Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

MEMPELAJARI PRODUKSI BERSIH PEMBUATAN


GULA DI PT MADUBARU PG MADUKISMO -
YOGYAKARTA

Oleh :

Angga Maulana
F34130109

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Judul Laporan : Mempelajari Produksi Bersih Pembuatan Gula di PT
MadubaruPG Madukismo - Yogyakarta
Nama : Pratiwi Wulandari
NIM : F34130109
Pembimbing Lapang : Mujtahid, ST

Bogor,
Disetujui, Pembimbing Akademik

Dr IrMoh. Yani M Eng


NIP. 196308051990021001
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan Praktik Lapangan yang
berjudul Mempelajari Produksi Bersih Pembuatan Gula di PT Madubaru PG
Madukismo - Yogyakarta.
Penyusunan laporan Praktik Lapangan ini, tidak akan berhasil tanpa bantuan
dari semua pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Dr Ir Andes Ismayana, MT selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan
dan pengarahannya dalam menyelesaikan laporan Praktik Lapangan.
2. Arif Darmawan, STP MSi dan Dr Ir Endang Warsiki, MT selaku dosen panitia
Praktik Lapangan Departemen Teknologi Industri Pertanian.
3. Dr Ir Wayan Astika, MSi selaku koordinator dan panitia pelaksana Praktik
Lapangan Fateta yang memberikan pembekalan.
4. Mujtahid, ST selaku Asisten Pengolahan PPKS PTPN VII Unit Usaha Bekri
dan pembimbing Praktik Lapangan.
6. Keluarga besar PTPN VII Unit Usaha Bekri; Pak Adi Purnomo, Pak Kus, Pak
Iskandar, Pak Jurahman, Pak Yayan, Pak Arif dan Bu Dewi serta segenap
karyawan PTPN VII Unit Usaha Bekri yang telah membantu selama kegiatan
Praktik Lapangan.
Penulis menyadari laporan ini masih memerlukan saran dan kritik yang
membangun dalam penyempurnaannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian serta pembaca lainnya.

Bogor, Desember 2016

Pratiwi Wulandari
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Tempat dan Waktu Pelaksanaan 2
Metodologi 2
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 4
PROSES PRODUKSI 8
Proses Produksi Crude Palm Oil (CPO) 8
Proses Produksi Palm Kernel Oil (PKO) 22
Pengolahan Limbah 23
PRODUKSI BERSIH PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT 24
Penerapan Produksi Bersih 24
Kendala Penerapan Produksi Bersih 27
PENUTUP 30
Simpulan 30
Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 32

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas lahan perkebunan Unit Usaha Bekri 5


Tabel 2 Produksi lapangan Tandan Buah Segar (TBS) Unit Usaha Bekri 5
Tabel 3 Pekerja berdasarkan golongan dan bagian 6
Tabel 4 Kapasitas Pabrik Unit Usaha Bekri 6
Tabel 5 TBS diolah di PPKS Unit Usaha Bekri 6
Tabel 6 Produksi PPKS Unit Usaha Bekri Tahun 2008 sampai dengan
Juli 2016 7
Tabel 7 Produksi PPIS Unit Usaha Bekri Tahun 2008 sampai dengan
Juli 2016 7
Tabel 8 Limbah hasil pegolahan minyak kelapa sawit di Unit
Usaha Bekri 23
Tabel 9 Standar kematangan buah di PTPN VII Unit Usaha Bekri 37
Tabel 10 Standar mutu pengolahan minyak inti sawit Unit Usaha Bekri 37
Tabel 11 Jumlah limbah cair Unit Usaha Bekri Januari Juni 2016 38
Tabel 12 Limbah tandan kosong hasil pengolahan minyak kelapa sawit
Unit Usaha Bekri Januari Juni 2016 39
Tabel 13 Produksi kompos Unit Usaha Bekri Juli 2016 39
Tabel 14 Limbah abu dust collector Januari Juni 2016 39
Tabel 15 Limbah B3 pengolahan kelapa sawit Unit Usaha Bekri
Januari Maret 2016 40

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Stasiun Penimbangan 8


Gambar 2 Loading Ramp 8
Gambar 3 Sterilizer (Perebusan) 9
Gambar 4 Stasiun Hosting Crane 9
Gambar 5 Auto Feeder (Stasiun Tresher) 10
Gambar 6 Digester 11
Gambar 7 Screew Press 11
Gambar 8 Sand Trap Tank 12
Gambar 9 Vibrating Screen 12
Gambar 10 Crude Oil Tank 13
Gambar 11 Sand Cylone I 13
Gambar 12 Vertical Continuous Settling Tank 14
Gambar 13 Oil Tank 14
Gambar 14 Oil Purifier 14
Gambar 15 Vacuum Dryer 15
Gambar 16 Sludge Tank 15
Gambar 17 Buffer Tank 16
Gambar 18 Sand Cylone II 16
Gambar 19 Sludge Sparator 16
Gambar 20 Self Cleaning Brush Stainer 17
Gambar 21 Reclaimed Oil Tank dan Residu Tank 17
Gambar 22 Stasin Fat pit 18
Gambar 23 Storage Tank 18
Gambar 24 Cake Brake Conveyor 18
Gambar 25 Depericarper 19
Gambar 26 Polishing Drum 19
Gambar 27 Nut Bin 20
Gambar 28 Ripple Mill 20
Gambar 29 LTDS 21
Gambar 30 Clay Bath 21
Gambar 31 Kernel Silo 22
Gambar 32 Kernel Bagging Bin 22
Gambar 33 Diagram Alir Proses Pengolahan CPO 32
Gambar 34 Alur Proses Pengolahan CPO Unit Usaha Bekri 33
Gambar 35 Alur Proses Pengolahan PKO Unit Usaha Bekri 34
Gambar 36 Layout Pabrik Minyak Kelapa Sawit Unit Usaha Bekri 35
Gambar 37 Diagram Material Balance Pengolahan CPO di Unit
Usaha Bekri 36
Gambar 38 Pengoperasian Tekanan pada Sterilizer 37
6 6

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Persaingan dibidang ketenagakerjaan akan semakin meningkat sejak


diberlakukannya pasar bebas di wilayah Asia Tenggara yang disebut dengan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). MEA tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau
jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional. MEA akan membuka peluang tenaga kerja
asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di Indonesia. Dalam rangka
menghadapi MEA, mahasiswa perlu mempersiapkan kemampuan intelektual dan
keterampilan profesinya. Persaingan dibursa ketenagakerjaan membutuhkan sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi-kompetensi yang mencukupi dan kemampuan
beradaptasi, sehingga siap menghadapi dunia kerja secara nyata.
Kegiatan Praktik Lapangan adalah salah satu cara yang dapat dimanfaatkan oleh
mahasiswa untuk dapat melatih keterampilan profesionalnya di lapangan. Sebelum
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar kesarjanaan diharapkan mahasiswa dapat
melatih kemampuannya di masyarakat. Salah satu sistem pada industri yang dapat
dipelajari dalam rangka meningkatkan keterampilan profesional mahasiswa adalah
penerapan produksi bersih. Penerapan produksi bersih disuatu industri seperti industri
pembuatan guladi PT Madu Baru PG Madukismo - Yogyakartadapat menjadi alternatif
program yang dapat mahasiswa pelajari untuk melatih keterampilan profesinya.
Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi
dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan
lingkungan (UNEP 2003). Konsep utama penerapan produksi bersih yaitu upaya
meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi limbah yang dihasilkan. Aplikasi
produksi bersih dalam suatu industri dapat diterapkan pada proses produksi, produk, dan
service. Aplikasi produksi bersih pada proses produksi mencakup peningkatan efisiensi
dan efektifitas dalam pemakaian bahan baku, energi, dan sumber daya lainnya serta
mengganti atau mengurangi penggunaan bahan berbahaya dan beracun, sehingga
mengurangi jumlah dan toksisitas limbah dan emisi yang dikeluarkan. Produksi bersih
memfokuskan pada upaya pengurangan dampak keseluruhan daur hidup produk. Produksi
bersih menitikberatkan pada upaya 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) secara menyeluruh
pada setiap kegiatannya. Keuntungan yang diperoleh oleh suatu industri apabila
menerapkan konsep produksi bersih adalah mengurangi biaya produksi, mengurangi
7 7

limbah yang dihasilkan, meningkatkan produktivitas, mengurangi konsumsi energi,


meminimisasi pembuangan limbah termasuk penangan limbah, dan memperbaiki nilai
produk samping (Indrasti dan Fauzi 2009). Menurut Fauzi dkk(2008), industri sudah
menerapkan prinsip-prinsip produksi bersih, tetapi masih banyak aktivitas produksi bersih
yang perlu diterapkan.

Tujuan
Tujuan pelaksanaan program Praktik Lapangan mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Instruksional
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mahasiswa melalui
latihan kerja dan aplikasi ilmu yang telah diperoleh sesuai dengan bidang
keahliannya.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi,
merumuskan, dan memecahkan permasalahan sesuai dengan bidang keahliannya
di lapangan secara sistematis dan interdisiplin.

2. Tujuan Institusional
Memperkenalkan dan mendekatkan IPB, khususnya Fakultas Teknologi Pertanian IPB
dengan masyarakat, dan mendapatkan masukan bagi penyusunan kurikulum dan
peningkatan kualitas pendidikan yang sesuai dengan kemajuan Iptek dan kebutuhan
masyarakat pengguna. Selain itu juga dimaksudkan agar mempererat hubungan kerjasama
antara Fakultas Teknologi Pertanian IPB dan PT Madu Baru PG Madukismo -
Yogyakarta.

3. Tujuan Khusus
a. Memahami produksi bersih pembuatan guladi PT Madu Baru PG
Madukismo - Yogyakarta.
b. Menganalisis permasalahan dalam produksi bersih pembuatan guladi PT
Madu Baru PG Madukismo - Yogyakartaserta mampu menghasilkan rekomendasi
pemecahan masalah di lapangan berdasarkan ilmu yang dipelajari.
c. Memperoleh pengalaman bekerja dan melatih keterampilan profesional
mahasiswa di lapangan, serta melatih kemampuan beradaptasi dengan lingkungan
kerja di suatu wilayah industri.

METODE PELAKSANAAN
Metode Pelaksanaan Kegiatan
Metode yang digunakan dalam Praktik Lapangan ini adalah sebagai berikut.
1. Observasi
8 8

Observasi dilakukan dengan mengamati dan berpartisispasi aktif secara langsung pada
kegiatan Praktik Lapangan sesuai dengan instruksi pembimbing lapangan.
2. Wawancara dan diskusi
Wawancara dilakukan untuk mengumpulan informasi tambahan dan data serta
mengklarifikasi masalah mengenai produksi bersih yang terjadi di lapangan. Wawancara
dilakukan langsung kepada pihak yang berkepentingan terkait pembuatan guladi PT
Madu Baru PG Madukismo - Yogyakarta.
3. Latihan kerja
Latihan kerja dilakukan untuk memperoleh pengalaman di dunia kerja dan mempelajari
kesesuaian antara teori dengan latihan kerja di lapangan. Hal yang dipelajari secara
khusus yaitu mengenai produksi bersih pada proses pengolahan dan produk.
4. Pengumpulan data dan analisis
Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif untuk memecahkan masalah mengenai
produksi bersih dan untuk membandingkan teori dengan aplikasi pembuatan guladi PT
Madu Baru PG Madukismo - Yogyakarta.
5. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi dan literatur yang berkaitan dengan
kegiatan yang dilakukan, baik berasal dari studi pustaka maupun data dan informasi yang
diperoleh dari pihak terkait.

Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Praktik Lapangan ini bertempat di industri pembuatan guladi PT Madu Baru PG
Madukismo-Yogyakarta yang berlokasikandi Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55181dengan waktu pelaksanaan Praktik Lapangan
minimal selama 35 hari kerja efektif pada tanggal 19 Juni - 31 Agustus 2017.

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Unit Usaha Bekri terletak di desa Sinar Banten kecamatan Bekri, Lampung
Tengah, berjarak kurang lebih 62 Km dari kota Bandar Lampung. Umumnya
merupakan dataran dengan kemiringan rata-rata 5 meter terletak pada ketinggian
48 62 meter diatas permukaan laut dengan iklim B, curah hujan rata-rata 2000
2500 mm, hari hujan 100 150 HH. Jenis tanah latosal aluvial dan padsolik merah
kuning. Batas-batas wilayah Unit Usaha Bekri adalah sebagai berikut.
Utara : Kec. Padang Ratu, Gunung Sugih
Selatan : Kec. Bangun Rejo, Natar
Timur : Kec. Gunung Sugih
Barat : Kec. Padang Ratu, Bangun Rejo
Unit Usaha Bekri berada di tengah-tengah perkampungan umum sehingga
dalam menjalankan operasional manajemen berdampingan dengan aparat desa dan
masyarakat secara langsung. Untuk menjalin dan membina hubungan yang baik
dengan pihak-pihak yang terkait, maka Unit Bekri turut serta dalam kegiatan yang
ada di lingkungan, antara lain kegiatan keagamaan, kegiatan sosial, dan kerjasama
dengan aparat keamanan dan pemerintah daerah.
Lokasi Unit Usaha Bekri yang relatif dekat dengan pusat kota Bandar
Lampung memudahkan aksesibilitas informasi dan mobilitas masyarakat. Sarana
Transportasi yang tersedia tidak hanya dengan kendaraan bermotor tetapi dengan
adanya stasiun kereta api, maka dapat memberikan alternatif bagi masyarakat Bekri.
Demikian juga jaringan listrik, telepon, dan internet dapat diakses dengan baik.
9 9

Sejarah Pendirian Unit Usaha Bekri

Perkebunan Bekri pertama kali dibuka oleh bangsa Belanda dengan nama
Landbow Maatschappy Bekri Gevestigde ke Gravenhage yaitu pada tahun 1916,
yang selanjutnya diberi nama INTERNATIO I. Tahun 1923 perkebunan ini
mendirikan pabrik dengan sistem hand press. Tahun 1942 - 1945, perusahaan ini
dimiliki oleh bangsa Jepang, adapun peralihan perusahaan dari bangsa Belanda
kebangsa Jepang adalah akibat kalah perang bangsa Belanda terhadap bangsa
Jepang. Tahun 1945 1948, perusahaan ini diambil alih oleh bangsa Indonesia
setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus
1945. Tahun 1948 1958, bangsa Belanda kembali ke Indonesia dan langsung
mengambil alih perusahaan dari bangsa Indonesia saat itu dan perusahaan diberi
nama INTERNATIO II. Tahun 1958 - 1961, perusahaan dinasionalisasikan dari
Belanda ke Indonesia dan selanjutnya perusahaan ini menjadi PPN KARET IX,
yang selanjutnya kantor direksi berkedudukan di Tanjung Karang, Lampung. Tahun
1961 - 1964, PPN KARET IX direkstrukturisasi kembali menjadi PPN
SUMATERA II. Tahun 1964 1968, perusahaan ini diadakan penggolongan
menurut jenis tanaman yang dikelola atau dibudidayakan dengan sebutan PPN
ANEKA TANAMAN III (Antan III) sedangkan kantor direksinya berkedudukan di
Medan Sumatera Utara. Tahun 1968 - 1980, perusahaan ini diadakan kembali
penggabungan berdasarkan wilayah, dan perkebunan ini diganti nama PNP kantor
direksinya berkedudukan di Tanjung Karang. Tanggal 01 Juni 1980 PNP X
10 10

mendapat perubahan menjadi PT Perkebunan X (Persero) dan kantor direksinya


berkedudukan di jalan Teuku Umar Tromol Pos No: 74 Tanjung Karang, Bandar
Lampung hingga saat ini. Tahun 1994 tepatnya tanggal 29 Juni diadakan
resturkturisasi BUMN, maka PTP X dan PTP XXXI Gula dijadikan satu PT
Perkebunan. Tepat pada peringatan hari Super Semar tanggal 11 Maret 1996, PT
Perkebunan X-XXXI dan XXIII (Persero) digabung menjadi PT Perkebunan
Nusantara VII (Persero).

Produk Unit Usaha Bekri

Budidaya yang dikembangkan di Unit Usaha Bekri adalah Kelapa Sawit.


Dengan Produk yang dihasilkan antara lain Crude Palm Oil (CPO), Palm Kernel
Oil (PKO), dan bungkil inti sawit. Adapun luas lahan perkebunan Unit Usaha Bekri
yaitu sebagai berikut.

Tabel 1 Luas lahan perkebunan Unit Usaha Bekri


No. Lokasi Luas (Ha) Total
TM Lain-lain TBM
1 Afdeling II 1.199 23 - 1,222
2 Afdeling III 960 20 - 983
3 Afdeling IV 1.092 3 - 1,095
4 Afdeling Tebu 526 863 - -
5 Penghijauan - 2 - 2
6 Emplasmen - 25 - 25
7 Dam, Rawa & Jalan - 138 - 138
Jumlah 3.251 1.074 - 4,325

Tabel 2 Produksi lapangan Tandan Buah Segar (TBS) Unit Usaha Bekri
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Luas 3.695 4.259 3.974 3.974 3.571 3.371 3.652 3.251 3.251
Produksi 60.140 71.369 64.937 91.084 50.109 61.146 61.396 61.146 6.501
TBS
(Ton)

Sumber Daya Manusia (SDM)

Sampai dengan Juli 2016, Unit Usaha Bekri membawahi 619 orang pekerja,
dengan komposisi pada Tabel 3. Proses pengolahan dibagi menjadi 2 shift, pada
kondisi normal shift I masuk pukul 07.00 s/d 15.00 WIB dan shift II masuk pada
pukul 15.00 s/d 23.00 WIB, pada kondisi panen puncak shift I masuk pukul 07.00
s/d 19.00 WIB dan shift II masuk pukul 19.00 s/d 07.00 WIB.
11 11

Tabel 3 Pekerja berdasarkan golongan dan bagian


Pekerja IIIA - 1VD 1A - IID MBT Pekerja Jumlah
Tidak Tetap
Kantor Central 4 26 1 24 55
Tanaman 6 198 6 117 328
Teknik 2 28 1 27 58
Pengolahan 4 84 11 79 178
Jumlah 17 336 19 247 619

Kapasitas Pabrik

Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS) kapasitas 40 Ton TBS per jam,
sedangkan Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPIS) kapasitas 50 Ton inti sawit per hari.
Bahan baku inti sawit diperoleh dari PPKS Bekri dan PPKS Resa. Pada Unit Usaha
Bekri terdapat juga pabrik kompos dengan kapasitas terpasang 8 Ton per jam.

Tabel 4 Kapasitas pabrik Unit Usaha Bekri

Pabrik Tahun Kapasitas


PPKS Phase I 1978 20 Ton/Jam
PPKS Phase II 1981 20 Ton/Jam
PPIS 1987 50 Ton/Hari
Pabrik Kompos 2009 8 Ton/Jam

Sumber Bahan Baku

Bahan baku olah yang digunakan di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS)
maupun Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPIS) berasal dari kebun milik Unit Usaha
Bekri dan sumber lainnya yaitu kebun seinduk, kemitraan dengan masyarakat, dan
KSO (Kerja Sama Olah) dengan masyarakat.

Tabel 5 TBS diolah di PPKS Unit Usaha Bekri dalam Ton


TBS 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kebun 71.368 46.682 90.463 60.105 42.796 61.396 61.396 6.501
Sendiri
Kebun 21.404 6.986 18.488 30.626 16.421 129.997 134.552 16.655
Seinduk
Pembeli 9.609 56.710 49.085 37.067 22.396 18.860 60.075 2.826
an
KSO 45.761 17.856 3.156 - - - - -
Jumlah 148.142 128.234 161.191 127.798 81.613 210.233 255.773 25.981

Kinerja Produksi Unit Usaha Bekri

Jumlah TBS yang diolah per tahun di Unit Usaha Bekri berfluktuatif
berbanding lurus dengan produktifitas panen di kebun. Rendemen CPO yang
12 12

dihasilkan juga berfluktiatif dengan rentang nilai 19,65 22,54 %. Rendemen


kernel berfluktuatif dengan rentang nilai 4,02-4,55 %.

Tabel 6 Produksi PPKS Unit Usaha Bekri tahun 2008 sampai dengan Juli 2016
Tahun TBS Diolah Produksi Rendemen (%)
(Ton) CPO (Ton) Kernel (Ton) CPO Kernel
2008 130.918 28.086 5.453 21,45 4,17
2009 148.142 31.685 6.742 21,39 4,55
2010 128.234 27.043 5.525 21,09 4,31
2011 161.191 35.169 6.480 21,82 4,02
2012 127.798 27.172 56.94 21,26 4,46
2013 81.612 18.392 3.503 22,54 4,29
2014 120.233 44.801 8.863 19,65 4,21

Tabel 7 Produksi PPIS Unit Usaha Bekri tahun 2008 sampai dengan Juli 2016
Tahun Inti Diolah Produksi (ton) Rendemen (%)
(ton) MIS BIS MIS BIS
2008 7.628 3.037 4.143 39,81 54,31
2009 12.757 4.904 7.121 38,44 55,82
2010 10.729 4.130 5.925 38,49 55,22
2011 11.963 4.776 6.500 39,92 54,33
2012 10.685 3.969 5.995 37,15 56,10
2013 9.959 3.694 5.169 37,09 51,90
2014 13.458 4.758 6.645 35,35 49,37
2015 13.748 4.415 8.456 32,11 61,50
2016 1.109 366 697 33,02 62,78
*MIS : minyak inti sawit
BIS : bungkil inti sawit
13 13

PROSES PRODUKSI

Proses Produksi Crude Palm Oil (CPO)

Proses pengolahan buah kelapa sawit untuk menghasilkan CPO di PT


Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Bekri adalah sebagai berikut.

a. Penimbangan
Timbangan yang dipakai oleh PTPN VII (Persero) Unit Usaha Bekri adalah
jembatan timbang digital yang dilengkapi dengan alat weight bridge indicator.
Fungsi timbangan yaitu untuk mengetahui berat TBS (Tandan Buah Segar)
yang masuk, bungkil inti sawit, tandan kosong hasil tresher, tandan kosong
hasil pencacahan sebagai bahan baku kompos, dan mengetahui berat hasil
produksi CPO dan PKO. Prinsip penimbangan TBS yaitu menghitung netto,
netto adalah hasil pengurangan brutto dengan tarra. Brutto yaitu berat masuk
kendaraan yang menggangkut TBS, sedangkan tarra yaitu berat keluar
kendaraan kosong setelah membongkar muatan TBS.

Gambar 1 Stasiun penimbangan

b. Stasiun Loading Ramp


Loading ramp merupakan tempat penimbunan sementara dan pemindahan
TBS ke dalam lori rebusan. TBS yang masuk ke loading ramp dilakukan sortasi
sebelum proses pengolah lebih lanjut. Sortasi dilakukan terhadap seluruh TBS
agar TBS yang diolah memenuhi Standar Kematangan Buah (Tabel 10). Fungsi
loading ramp antara lain yaitu menampung sementara TBS dari kebun,
mengatur TBS sebelum diolah secara FIFO (First In First Out), memudahkan
memasukkan TBS ke dalam lori, mengurangi kotoran yang ikut pada TBS
karena terdapat kisi-kisi pada alas loading ramp. Loading ramp pada Unit
Usaha Bekri berjumlah 2 unit, dengan jumlah pintu sebanyak 16 pintu/unit.

Gambar 2 Loading ramp


14 14

c. Stasiun Sterilizer (Perebusan)


Proses selanjutnya yaitu memasukkan TBS yang telah berada dalam loading
ramp ke dalam lori. Kapasitas lori yaitu sebesar 2,5 ton/unit. Lori yang berisi
TBS dimasukkan dalam sterilizer dengan menggunakan alat penarik lori yang
disebut capstand dan dengan bantuan loader untuk membantu menarik lori dan
menangani apabila lori keluar dari rail track.
Setelah TBS masuk dalam lori, maka proses selanjutnya yaitu perebusan
atau sterilisasi. Proses sterilisasi yaitu proses perebusan dalam bejana
(sterilizer) menggunakan tekanan, waktu, dan suhu tertentu. Stasiun sterilizer
pada Unit Usaha Bekri memiliki 4 ketel, masing-masing ketel dapat
menampung 12 lori/perebusan dengan kapasitas sebesar 30 ton/ketel atau 120
ton/4ketel/perebusan. Perebusan menggunakan sistem triple peak selama 95-
105 menit, dengan tekanan steam maksimum 2,8 3,0 kg/cm, dan suhu
maksimum 140 160C.
Fungsi perebusan antara lain yaitu, menghentikan aktifitas enzim lipase
yang merupakan katalisator pembentukan Asam Lemak Bebas (ALB);
memudahkan penglepasan buah dari TBS saat proses tresher; melunakan
daging buah sehingga memudahkan proses pengepresan mesocarp; dan
memudahkan pemisahan inti dari cangkang.

Gambar 3 Sterilizer (perebusan)

d. Stasiun Hosting Crane


Setelah pros perebusan selesai, maka lori dikeluarkan dari ketel dan segera
dikirim stasiun tresher. Untuk menaikkan lori dari rail track ke hopper dan auto
feeder di stasiun tresher menggunakan alat hosting crane, kapasitas maksimum
hosting crane sebesar 30 ton/jam. Waktu yang dibutuhkan hosting crane untuk
memindahkan 1 lori yaitu maksimal 3 menit dengan kapasitas rata-rata sebesar
3,7 ton (2,5 ton berat TBS dan 1,2 ton berat lori).

Gambar 4 Stasiun hosting crane


15 15

e. Stasiun Tresher (Penebahan)


Proses penebahan merupan kelanjutan setelah proses perebusan. Terdapat
tiga proses utama di stasiun ini yaitu pengisian dan pengumpanan TBS yang
telah direbus kedalam hopper, pemisahan buah dari tandan, dan penanganan
buah dan tandan kosong yang telah dipisah. Fungsi stasiun tresher antara lain
yaitu proses pelepasan buah dalam striper drum dan menjaga kontinuitas umpan
dalam digester/press
Hopper berfungsi menampung buah rebus sebelum masuk ke tresher, dan
auto feeder berfungsi mangatur masuknya buah kedalam tresher dengan
kapasitas 25-30 ton buah/jam. Buah di dalam stiper drum diputar dengan
kecepatan 23-24 rpm untuk melepaskan buah dari tandan.
Output yang dihasilkan dari tresher yaitu berondolan Material Passing to
Digester (MPD) dan tandan kosong. MPD yang telah terlepas melalui kisi-kisi
tresher akan masuk ke fruit conveyor, lalu didistribusikan keproses selanjutnya
dengan fruit elevator menuju stasiun press. MPD terdiri dari 50-62% daging
buah, 26% biji, maks 5% partenocar abnormal, maks 7,5% partenocar normal,
maks 6% sampah atau kelopak buah. Tandan kosong didistribusikan melalui
Horizontal Empty Bunch Conveyor (HEBC) ke unit proses selanjutnya. Tandan
kosong akan diproses dengan dua perlakuan, ada yang langsung diangkut untuk
dijadikan pupuk di lahan perkebunan kelapa sawit dan ada yang digiling untuk
dijadikan kompos dan diambil minyak yang masih tersisa dalam tandan kosong.
Apabila pada tandan kosong hasil penebahan masih terdapat buah maka tandan
akan dimasukkan dalam kate kopen kemudian tandan akan masuk kembali ke
tresher. Jumlah buah maksimal yang tersisa dalam tandan kosong hasil thresing
yaitu maksimal 6 buah.

Gambar 5 Auto feeder (stasiun tresher)

f. Stasiun Press
Digester (Pelumatan)
Digester merupakan tabung silinder yang didalamnya terdapat pisau
pengaduk berbentuk spiral. Pisau tersebut berfungsi untuk melumatkan
mesocarp buah namun tidak menghancurkan nuts dan memisahkan mesocarp
dengan nuts. Proses pelumatan membutuhkan waktu selama 30 menit dengan
kecepatan pengadukan 23 rpm, suhu 95-100C dan penginjeksian steam dengan
tekanan 1,5 kg/cm. Digester memiliki kapasitas sebesar 17 ton/jam.
Fungsi digester antara lain yaitu melumatkan daging buah agar proses press
lebih efisien; melepaskan mesocarp dari nuts; mengalirkan sebagian minyak
yang keluar pada proses pelumatan untuk mengurangi volume pengepresan; dan
menghindari terjadinya emulsi.
16 16

Gambar 6 Digester
Screw press
Buah yang telah mengalami proses pelumatan pada digester akan masuk ke
screw press yang berada ada bagian bawah digester. Tujuan pengepressan yaitu
untuk mendapatkan minyak sebanyak mungkin tanpa menghancurkan nuts.
Jumlah minyak yang tertinggal pada serabut maks 8% dan jumlah biji pecah
maksimal 10%. Screw press merupakan alat pengepresan yang terdiri dari dua
buah silinder press dan sebuah selubung baja atau press cage yang didalamnya
terdapat screw dan sliding cone yang memiliki dinding berlubang-lubang
diseluruh permukaannnya. Mekanisme pemisahan minyak terjadi akibat
putaran screw yang mendesak bahan, dan dari arah berlawanan tertahan oleh
sliding cone. Minyak dari bahan akan keluar dari melalui lubang-lubang pada
press cage, sedangkan ampasnya akan keluar melalui celah press cage dan
sliding cone. Tekanan press diatur oleh dua buah cone yang berada pada ujung
pengempa yang dapat digerakan maju mundur secara hidrolik. Tekanan hidrolik
cone yaitu 38-40 kg/cm dan menggunakan penambahan steam dengan suhu 90-
95C yang berfungsi mengoptimalkan minyak yang dihasilkan saat preesing
dan menjaga agar lubang pada prees cage tidak tersumbat. Kapasitas press yaitu
15-18 ton/jam. Pengepresssan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50%
minyak, 42% air, dan 8% kotoran.

Gambar 7 Screew press

g. Stasiun Pemurnian (Clarification)


Minyak hasil pressing masih mengandung kotoran dan air sehingga
dibutuhkan proses pemurnian untuk mendapatkan minyak yang sesuai dengan
standar mutu yang ditetapkan. Stasiun clarification merupakan serangkaian
proses yang bertujuan menghilangkan komponen pengotor dalam minyak
seperti sludge, air, dan padatan terlarut menggunakan serangkaian peralatan dan
mesin.
17 17

Sand Trap Tank


Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengepresan distasiun press
dialirkan ke sand trap tank untuk memisahkan pasir dan crude oil. Sand trap
tank adalah bejana berbentuk persegi atau silinder yang bagian bawah
berbentuk kerucut dan pada bagian tengah dilengkapi dengan sekat untuk
mencegah turbulensi aliran, serta dilengkapi pipa pemanas pada bagian bawah.
Prinsip kerja sand trap tank yaitu pengendapan berdasarkan perbedaan berat
jenis dengan memanfaatkan gaya grafitasi. Cairan yang dipompa ke sand trap
tank akan berputar, sehingga timbul gaya sentrifugasi yang menyebabkan pasir
turun dan cairan akan naik dan keluar melalui pipa. Endapan air dan kotoran
akan dikeluarkan (blow down) setiap 4 jam. Endapan tersebut akan dialirkan ke
ex-clarification menuju stasiun fat pit.

Gambar 8 Sand trap tank


Vibrating Screen atau Rotary Screen
Rotary screen adalah penampang berpori benbentuk lingkaran yang
tersusun bertingkat. Rotary screen terdiri dari dua saringan yang berukuran 20
mesh pada bagian atas dan 40 mesh pada bagian bawah. Alat ini berfungsi
memisahkan kotoran berupa serabut-serabut halus (ampas) yang terbawa pada
saat pressing. Pemisahan kotoran disebabkan karena adanya getaran pada
saringan. Getaran saringan tersebut berbentuk kurva yang mengarah pada
pinggir saringan. Kapasitas rata-rata rotary screen yaitu 30-35 ton TBS/jam.
Dalam proses penyaringan, saringan getar disiram dengan air panas sehingga
kotoran akan jatuh ke bottom cross conveyor untuk dikembalikan ke digester
dan crude oil akan dipompa ke crude oil tank menggunakan crude oil pump.

Gambar 9 Vibrating screen


Crude Oil Tank
Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank dipanaskan hingga mencapai
temperatur 90-95C dengan menggunakan pipa air panas, agar terjadi
perbedaan berat jenis antara minyak, air, dan sludge yang membantu dalam
proses pengendapan. Penambahan air tidak boleh melebihi 18-20%.
18 18

Gambar 10 Crude Oil Tank


Sand Cylone I
Minyak dari crude oil tank selanjutnya dialirkan melalui sand cylone yang
berfungsi sebagai alat penyaring, pemisah dan penangkap pasir dan padatan
lainnya yang terdapat pada sludge. Sand cylone adalah alat berbentuk silinder
yang bagian bawahnya berbentuk konus, dibawah konus terdapat tabung
pengendap pasir. Kotoran yang mempunyai masa jenis lebih besar akan turun
ke bawah menuju saluran ex-clarification, sedangkan minyak akan ke atas
menuju preheater yang akan dipanaskan terlebih dulu sebelum dikirim ke
tangki pengendap atau Continuous Settling Tank (CST). Prinsip kerja sand
cylone yaitu dengan gaya sentrifugal untuk memisahkan pasir-pasir halus yang
terikut dalam minyak.

Gambar 11 Sand Cylone I


Countinuous Settling Tank (CST)
CST berfungsi memisahkan minyak dari sludge dan air melalui proses
pengendapan berdasarkan perbedaan berat jenis. Sludge berupa pasir dan Non
Oil Solid (NOS) akan berada di bawah karena berat jenisnya lebih besar dari
minyak, dan minyak akan berada di atas. CST dilengkapi dengan sistem
pemanas (steam injection dan steam coil) untuk menjaga suhu crude oil 90-
95C agar viskositas rendah dan skimmer untuk mengutip minyak pada
permukaan CST. Selama proses pengendaan di CST diusahakan volume crude
oil dalam keadaan penuh dan alirannya konstan agar proses pengendapan
sempurna. Minyak akan dialirkan ke oil tank dan sludge akan ditampung di
sludge tank. CST di Unit Usaha Bekri berbentuk vertikal berupa tangki
berbentuk silinder vertikal dilengkapi dengan stirrer untuk membantu proses
pemisahan minyak.
19 19

Gambar 12 Vertical continuous settling tank


Oil Tank
Oil tank berfungsi sebagai tempat penampungan minyak dari CST untuk
proses selanjutnya dan berfungsi menurunkan kadar air. Minyak yang
ditampung dalam oil tank tetap dipanaskan dengan steam untuk menjaga suhu
90-95C untuk menghindari terjadinya turbulensi agar kotoran yang masih
terdapat dalam minyak dapat mengedap.

Gambar 13 Oil tank


Oil Purifier
Oil Purifier berfungsi mengurangi kadar kotoran dan air dalam minyak
dangan cara sentrifugasi. Dengan adanya gaya sentrifugal ini maka minyak
yang mempunyai berat jenis lebih kecil bergerak ke atas poros lalu terdorong
keluar. Kotoran dan air yang memiliki berat jenis besar dari minyak akan
terdorong ke dinding bowl, sehingga air keluar dan padatan melekat pada
dinding yang dikeluarkan melalui pencucian. Suhu minyak di oil purifier dijaga
pada 90-95C untuk mengurangi kadar air dalam minyak. Kadar air ada minyak
yang keluar dari oil purifier berkisar 0,3-0,4% dan kadar kotoran berkisar 0,01-
0,013%.

Gambar 14 Oil purifier


Vacuum Dryer
Vacuum driyer berfungsi memisahkan minyak dengan air dengan cara
penguapan hampa dengan tekanan dibawah tekanan ambien. Kadar air dalam
20 20

minyak hasil proses vacuum driyer maksimum 0,1%. Minyak dimasukkan


melalui nozzle dan akan memercik melalui plat sehingga air yang ada pada
minyak akan menguap. Vacuum driyer dilengkapi dengan vacuum pump yang
berfungsi menurunkan tekanan dalam vacuum dyer hingga 50-70 cmHg.
Minyak hasil proses vacuum dyer akan dikirimkan ke tangki timbun dengan
dengan transfer pump.

Gambar 15 Vacuum dryer


Sludge Tank
Sludge tank berfungsi menampung sludge yang dialirkan dari CST dan
memisahkan minyak dari kotoran dengan pemanasan. Suhu di dalam sludge
tank dipertahankan 90-95C dengan mengalirkan uap panas. Alat ini berbentuk
silender yang bagian bawahnya berbentuk kerucut yang berfungsi untuk
menangkap kotoran dan air. Blowdown dilakukan setiap dua jam berupa
mengalirkan minyak ke sludge sparator. Sebelum ke sludge sparator minyak
akan dialirkan melallui self cleaning brush strainer untuk menyaring kotoran.
Kadar minyak dalam sludge tank maksimal 10%.

Gambar 16 Sludge tank


Buffer Tank
Buffer tank adalah tanki penampungan sludge yang berada dengan
ketinggian 8-10 meter dari permukaan tanah sehingga massa sludge yang
dialirakan secara grafitasi ke alat pengolahan sludge konstan dan stabil.
16 21

Gambar 17 Buffer tank


Sand Cylone II
Sludge dari buffer tank sebelum masuk ke sludge sparator dialirkan terlebih
dahulu ke sand cylone. Minyak dengan pasir dan air akan dipisahkan
berdasarkan gaya sentrifugal. Alat ini berfungsi sebagai penyaring, pemisah,
penangkap pasir dan padatan lainnya yang terdapat pada sludge, dilengkai
dengan selenoid valve sehingga dapat diatur waktu untuk membuka kran
(blowdown).

Gambar 18 Sand cylone II


Sludge Sparator
Sludge sparator adalah alat pengolahan sludge berupa silinder berputar
dengan kecepatan 1500 rpm dan memanfaatkan gaya sentrifugal sehingga
sludge terpisah menjadi light phase dan heavy phase. Light phase adalah hasil
atas pemisahan sludge yang mempunyai kandungan minyak paling tinggi dan
kandungan air dan NOS (Non Oil Solid) sedikit, heavy phase adalah hasil bawah
pemisahan sludge yang mempunyai kandungan air dan NOS paling tinggi dan
kandungan minyak sedikit.

Gambar 19 Sludge sparator


Self Cleaning Brush Stainer
Self cleaning brush stainer adalah alat berupa silinder yang dilengkapi
dengan sikat halus untuk menangkap partikel halus dan pasir. Alat ini terdiri
dari tabung silinder berlubang dengan sikat yang berputar bersama poros
16 22

ditengah silinder yang berguna untuk membersihkan kotoran halus, sehingga


cairan yang telah tersaring keluardari bagian bawah. Cairan ini selanjutkan akan
di alirkan ke sand cylone I.

Gambar 20 Self cleaning brush stainer


Reclaimed Oil Tank dan Residu Tank
Pasir dan sludge yang berasal dari sludge sparator dialirkan menuju fat pit,
sedangkan cairan minyak menuju reclaimed oil tank. Minyak dari reclaimed oil
tank selanjutnya dipompakan menuju oil tank untuk diproses lagi di oil purifier,
sehingga didapat kembali minyak yang akan dialirkan ke storage tank. Residu
tank berfungsi menampung endapan dan sisa-sisa pengurasan (residu) dari CST,
oil tank, sludge sparator, dan menampungan minyak hasil pengutipan dari fat
pit. Minyak yang berasal dari residu tank kemudian dipompakan ke reclaimed
oil tank, untuk pengenceran ditambahkan air panas dan injeksi uap. Minyak
yang mengapung dikutip dengan skimmer dan endapan dialirkan ke fat pit.

Gambar 21 Reclaimed oil tank dan residu tank

h. Stasiun Fat pit


Fat pit berupa bak-bak penampung yang berfungsi mengutip sisa-sisa
minyak dari pengolahan di pabrik CPO. Sludge, air, dan NOS (Non Oil Solid)
dari crude oil tank, sludge tank, sludge sparator, oil purifier, air kondensat, dan
lain-lain yang dialirkan ke ex-clarification lalu masuk ke bak pasir, kemudian
masuk kebak-bak penampungan selanjutnya. Terdapat tiga bak penampung
pada fat pit yang diposisikan berdasarkan perbedaan ketinggian. Fungsi
pengutipan minyak pada fat pit yaitu untuk mengurangi kehilangan minyak.
Untuk pengenceran dan pemanasan minyak digunakan uap air dari kondensat.
Minyak yang mengapung dikutip lalu dipompakan ke residu tank, sedangkan
cairan non minyak dialirkan ke kolam-kolam pendingin.
18 18

Gambar 22 Stasiun fat pit


i. Storage Tank
Minyak dari vacuum dyer dipompakan ke storage tank melalui oil flow
meter. Oil flow meter berfungsi memonitor jumlah minyak dalam satuan liter
yang dipompakan. Storage tank adalah suatu bejana berbentuk silinder tegak,
terbuat dari pelat baja dengan ukuran bervariasi. Storage tank berfungsi untuk
menyimpan minyak kelapa sawit CPO dan PKO yang siap dijual. Storage tank
dilengkapi dengan pipa-pipa pemanas untuk menjaga viskositas dan
mengurangi terjadinya oksidasi pada minyak yang dapat menaikkan ALB.

Gambar 23 Storage tank

j. Stasiun Pengolahan Biji


Cake Breaking Conveyor (CBC)
Ampas dan biji dari proses pressing masih berbentuk gumplan-gumpalan,
sehingga perlu pemisahan dengan CBC. CBC adalah conveyor yang dilengkapi
dengan padle-padle dan mantel pemanas yang berfungsi untuk menggemburkan
dan mengurangi kadar air serabut press, sehingga pemisahan biji dengan lebih
mudah dan lebih efisien. CBC membawa serabut dan biji ke depericarper.

Gambar 24 Cake breaking conveyor


19 19

Depericarper
Depericarper adalah separating column yang berfungsi untuk memisahkan
serabut dan biji berdasarkan berat jenisnya dengan metoda hisapan udara. Alat
ini dilengkapi dengan polishing drum dan blower fiber transport fan yang
digerakkan dengan electromotor dan dilengkapi dengan air lock. Serabut dan
biji dari CBC masuk ke separating column yang hampa udara, disini terjadi
proses pemisahan biji dan serabut. Serabut terhisap kedalam fibre cylone yang
disebabkan hisapan blower fiber cylone fan dan ditampung pada suatu hopper
kemudian melalui air lock fiber cylone dimasukkan ke boiler sebagai bahan
bakar. Biji akan jatuh kebawah masuk dalam polishing drum, serabut yang
masih menempel pada biji akan dibersihkan oleh adanya kisi pada dinding
polishing drum.

Gambar 25 Depericarper
Polishing Drum
Polishing drum adalah alat untuk menghilangkan bagian luar biji yang
berupa silinder mendatar dengan kecepatan 50 rpm. Fungsi alat ini yaitu
memisahkan biji dari sisa-sisa serabut yang terikut pada biji agar tidak
meyulitkan pada proses pemecahan cangkang di ripple mill, memisahkan biji
yang berukuran normal dengan biji yang tidak berukuran normal dn kotoran.
Serabut yang terpisah di polishing drum akan terhisap kembali ke fiber cylone.

Gambar 26 Polishing drum


Nut Bin
Biji yang telah bersih dari polishing drum akan didistribusikan ke nut bin
melalui nut distributing conveyor. Nut bin adalah penampungan biji sebelum
dimasukkan ke ripple mill melalui conveyor dan elevator.
20 20

Gambar 27 Nut bin


Ripple Mill
Ripple mill adalah alat untuk memecah biji yang terdiri dari dua bagian yaitu
rotating rotor dan statinary plate. Prinsip pemecahan biji dengan ripple mill
yaitu penggilasan biji di dalam stationary plate yang bergerigi dengan rotating
rotor. Hasil penggilasan biji menghasilkan init utuh, inti pecah, nut pecah dan
cangkang yang disebut cracked mixture. Cracked mixture dari ripple mill
didistribusikan ke Light Tenera Dust Separator (LTDS) dengan Cracked
mixture conveyor.

Gambar 28 Ripple mill


Light Tenera Dust Separator (LTDS)
LTDS adalah kolom pemisah (separating column) yang berfungsi
memisahkan cangkang, serabut dan benda lainnya dari inti kernel pada craked
mixture. Pemisahan inti dan cangkang meliputi proses pengolahan kering pada
LTDS dan pengolahan basah pada clay bath. LTDS dilengkapi dengan blower
dan air lock system. Inti dan cangkang akan terpisah karena adanya perbedaan
kecepatan apung antara inti, serabut, dan cangkang. Inti dengan berat jenis lebih
besar akan turun kebawah menuju kernel silo melalui conveyor, sebagian
cangkang dan inti yang masih tercampur dan berada dibagian tengah LTDS
akan keluar melalui pipa menuju ke clay bath untuk dilakukan pemisahan
kembali. Cangkang dan serabut yang berat jenisnya lebih ringan akan dihisap
oleh blower dan air lock system masuk ke shell cylone menuju boiler sebagai
bahan bakar.
21 21

Gambar 29 LTDS
Claybath
Inti yang masih bercampur dengan cangkang yang belum terpisah di LTDS
akan masuk ke claybath dengan proses pemisahan basah. Claybath adalah alat
untuk memisahkan inti dengan menggunakan CaCO3 dan air sebagai media
pemisahan dengan perbedaan berat jenis. Prinsip kerja claybath adalah dengan
meningatkan berat jenis cairan dengan CaCO3 sehingga inti dan cangkang akan
terpisah. Inti akan terapung dan dialirkan ke tempat pencucian melalui conveyor
lalu melalui elevator dimasukkan ke kernel silo untuk dilakukan pengeringan.
Cangkang dibagian bawah claybath akan megendap kemudian akan dihisap
oleh blower dan ditampung di tempat penamungan cangkang.

Gambar 30 Clay bath


Kernel Silo
Inti yang hasil proses dari LTDS dan claybath didistribusikan ke kernel silo
untuk mengurangi kadar air inti, kernel silo dilengkapi dengan heater dan
blower serta shaking grate. Heater berupa koil pemanas dengan steam untuk
mengurangi kadar air inti, blower digunakan untuk menghembuskan udara dari
heater ke kernel silo, dan shaking grate adalah alat untuk mengatur distribusi
inti sawit matang keluar dari kernel silo secara FIFO (First In First Out). Inti
yang sudah masuk ke kernel silo akan dihembuskan udara panas pada bagian
atas bersuhu 70 C, bagian tengah 60 C, dan bagian bawah 50 C. Waktu yang
dibutuhkan untuk mengringkan inti sekitar 10-12 jam. Kadar air inti yang keluar
dari kernel silo berkisar 7%, jika melebihi 7% maka inti akan berjamur dan
mempercepat kenaikan ALB, sedangkan jika kurang dari 7% mengakibatkan
minyak keluar dari inti. Kernel yang sudah kering keluar melalui shaking grate
ke bottom kernel conveyor, lalu masuk ke blower dry kernel transport untuk
didistribusikan ke kernel bagging bin.
22 22

Gambar 31 Kernel silo


Kernel Bagging Bin
Kernel bangging bin adalah tempat penampungan sementara inti sawit
sebelum didistribusikan ke Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPIS).

Gambar 32 Kernel bagging bin

Proses Produksi Palm Kernel Oil (PKO)

Inti sawit dari kernel bangging bin yang telah siap diolah didistribusikan
menggunakan truk ke Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPKS). Inti sawit akan
ditimbun lagi di PPKS sampai jumlahnya mencukupi untuk proses produksi,.
Setelah jumlah inti mencukupi kapasitas untuk diproduksi, tahap awal yaitu
memasukkan inti sawit ke kernel conveyor. Kernel konveyor sebagai alat
mentransfer bahan baku inti sawit yang masuk ke kernel elevator. Kernel elevator
berfungsi untuk menaikkan bahan baku inti sawit ke top conveyor hopper inti.
Kernel top conveyor berfungsi untuk memasukkan inti ke Hopper penampungan.
Hopper inti berfungsi sebagai penampung inti bahan baku sementara belum diolah
dan sebagai alat taksasi produksi awal. Kemudian inti masuk ke Hopper press inti
yang berfungsi sebagai penampung inti bahan baku sementara sebelum dipress
(kempa). Press inti berfungsi mengempa inti sehingga didapat crude oil dan bungkil
inti. Bungkil hasil dari press inti ditampung di hopper press bungkil kemudian
dipress kembali di press bungkil. Pengepresan bungkil inti sawit dilakukan dua
tahap agar didapat rendemen PKO yang maksimal. Setelah didapat minyak hasil
press kemudian minyak dialirkan ke mesin filtrasi untuk menghilangkan kotoran-
kotoran bukan minyak agar minyak yang dihasilkan lebih bersih. Setelah didapat
PKO yang murni dan bersih selanjutnya dialirkan ke oil tank untuk menampung
minyak sementara sebelum dikirim ke stroge tank atau tangki penimbunan.
23 23

Pengolahan Limbah

Limbah yang dihasilkan industri pengolahan kelapa sawit di Unit Usaha


Bekri meliputi limbah cair, limbah padat, udara, dan B3. Limbah yang dihasilkan
disajikan pada tabel berikut.

Tabel 8 Limbah hasil pengolahan minyak kelapa sawit di Unit Usaha Bekri
Jenis Limbah Alternatif Pengelolaan
Limbah
Limbah Sludge feed dari cooling pond Bahan tambahan pada proses
cair komposting
Limbah cair dari kolam Land aplikasi
anaerob 4
Limbah Tandan kosong -langsung diaplikasikan sebagai
padat pupuk tanaman
-diolah menjadi kompos
Sludge endapan pada land Pupuk
aplikasi
Serabut press Bahan bakar boiler
Cangkang Bahan bakar boiler
Bungkil hasil press Dijual
pengolahan PKO
Udara Kebisingan -
Gas boiler Menggunakan dust collector untuk
selanjutnya diendapkan
B3 Oli, accu, filter oli, kain Disimpan sementara
majun, limbah medis,
kemasan terkontaminasi B3,
dan catrigde bekas pakai

Limbah yang dihasilkan oleh pengolahan kelapa sawit diproses di kolam


anaerob dan dipompakan ke areal tanaman kelapa sawit sebagai pupuk cair.
Aplikasi areal pupuk di Afdeling II, pada blok 741, 742, 781, 782, 783, dan 784
seluas 66,42 Ha. Limbah tersebut ditampung di dalam parit/rorak yang berukuran
panjang 10 m per parit, lebar 80 cm, kedalam 70 cm, dan volume 5,6 m3/parit.
Limbah padat dibedakan menjadi tandan kosong, sludge, cangkang dan
serabut. Tandan kosong dimanfaatkan sebagai bahan pupuk untuk tanaman
menghasilkan dengan cara tandan kosong disusun disetiap gawangan. Tandan
kosong juga dapat dijadikan pupuk untuk Tanaman Ulang (TU) dengan cara
dimasukan pada lubang tanaman ulang. Kompos berbahan baku tandan kosong
diproses di pabrik kompos dan diaplikasikan dengan cara menaburkan di gawangan
atau areal bajakan kurang lebih 100kg/pohon. Sludge endapan limbah cair land
aplication secara periodik diambil dan diaplikasikan dengan cara menaburkan ke
bokoran kurang lebih 50 kg/pohon. Pemanfaatan abu dust collector untuk
pencegahan dan menonaktifkan serangan garnodherma sehingga tanaman-tanaman
yang diserang kembali pulih dan dapat berproduksi secara normal setelah dua tahun
pelaksanaan.
24 24

PRODUKSI BERSIH PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT

Penerapan Produksi Bersih

Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang


bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada
proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi resiko terhadap
manusia dan lingkungan (UNEP 2003). Konsep utama penerapan produksi bersih
yaitu upaya meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi limbah yang
dihasilkan. Aplikasi produksi bersih dalam suatu industri dapat diterapkan pada
proses produksi, produk, dan service. Aplikasi produksi bersih pada proses produksi
mencakup peningkatan efisiensi dan efektifitas dalam pemakaian bahan baku,
energi, dan sumber daya lainnya serta mengganti atau mengurangi penggunaan
bahan berbahaya dan beracun, sehingga mengurangi jumlah dan toksisitas limbah
dan emisi yang dikeluarkan. Produksi bersih memfokuskan pada upaya
pengurangan dampak keseluruhan daur hidup produk. Produksi bersih
menitikberatkan pada upaya 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) secara menyeluruh
pada setiap kegiatannya. Keuntungan yang diperoleh oleh suatu industri apabila
menerapkan konsep produksi bersih adalah mengurangi biaya produksi,
mengurangi limbah yang dihasilkan, meningkatkan produktivitas, mengurangi
konsumsi energi, meminimisasi pembuangan limbah termasuk penangan limbah,
dan memperbaiki nilai produk samping (Indrasti dan Fauzi 2009). Menurut Fauzi
et al (2008), industri sudah menerapkan prinsip-prinsip produksi bersih, tetapi
masih banyak aktivitas produksi bersih yang perlu diterapkan.
Produksi bersih bertujuan untuk membuat lebih efisien dalam menggunakan
sumber daya (bahan baku, energi, dan air) dan mengurangi limbah serta emisi pada
sumbernya. Ada lima tipe pencegahan dalam rangka pelaksanaan produksi bersih
yaitu modifikasi produk, substitusi input, modifikasi teknologi, good housekeeping,
dan on site recycling (Berkel 2000). Terdapat tiga proses pencegahan yang
dilakukan di Unit Usaha Bekri dalam meminimalisir terbentuknya limbah diproses
pengolahan CPO yaitu good house keeping, modifikasi teknologi, dan on site
recycling.

1. Good house keeping dan prosedur operasi


Good house keeping yaitu mencakup tindakan prosedural, administratif, dan
institusional yang dapat digunakan untuk mengurangi terbentuknya limbah dan
emisi dengan cara good operating practice (Indrasti dan Fauzi 2009). Penerapan
good house keeping diproses pengolahan kelapa sawit Unit Usaha Bekri antara
lain sebagai berikut penjadwalan produksi, perawatan mesin, pengelolaan air,
penerapan SOP, tindakan pencegahan kehilalangan, dan penyimpanan limbah
B3.
Penjadwalan produksi bertujuan meningkatkan efektifitas produksi CPO
dan PKO karena pabrik dapat beroperasi jika jumlah bahan baku sudah
mencukupi. Proses pengolahan CPO menggunakan sistem batch dan
continuous. Sistem batch yaitu pada proses buah masuk di loading ramp sampai
dengan proses sterilisasi buah, selanjutanya sistem continuous yaitu pada proses
buah masuk ke hopper yang diatur oleh auto feeder hingga proses penampungan
25 25

minyak di storage tank. Untuk menjaga sistem continuous dapat beroperasi


maka pada sistem batch harus menghasilkan output tandan buah rebus yang
konstan sehingga dibutuhkan input TBS yang mencukupi. Dalam rangka
memenuhi input TBS maka proses produksi dilakukan hanya jika jumlah
minimum TBS sebesar 360 ton atau 3 kali perebusan. Kondisi panen buah sawit
tiap harinya berfluktutiatif seiring dengan kondisi iklim dan faktor lingkungan
lainnya. Pada saat panen buah rendah maka proses produksi tidak dapat
dilakukan setiap hari, hanya 2-3 kali dalam 1 minggu.
Perawatan mesin dilakukan dengan pemeriksaan mesin sebelum proses
operasi dan pencucian mesin setelah proses operasi. Pemeriksaan mesin
dilakukan untuk memastikan bahwa mesin dalam kondisi siap beroperasi dan
mecegah terjadinya kerusakan mesin saat proses produksi yang dapat
mengurangi efektifitas produksi. Pencucian mesin dilakukan setiap selesai
beroperasi untuk menghindari terjadinya penurunan mutu CPO seperti kenaikan
asam lemak bebas karena sisa-sisa minyak di mesin saat proses produksi
sebelumnya.
Pengelolaan air dilakukan secara ekternal dan internal. Pengelolaan ekternal
dilakukan pada air untuk proses produksi, air yang digunakan yaitu air danau
yang dipompa dari danau di area perkebunan ke pabrik. Tujuan penggunaan air
danau yaitu menghindari terjadi kekurangan air saat musim kemarau dan
menghemat biaya investasi apabila menggunkan sumber air tanah. Pengelolaan
air internal dilakukan pada air boiler dengan cara penukar ion.
Setiap stasiun proses memiliki SOP masing-masing sesuai dengan proses
yang dilakukan. Setiap pekerja distasiun tersebut sudah memahami SOP
melalui proses training, namun untuk menghindari resiko human error dan agar
pekerja dapat bekerja dengan benar maka disetiap stasiun proses tetap diberikan
SOP yang dapat dibaca oleh setiap pekerja. Hal lain yang dilakukan yaitu
pengaturan waktu proses operasi mesin dibantu dengan penggunaan jam
dinding yang ditempatkan disetiap stasiun produksi. Tujuannya untuk
memudahkan operator mesin dan waktu proses operasi dapat berjaan dengan
tepat.
Pencegahan kehilangan bahan baku dengan pemungutan berondolan yang
tercecer di loading ramp dan stasiun hosting crane saat proses pemindahan
bahan baku. Brondolan sering jatuh dilantai loading ramp saat proses
pemindahan TBS dari loading ramp ke dalam lori. Apabila jumlah bahan baku
ada yang terbuang maka menurunkan rendemen minyak yang dihasilkan. Hal
itu ditangani dengan pemungutan brondolan secara manual oleh pekerja.
Limbah B3 yang dihasilkan di Unit Usaha Bekri yaitu oli bekas pakai. Unit
Usaha bekri tidak memiliki fasilitas pengelolaan limbah B3 sehingga limbah B3
yang dihasilkan disimpan sementara. Periode penyimpanan yang dilakukan
yaitu 3 bulan, lalu limbah akan didistribusikan ke tempat penanganan limbah
B3.
Alternatif produksi bersih lainnya yaitu pecegahan terjadinya kesalahan saat
proses produksi. Pencegahan dilakukan dengan mengkomunikasikan kegiatan
yang akan dilakukan setiap pagi hari sebelum pekerjaan dimulai sehingga
pertukaran informasi antara atasan dan bawahan dapat berjalan dengan baik.
26 26

2. Modifikasi Teknologi
Tujuan modifikasi proses dan peralatan yaitu untuk mengurangi limbah dan
emisi dan meningkatkan produktivitas. Modifikasi teknologi yang dilakukan
dipengolahan sawit Unit Usaha Bekri antara lain yaitu perubahan pada sistem
perebusan yang dilakukan ada tahun 2013 yaitu mengubah posisi 5 bejana
dengan 8 lori/bejana menjadi 4 bejana dengan 12 lori/bejana sehingga
meninggkatkan kapasitas perebusan menjadi 48 lori/perebusan. Penggunaan
loader untuk membantu proses penarikan lori saat proses pengisian bahan baku,
proses penarikan lori kebejana, dan proses penarikan lori ke hosting crane
apabila lori keluar dari rail track. Penggunakan 2 hopper di stasiun tresher
untuk mengefisienkan proses produksi. Perebusan menggunakan sistem triple
peak. Jumlah puncak dalam proses perebusan ditunjukkan dari jumlah
pembukaan atau penutupan steam inlet atau exhause valve selama perebusan
berlangsung yang diatur secara manual. Menurut Sitepu (2011), pembukaan
katup exhause valve yang dilakukan pada saat perebusan dilakukan secara tiba-
tiba dan cepat agar terjadi flash evaporation yang berguna untuk membuat buah
menjadi lemah dan minyak mudah diperas dari dalamnya. Perebusan yang
dilakukan dengan tekanan uap 2,8 kg/cm dan waktu 90 menit merupakan yang
paling optimal karena menghasilkan minyak dan inti yang memuaskan.
Kemudian dengan semakin banyaknya puncak yang diberikan pada saat
perebusan akan memberikan mechanical shock sehingga buah akan semakin
baik perebusannya.

3. On Site Recycling
On site recycling yaitu mengunakan kembali bahan-bahan yang terkandung
dalam limbah, baik digunakan kembali pada proses awal atau sebagai material
input dalam proses yang lain (Indrasti dan Fauzi 2009). On site recycling pada
proses pengolahan minyak sawit yaitu pemanfaatan tandan kosong menjadi
pupuk tanaman sawit di areal perkebunan, tandan kosong sebagai kompos,
serabut press dan cangkang sebagai bahan bakar boiler, limbah cair dari cooling
pond untuk penyiram kompos, limbah cair dari kolam anaerobik sebagai land
aplikasi, penjualan bungkil hasil press, dan pemanfaatan abu dust collector
yang digunakan sebagai pupuk.
Limbah padat dari pengolahan TBS menghasilkan 24% tandan kosong,
13,55 % serabut press (fiber), dan 8,77 % cangkang. Menurut Etikha (2015)
manfaat tandan kosong yaitu meningkatkan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan
pH tanah, mengandung unsur hara N, P, K dan Mg, dapat berperan sebagai
mulsa dan meningkatkan aktivitas mikroba tanah. Menurut Djajakirana (2002),
tandan kosong merupakan sumber bahan organik yang banyak mengandung
unsur hara dengan 0,74-0,98% N; 0,06-0,07% P; 2,10-2,18% K; 0,16-0,40%
Ca; dan 0,13-0,15% Mg. Limbah tandan kosong di Unit Usaha Bekri
dimanfaatkan menjadi dua alternatif yaitu langsung diaplikasikan menjadi
pupuk dengan cara diletakkan di areal perkebunan dan diolah menjadi kompos
dengan proses komposting.
Pembuatan kompos di Unit Usaha Bekri yaitu tandan kosong dicacah
dengan mesin pencacah kemudian disusun atas dilantai semen menjadi
tumpukan memanjang, kemudian dibalik dengan mesin pembalik dan disiram
dengan air limbah dari cooling pond 4. Menurut Darnoko dan Sutarta (2006),
27 27

ukuran tumpukan selama proses pengomposan yaitu panjang 50 m, lebar 3 m,


dan tinggi 1-1,5 m. Proses pengomposan yang berjalan dengan baik ditandai
dengan terjadinya kenaikan suhu sampai rata-rata mencapai 65 C selama dua
minggu pertama, kemudian suhu menurun sampai stabil pada minggu ke
delapan. Menurut Etikha (2015), suhu tumpukan kompos dapat mencapai lebih
dari 70C dan kondisi suhu ini dapat bertahan selama kurang lebih 2 minggu
pertama pengomposan. Setelah terjadi penurunan suhu dilakukan pembalikan
dan pemberian air kembali, maka suhu tumpukan kembali meningkat hanya
dalam kurun waktu yang lebih pendek karena bahan-bahan kompos yang belum
terdekomposisi akan didekomposisi oleh mikroorganisme. Kestabilan suhu
tumpukkan kompos pada suhu yang relatif tinggi (> 60C < 70C) mendorong
berkembangnya bakteri termofilik. Keberadaan bakteri termofilik ini sangat
penting karena bakteri ini mampu mengurai bahan organik berkali lipat lebih
cepat dari pada bakteri mesofilik dan hasil dekomposisi dari bakteri ini
umumnya menghasilkan lebih banyak senyawa humat. Ciri kompos yang sudah
matang yaitu suhu kompos sudah kembali seperti suhu di awal proses
pengomposan, berwarna coklat tua sampai hitam kecoklatan, berstruktur
gembur, bau kompos seperti bau tanah, mempunyai kadar C minimal 20% dan
nisbah C/N 20-30, berkadar air 60-80%, kandungan hara cukup dan seimbang,
serta kandungan senyawa humat tinggi.
Limbah cair dari pengolahan CPO dialirkan ke stasiun fat pit. Minyak yang
masih terikut pada sludge distasiun fat pit akan dikutip kembali kemudian
dialirkan distasiun clarification. Limbah cair dari fat pit kemudian dialirkan ke
cooling pond 1,2,3, dan 4. Limbah cair dari cooling pond 4 digunakan untuk
menyiram kompos. Tujuan dari penyiraman kompos ini yaitu untuk menaikkan
suhu kompos setelah 2 minggu. Limbah cair dari cooling pond 4 akan masuk
ke kolam anerobik 1, lalu selanjutnya dialirkan ke anerobik 2,3 dan 4. Limbah
cair dari kolam anerobik 4 dialirkan ke areal perkebunan untuk dijadikan land
aplikasi. Setelah air di parit land aplikasi kering akan menyisakan sludge.
Sludge ini akan diangkat untuk dijadikan pupuk tanaman sawit. Uji air limbah
(anerobik 4) di Unit Usaha Bekri menggunakana 2 parameter yaitu pH dan
BOD. Baku mutu di Unit Usaha Bekri yaitu pH 6-9 dan BOD maksimal 5000
mg/L. Tahun 2015 rata-rata pH limbah cair yaitu 7,74 dan BOD 394 mg/L dan
pada triwulan II (April-Juni) 2016 rata-rata pH yaitu 7,58 dan BOD 253 mg/L.
Hal ini menunjukan bawa kualitas limbah cair baik karena pH dan BOD
memenuhi standar.
Limbah gas bekas yang dihasilkan dari boiler disaring dengan dust
collector. Gas bekas dari ruang pembakaran dihisap oleh blower melalui dust
collector kemudian dibuang keudara bebas melalui corong asap. Abu yang
dihasilkan dari pembakaran akan dijatuh kebawah diruang pembuangan. Abu
inilah yang digunakan sebagai pupuk untuk tanaman kelapa sawit.

Kendala Penerapan Produksi Bersih

Berdasarkan pengamatan selama Praktik Lapangan diperoleh beberapa


kendala produksi bersih yang menyebabkan penurunan efisiensi proses produksi.
Kendala yang sering terjadi yaitu lori yang sering keluar rail track, tercecernya
28 28

berondolan di lantai loading ramp, dan kebocoran pintu sterilizer. Lori yang sering
keluar rail track saat proses pemindahan buah dari loading ramp ke sterilizer
hingga stasiun hosting crane menyebabkan penambahan waktu operasi dan
menambah waktu penggunaan mesin loader sehingga meningkatkan biaya
produksi. Loader difungsikan untuk membantu menarik lori yang akan dimasukkan
ke sterilizer dan membenahi lori yang keluar rail track.
Brondolan yang tececer di lantai loading ramp saat proses produksi dapat
mengurangi jumlah rendemen minyak yang dihasilkan jika tidak dikutip. Proses
pemungutan brondolan dilakukan secara manual oleh pekerja sehingga menambah
waktu operasi. Buah yang jatuh dilantai loading ramp saat proses pemindahan TBS
dari loading ramp ke lori disebabkan tata letak atau desain mesin kurang tepat.
Kendala lain yang sering terjadi yaitu pada proses perebusan. Tekanan
perebusan sesuai SOP yaitu bekisar 2,8-3 kg/cm namun aplikasi penggunaan
tekanan saat perebusan yaitu berkisar 2-2,5 kg/cm. Hal ini terjadi karena apabila
tekanan dinaikan diatas 2,5 kg/cm sering terjadi kebocoran pada pintu perebusan
sehingga steam terbuang dan membutuhkan tambahan waktu untuk memperbaiki
kebocoran sehingga mengurangi efisiensi proses pengolahan CPO. Penggunaan
steam dibawah 2,8 kg/cm menyebabkan buah kurang lunak dan sulit membrondol
dari tandannya saat proses treshing. Buah yang tidak memberondol akan ikut
dengan tandan kosong ke pabrik kompos. Jumlah buah yang tidak membrondol
menyebabkan penurunan jumlah input ke stasiun press sehingga rendemen minyak
akan berkurang.
Kebisingan yang terjadi saat proses pengolahan CPO disebabkan suara
mesin-mesin yang beroperasi. Kebisingan tersebut dapat menyebabkan gangguan
kesehatan pada pekerja di pabrik seperti terganggunya indera pendengaran karena
keberisikan yang didengar secara kontinu. Kendala lain yang sering terjadi yaitu
tidak diterapkannya APD yang tepat oleh pekerja.
Kendala dalam proses pengelolaan limbah yaitu kapasitas pabrik kompos
masih belum memenuhi kebutuhan bahan baku. Kapasitas pabrik kompos yang
terpasang saat ini yaitu 8 ton/jam, sehingga pada aplikasinya sebagain tandan
kosong langsung didistribusikan ke areal kebun untuk dijadikan pupuk. Saat ini
masih dilakukan analisis ekonomi untuk membandingkan nilai tambah yang
dihasilkan dari pengolah tandan kosong menjadi kompos dibandingkan dengan
langsung dibuang ke areal pabrik yang kemudian akan membusuk yang secara
alami menjadi pupuk untuk tanaman.
Sumber air utama di Unit Usaha Bekri yaitu air danau. Air danau digunakan
untuk proses pengolahan CPO, PKO, dan boiler. Kendala yang terjadi yaitu danau
banyak ditumbuhi tanaman air dan terdapat kotoran sehingga dapat mengurangi
kedalaman. Untuk mengatasi hal tersebut upaya yang dilakukan selama ini yaitu
membersihkan danau secara manual oleh pekerja, namun hasilnya masih kurang
optimal.
Berdasarkan kendala diatas maka terdapat beberapa opsi produksi bersih yang
disarankan pada alternatif good house keeping dan modifikasi teknologi. Good
house keeping yang disarankan meliputi penerapan penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) seperti ear plug atau era muff oleh pekerja untuk meminimalisir resiko
kebisingan dan pembersihan tanaman air dan kotoran di danau sebagai sumber air
produksi dengan alat mesin bantu agar lebih efisien untuk mencegah pendangkalan
danau. Modifikasi teknologi yang disarankan meliputi perbaikan bejana perebusan
29 29

agar dapat menampung tekanan hingga 3 kg/cm, perbaikan rail track dan
pembaruan lori agar tidak sering terjadi lori yang keluar rail track, pembaruan
desain loading ramp untuk meminimalisir tercecernya brondolan, penambahan
kapasitas pabrik kompos.
30 30

PENUTUP

Simpulan

PTPN VII Unit Usaha Bekri sudah menerapkan strategi produksi bersih
dalam proses produksi minyak kelapa sawit yaitu good house keeping, modifikasi
teknologi, dan on site recycling. Terdapat kendala-kendala dalam penerapan
produksi bersih yaitu lori yang sering keluar rail track, tercecernya berondolan di
lantai loading ramp, kebocoran pintu sterilizer, kurang diterapkannya pemakaian
alat pelindung diri oleh pekerja dan belum mencukupinya kapasitas pabrik kompos
dalam mengolah bahan baku.
Strategi yang disarankan yaitu penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti
ear plug atau ear muff untuk meminimalisir resiko kebisingan; pembersihan
tanaman air dan kotoran di danau dengan alat mesin bantu agar lebih efisien;
perbaikan bejana perebusan agar dapat menampung tekanan hingga 3 kg/cm;
perbaikan rail track dan pembaruan lori agar tidak sering terjadi lori yang keluar
rail track; pembaruan desain loading ramp untuk meminimalisir tercecernya
brondolan; dan penambahan kapasitas pabrik kompos.

Saran

Perlu analisis lebih lanjut dalam penerapan produksi bersih pengolahan


kelapa sawit mengenai neraca massa produksi dan biaya produksi dalam rangka
meningkatkan efektifitas produksi.
31 31

DAFTAR PUSTAKA

Berkel RV. 2000. Overview of The Cleaner Production Concept and Relation with
Other Environmental Management Strategies. Curtin University of
Technology, Australia.
Darnoko, Sutarta AS. 2009. Pabrik Kompos di Pabrik Kelapa Sawit. Artikel.
Tabliod Sinar Tani
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas
Perkebunan di Indonesia 2011-2015. [Internet]. [Diunduh pada 3 Agustus
2016]. Tersedia pada http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabel-3-prod-
lsareal-prodvitas-bun.pdf.
Djajakirana, G. 2002. Proses Pembuatan, Pemanfaatan dan Pemasaran Kompos
untuk Pertanian di Indonesia. Jakarta (ID) : Raja Grafindo Persada.
Etikha APW. 2015. Teknik Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit. [Internet].
[Diunduh pada 25 Oktober 2016]. Tersedia pada
http://babel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&vi
ew=article&id=359:teknik-pengomposan-tandan-kosong-kelapa-
sawit&catid=15:info-teknologi
Fauzi AM, Rahmawakhida A, Hidetoshi Y. 2008. Kajian Strategi Produksi Bersih
Di Industri Kecil Tapioka : Kasus Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor
Utara. Jurnal Teknik Industri Pertanian. 18 (2) : 60-65.
Indrasti NS, Fauzi AM. 2009. Produksi Bersih. Bogor (ID) : IPB Press.
UNEP. 2003. Resourse Efficient and Cleaner Production. [Diakses pada 11 Maret
2016]. Di dalam : http://www.unep.org/recp/
32 32

LAMPIRAN

Gambar 33 Diagram alir proses pengolahan CPO


Gambar 34 Alur Proses Pengolahan CPO Unit Usaha Bekri

33
42

34
Gambar 35 Alur Proses Pengolahan PKO Unit Usaha Bekri
Gambar 36 Layout Pabrik Minyak Kelapa Sawit Unit Usaha Bekri

35
44 36

36
Penguapan
13,65% Air Drab Asli

9.81 %
Penguapan
disilo inti
0.92 %

Crude Oil
33.97 %
Minyak sawit
TBS 100
MPD 24,16 %
%
62.34 %
Inti Mentah
6.04 %

Biji /Nutten
Inti
Press Cake Matang
14.82 %
28.37 % 5.12 %

Cangkang
8.77 %
Tandan Kosong
Serabut
24.01 %
Gambar 37 Diagram Material Balance Pengolahan
13,55 %CPO di Unit Usaha Bekri
37

Pengoperasian Sterilizer (Triple Peak)


3,5
30; 3 42; 3 43; 3 65; 3 66; 3
3 88; 3

2,5 17; 2,5 42,5; 2,8 65,5; 2,8


Tekanan (Kg/cm)

2 7; 2

1,5

1
0,5
20; 0 100; 0

0 10; 0 11 20 40 60 80 100 120


;0
0; 0 2; 0 Waktu (menit)

Gambar 38 Pengoperasian Tekanan pada Sterilizer

Tabel 9 Standar kematangan buah PTPN VII Unit Usaha Bekri


Fraksi Buah dan Jumlah Brondolan Tingkat Norma (%)
(% Membrondol) Kematangan
Fraksi 00 = 0 Mentah 0
0 < Fraksi 0 12,5 Mentah Max 3
12,5 < Fraksi 1 25 Matang Max 85
25 < Fraksi 2 50 Matang Max 85
50 < Fraksi 3 75 Matang Max 85
75 < Fraksi 4 100 Ranum Max 12
Fraksi 5 = 100 Busuk 0
Nilai Sortasi Panen (NSP) Min 85
Brondolan Efektif Min 12,5
Indeks Pengutipan Brondolan (IPB) Max 95
Gagang Panjang 0

Tabel 10 Standar mutu pengolahan minyak sawit Unit Usaha Bekri


Mutu Minyak dan Inti Sawit Norma
1. Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Minyak Buah
Rebus
2. Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Minyak Produksi Max.5,00
3. Kenaikan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Max.0,30
4. Kadar Air Minyak Oil Tank Max.0,60
5. Kadar Air Minyak Puri Fier Max.0,45
6. Kadar Air Minyak Produksi Max.0,10
7. Kadar Kotoran Minyak Produksi Max.0,01
38 38

Inti Sawit
1. Kadar Asam Lemak Bebas Max.1,50
2. Kadar Air 7,00
3. Kadar Kotoran 6,00
4. Kadar Inti Pecah Max.10,00
5. Kadar Inti Berubah Warna Max.40,00
6. Kadar Inti Berjamur 0
Kehilangan Minyak dan Inti Sawit
1. Minyak Dalam Tandan Kosong DB Max.6,00
2. Minyak Dalam Tandan Kosong WB Max.3,50
3. Minyak Dalam Biji WB Max.1,00
4. Minyak Dalam Serabut DB Max.8,00
5. Minyak Dalam Serabut WB Max.5,00
6. Minyak Dalam Rebusan DB Max.6,00
7. Minyak Dalam Drab Sparator DB Max.14,00
8. Minyak Dalam Drab Sparator WB Max.0.70
9. Minyak Dalam Drab Akhir WB Max.0,60
10. Kate Kopen WB Max.6,00
11. Buah Dalam Janjangan Kosong WB Max.0,50
12. Inti Ikut Sparating Coloum I WB Max.2,50
13. Inti Ikut Sparating Coloum II WB Max.5,00
14. Inti ikut cangkang Clay bath WB Max.3,00
15. Inti Ikut Serabut WB Max.2,00
QPM/QPI dan Losses
1. Kehilangan Minyak Sawit thd TBS Max.1,65
2. Kehilangan Inti Sawit thd TBS Max.0,60
3. QPM Max.93,00
4. QPI Max.90,00

Tabel 11 Jumlah limbah cair Unit Usaha Bekri Januari Juni 2016
TBS Diolah Jumlah Limbah Jumlah Hari Jumlah Rata-rata
Bulan
(Ton) Cair (m3) Olah m3/hari olah
Januari 10.860 6.516 22 296
Februari 8.960 5.376 20 269
Maret 5.776 3.466 12 289
April 4.347 2.608 10 261
Mei 4.751 2.851 10 285
Juni 4.663 2.798 10 280
Jumlah 39.357 23.615 84 1.680
39 39

Tabel 12 Limbah tandan kosong hasil pengolahan minyak kelapa sawit Unit Usaha
Bekri Januari Juni 2016

Bulan TBS diolah Jumlah Tandan Dibuat Kompos Dimulsakan


Kosong
Januari 10.860 3.045 0 3.045
Februari 8.960 2.314 192 2.122
Maret 5.776 1.492 263 1.229
April 4.347 1.128 295 833
Mei 4.751 1.170 398 772
Juni 4.663 1.232 183 1.049
Jumlah 39.357 10.381 1.331 9.050

Tabel 13 Produksi kompos Unit Usaha Bekri Juli 2016


Tanggal Produksi Kompos Tanggal Produksi Kompos
Hari ini s/d Hari ini s/d
1 9.230 9.230 16 - 25.410
2 - 9.230 17 - 25.410
3 - 9.230 18 15.070 40.480
4 - 9.230 19 - 40.480
5 - 9.230 20 6.100 46.580
6 - 9.230 21 - 46.580
7 - 9.230 22 8.810 55.390
8 - 9.230 23 - 55.390
9 - 9.230 24 - 55.390
10 - 9.230 25 - 55.390
11 - 9.230 26 13.275 68.665
12 - 9.230 27 - 68.665
13 - 9.230 28 - 68.665
14 16.180 25.410 29 11.910 80.575
15 - 25.410 30 - 80.575
31 - 80.575
Total 80.575
Stok 159.994
Jumlah 240.569

Tabel 14 Limbah abu dust collector Januari Juni 2016


Bulan TBS Diolah Jumlah Limbah Dust % Terhadap
Collector (Ton) TBS
Januari 10.860 234 2,15
Februari 8.960 99 1,10
Maret 5.776 128 2,22
April 4.347 110 2,53
Mei 4.751 118 2,48
Juni 4.663 49 0,11
Jumlah 39.357 738 10,59
40 40

Tabel 15 Limbah B3 Pengolahan Kelapa Sawit Unit Usaha Bekri


Januari Maret 2016
Jenis Limbah Jumlah (Ton)
Oli bekas 0,1560
Accu bekas 0,0850
Filter oli bekas 0,0265
Kain Majun bekas 0,0039
Lampu TL bekas 0,0152
Limbah Medis 0,0040
Kemasan Terkontaminasi LB3 0,0039
Total 0,01385
Disimpan 0,01385

Anda mungkin juga menyukai