PENDAHULUAN
EKOLOGI 1
D. Bagaimana pengendalian menggunakan agen biologi pada
penyakit hewan ternak dan tanaman?
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
A. Manfaat teoritis, Untuk mengembangkan pengetahuan tentang
ekologi.
B. Memberikan pengertian kepada masyarakat umum tentang
pentingnya menjaga semua jenis-jenis ekologi demi mencapai
kehidupan yang lebih baik.
C. Dapat dijadikan sebagai acuan kepada pembaca untuk
membuat makalah-makalah selanjutnya.
EKOLOGI 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kemoterapi
2.1.1. PengertianKemoterapi
EKOLOGI 3
sebagian sel-sel normal dalam tubuh. Hal ini akan
menimbulkan efek samping bervariasi. Beberapa efek
samping yang sering terjadi dalam kemoterapi antara lain:
- Mual dan/atau muntah
- Diare atau sembelit
- Kehilangan nafsu makan
- Rambut rontok
- Jumlah sel darah merah rendah atau anemia
- Sistem kekebalan tubuh melemah dan meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi
- Rasa lemah
- Mudah memar dan/atau perdarahan
- Sariawan
- Mati rasa dan kesemutan di tangan dan/atau kaki, atau
kelemahan akibat kerusakan saraf
- Kerusakan ginjal
- Kerusakan otot jantung
- Infertilitas (tingkat kesuburan menurun)
- Periode menstruasi terhenti
EKOLOGI 4
2.1.5. Lama Kemoterapi
2.2. Antibiotik
EKOLOGI 5
dibedakan dalam kelompok antibiotik bakteriostatik dan antibiotik
bakterisidik. Kelompok yang pertama menghambat pertumbuhan
dan perkembangan bakteri. Sedang kelompok yang kedua bekerja
mematikan bakteri tersebut (Wattimena et al, 1991).
EKOLOGI 6
Antibiotika diproduksi melalui alur sintesis khusus, yang
digolongkan sebagai metabolisme sekunder. Antibiotika pertama kali
ditemukan secara kebetulan karena membentuk cincin hambatan. Di
atas cawan agar biak yang ditumbuhi secara padat dengan kuman
uji (bakteri indikator) nampak tidak terjadi pertumbuhan di sekeliling
koloni fungi atau streptomiset, antibiotika berdifusi keluar dari koloni
ke dalam agar dan mengakibatkan pembentukan cincin-cincin
hambatan di dalam lapangan pertumbuhan bakteri yang padat.
Sebagai kuman uji digunakan mikroorganisme yang representatif. Uji
kualitatif dan pembuatan antibiotika sudah terpenuhi dengan
menumbuhkannya di pusat lempengan agar biak dan masing-
masing bakteri indikator dioleskan secara radial. Sesudah inkubasi
dapat dibuat pertanyaan mengenai spektrum pengaruh antibiotik,
dengan menilai besarnya hambatan pertumbuhan dari masing-
masing bakteri indikator (Schlegel & Schmidt, 1994).
EKOLOGI 7
mikroorganisme. Sebagai contoh : penicillin diperoleh dari jamur
yang disebut Penicillium (Gaman & Sherington, 1994).
EKOLOGI 8
Semua jenis antibiotik Penisilin memiliki keunggulan yaitu
dalam mematikan (bakterisida) pada organisme rentan. Untuk
mengetahui bagaimana Penisilin mengeluarkan efek bakterisida
perlu diketahui mekanisme sintesis peptidoglikan dinding sel, karena
senyawa ini bekerja berdasarkan kemampuannya untuk
menghambat sintesis dinding sel bakteri. Apapun yang mengganggu
sintesis peptidoglikan akan melemahkan dinding dan menyebabkan
membran sel menekan dan menghamburkan isi sel, sehingga sel
mati (Volk & Wheeler, 1984).
EKOLOGI 9
bakteri dari kelas Enterobacter, Pseudomonas dan
Clostridium (Wattimena et al, 1991).
EKOLOGI 10
fungi yang sering diisolasi dari berbagai produk fermentasi dan juga
obat antara lain Penicillium chrysogenum dan Penicillium
nalgiovense. Kedua fungi ini dikenal sebagai produsen antibiotik
penicillin. Produksi penicillin terjadi ketika kapang ini tumbuh pada
permukaan produk makanan kemudian memisahkannya ke dalam
medium. Adanya penicillin dalam bahan makanan dapat
menyebabkan reaksi alergis dan juga peningkatan resistensi
manusia terhadap bakteri patogen. Fungsi penicillin antara lain
mampu mencegah kolonisasi fungi ataupun bakteri yang tidak
diinginkan. Akan tetapi pada sebagian bakteri mampu memproduksi
enzim penicillinase dan juga -lactamase yang merupakan inhibitor
aktivitas penicillin ( Laich et al, 2001 ).
EKOLOGI 11
Daya dukung adalah batas jumlah manusia yang dapat hidup dalam
jangka panjang tanpa adanya kerusakan lingkungan (Giampietro, et. al.
1992).
EKOLOGI 12
Komponen Daya Dukung Lingkungan
(c) keberlanjutan.
EKOLOGI 13
c. Penyakit bulai
Penyakit ini biasanya menyerang tanaman jagung. Penyebabnya
adalah jamur dengan penyebaran menggunakan spora yang
diterbangkan oleh angin.
d. Penyakit virus belang
Penyakit ini biasanya menyerang tanaman kedelai. Penyebabnya
adalah virus dengan penyebaran melalui perantaraan angin.
e. Penyakit kerdil rumput
Penyakit ini biasanya menyerang tanaman padi. Penyebabnya virus
dengan penyebaran melalui perantaraan hama wereng.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan jalan mengendalikan
hewan perantaranya, yaitu wereng. Cara pengendalian tersebut antara
lain sebagai berikut.
1) Menanam padi yang tahan terhadap hama wereng (VUTW).
2) Memutuskan daur perkembangbiakan wereng dengan jalan
mengupayakan rotasi tanaman, yaitu menanam dua jenis
tanaman di satu lahan secara bergantian.
3) Menanam padi secara serentak dalam areal yang luas dengan jenis
padi yang ditanam sama. Hal ini dilakukan agar pemanenan dapat
dilakukan serentak dalam satu waktu. Dengan demikianterdapat
tenggang waktu, yaitu tidak terdapatnya tanaman padi sama sekali
sehingga hama wereng tidak memperoleh makanan dan akhirnya mati.
4) Membunuh wereng secara langsung menggunakan insektisida
dengan dosis yang tepat. Dosis yang tepat sangat penting supaya
hama wereng dapat diberantas tanpa mengganggu keseimbangan
ekosistem
1. Penyakit Antraks
EKOLOGI 14
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Penyakit
antraks tergolong berbahaya dan mematikan. Penularan penyakit
ini terjadi melalui kontak langsung sentuhan kulit, makanan,
minuman, dan pernapasan. Penyakit ini bisa menyerang semua
sapi dari berbagai tingkatan umur dan bisa menular kepada
manusia.
Serangan antraks ditandai dengan demam tinggi; badan lemah
dan gemetar; pernapasan terganggu; terjadi pembengkakan pada
kelenjar dada, leher, alat kelamin; badan dipenuhi bisul; keluar
darah berwarna merah kehitaman melalui hidung,telinga, mulut,
anus, dan vagina; kotoran ternak cair dan sering bercampur darah;
serta limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pencegahan penyakit dilakukan dengan memberikan vaksin
spora (Max Sterne) dosis 1 ml setiap 6 bulan sekali atau serum
anti-antraks dosis 50100 ml per ekor sapi. Pengobatan sulit
dilakukan karena dapat menyebarkan penyakit kepada sapi yang
lain. Karena itu, sapi yang terkena antraks harus segera dipotong
dan dibakar atau dikubur dengan kedalaman lebih dari 2 m.
EKOLOGI 15
kandang dan lingkungan, serta memberikan vaksinasi secara rutin
setiap 6 bulan sekali. Sapi yang terserang harus diisolasi,
sedangkan sapi yang mati harus segera dikubur atau dibakar.
EKOLOGI 16
BAB II
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
(c) keberlanjutan.
3.2. Saran
EKOLOGI 17
DAFTAR PUSTAKA
EKOLOGI 18