Anda di halaman 1dari 9

ABORTUS IMMINENS

A. Abortus

2. Pengertian

a. Abortus adalah penghentian atau berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin berusia 20 minggu

(Helen Farrer, 1999).

Add caption

b. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum

kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup di luar

kandungan (Saifuddin, 2002).

c. Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelumjanin mampu bertahan hidup

(Cunningham, 2005).

d. Abortus adalah kegagalan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin kurang dan 1000

gram (Manuaba, 2008).

3. Macam-macam abortus

Abortus dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a. Berdasarkan kejadiannya

1) Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri

kehamilan tersebut (Saifuddin, 2002). Abortus spontan dibagi atas:

a) Abortus imminens

Adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut beberapa hari atau dapat

berulang (Kusmiyati, 2009).

b) Abortus insipiens

Adalah terjadinya perdarahan ringan atau sedang pada kehamilan muda dimana

hasil konsepsimasih berada dalam kavum uteri (Saifuddin, 2002).

c) Abortus inkomplit

Adalah abortus yang terjadi sebelum usiagestasi 10 minggu, janin dan plasenta biasanya

keluar, tetapi dalam waktu yang terpisah (Cunningham, 2005).

d) Abortus komplit

Adalah terjadinya perdarahan sampai semua produk pembuahan atau janin, selaput ketuban

dan plasenta sudah keluar (Helen Farrer, 1999).

e) Abortus habitualis

Adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih (Kusmiyati, 2009).

f) Abortus infeksiosa

Adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi.Adanya penyebaran kuman atau toksin ke

dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septikemia,

sepsis atau peritonitis(Saifuddin, 2002).

g) Abortus septik

Adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke

dalam peredaran darah atau peritoneum (Saifuddin, 2002).

h) Missed abortion
Missed abortion terjadi jika sesudah mengalami abortus imminens, perdarahan pervaginam

berhenti namun produk pembuahan meninggal dan tetap berada dalam rahim (Helen Farrer,

1999).

2) Abortus buatan

Adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri

proses kehamilan (Kusmiyati, 2009). b.

b. Berdasarkan pelaksanaannya

1) Abortus medisinalis (abortus therapeutik)

Abortus yang dilakukan atas dasar indikasi vital ibu hamil, jika diteruskan kehamilannya ,

akan lebih membahayakan jiwa ibu sehingga terpaksa dilakukan abortus spontan (Manuaba,

2007).

2) Abortus kriminalis

Abortus yang dilakukan pada kehamilan yang tidak diinginkan, diantaranya akibat perbuatan

yang tidak bertanggung jawab. Sebagian besar dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih sehingga

dapat menimbulkan komplikasi (Manuaba, 2007).

B. Abortus Imminens

1. Pengertian

a. Abortus imminens adalah perdarahan vagina atau bercak sebelum umur kehamilan 20 minggu

(Masjoer, 2001).
b. Abortus imminens adalah terjadinya bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan

suatu kehamilan (Saifuddin, 2002).

c. Abortus imminens adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut beberapa hari

atau dapat berulang (Kusmiyati, 2009).

2. Etiologi

Menurut Cunningham (2005) hal-hal yang dapat menyebabkan abortus, dikelompokkan

menjadi 3 faktor yaitu :

a. Faktor fetal

Temuan morfologis yang paling sering terjadi dalam abortus dini spontan adalah kelainan

perkembangan zigot, embrio fase awal janin, atau kadang-

kadang plasenta.Perkembangan janin yang abnormal, khususnya dalam trimester pertama

kehamilan, dapat diklasifikasikan menjadi perkembanganjanin dengan kromosom yang

jumlahnya abnormal (aneuploidi) atau perkembangan janin dengan komponen kromosom yang

normal (euploidi).

Laporan menyatakan bahwa abortus aneuploidi terjadi pada atau sebelum kehamilan 8

minggu, sedangkan abortus euploidi mencapai puncaknya sekitar 13 minggu. Insiden abortus

euploidi akan meningkat secara dramatis setelah usia maternal 35 tahun. Namun sebab-sebab

terjadinya peristiwa tersebut belum diketahui secara pasti. Penyebab abortus euploidi umumnya

tidak diketahui,tetapi mungkin bisa disebabkan oleh; kelainan genetik, berbagai faktor ibu,

mungkin beberapa faktor ayah.

b. Faktor Maternal

1) Infeksi

Beberapa infeksi kronis pernah terlibat atau sangat dicurigai sebagai

penyebab abortus,diantaranya Listeria monocytogenes dan Toxoplasma.


2) Penyakit kronik

Pada awal kehamilan, penyakit kronik yang menyebabkan penyusutan tubuh,

misalnyatuberculosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus. Hipertensi jarang

menyebabkanabortus di bawah 20 minggu, tetapi dapat menyebabkan kematian janin dan

kelahiran preterm.

3) Kelainan endokrin

Autoantibodi tiroid dilaporkan menyebabkan peningkatan insiden abortus walaupun tidak

terjadihipertiroidisme yang nyata. Abortus spontan dan malformasi kongenital mayor meningkat

pada wanita dengan diabetes mellitus. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada

trimester pertama.

Defisiensi progesteron, karena kurangnya sekresi hormon progesteron tersebut dari korpus

luteum atau placenta, mempunyai kaitan dengan insiden abortus.Karena progesteron berfungsi

mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi

pada hasil konsepsi dan berperan dalam peristiwa kematian janin.

4) Nutrisi

Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa defisiensi salah satu zat gizi merupakan

penyebababortus.Mual dan muntah yang timbul agak sering pada awal kehamilan, dan semua

penyakit yang dipicunya, jarang diikuti oleh abortus spontan.

5) Pemakaian obat dan faktor lingkungan

Berbagai zat dilaporkan berperan, tetapi belum dapat dipastikan sebagai penyebab

meningkatnya insidensi abortus seperti : tembakau, alkohol, kafein, sinar radiasi, dll.

6) Faktor imunologis
Ada dua mekanisme utama pada abnormalitas imunologis yang berhubungan

dengan abortus,yaitu :mekanisme autoimun (imunitas terhadap tubuh sendiri) dan mekanisme

aloimun (imunitas terhadap orang lain).

7) Gamet yang menua

Baik umur sperma atau ovum dapat mempengaruhi angka insiden abortus spontan.Garnet

yang bertambah tua dalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi, dapat meningkatkan

kemungkinan terjadinya abortus.

8) Trauma fisik

Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering dilupakan.Yang di ingat

hanya kejadian tertentu yang tampaknya mengakibatkan abortus.

c. Faktor Paternal

Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam proses

timbulnya abortusspontan. Translokasi kromosom dalam sperma dapat menimbulkan zigot yang

mendapat bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus.

3. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis diikuti nekrosis jaringan sekitar yang

menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing

dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, viii korialis belum menembus desidua secara dalam,

jadi hasilkonsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,

penembusan sudah Iebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan

banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan lebih dahulu

daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir

mati,janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus (Masjoer, 2001).

4. Tanda dan Gejala

a. Perdarahan vagina: merah terang (segar), atau coklat gelap dan dapat terjadi terus menerus

untuk beberapa hari sampai 2 minggu (Varney, 2002).

b. Nyeri kram ringan yang mirip dengan menstruasi atau nyeri pinggang bawah (Kusmiyati, 2009).

c. Pemeriksaan ultrasuara yang menunjukkan cincin gestasi terbentuk baik dengan gema dari

embrio yang menunjukkan bahwa kehamilan paling mungkin dianggap sehat (Cunningham,

2005).

d. Pemeriksaan tes kehamilan positif (Saifuddin, 2002).

e. Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum lemah, wajah pucat, berkeringat banyak,

tekanan darah menurun (Saifuddin, 2002).

f. Pada Pemeriksaan dalam ditemukan flukus ada (sedikit), ostium uteri tertutup (Kusmiyati, 2009).

5. Diagnosa

Menurut Kusmiyati (2009), diagnosa abortus imminens dapat ditegakkan berdasarkan:

a. Anamnesis

1) Kram perut bawah

2) Perdarahan sedikit dari jalan lahir

b. Pemeriksaan

1) Flukus ada (sedikit)

2) Ostium uteri tertutup

3) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan

4) Uterus lunak

c. Pemeriksaan penunjang
1) Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin

2) Meragukan

3) Buah kehamilan tidak baik, janin mati

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan abortus imminens menurut Varney (2001) adalah sebagai berikut:

a. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram:

1) Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangi rangsangan mekanis,

terutama bagi yang pernah abortus sampai perdarahan benar-benar berhenti.

2) Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi atau memasukkan

sesuatu ke dalam vagina).

3) Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme.

4) Segera beritahu bidan bila terdapat:

a) Perdarahan meningkat

b) Kram dan nyeri pinggang meningkat

c) Semburan cairan dari vagina

d) Demam atau gejala mirip flu

b. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit

1) Evaluasi tanda-tanda vital

2) Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum: merupakan skrining

vaginitis dan servisitis; observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan darah

atau bagian-bagian janin.

3) Pemeriksaan bimanual: ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta kondisi ketuban.

c. Jika pemeriksaan negatif, dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan

kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin untuk menenangkan wanita.
d. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang gejala bahaya dan

pertahankan nilai normal.

e. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil pemeriksaan

fisik dan ultrasonografi menunjukkan hasil abnormal.

Terapi yang di berikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti Phenobarbital

3x30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan terapi hormonal yaitu progesteron, misalnya

Premaston hingga perdarahan berhenti.

7. Komplikasi

Menurut Cunningham (2005), komplikasi abortus imminens adalah sebagai berikut :

a. Perdarahan (hemorrhage)

b. Perforasi: sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak

ahli seperti bidan dan dukun

c. Infeksi dan tetanus

d. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh: perdarahan yang banyak dan infeksi atau sepsis.

DAFTAR PUSTAKA

Army dan K. Suheimi. 2006. Dasar- dasar Ilmu Kebidanan. Andalas University Press
Kusmiyati, Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya.
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
Manuaba. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk
Profesi Bidan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai