Askep Klurga DNGN Gastritis Fix
Askep Klurga DNGN Gastritis Fix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan kesehatan keluarga merupakan salah satu komponen kesehatan
masyarakat yang sekaligus merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional. Menurut
UU No. 16 Tahun 1992 Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami-istri atau suami-istri dan anaknya, ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
Masalah dalam keluarga akan timbul bila status kesehatan salah satu anggota keluarga
terganggu. Pengetahuan keluarga tentang informasi mengenal suatu penyakit yang
diderita oleh pihak keluarga sangatlah penting diketahui demi tindakan pertama yang
akan diambil oleh pihak keluarga yaitu orang tua. Dalam mengambil keputusan yang
tepat menangani suatupenyakit tersebut. Oleh karena itu status kesehatan keluarga sangat
penting dijaga oleh setiap anggota keluarga, untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat pada umumnya, dan keluarga pada khususnya. Salah satu penyakit yang
sering diderita oleh keluarga ekonomi menengah kebawahadalah Gastritis, menunjukan
kurangnya pengetahuan pihak keluarga mengenai pengaturan kesehatan dalam hal
ini pola makan yang tidak teratur dan ketidakmampuan pihak keluarga dalam
menyediakan makanan yang bergizi, oleh karena status ekonomi keluarga yang tidak
mampu menjangkau harga harga bahan pokok makanan.
Gastritis merupakan inflamasi dari mukosa lambung. Helicobacter pylori, obat-
obatan, alkohol merupakan penyebab dari gastritis. Perjalanan penyakit gastritis ini
terjadi akibat terdapat gangguan keseimbangan faktor agresif dan difensif yang berperan
dalam menimbulkan lesi pada mukosa lambung.
Menurut data dari World Health Organization (WHO) bahwa Indonesia mendapat
urutan yang ke empat banyaknya jumlah penderita gastritis setelah Negara Amerika,
Inggris dan Bangladesh yaitu berjumlah 430 juta penderita gastritis (Depkes RI, 2004).
Di negara- negara Asia, Indonesia mendapat urutan ke tiga setelah Negara India dan
Thailand yaitu berjumlah 123 ribu penderita. Sedangkan di Indonesia sendiri kota yang
penduduknya paling banyak menderita penyakit gastritis adalah Kota Jakarta yaitu 25
ribu penduduk. Pemicu dari penyakit gastritis di Ibu Kota Jakarta yaitu dipengaruhi oleh
jumlah penduduk yang padat dan berpotensi gila kerja sehingga mengakibatkan makan
menjadi tidak teratur dan banyak menderita penyakit gastritis ini (Profil Dinkes, 2004).
Gastritis tidak dapat kita anggap remeh, karena gastritis yang tidak diobati dapat
mengakibatkan tukak lambung, pendarahan lambung, bahkan kanker lambung, seperti
dituturkan oleh Prof.Majumdar, (2011). Dan wanita hendaknya lebih waspada, karena
60% dari penderita maag adalah wanita. Penyebabnya antara lain wanita lebih tertutup
dan mudah mengalami stress, memiliki kebiasaan makan tidak teratur, dan sering
melakukan diet. (Syam 2011). Penanganan secara tepat penyakit gastritis harus di
waspadai lebih dini dengan hidup sehat dengan cara : Makan secara benar, Hindari
alkohol, Jangan merokok, Lakukan olah raga secara teratur, Kendalikan stress, Ganti obat
penghilang nyeri, Ikuti rekomendasi dokter. Bila langkah - langkah diatas telah dilakukan
penyakit gastritis maagakan jauh dari anggota keluarga anda. Dengan menerapkan
Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan tujuan terjadi peningkatan pengetahuan
kesehatan keluarga TnI di harapkan peningkatan ststus kesehatan keluarga bertambah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga TnI Dengan Salah Satu
Anggota Keluarga Menderita Gastritis ?.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan
salah satu anggota keluarga menderita penyakit Gastritis dengan penerapan
langsung praktek keperawatan sebagai metode pemecahan masalah.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan proposal tersebut agar penulis mampu :
a) Melakukan pengkajian pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga
menderita Gastritis.
b) Merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan salah satu
anggota keluarga menderita Gastritis.
c) Menyusun rencana tindakan pada keluarga dengan salah satu anggota
keluarga menderita Gastritis.
d) Melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga dengan salah satu
anggotra keluarga menderita Gastritis.
e) Melaksanakan evaluasi keperawatan pada keluarga dengan salah satu
anggota keluarga menderita Gastritis.
f) Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu
anggota keluarga menderita Gastritis.
BAB II
TINJAU PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup secara bersamaan yang di ikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang berineraksi satu sama lain dan semua
mempunyai peran masing- masing dalam keluarga tersebut (Mubarak, 2006). Keluarga
adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah (WHO,
2002).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri atau
suami istri dan anaknya (UU No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan).
2. Struktur Keluarga
a. Macam
1) Patrilineal : Patrilienal adalah keluarga sedarah yang memiliki yang hubungan terdiri
dari sanak keluarga sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu di sususn
melalui garis ayah
2) Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang memiliki hubungan terdiri dari sanak keluarga
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu di sususn melalui garis ibu
3) Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri
4) Patrilokal : Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
b. Ciri ciri struktur keluarga
1) Terorganisasi : adalah saling berhubungan, saling ketregantungan antar anggota keluarga
2) Ada keterbatasan : Setiap anggota keluarga memiliki keterbatasan tetapi mereka juga
memiliki keterebatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing masing
3) Adanya perbedaan dan kekhususan, Setiap anggota keluarga memiliki fungsi dan peranya
msing masing (Carter, 2006).
3. Tahap Keluarga
Di Indonesia keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap, yaitu :
a. Keluarga Prasejahtera : Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama,
pangan, sandang, papan dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi
salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.
b. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) : Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal, tapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan
sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi
di dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
c. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) : Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologinya,
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, yaitu kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi.
d. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) : Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan tetapi
belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap
masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan
untuk sosial kemasyarakatan, juga berperan serta secara aktif dengan menjadi
pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah
raga, pendidikan dsb.
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) : Adalah keluarga yang memenuhi
seluruh kebutuhan keluarganya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis maupun
pengembangan serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat (Murwani, 2007).
4. Tipe Keluarga
Secara tradisional kelurga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Keluarga Inti (nuclear family) : Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga Besar (extended family) : Keluarga inti ditambah keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme.
Pengelompokkan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi :
1) Keluarga Bentukan Kembali (dyadic family) : Keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah cerai atas kehilangan pasangannya.
2) Orang Tua Tunggal (single parent family) : Keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak anak akibat perceraian atau ditinggal pasangan.
3) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmaried teenage mother).
4) Orang dewasa (laki- laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone).
5) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital hetero
sexual cohibiting family).
6) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gai and
lesbian family).
7) Keluarga Binuclear : Keluarga baru terbentuk setelah perceraian dimana anak
menjadi anggota dari suatu sistem keluarga yang terdiri dari dua rumah tangga
inti, ibu dan ayah dengan berbagai macam kerja sama antar keduanya serta waktu
yang digunakan dalam setiap rumah tangga (Carter, 2003).
5. Tahap Perkembangan
Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangannya.
Tabel 2.1. Tugas Perkembangan Keluarga ((Suprajitno, 2004 )
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan Utama
Keluarga baru menikah 1) Membina hubungan intim yang
memuaskan.
2) Membina hubungan dengan keluarga
lain, teman dan kelompok sosial.
3) Mendiskusikan rencana mempunyai
anak.
6. Fungsi Keluarga
Menurut Suprajitno (2004) secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif (the affective function) : Adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini untuk perkembangan individu dan psikososial anggota
keluarga.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialication and social placement
function) Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) Adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function) Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu, meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) Adalah
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
7. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan,
meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari perubahan keluarga, perlu dicatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.
b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat
meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian,
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat
dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga ( Mubarak,
2006 ).
B. Konsep Dasar Penyakit Gastritis
1. Pengertian gastritis
Gastritis adalah proses implamasi pada mukosa dan submukosa lambung
( Sudoyo, 2006). Gastritis berasal dari kata gast berarti gaster/lambung, sedangkan itis
adalah radang. Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/lambung dan itis berarti inflamasi/peradangan (Anderson ,
2008).
Menurut Hembing ( 2005 ) gastritis dikenal juga dengan penyakit maag,
merupakan peradangan pada dinding mukosa lambung yang bersifat kronis sehingga
dinding lambung menjadi merah, bengkak, dan luka.
2. Klasifikasi
a. Gastritis Akut : Merupakan kelainan klinis akut akibat diet yang tidak teratur.
b. Gastritis Kronis : Merupakan inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus
begina atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (Suzanne,
2002).
3. Etiologi
Menurut David (2008) gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini
kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa
penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
a. Infeksi bakteri : Sebagian besar populasi dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang
hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
b. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus : Obat analgetik anti inflamasi
nonsteroid ( AINS ) seperti aspirin, ibu profen dan naproxin dapat menyebabkan
peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaklandin yang bertugas
melindungi dinding lambung.
c. Penggunaan alkohol secara berlebihan : Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis
mukosa dalam dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap
asam lambung walaupun dalam kindisi normal.
d. Penggunaan kokain : Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan
dan gastritis.
e. Stress fisik : Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada
lambung.
f. Kelainan autoimmune : Autoimmune autrophic gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel sel sehat yang berada dalam dinding lambung.
g. Crohns disease : Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis
pada dinding saluran cerna, namun kadang kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung.
h. Radiasi and kemoterapi : Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi
dapat menyebabkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer.
i. Penyakit bile reflux Bile ( empedu ) adalah cairan yang membantu mencerna lemak
lemak dalam tubuh. Cairan ini di produksi oleh hati. Ketika di lepaskan, empedu akan
melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal
sebuah otot sphincher yang berbentuk seperti cincin (pylorik valve) akan mencegah
empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan
benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan
dan gastritis.
j. Faktor faktor lain Gastritis sering juga di kaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya
seperti HIV / AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati / ginjal.
4. Patofisiologi
Mekanisme kerusakan mukosa pada gastritis di akibatkan oleh ketidakseimbangan
antara faktor-faktor pencernaan, seperti asam lambung dan pepsin dengan produksi
mukous, bikarbonat dan aliran darah (Hadi, 2007).
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik, gastric, dan intestinal.
a. Fase sefalik
Makanan masuk kedalam lambung sebagai akibat dari melihat, mencium, memikir,
dan mengecap makanan. Fase ini diperantarai seluruhnya oleh saraf fagus. Impuls
eferen kemudian dihantarkan melalui saraf fagus ke lambung. Hasilnya, kelenjar
gastrik dirangsang mengeluarkan asam HCl & pepsinogen.
b. Fase gastric
Saat makanan mencapai atrum pylorus, atrum menyebabkan terjadinya rangsangan
mekanis dari resptor-reseptor pada dinding lambung. Impuls merangsang pelepasan
hormon gastrin dan secara langsung merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Gastri
merupakan hormon yang menyebabkan lambung terus menerus mensekresikan cairan
lambung.
c. Fase intestinal
Dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Selama pencernaan terjadi
dalam usus, sekresi asam klorida terus meningkat BAO ( Basal Acid Output ) yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya luka pada lambung.
5. Tanda dan Gejala
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, muntah merupakan salah satu
keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan pada saluran cerna berupa
hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan
Ulserasi superficial yang menimbulkan hemorrhagic, ketidak-nyamanan abdomen (mual,
anoreksia), muntah serta cegukan, dan dapat terjadi kolik dan diare (Suzanne, 2002).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes
yang positif, pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya,
tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien terinfeksi. Tes darah dapat juga dilakukan
untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibatgastritis.
b. Pemeriksaan Pernapasan : Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh
bakteri H. pyloriatau tidak.
c. Pemeriksaan Feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces.
Hal ini menunjukkan adanya penyakit.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas.
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran mungkin tidak
terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil
yang fleksibel dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20
sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis
atau penyakit pencernaan lain diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan ketika di rontgen.
7. Penatalaksanaan
a. Gastritis Aku
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol
dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis
diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri
dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisasi asam,
digunakan antasida umum (misalnya aluminium hidroksida), untuk menetralisasi alkali
digunakan jus lemon encer atau cuka encer. Bila korosi luas atau berat, emetic dan
lavase dihindari karena bahaya perforasi. Terapi pendukung mencakup intubasi,
analgesik dan sedatif, antasida serta cairan intravena. Endoskopi fiber optik mungkin
diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau
reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus (Suzanne,
2002).
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronis diatas dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat,
mengurangi stress, dan memulai farmakoterapi. H. pylori dapat diatasi dengan antibiotik
(seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam bismuth (Pepto-Bismol). Pasien dengan
gastritis A biasanya mengalami malabsorpsi vitamin B 12yang disebabkan oleh adanya
antibody terhadap faktor intrinsic (Suzanne, 2002).
8. Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic ulcers dan
pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk meningkatkan resiko kanker lambung,
terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan dinding
lambung. Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-
sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain
yang terkait dengan infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mucosa associated
lymph kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada
dinding lambung. Kanker jenis ini dapat pada tahap awal
(Sudoyo, 2006).
9. Pencegahan
Walaupun infeksi H. Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut ini beberapa saran
untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis menurut David (2008) adalah :
a. Makan secara benar, Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang
pedas, asam, gorengan atau pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat
bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Masak yang cukup, pada
waktunya dan lakukan dengan santai.
b. Hindari alcohol, Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa
dalam lambung dan peradangan dan pendarahan.
c. Jangan merokok, Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat
lambung lebih rentan terhadap. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga
menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab lambung. Tetapi, untuk
dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan
metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.
d. Lakukan olah raga secara teratur, Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan
dan jantung, juga dapat usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari
usus secara lebih cepat.
e. Kendalikan stress, Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke,
menurunkan sistem kekebalan tubuh terjadinya permasalahan kulit. Stress juga
meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan bagi sebagian
orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif
dengan cara istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
f. Ganti obat penghilang nyeri, Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-
obat golongan ini akan peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada
menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri acetaminophen.
g. Ikuti rekomendasi dokter.
Menonjolnya masalah
Skala : 2
Kriteria Skor Bobot
a. Berat harus segera ditangani 1 1
b. Ada masalah tidak perlu penanganan 0
segera
c. Masalah tidak dirasakan
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup secara bersamaan yang di ikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang berineraksi satu sama lain dan semua
mempunyai peran masing- masing dalam keluarga tersebut (Mubarak, 2006). Keluarga
adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah (WHO,
2002).
Perawatan kesehatan keluarga merupakan salah satu komponen kesehatan
masyarakat yang sekaligus merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional. Asuhan
keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan metode pendekatan proses
keperawatan.
B. SARAN
Dengan diberikannya tugas ini penulis dapat lebih memahami dan mengerti
tentang bagaimana perawatan kelurga dan dapat melakukan perawatan yang baik dan
tepat serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik. Dengan adanya tugas ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang
telah didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.