masuk karena rasa penasaran yang dia punya dan

dapat memancing keingintahuan orang lain terhadap kafe. (Mustika 2016)

Berikut ini akan diberikan contoh tentang gambar desain interior dan

eksterior coffee shop :

Tabel 1. Contoh Desain Eksterior dan Interior Coffee Shop


No Contoh Desain Keterangan
1. Contoh desain eksterior yang
berkonsep kontemporer. Kafe
berada didalam dan diluar ruangan.
Dibangun agar dapat memberikan
kenyamanan bagi para penikmat
udara bebas. Terdapat sekat badan

12
keatas menggunakan kaca
transparan atau mika,berfungsi
untuk melindungi penikmat kopi di
area outdoor dari debu.
2. Contoh desain interior, onsep
lebih condong ke kontemporer
yang dikombinasikan menjadi
sebuah kafe yang nampak tidak
beraturan tapi nyaman, sebagian
dinding menggunakan bahan dari
box kontainer yang ditata rapi, lalu
ditambah hiasan seperti petunjuk
arah dan juga peta.

3. Contoh gambar desain interior.


Pada sofa juga dibaut seminimalis
mungkin dengan memadukan
warna ruangan yang sama yaitu
abu-abu dan coklat tua. Pada lantai
sebagian menggunakan lantai
parket pada sebagian yang lain
menggunakan kaca transparan yang
memperhatikan batu ekspos
dengan brand nama kafe itu
sendiri.
(Sumber : Arlina, 2016)
Aspek perilaku konsumen juga memilki peran yang penting dalam suatu kafe.

Dalam hal ini pelaku bisnis perlu memperhatikan apa kebutuhan dan keinginan

pelanggan, produk inovasi, harga, serta kemudahan konsumen dalam

mendapatkan sebuah produk. Menurut Women dan Minor dalam Mamang

(2013:7) perilaku konsumen adalah unit-unit dan proses pembuatan keputusan

yang terlibat dalam penerimaan, penggunaan, pembelian, dan penentuan barang

jasa dan ide.

Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard dalam Suryani (2012:5) pemahaman

terhadap perilaku konsumen mencakup pemahaman terhadap tindakan yang

langsung dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi,

13
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan

mengikuti tindakan tersebut. Dalam hal ini konsumen memilki perilaku untuk

memilih dari sebuah keputusan dari berbagai macam-macam alternatif yang akan

dihadapi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengambil

judul penelitian, yang berjudul : PENGARUH EKSTERIOR dan GENERAL

INTERIOR TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KAFE

COKELAT KLASIK CABANG JOYOGRAND MALANG.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang di ajukan

adalah :

1. Apakah variabel eksterior dan general interior berpengaruh secara

simultan terhadap keputusan pembelian di Kafe Cokelat Klasik Cabang

Joyogrand Malang ?

2. Apakah variabel eksterior berpengaruh secara parsial terhadap keputusan

pembelian di Kafe Cokelat Klasik Cabang Joyogrand Malang ?

3. Apakah variabel general interior berpengaruh secara parsial terhadap

keputusan pembelian di Kafe Cokelat Klasik Cabang Joyogrand Malang ?

4. Diantara variabel eksterior dan general interior, variabel mana yang paling

dominan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada Kafe

Cokelat Klasik Cabang Joyogrand Malang?

14
1.3 Batasan Masalah

Untuk memperoleh pembahasan yang lebih fokus dan terarah dalam

penyusununan skripsi ini, maka batasan masalah dalam penelitian ini hanya di

batasi pada komponen eksterior, general interior dan keputusan pembelian di

Kafe Cokelat Klasik Cabang Joyogrand Malang.

Untuk membedakan setiap pandangan terhadap definisi variabel-variabel

yang di analisa, maka diperluaskan batasan masalah dari variabel-varaibel sebagai

berikut :

1. Variabel independen (X), ada 2 dari 4 elemen dari store atmosphere yang

menjadi batasan masalah yaitu :

a. Eksterior (bagian luar toko), dengan indikator sebagai berikut : bagian

depan toko, simbol atau papan nama, pintu masuk,tampilan jendela,

tinggi dan luas bangunan, keunikan, lingkungan sekitar, tempat parkir.

b. General Interior (bagian dalam toko), dengan indikator yang digunakan

adalah lantai, warna dan pencahayaan, musik, penempatan, dinding,

lebar gang, karyawan/pramusaji, harga, dan kebersihan.

2. Variabel dependent (Y) yaitu keputusan pembelian, yang indikatornya

adalah pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi atas alternatif-

alternatif, transaksi belanja, dan evaluasi belanja.

15
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh secara simultan variabel eksterior dan general

interior terhadap keputusan pembelian di Kafe Cokelat Klasik Cabang

Joyogrand Malang.

2. Mengetahui pengaruh secara parsial variabel eksterior terhadap keputusan

pembelian di Kafe Cokelat Klasik Cabang Joyogrand Malang.

3. Mengetahui pengaruh secara parsial variabel general interior terhadap

keputusan pembelian di Kafe Cokelat Klasik Cabang Joyogrand Malang.

4. Mengetahui variabel eksterior atau variabel general interior yang

mempunyai pengaruh paling dominan terhadap keputusan pembelian di

Kafe Cokelat Klasik Cabang Joyogrand Malang.

1.4.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian yang berjudul Pengaruh Desain Eksterior dan General

Interior Terhadap Keputusan Pembelian Pada Kafe Cokelat Klasik Cabang

Joyogrand Malang ini adalah :

1. Bagi Kafe Cokelat Klasik Cabang Joyogrand Malang

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna

bagi Kafe Cokelat Klasik Cabang Joyogrand Malang khususnya dalam

bisnis kuliner sehingga dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

pertimbangan dan perencanaan strategis yang bertujuan untuk

meningkatkan volume penjualan dimasa yang akan datang.

16
b. Diharapkan penelitian ini dapat membantu Kafe Cokelat Klasik

Cabang Joyogrand Malang dalam menghadapi masalah-masalah yang

berhubungan desain eksterior dan general interior terhadap keputusan

pembelian pada Kafe Cokelat Klasik Cabang Joyogrand Malang.

2. Bagi Penulis

a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam menerapkan ilmu

dibidang pemasaran yang berhubungan dengan pemasaran jasa,

khususnya mengenai desain eksterior dan general interior.

b. Untuk menjadikan bahan perbandingan antara teori yang didapat dalam

bangku perkuliahan dengan praktek nyata pada dunia kerja.

c. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dan

menerapkannya kedalam dunia kerja.

3. Bagi Jurusan Adminitrasi Niaga

a. Sebagai alat ukur kemampuan mahasiswa untuk menerapkan ilmu

pengetahuannya dalam bidang pemasaran khususnya dalam bidang

pemasaran jasa.

b. Sebagai sarana memulai hubungan baik antara lembaga pendidikan

Politeknik Negeri Malang dengan Kafe Cokelat Klasik Cabang

Joyogrand Malang.

c. Untuk menambah kajian dan referensi khususnya bagi mahasiswa yang

akan melakukan penelitian yang lebih mendalam.

17
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pengertian Pemasaran

American Marketing Association (AMA) dalam Kotler & Keller (2009:5)

menawarkan definisi formal berikut:

Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk


menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan
dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan
organisasi dan pemangku kepentingannya.

Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2008:5) pemasaran adalah :

Proses mengelola hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran


pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan keunggulan
nilai serta menjaga dan menumbuhkan pelanggan yang ada dengan
memberikan kepuasan. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial
dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain.

Menurut Kotler & Keller (2009:5) inti dari pemasaran (marketing) adalah

mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi

yang baik dan singkat dari pemasaran adalah memenuhi kebutuhan dengan cara

yang menguntungkan.

Dari beberapa definisi pemasaran diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran

merupakan sebuah proses yang digunakan dalam suatu perusahaan yang bertujuan

untuk membangun hubungan dengan pelanggan agar mendapatkan nilai dari

pelanggan sebagai timbal balik dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan

18
2.1.2 Pengertian Ritel

Ritel sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang dan jasa

secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan

penggunaan bisnis. (Utami, 2012:5)

Pengertian retailing (pengecer) menurut Kottler (2008:77) adalah meliputi

semua kegiatan mencakup penjualan produk atau jasa secara langsung kepada

konsumen akhir untuk penggunaan pribadi, non bisnis konsumen.

Menurut Levy dan Witz (2007:18) ritel adalah :

Retailing is the sets of business activities that adds value to the products and
services sold to consumer for their personal or family use yang artinya adalah
retailing adalah satu rangkaian aktivitas bisnis untuk menambah nilai guna
suatu barang atau jasa yang dijual kepada konsumen untuk dipergunakan
secara pribadi maupun rumah tangga.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ritel adalah suatu

aktivitas bisnis yang kegiatannya mencakup penjualan jasa atau produk secara

langsung kepada konsumen yang penggunaannya secara pribadi.

2.1.3 Strategi Pemasaran Ritel

Ritel harus mengembangkan strategi- strategi pemasaran berdasarkan sasaran

dan rencana strategi yang menyeluruh. Konsep bahwa di dalam bisnis ritel tidak

hanya menjual barang dagangan, namun juga meningkatkan nilai barang dan jasa

yang dikonsumsi oleh pelanggan akhir, mendorong peritel untuk selalu berpikir

bagaimana memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Orientasi pada

pemenuhan dan memuaskan kebutuhan pelanggan adalah inti dasar dari konsep

pemasaran.
Menurut Utami (2012: 84), definisi dari strategi pemasaran ritel adalah suatu

pernyataan yang menjelaskan tentang bebrapa hal berikut ini : (1) target pasar

ritel, (2) format yang direncanakan oleh ritel untuk digunakan, dalam memenuhi

kebutuhan target pasar, dan (3) dasar perencanaan ritel untuk memperoleh

keuntungan bersaing yang dapat dipertahankan.

2.1.4 Store Atmosphere (Suasana Toko)

Menurut Utami (2012:255) suasana toko (store atmosphere) adalah :

Kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak,


pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musik, aroma yang secara
menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen. Melalui suasana
toko yang sengaja diciptakan oleh ritel, ritel berupaya untuk
mengkomunikasikan informasi yang terkait dengan layanan, harga maupun
ketersediaan barang dagangan.
Menurut Gilbert dalam Indrawidyanto (2014:2) menyatakan bahwa :
Suasana toko (store atmosphere) merupakan kombinasi dari pesan secara
fisik yang telah direncanakan, store atmosphere dapat digambarkan sebagai
perubahan terhadap perencanaan lingkungan pembelian yang menghasilkan
efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan
tindakan pembelian.

Menurut Berman & Evan (2010:508) store atmosphere (suasana toko) adalah:

Atmosphere refers to the stores physical characteristics that are used to


develop an image and to draw custumres, yang berarti suasana toko
merupakan karakteristik fisik toko yang digunakan untuk membangun kesan
yang menarik pelanggan.

Dapat disimpulkan bahwa suasana toko (store atmosphere) merupakan susana

toko yang memiliki ciri khas dari ritel yang dapat digambarkan sebagai perubahan

efek emosional sehingga dapat menyebabkan konsumen melakukan suatu

tindakan pembelian.
Dua faktor dari empat faktor penentu yang digunakan untuk menilai store

atmosphere (suasana toko) menurut Berman & Evan (2010:508) adalah sebagai

berikut :

a. Exterior (Bagian Luar Toko)

Karakteristik eksterior mempunyai pengaruh yang kuata pada toko tersebut,

sehingga harus direncanakan dengan baik. Kombinasi dari eksterior ini dapat

membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan

mengundang orang untuk masuk ke dalam toko. Elemen-elemen eksterior ini

terdiri dari :

1. Store Front (Bagian Depan Toko)

Bagian depan toko merupakan seluruh eksterior fisik toko itu sendiri,

meliputi dari marquee (papan nama), pintu masuk, jendela, pencahayaan dan

konstruksi gedung. Melalui bagian depan toko tersebut, tentu tidak boleh

meremehkan pentingnya store front sebagai penentu citra, khususnya untuk

pelanggan baru. Konsumen baru sering menilai toko dari penampilan luarnya

terlebih dahulu sehingga eksterior merupakan faktor penting yang dapat

mempengaruhi konsumen untuk mengunjungi toko.

2. Marquee (Papan Nama atau Simbol)

Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memajang nama atau logo

suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf

atau penggunaan lampu neon dan dapat terdiri dari nama atau logo saja atau
dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya. Supaya efektif,

marquee harus menonjol dan menarik perhatian.

3. Store Entrances (Pintu Masuk Toko)

Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat

mengundang konsumen untuk masuk melihat ke dalam toko dan mengurangi

lalu lintas kemacetan keluar masuk konsumen. Pintu masuk mempunyai tiga

masalah utama yang harus diputuskan :

a. Jumlah pintu masuk, disesuaikan dengan besar kecilnya bangunan salah satu

faktor yang membatasi jumlah pintu masuk adalah masalah keamanan.

b. Jenis pintu masuk yang akan digunakan, apakah akan menggunakan pintu

otomatis atau pintu tarik dorong.

4. Display Window (Tampilan Jendela)

Tujuan dari dispalay window adalah untuk mengidentifikasikan suatu toko

dengan memajang barang-barang yang mencerminkan keunikan toko tersebut

sehingga dapat menarik konsumen masuk. Dalam membuat jendela pajangan

yang baik harus dipertimbangkan ukuran jendela, jumlah barang yang

dipajang, warna, bentuk, dan frekuensi penggantinya.

b. General Interior (Bagian Dalam Toko)


Elemen penataan general interior penting karena ketika konsumen masuk ke

dalam toko ada banyak elemen yang mempengaruhi persepsi konsumen pada toko

tersebut, elemen-elemen interior terdiri dari :

1. Flooring (Tata Letak Toko)


Penentuan jenis lantai (kayu, keramik, karpet) ukuran, desain, dan warna

lantai penting karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka

berdasarkan yang mereka lihat.

2. Color and Lighting (Warna dan Pencahayaan)

Warna dan pencahayaan dapat memberikan image pada toko. Warna cerah

dan terang akan memberikan image berbeda dengan warna lembut dan kurang

terang. Pencahayaan bisa memberikan dampak langsung maupun tidak

langsung. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat

membuat produk-produk yang ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat

berbeda bila,dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.

3. Scend and Sound (Aroma dan Musik)

Tidak semua toko memberikan pelayanan ini, tetapi jika layanan ini

dilakukan akan memberikan susana yang lebih santai pada konsumen,

khususnya konsumen yang ingin menikmati susana santai dengan

menghilangkan kejenuhan, kebosanan, maupun setres sambil menikmati

makanan.

4. Fixtures (Penempatan)

Memilih peralatan penunjang harus dirancang tidak hanya berdasarkan

kegunaan melainkan juga karena keindahaanya. Dan cara penempatan barang

harus dilakukan dengan baik agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan

dekorasi interior.

5. Wall Texture (Tekstur Tembok)


Tekstur dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen dan dapat

membuat dinding terlihat menarik.

2.2.1 Keputusan Pembelian Konsumen

Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Mamang, (2013:120) mendefisikan

keputusan adalah sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua pilihan alternatif

atau lebih.

Menurut Schiffman (2008:485) mendifisikan :

Pengambilan keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih.
Dengan perkataan lain pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika
mengambil keputusan. Jika seseorang mempunyai pilihan antara, merk X dan
merk Y, atau pilihan untuk menggunakan waktu mengerjakan A dan B, orang
tersebut berada dalam posisi untuk mengambil keputusan. Sebaliknya jika orang
tersebut tidak memilki alternatif untuk memilih dan benar-benar terpaksa
melakukan pembelian tertentu atau mengambil tindakan tertentu, maka keadaan
satu-satunya tanpa pilihan lain, ini bukanlah suatu keputusan atas keadaan tanpa
pilihan biasanya tapi pilihan Hobsen.

Jadi keputusan pembelian merupakan suatu tindakan atau menyeleksi dua

pilihan alternatif atau lebih dan memilih salah satu diantaranya..

2.2.1.1 Proses Pengambilan Keputusan Belanja Pelanggan

Menurut Utami (2012:56) telaah proses pengambilan keputusan konsumen

adalah :

Dalam bisnis ritel memiliki prinsip dasar yang relatif berbeda dengan proses
pengambilan keputusan konsumen pada umumnya karena melewati dua
tahapan yaitu proses pengambilan keputusan yang terkait dengan pilihan
terhadap ritel dan keputusan barang dagangan.

2.2.1.2 Faktor-Faktor untuk Keputusan Pembelian


Menurut Mamang dan Sopiah (2013:24), ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi konsumen untuk mengambil keputusan, yaitu (1) faktor
psikologis, (2) faktor situasional, dan (3) faktor sosial.
1. Faktor Psikologis

Faktor psikologis mencakup persepsi, motivasi, pembelajaran, sikap, dan

kepribadian. Sikap dan kepercayaan merupakan faktor psikologis yang

mempengaruhi keputusan pembalian konsumen. Sikap adalah suatu

kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk

dalam situasi dan konsidi tertentu secara konsisten. Konsumen akan belajar

setelah mendapat pengalaman, baik pengalaman sendiri maupun pengalaman

orang lain. Setelah membeli dan mengkonsumsi produk, konsumen akan

merasa puas atau tidak puas. Jika puas konsumen akan melakukan pembelian

ulang di lain waktu. Sebaliknya jika tidak puas konsumen tidak akan

melakukan pembelian di lain waktu.

1. Faktor Situasional

Faktor situasional mencakup keadaan sarana dan prasarana tempat belanja,

waktu berbelanja, penggunaan produk, dan kondisi saat pembelian. Keadaan

sarana dan prasarana tempat belanja mencakup tempat parkir, gedung,

eksterior, interior toko, pendingin udara, penerangan/pencahayaan, tempat

ibadah, dan sebagainya. Orang yang sibuk bekerja pada malam hari akan

memilih waktu belanja pada sore atau malam hari. Kondisi saat pembelian

produk adalah sehat, senang, sedih, kecewa, atau sakit hati. Kondisi

konsumen saat melakukan pembelian akan mempengaruhi pembuatan

keputusan konsumen.
2. Faktor Sosial

Faktor sosial mencakup undang-undang/ peraturan, keluarga, kelompok

referensi, kelas social, dan budaya.

2.2.1.3 Faktor Sosial yang Mempengaruhi Keputusan Belanja

Menggambarkan bahwa keputusan belanja dipengaruhioleh keprecayaan,

sikap dan nilai-nilai pelanggan dan faktor dalam lingkungan sosial pelanggan.

(Utami 2012:64)

Secara cermat proses keputusan memilih barang atau jasa dipengaruhi oleh

faktor lingkungan dan faktor pribadi-internal didalam diri seseorang. Faktor

lingkungan terdiri dari :

1. Keluarga

Banyak keputusan belanja yang dibuat untuk produk yang dipakai atau yang

dikonsumsi oleh keluarga keseluruhan. Ritel harus memahami bagaimana

keluarga membuat keputusan belanja dan bagaimana berbagai anggota

keluarga memengaruhi keputusan ini.

2. Pengambilan Keputusan Keluarga

Proses pengambilan keputusan dipusatkan pada bagaimana seseorang

membuat suatu keputusan. Anak-anak mempunyai peran penting dalam

keputusan belanja.

3. Kelompok Referensi

Kelompok referensi adalah satu atau lebih yang digunakan seseorang sebagai

dasar perbandingan untuk keprecayaan, perasaan dan perilaku. Kelompok

acuan ini memepengruhi keputusan belanja dengan menawarkaninformasi,


menyediakan penghargaan untuk perilaku pembelian yang spesifikdan

penambahan suatu citra diri pelanggan.

4. Budaya

Kultur berarti nilai-nilaiyang dimiliki bersama oleh kebanyakan orang dalam

suatu masyarakat, budaya adalah faktor mendasar dalam pembentukan

norma-norma yang dimiliki seseorang yang kemudian membentuk atau

mendorong keinginana dan prilakunya menjadi seorang konsumen.

5. Aspek Pribadi

Seorang pelanggan akan mempunyai perbedaan dengan pelanggan yang ain

karena faktor-faktor pribadi yang berbeda, misalnya : tahapan usia, pekerjaan,

kondisi keuangan, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri.

6. Aspek Kejiwaan atau Psikologis

Faktor kejiwaaan atau psikologis yang mempengaruhi seseoarang dalam

tindakan membeli suatu barang atau jasa didasarkan pada motivasi, perepsi,

kepercayaan dan perilaku serta proses belajar yang dilalui oleh konsumen.

2.2 Hubungan Eksterior dan General Interior Terhadap Keputusan

Pembelian

1. Hubungan Eksterior Terhadap Keputusan Pembelian

Menurut Berman dan Evan (2010:509) karateristik eksterior mempunyai

pengaruh yang kuat pada toko tersebut, sehingga harus direncanakan dengan baik.

Kombinasi dari eksterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat

unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk masuk ke dalam toko.
Menurut Adiwijaya (2010:75) menciptakan keunikan yang menjadi daya tarik

tersendiri. Desain toko yang baik akan menarik konsumen untuk datang

berbelanja ke sebuah toko. Selain itu desain yang unik dan menarik akan

membedakan sebuah toko dengan pesaingnya. Konsuemen tentu akan lebih

tertarik berbelanja disebuah toko yang memiliki desain eksterior dan dan interior

yang lebih baik dari pada toko yang menjual produk yang sama, tetapi tidak mem-

erhatikan pengaturan desain.

Eksterior yang unik akan menarik orang untuk masuk karena rasa penasaran

yang dia punya dan dapat memancing keingintahuan orang lain terhadap kafe.

(Trisna, 2016)

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa eksterior yang direncanakan

dengan sebaik mungkin serta perpaduan kombinasi yang unik dan menarik

sehingga dapat menarik perhatian konsumen dan menimbulkan rasa penasaran

konsumen, akhirnya mengundang konsumen untuk masuk kedalam toko serta

merangsang konsumen sehingga ingin melakukan keputusan pembelian pada

toko.

2. Hubungan General Interior Terhadap Keputusan Pembelian

Menurut Berman dan Evan (2010:519) Elemen penataan general interior

penting karena ketika konsumen masuk ke dalam toko ada banyak elemen yang

mempengaruhi persepsi konsumen pada toko tersebut. Seperti terdapat elemen

lantai, warna dan pencahayaan, penempatan, jarak gang, karyawan/pramusaji,

kebersihan, harga, suhu ruangan, kasir, teknologi, barang yang dijual ditoko.
Selain itu menurut Utami (2012:66) lingkungan tempat belanja relatif

berpengaruh terhadap panca indera (penglihatan, pendengaran, penciuman,

peraba, dan pengecap). Tempat belanja dan lingkungannya adalah hal yang

penting karena 70-80% keputusan pembelian dilakukan dilakukan ditempat

belanja terutama ketika memeriksa barang. Manajemen ritel seharusnya

seharusnya mencoba untuk menciptakan tempat belanja dan pengaturan barang

yang menarik. Seperti contoh pada tampilan yang memancing penglihatan, seperti

pengaturan display, tata letak, atau fisik ditempat belanja dan kenyaman serta

ketenangan dalam melakukan belanja.

Interior haruslah nyaman dan membuat pelanggan betah saat menikmati

makanan dan minuman. Seperti pada saat pemilihan meja dan kursi, pencahayaan

dan juga warna ruangan. Karena semua elemen tersebut membantu membuat kafe

menjadi nyaman. Interior menarik dan nyaman memamg merupakan faktor

penting. (Trisna, 2016)

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa general interior yang

merupakan bagian dalam toko yang dirancang serta diatur untuk dapat

menstimulasi konsumen agar menimbulkan rasa kesenangan,kegembiraan,

kenyaman, keindahan, kebersihan dan atmosphere yang berbeda sehingga dapat

meluluhkan hati konsumen untuk melakukan sebuah keputusan pembelian pada

toko tersebut.
2.3 Kajian Empiris

Didalam pembuatan skripsi sangat penting untuk mengetahui penelitian yang silakukan sebelumnya, agar bisa digunakan

sebagai dasar atau rangka dalam pembuatan penelitian selnajutnya. Penelitian terdahulu yang digunakan harus mengenai store

atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen dengan subyek yang sama atau mencakup variabel yang sedang diteliti.

Sebagai pembanding, maka kajian empiris ini dilampirkan.

Tabel 2. Hasil Kajian Penelitian Terdahulu


No. Nama Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian
dan Tahun
1. Arinda (2014) Pengaruh Exterior, Penelitian deskriptif dengan 1. Variabel exterior, general interior, layout
General Interior, variabel store atmosphere dan ruangan, dan point of interest display
Layout Ruangan dan loyalitas pelanggan, menggunakan berpengaruh signifikan baik secara simultan
Interior Point of teknik pengumpulan data kuesioner, maupun parsial terhadap loyalitas
Interest Display interview, dan observasi, dengan pelanggan di ritel Alfamart SAT Tumapel
Terhadap Loyalitas teknik accidental sampling Barat M459 Singosari.
Pelanggan Pada Ritel diperoleh 100 responden pelanggan
Alfamart SAT ritel Alfamart SAT Tumapel Barat
Tumapel Barat M459 M459 Singosari. Dan menggunakan
Singosari analsis kuantitatif dan regresi linear
berganda.

Tabel 2. Hasil Kajian Penelitian Terdahulu (Lanjutan)


No. Nama Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian
dan Tahun
2. Nofiawaty dan Pengaruh Store Penelitian konklusif yang menguji 1. Secara keseluruhan dengan menggunakan
Yuliandi Atmosphere Terhadap spesialisasi hipotesa dan hubungan hasil uji F (uji simultan/serentak) dan hasil
(2014) Keputusan Pembelian berbagai variabel, dengan variabel uji t (uji parsial) variabel dalam Store
Konsumen Pada terikat (dependent variable) yang Atmosphere yaitu variabel General Interior
Outlet Nyenyes dalam penelitian ini adalah (X1), variabel Store Layout (X2),dan
Palembang keputusan pembelian konsumen, variabel Interior Display (X3) mempunyai
sedangkan variabel yang pengaruh yang signifikan terhadap
mempengaruhi (independent keputusan pembelian oleh konsumen pada
variable) adalah faktor-faktor Outlet Nyenyes Palembang.
general interior, store layout, dan 2. Berdasarkan hasil regresi berganda,
interior display. Teknik variabel dalam Store Atmosphere yang
pengambilan sample menggunakan paling berpengaruh secara dominan
convience sampling dengan jumlah terhadap keputusan pembelian konsumen
sampel yang diteliti sebesar 52 pada Outlet Nyenyes Palembang adalah
responden. variabel General Interior (XI).
3. Widyanto, Pengaruh Store Kategori penelitian explanatory, 1. Pengaruh store atmosphere yang terdiri
Yulianto, dan Atmosphere Terhadap sampel dalam penelitian ini adalah dari eksterior (X1), general interior (X2)
Sunarti (2014) Keputusan Pembelian 116 responden, dengan teknik store layout (X3), dan interior
(Survei pada sampelnya accidental sampling display(X4)terhadap keputusan pembelian
Konsumen Distro serta menggunakan metode (Y1) secara bersama-sama adalah
Planet Surf Mall kuesioner dalam mengumpulkan signifikan.
Olympic Garden kota data, analisis data penelitian ini 2. Pengaruh variabel exterior (X1) terhadap
Malang) adalah analsis deskriptif dan regresi keputusan pembelian (Y) signifikan.
linear berganda dalam
membuktikan pengujian hipotesis.
Tabel 2. Hasil Kajian Penelitian Terdahulu (Lanjutan
24

1.5 Konseptual Penelitian

Uma Sekaran (1992) dikutip dalam Sugiyono (2012:88) mengemukakan

bahwa, Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah

penting.

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam

penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya

membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan

peneliti disamping mengemukakan deskriptis teoritis untuk masing-masing

variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti. (Sapto

Haryoko dalam Sugiyono 2012:89).

Model penelitian ini terdapat dua variabel independen diantaranya eksterior

dan general interior serta satu variabel dependen yaitu keputusan pembelian.

Eksterior H2
(X1)

H1
Keputusan Pembelian
(Y)
General Interior H3
(X2)

Gambar 1. Konseptual Pemikiran


Sumber : Data yang diolah, 2016

1
1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya dibentuk dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori yang releven, belum didasarkan pada fakta-fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. (Sugiyono, 2012:93)

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian

yang telah disebutkan sebelumnya, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1= Diduga eksterior dan general interior bersama- sama simultan berpengaruh

terhadap keputusan pembelian.

H2 = Diduga eksterior berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian.

H3= Diduga general interior berpengaruh secara parsial terhadap keputusan

pembelian.

H4= Diduga variabel general interior yang paling berpengaruh secara dominan

terhadap keputusan pembelian

25
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini bidang pemasaran, untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh desain eksterior sebagai variabel bebas (X1) dan general interior

sebagai variabel bebas (X2), terhadap keputusan pembelian sebagai variabel

terikat (Y), di Kafe Coklat Klasik Cabang Joyogrand Malang. Subyek penelitian

ini adalah pengunjung Kafe Coklat Klasik Cabang Joyogrand Malang.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah penelitian

explanatory research atau metode survey. Penelitian survey adalah penelitian

yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari

adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan

kejadian-kejadian relatif distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel

sosiologis atau psikologis. (Sugiyono, 2012:7)

Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang

alamiah, tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya

dengan mengedarkan kuisioner, tes, wawancara terstruktur dan sebagainya.

(Sugiyono,2008:11)

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini adalah penelitian explanatory

research atau metode survey, yang bertujuan untuk mendapatkan data dari

26
populasi dan sampel yang telah ditentukan mengenai desain eksterior dan general

interior terhadap keputusan pembelian.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2014:80) populasi adalah wilayah yang terdiri dari atas

obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua pembeli atau

konsumen di Kafe Coklat Klasik Cabang Joyogrand Malang, yang jumlahnya sulit

diketahui karena belum ada rekapan data yang pasti.

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2014:81) mengemukakan sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi

besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

misalnya karena dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel yang diambil dari populasi harus

betul-betul representatif (mewakili). Di dalam menentukan jumlah sampel

diusahakan sampel yang representatif, sehingga akan mendapatkan hasil yang

akurat dan tepat.

Karena populasi dalam penelitian ini sangat banyak dan sulit diketahui

jumlahnya, maka diambil beberapa untuk mewakili populasi tersebut. Oleh sebab

itu peneliti menggunakan metode dari Roscoe dalam Sugiyono (2011:91) apabila

27
dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate misalnya, korelasi

atau regresi ganda maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah

variabel yang diteliti.

Seperti lebih jelasnya lagi pada Roscoe dalam Sugiyono (2011:90)

mengajukan aturan praktis sebagai berikut :

a. Ukuran sampel yang layak adalah berkisar 30-500

b. Sampel yang dibagi kedalam sub-sampel (pria/wanita, junior/senior)

minimum ukuran sampel adalah 30 untuk masing-masing sub sampel.

c. Dalam multivariate analisa termasuk regresi berganda, ukuran sampel

adalah kelipatan (sepuluh kali atau lebih) jumlah variabel.

d. Untuk penelitian eksperimental dengan kontrol yang ketat sampel berkisar

10 hingga 20 untuk masing-masing kelompok.

Maka berdasarkan pada pendapat Rescoe diatas ukuran sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 30 dikalikan jumlah variabel.

Variabel independent ( eksterior dan general interior) =2

Variabel dependent (keputusan pembelian) =1

30 x 3 = 90

Jadi, jumlah sampel minimal yang dapat diambil untuk penelitian ini adalah

sekitar 90 responden.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability

sampling. Teknik nonprobilitas adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang atau kesempatan sama berdasarkan dari pengetahuan,

28
kepercayaan, dan pengalaman responden bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel. (Sugiyono, 2014:84)

Prosedur yang digunakan adalah sampling insidental. Menurut Sugiyono

(2014:85) sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan

peneliti dapat digunakan dengan sampel.

3.4 Jenis Data

Kegiatan pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan

sebelum pengolahan data. Data diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih

varibel dalam sampel (populasi). Data merupakan variabel yang nantinya akan

diukur. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data kuantitatif. Menurut

Kuncoro (2009:148), dilihat dari sumbernya data dibagi menjadi data primer dan

data sekunder.

3.4.1 Data Primer

Menurut Kuncoro (2009:148) data primer merupakan data yang diperoleh

dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode penumpulan data

original. Dalam penelitian ini, data primernya adalah berasal dari responden yang

dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu pada pengunjung kafe Coklat Klasik

Cabang Joyogrand Malang dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditulis

dalam kuesioner. Dimana isi pertanyaan tersebut terkait dengan desain eksterior

dan general interior terhadap keputusan pembelian pada Kafe Coklat Klasik

Cabang Joyogrand Malang.

29
3.4.2 Data Sekunder

Menurut Kuncoro (2009:148) data sekunder merupakan data yang telah

dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada

masyarakat pengguna data. Dalam penelitian ini data sekunder berupa dokumen

perusahaan yang ada di Kafe Coklat Klasik Cabang Joyogrand Malang seperti

sejarah perusahaan, struktur organisasi, personalia, dan pemasaran. Data sekunder

dalam penelitian ini meliputi data jumlah pembeli pada kafe Coklat Klasik

Cabang Joyogrand Malang.

3.5 Definisi Operasional dan Jabaran Variabel

1. Definisi Variabel

Variabel Dependen (terikat):


Eksterior (X1)
Menurut Berman & Evans (2010:509) Eksterior dapat dibagi menjadi empat
elemen utama, yaitu:

1. Exterior (Bagian Luar Toko)


Exterior mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko tersebut, sehingga harus
direncanakan dengan sebaik mungkin. Kombinasi dari exterior ini dapat
membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan
mengundang orang untuk masuk ke dalam toko. Exterior terdiri dari: 1)
Storefront (Bagian Depan Toko) Bagian depan toko meliputi kombinasi papan
nama, pintu masuk, dan konstruksi bangunan. Storefront harus mencerminkan
keunikan, kemantapan, kekokohan atau hal-hal lain yang sesuai dengan citra
toko tersebut. Khususnya konsumen yang sering menilai toko dari penampilan
luarnya sehingga merupakan faktor penting untuk mempengaruhi konsumen
mengunjungi toko.

2. Marquee (Papan Nama Toko)


Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memajang nama atau logo
suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf,
atau penggunaan lampu neon. Marquee dapat terdiri dari nama atau logo saja,
atau dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya. Supaya efektif,

30
marquee harus diletakan di luar, terlihat berbeda, dan lebih menarik atau
mencolok daripada toko lain disekitarnya.

3. Entrance (Pintu Masuk Toko)


Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat mengundang
konsumen untuk masuk melihat ke dalam toko dan juga mengurangi kemacetan
lalu lintas keluar masuk konsumen.

4. Dispay Windows (Tampilan Pajangan)


Tujuan dari display window adalah untuk mengidentifikasikan suatu toko
dengan memajang barang-barang yang mencerminkan keunikan toko tersebut
sehingga dapat menarik konsumen masuk. Dalam membuat jendela pajangan yang
baik harus dipertimbangkan ukuran jendela, jumlah barang yang dipajang, warna,
bentuk, dan frekuensi penggantiannya

General Interior (X2)


General Interior adalah display suatu restoran yang membuat pengunjung merasa
nyaman berada di restoran. Display yang baik yaitu yang dapat menarik perhatian
konsumen dan akhirnya melakukan pembelian. Desain interior dari suatu toko
harus dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising. Display yang baik
yaitu yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu meraka agar
mudah mengamati,memeriksa, dan memilih barang dan akhirnya melakukan
pembelian. Ada banyak hal yang akan mempengaruhi persepsi konsumen pada
toko tersebut. Elemen-elemen general interior terdiri dari:

a. Flooring (Lantai)

Penentuan jenis lantai, ukuran, desain dan warna lantai sangat penting karena
konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka
lihat.

b. Color and Lightening (Warna dan Pencahayaan)

Setiap toko harus menpunyai pencahayaan yang cukup untuk mengarahkan atau
menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu dari toko. Konsumen yang
berkunjung akan tertarik pada sesuatu yang paling terang yang berada dalam
pandangan mereka. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang

31
dapat membuat suasana yang ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat berbeda
bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.

c. Scent and Sound ( Aroma dan Musik)

Tidak semua toko memberikan pelayanan ini, tetapi jika layanan ini dilakukan
akan memberikan suasana yang lebih santai pada konsumen, khusunya konsumen
yang ingin menikmati suasana yang santai dengan menghilangkan kejenuhan,
kebosanan, maupun stress sambil menikmati makanan.

d. Fixture (Penempatan)

Memilih peralatan penunjang dan cara penempatan meja harus dilakukan dengan
baik agar didapat hasil yang sesuai dengan keinginan. Karena penempatanmeja
yangsesuai dan nyaman dapat menciptakan image yang berbeda pula.

Variabel Independen (Bebas)

Keputusan Pembelian (Y)


Menurut Utami (2012:56) telaah proses pengambilan keputusan konsumen
adalah :

Dalam bisnis ritel memiliki prinsip dasar yang relatif berbeda dengan proses
pengambilan keputusan konsumen pada umumnya karena melewati dua tahapan
yaitu proses pengambilan keputusan yang terkait dengan pilihan terhadap ritel dan
keputusan barang dagangan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah suatu tindakan


yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan akan suatu produk dan
mengidentifikasi setelah melakukan keputusan tersebut.

3.5.1 JabaranVariabel

2. Tabel 4. Jabaran Variabel


Variabel Indikator Item
1. Exterior (Bagian 1. Desain tampilan luar kafe unik
Luar Toko)

32
Exterior(X1) 2. Simbol atau 2. Desain papan nama kafe menarik
Berman & papan nama
Evans 3. Pintu masuk 3. Desain pintu masuk sesuai dengan
(2010:509) bangunan
4. Tampilan jendela 4. Tampilan jendela lebar
1. Lantai 5. Jenis lantai
2. Warna dan 6. Cahaya terang
General pencahayaan
Interior (X2) 3. Musik 7. Jenis musik
4. Penempatan 8. Penempatan barang didalam kafe
Barry dan ditata indah
Evans (2010) 5. Dinding 9. Warna dinding

Tabel 4. Jabaran Variabel (Lanjutan)


6. Pengenalan 10. Sikap rasional
kebutuhan
Keputusan 7. Pencarian 11. Berdasarkan pengalaman
Pembelian (Y) informasi
Utami (2010) 8. Evaluasi atas 12. Kriteria evaluasi
alternatif-
alternatif
9. Transaksi 13. Memutuskan berbelanja
belanja
10. Evaluasi 14. Kepuasaan berbelanja
belanja

3.6 Skala Pengukuran

Menurut Sugiyono (2014: 93) skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh

peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala

33
likert,maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.

Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-

item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai

gradasi dan sangat positif sampai sangat negatif. Dalam penelitian kuantitatif,

rentang skala yang digunakan adalah 1 sampai 5 dengan perincian sebagai

berikut:

A. Jawaban sangat setuju diberi skor 5

B. Jawaban setuju diberi skor 4

C. Jawaban ragu-ragu diberi skor 3

D. Jawaban tidak setuju diberi skor 2

E. Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1

Data dari responden yang diperoleh dari angket atau kuesioner selanjutnya

akan diolah dengan menggunakan SPSS 18.0 for windows.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

tiga metode antara lain :

3.7.1 Kuesioner (Angket)

Menurut Sugiyono (2014:137) kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel

yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Isi kuesioner

34
itu sendiri adalah pertanyaan-pertanyaan menyangkut eksterior, general interior

dan keputusan pembelian di Kafe Coklat Klasik Cabang Joyogrand Malang.

Pengumpulan data dalam metode kuesioner ini peneliti akan melibatkan langsung

responden yang melakukan pembelian di Kafe Coklat Klasik Cabang Joyogrand

Malang.

3.7.2 Interview (Wawancara)

Menurut Sugiyono (2014:137) menyatakan bahwa :

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti


ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil
teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan
keyakinan pribadi.

Pengumpulan data dalam metode wawancara ini peneliti akan mewawancarai

kepada pihak yang berwenang dari Kafe KOP SAE Pujon, yang terkait dengan

berapa banyak jumlah konsumen yang telah melakukan pembelian dan konsep

fisik dari Kafe KOP SAE Pujon.

3.7.3 Observasi

Menurut Sugiyono (2014:145) observasi sebagai teknik pengumpulan data

mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu

wawancara dan kuesioner. Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-

obyek alam yang lain. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan

bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam observasi ini

peneliti mengadakan pengamatan secara langsung bagaimana penerapan desain

35
eksterior dan general interior pada Kafe Coklat Klasik Cabang Joyogrand

Malang.

3.7.4 Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2010:422) dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catetan

harian seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catetan harian

sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan kebijakan.

Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-

lain.

Dalam dokumentasi ini peneliti mengambil data berupa gambar fisik kafe

yang berhubungan dengan desain eksterior dan general interior pada Kafe Coklat

Klasik Cabang Joyogrand Malang.

3.8 Metode Analisa Data

Dalam penelitian ini metode analisa data yang dipakai adalah analisis data

kuantitatif dan analisis berganda.

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,

analisis data bersifat kuantitati atau statistik. Dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan. (Sugiyono, 2014: 8)

36
Dalam penelitian ini data diperoleh dengan cara melakukan penyebaran

kuesioner kepada para responden menggunakan skala likert.

3.8.1 Distribusi Frekuensi Variabel

Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-

variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan

mendalam dalam berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan

prediksi terhadap hubungan antar variabel yang diteliti menjadi lebih jelas dan

terarah. Sugiyono (2010:86)

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi. Sugiyono (2010:206)

3.8.2 Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Sugiyono (2014:121)

Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan

pada kuisioner yang harus dibuang atau diganti karena dianggap tidak relevan.

Teknik untuk mengukur validitas kuisioner adalah sebagai berikut dengan

menghitung korelasi antar data pada masing-masing pernyataan dengan skor total,

memakai rumus korelasi product moment, sebagai berikut :

37
n(xY) xY
[2 (2 )][Y 2 (Y 2 )]
Keterangan :
r = koefisien korelasi
X = variabel bebas
Y = variabel tergantung
n = banyaknya data
Item instrumen dianggap valid jika lebih besar dari 0,3 atau bisa juga dengan

membandingkanya dengan r tabel. Jika r hitung> r tabel maka valid.

3.8.3 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keajegan atau konsistensi alat

ukur yang biasanya menggunakan kuesioner (maksudnya apakah alat ukur

tersebut akan mendapatkan pengukuran yang tetap konsisten jika pengukuran

diulang kembali). Priyatno (2012 : 120)

Metode yang sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur skala

rentangan (seperti skala likert 1-5) adalah cronbach alpha. Uji reliabilitas

merupakan kelanjutan dari uji validitas dimana item yang masuk pengujian adalah

item yang valid saja. Menggunakan batasan 0,6, dapat ditentukan apakah

instrument reliabel atau tidak. Menurut Sekaran dalam Priyatno (2012:120),

reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat dterima, dan

diatas 0,8 adalah baik.

3.8.4 Uji Asumsi Klasik

3.8.4.1 Uji Normalitas

3.8.4.2 Menurut Sujianto (2009:78), tujuan dari dilakukanna uji normalitas tentu

saja untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Normal

38
dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Untuk mengetahui data

terdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dari normalitas data dari nilai

P-P Plots. Dalam mendeteksi normalitas data menggunakan pendekatan Q-

Q Plots ketentuan pengujian ini adalah jika probabilitas atau Asymp Sig (2-

tailed) lebih besar dari level of sicnificant () maka data terdistribusi

normal. Sedangkan Santoso dalam Sujianto (2009 : 78) mengatakan jika

nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 distribusi adalah

normal.

Menurut Ghozali (2011:160), tujuan dari dilakukannya uji normalitas adalah

untuk menguji apakah dalam model regresi variabel penganggu atau residual

memilki distribusi normal. Seperti diktehui bahwa uji t dan F mengasumsikan

bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar

maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

3.8.4.3 Uji Heterokedastisitas

Menurut Ghozali (2011:139) tujuan dari dilakukannya uji heterokedastisitas

adalah apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual

satu pengamatan dan pengamatan yang lain. Jika variance dan residualsatu

pengamtan ke pengamtan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Manurut Sujianto (2009:79), heterokedastisitas pada umunya sering terjadi

pada model-model yang menggunakan data cross section daripada time series.

39
Untuk mendeteksi adanya heterokedstisitas pada suatu model dapat dilihat dari

pola gambar Scatterplot model tersebut. Tidak terdapat heterokedastisitas jika:

1 Penyebaran titik- titik data sebaiknya tidak berpola.

2 Titik- titik data menyebar diatas bawah sekitar angka nol (0) dan tiga (3) titik-

titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.

3.8.4.4 Uji Multikolinieritas


Menurut Ghozali (2011:105) tujuan dari dilakukannya uji multikolonieritas

adalah apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara

variabel independen. Jika independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel

ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai

korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.

3.8.5 Analisis Regresi Berganda

Menurut Priyatno (2012:80), analisis regresi linier berganda adalah hubungan

secara linier antara dua variabel atau lebih varibel independen dengan satu

variabel dependen yang digunakan untuk memprediksi atau meramalkan suatu

nilai variabel dependen berdasarkan variabel independen. Dalam penelitian ini

variabel independennya adalah eksterior (X1), general interior (X2), sedangkan

varibel dependennya dalah keputusan pembelian (Y), sehingga persamaan regresi

bergandanya adalah:

= + +
Keterangan :
a = konstanta
b1 = koefisien regresi eksterior
b2 = koefisien regresi general interor

40
Y = variabel keputusan pembelian
X1 = variabel eksterior
X2 = variabel general interor

3.8.6 Analisis Determinan (Koefisisen Determinasi)

Menurut Ghozali (2011:97) koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel dependen.

3.8.7 Uji Hipotesis

3.8.7.1 Uji Statistik F (Uji Simultan)

Menurut Ghozali (2011:98) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah

semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam modelmempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau variabel terikat.

Dalam penelitian ini uji F dilakukan dengan langkah-langkah menurut Sanusi

(2011:138) sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis nol dan hipotessis alternatif

H0 ; b1 = b2 = b3 = 0

(tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama

antara seluruh variabel independen terhadap variabel dependen atau antara

41
variabel eksterior dan general interior tidak memiliki pengaruh yang

posistif dan signifikan terhadap keputusan pembelian)

Ha ; minimal satu koefesien dari b 0

(terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama antara

seluruh variabel independen terhadap variabel dependen atau antara

variabel eksterior dan general interior memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap keputusan pembelian)

2. Menghitung nilai F

3. Membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel yang tersedia pada

tertentu ; df =k; n (k + 1)

4. Mengambil keputusan berdasarkan kriteria berikut :

a. Jika Fhitung ttabel ; maka H0 diterima dan Ha ditolak

b. Fhitung> Ftabel ; maka H0 ditolak san Ha diterima

Dimana n = jumlah sampel ; k = jumlah variabel bebas;Pr=probabilitas; =

tingkat signifikan = 0,05.

Dalam penelitian ini, analisis F juga dilakukan dengan menggunakan program

SPSS 18 for windows.

3.8.7.2 Uji Statistik t (Uji Parsial)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

varaibel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen. (Ghozali, 2011:98)

Langkah langkah analisis untuk uji t menurut Sanusi (2011:138) adalah

sebagai berikut :

42
1. Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.

H0 : bi = 0

(suatu variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen atau salah satu variabel eksterior dan variabel

general interior tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian )

Ha : b1 0

(suatu variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen atau salah satu variabel eksterior dan general interior

memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian)


2. Menghitung nilai t dengan menggunkan rumus t =

3. Membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel yang tersedia pada taraf

nyata tertentu, misalnya 1% ; df ; (/2; n (k+1)

4. Mengambil keputusan berdasarkan kriteria berikut :

a. Jika thitung ttabel ; maka H0 diterima dan Ha ditolak

b. thitung < - ttabel atauthitung > ttabel ; maka H0 ditolak dan Ha diterima

Dimana n = jumlah sampel ; k=jumlah variabel bebas; Pr = probabilitas; =

tingkat signifikan = 0,05. Dalam penelitian ini, analisis F juga dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 18 for windows.

43
BAB IV

JADWAL PELAKASANAAN PENELITIAN

NO Kegiatan September Oktober November Desember


Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi
Judul
2 Pembuatan
Bab I
3 Pembuatan
Bab II
4 Pembuatan
Bab III
5 Pembuatan
Kuesioner
6 Konsultasi
Proposal
7 Pengumpul
an Proposal

44
DAFTAR PUSTAKA

Aguend,Mega.http://www.kompasiana.com. Diakses Tanggal 6 Februari 2016


pukul 09.00 WIB.

Arlina.http://www.globalrxarticles.com.html. Diakses Tanggal 7 Januari 2016


2016 pukul 16.00 WIB.

Arinda , Rizal Luthfiah.2014. Pengaruh Exterior, General Interior, Layout


Ruangan dan Interior Point of Interest Display Terhadap Loyalitas
Pelanggan Pada Ritel Alfamart SAT Tumapel Barat M459
Singosari.Politeknikk Negeri Malang.Jurusan Adminiastrasi Niaga D-IV
Manajemen Pemasaran.

Berman, Barry dan Joel R. Evans.2010. Retail Managment a Strategic Approach.


New York: Macmillan Publisihing Company.

Etta Mamang dan Sopiah.2013. Perilaku Konsumen (Pendekatan Praktis Disertai


Himpunan Jurnal Penelitian).Yogyakarta:CV Andi Offset.

Fuad, Muhammad. 2009. Pengaruh Store Atmosphere dan Perilaku Pembelian


Konsumen di Toko Buku Gramedia Malang. Universitas Jambi. Jurusan
Manajemen.

Ghozali. Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kotler, Philip dan Armstrong Gary. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi Kedua
belas.Jakarta:Erlangga.

Kotler, Philips dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid
1.Jakarta: Erlangga.

Kuncoro. Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi Edisi 3.
Jakarta: Erlangga.

Kurniati, Dian Prima.2013. Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan


Pembelian Obat Bebas di Apotik Kimia Farma Jambi. Universitas
Jambi.Program Magister Manajemen.

Levy, Micheal dan Baerton A. Weitz.2001. Retailing Management. New


York:McGraw-Hill Irwin.

McDaniel, Lamb Hair.2001. Pemasaran Buku Dua. Jakarta:Salemba Empat.

45

Anda mungkin juga menyukai