Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan kesehatan keluarga merupakan salah satu komponen kesehatan
masyarakat yang sekaligus merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional. Menurut
UU No. 16 Tahun 1992 Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami-istri atau suami-istri dan anaknya, ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
Masalah dalam keluarga akan timbul bila status kesehatan salah satu anggota keluarga
terganggu. Pengetahuan keluarga tentang informasi mengenal suatu penyakit yang
diderita oleh pihak keluarga sangatlah penting diketahui demi tindakan pertama yang
akan diambil oleh pihak keluarga yaitu orang tua. Dalam mengambil keputusan yang
tepat menangani suatupenyakit tersebut. Oleh karena itu status kesehatan keluarga sangat
penting dijaga oleh setiap anggota keluarga, untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat pada umumnya, dan keluarga pada khususnya. Salah satu penyakit yang
sering diderita oleh keluarga ekonomi menengah kebawahadalah Gastritis, menunjukan
kurangnya pengetahuan pihak keluarga mengenai pengaturan kesehatan dalam hal
ini pola makan yang tidak teratur dan ketidakmampuan pihak keluarga dalam
menyediakan makanan yang bergizi, oleh karena status ekonomi keluarga yang tidak
mampu menjangkau harga harga bahan pokok makanan.
Gastritis merupakan inflamasi dari mukosa lambung. Helicobacter pylori, obat-
obatan, alkohol merupakan penyebab dari gastritis. Perjalanan penyakit gastritis ini
terjadi akibat terdapat gangguan keseimbangan faktor agresif dan difensif yang berperan
dalam menimbulkan lesi pada mukosa lambung.
Menurut data dari World Health Organization (WHO) bahwa Indonesia mendapat
urutan yang ke empat banyaknya jumlah penderita gastritis setelah Negara Amerika,
Inggris dan Bangladesh yaitu berjumlah 430 juta penderita gastritis (Depkes RI, 2004).
Di negara- negara Asia, Indonesia mendapat urutan ke tiga setelah Negara India dan
Thailand yaitu berjumlah 123 ribu penderita. Sedangkan di Indonesia sendiri kota yang
penduduknya paling banyak menderita penyakit gastritis adalah Kota Jakarta yaitu 25
ribu penduduk. Pemicu dari penyakit gastritis di Ibu Kota Jakarta yaitu dipengaruhi oleh
jumlah penduduk yang padat dan berpotensi gila kerja sehingga mengakibatkan makan
menjadi tidak teratur dan banyak menderita penyakit gastritis ini (Profil Dinkes, 2004).
Gastritis tidak dapat kita anggap remeh, karena gastritis yang tidak diobati dapat
mengakibatkan tukak lambung, pendarahan lambung, bahkan kanker lambung, seperti
dituturkan oleh Prof.Majumdar, (2011). Dan wanita hendaknya lebih waspada, karena
60% dari penderita maag adalah wanita. Penyebabnya antara lain wanita lebih tertutup
dan mudah mengalami stress, memiliki kebiasaan makan tidak teratur, dan sering
melakukan diet. (Syam 2011). Penanganan secara tepat penyakit gastritis harus di
waspadai lebih dini dengan hidup sehat dengan cara : Makan secara benar, Hindari
alkohol, Jangan merokok, Lakukan olah raga secara teratur, Kendalikan stress, Ganti obat
penghilang nyeri, Ikuti rekomendasi dokter. Bila langkah - langkah diatas telah dilakukan
penyakit gastritis maagakan jauh dari anggota keluarga anda. Dengan menerapkan
Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan tujuan terjadi peningkatan pengetahuan
kesehatan keluarga TnI di harapkan peningkatan ststus kesehatan keluarga bertambah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga TnI Dengan Salah Satu
Anggota Keluarga Menderita Gastritis ?.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan
salah satu anggota keluarga menderita penyakit Gastritis dengan penerapan
langsung praktek keperawatan sebagai metode pemecahan masalah.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan proposal tersebut agar penulis mampu :
a) Melakukan pengkajian pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga
menderita Gastritis.
b) Merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan salah satu
anggota keluarga menderita Gastritis.
c) Menyusun rencana tindakan pada keluarga dengan salah satu anggota
keluarga menderita Gastritis.
d) Melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga dengan salah satu
anggotra keluarga menderita Gastritis.
e) Melaksanakan evaluasi keperawatan pada keluarga dengan salah satu
anggota keluarga menderita Gastritis.
f) Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu
anggota keluarga menderita Gastritis.
BAB II
TINJAU PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup secara bersamaan yang di ikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang berineraksi satu sama lain dan semua
mempunyai peran masing- masing dalam keluarga tersebut (Mubarak, 2006). Keluarga
adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah (WHO,
2002).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri atau
suami istri dan anaknya (UU No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan).
2. Struktur Keluarga
a. Macam
1) Patrilineal : Patrilienal adalah keluarga sedarah yang memiliki yang hubungan terdiri
dari sanak keluarga sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu di sususn
melalui garis ayah
2) Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang memiliki hubungan terdiri dari sanak keluarga
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu di sususn melalui garis ibu
3) Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri
4) Patrilokal : Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
b. Ciri ciri struktur keluarga
1) Terorganisasi : adalah saling berhubungan, saling ketregantungan antar anggota keluarga
2) Ada keterbatasan : Setiap anggota keluarga memiliki keterbatasan tetapi mereka juga
memiliki keterebatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing masing
3) Adanya perbedaan dan kekhususan, Setiap anggota keluarga memiliki fungsi dan peranya
msing masing (Carter, 2006).
3. Tahap Keluarga
Di Indonesia keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap, yaitu :
a. Keluarga Prasejahtera : Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama,
pangan, sandang, papan dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi
salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.
b. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) : Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal, tapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan
sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi
di dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
c. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) : Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologinya,
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, yaitu kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi.
d. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) : Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan tetapi
belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap
masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan
untuk sosial kemasyarakatan, juga berperan serta secara aktif dengan menjadi
pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah
raga, pendidikan dsb.
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) : Adalah keluarga yang memenuhi
seluruh kebutuhan keluarganya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis maupun
pengembangan serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat (Murwani, 2007).
4. Tipe Keluarga
Secara tradisional kelurga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Keluarga Inti (nuclear family) : Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga Besar (extended family) : Keluarga inti ditambah keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme.
Pengelompokkan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi :
1) Keluarga Bentukan Kembali (dyadic family) : Keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah cerai atas kehilangan pasangannya.
2) Orang Tua Tunggal (single parent family) : Keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak anak akibat perceraian atau ditinggal pasangan.
3) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmaried teenage mother).
4) Orang dewasa (laki- laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone).
5) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital hetero
sexual cohibiting family).
6) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gai and
lesbian family).
7) Keluarga Binuclear : Keluarga baru terbentuk setelah perceraian dimana anak
menjadi anggota dari suatu sistem keluarga yang terdiri dari dua rumah tangga
inti, ibu dan ayah dengan berbagai macam kerja sama antar keduanya serta waktu
yang digunakan dalam setiap rumah tangga (Carter, 2003).
5. Tahap Perkembangan
Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangannya.
Tabel 2.1. Tugas Perkembangan Keluarga ((Suprajitno, 2004 )
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan Utama
Keluarga baru menikah 1) Membina hubungan intim yang
memuaskan.
2) Membina hubungan dengan keluarga
lain, teman dan kelompok sosial.
3) Mendiskusikan rencana mempunyai
anak.

2. 1) Mempersiapkan menjadi orang tua.


Keluarga dengan anak baru 2) Adaptasi dengan adanya perubahan
lahir anggota keluarga, interaksi keluarga,
hubungan seksual dengan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan dalam
rangka memuaskan pasangannya.

3. 1) Memenuhi kebutuhan anggota


Keluarga dengan anak usia pra keluarga, misalnya kebutuhan tempat
sekolah tinggal, privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru
lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain (tua) juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang
sehat, baik di dalam maupun luar
keluarga (keluarga lain maupun
lingkungan sekitar).
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan Utama
5) Pembagian waktu untuk individu,
pasangan dan anak (biasanya keluarga
mempunyai tingkat kerepotan yang
tinggi).
6) Pembagian tanggung jawab anggota
keluarga.
7) Merencanakan kegiatan dan waktu
untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.

1) Membantu sosialisasi anak terhadap


sekolah lingkungan luar rumah,
Keluarga dengan anak usia sekolah dan lingkungan lebih luas
sekolah (yang tidak atau kurang diperoleh dari
sekolah atau masyarakat).
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan yang meningkat,
termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.

1) Memberikan kebebasan yang seimbang


dan bertanggung jawab mengingat
remaja adalah seorang dewasa muda
dan mulai memiliki otonomi.
Keluarga dengan anak remaja 2) Mempertahankan hubungan intim
dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka
antara anak dengan orang
tua. Hindarkan terjadinva perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan.
4) Mempersiapkan perubahan sistem
peran dan peraturan (anggota) keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.

1) Memperluas jaringan keluarga dari


keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai
keluarga baru di masyarakat.
4) Penataan kembali peran orang tua dan
kegiatan di rumah.
Keluarga mulai melepas anak
sebagai dewasa 1) Mempertahankan kesehatan individu
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan Utama
dan pasangan usia pertengahan.
2) Mempertahankan hubungan yang
serasi dan memuaskan dengan anak-
anaknya dan sebaya.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.

1) Mempertahankan suasana kehidupan


Keluarga usia pertengahan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangannya.
2) Adaptasi dengan perubahan yang akan
terjadi : kehilangan pasangan, kekuatan
fisik dan penghasilan keluarga.
3) Mempertahankan keakraban pasangan
dan saling merawat.
Keluarga usia tua 4) Melakukan Life Review masa
lalu.

6. Fungsi Keluarga
Menurut Suprajitno (2004) secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif (the affective function) : Adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini untuk perkembangan individu dan psikososial anggota
keluarga.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialication and social placement
function) Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) Adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function) Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu, meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) Adalah
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
7. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan,
meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari perubahan keluarga, perlu dicatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.
b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat
meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian,
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat
dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga ( Mubarak,
2006 ).
B. Konsep Dasar Penyakit Gastritis
1. Pengertian gastritis
Gastritis adalah proses implamasi pada mukosa dan submukosa lambung
( Sudoyo, 2006). Gastritis berasal dari kata gast berarti gaster/lambung, sedangkan itis
adalah radang. Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/lambung dan itis berarti inflamasi/peradangan (Anderson ,
2008).
Menurut Hembing ( 2005 ) gastritis dikenal juga dengan penyakit maag,
merupakan peradangan pada dinding mukosa lambung yang bersifat kronis sehingga
dinding lambung menjadi merah, bengkak, dan luka.
2. Klasifikasi
a. Gastritis Akut : Merupakan kelainan klinis akut akibat diet yang tidak teratur.
b. Gastritis Kronis : Merupakan inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus
begina atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (Suzanne,
2002).
3. Etiologi
Menurut David (2008) gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini
kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa
penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
a. Infeksi bakteri : Sebagian besar populasi dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang
hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
b. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus : Obat analgetik anti inflamasi
nonsteroid ( AINS ) seperti aspirin, ibu profen dan naproxin dapat menyebabkan
peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaklandin yang bertugas
melindungi dinding lambung.
c. Penggunaan alkohol secara berlebihan : Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis
mukosa dalam dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap
asam lambung walaupun dalam kindisi normal.
d. Penggunaan kokain : Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan
dan gastritis.
e. Stress fisik : Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada
lambung.
f. Kelainan autoimmune : Autoimmune autrophic gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel sel sehat yang berada dalam dinding lambung.
g. Crohns disease : Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis
pada dinding saluran cerna, namun kadang kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung.
h. Radiasi and kemoterapi : Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi
dapat menyebabkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer.
i. Penyakit bile reflux Bile ( empedu ) adalah cairan yang membantu mencerna lemak
lemak dalam tubuh. Cairan ini di produksi oleh hati. Ketika di lepaskan, empedu akan
melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal
sebuah otot sphincher yang berbentuk seperti cincin (pylorik valve) akan mencegah
empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan
benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan
dan gastritis.
j. Faktor faktor lain Gastritis sering juga di kaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya
seperti HIV / AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati / ginjal.
4. Patofisiologi
Mekanisme kerusakan mukosa pada gastritis di akibatkan oleh ketidakseimbangan
antara faktor-faktor pencernaan, seperti asam lambung dan pepsin dengan produksi
mukous, bikarbonat dan aliran darah (Hadi, 2007).
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik, gastric, dan intestinal.
a. Fase sefalik
Makanan masuk kedalam lambung sebagai akibat dari melihat, mencium, memikir,
dan mengecap makanan. Fase ini diperantarai seluruhnya oleh saraf fagus. Impuls
eferen kemudian dihantarkan melalui saraf fagus ke lambung. Hasilnya, kelenjar
gastrik dirangsang mengeluarkan asam HCl & pepsinogen.
b. Fase gastric
Saat makanan mencapai atrum pylorus, atrum menyebabkan terjadinya rangsangan
mekanis dari resptor-reseptor pada dinding lambung. Impuls merangsang pelepasan
hormon gastrin dan secara langsung merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Gastri
merupakan hormon yang menyebabkan lambung terus menerus mensekresikan cairan
lambung.
c. Fase intestinal
Dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Selama pencernaan terjadi
dalam usus, sekresi asam klorida terus meningkat BAO ( Basal Acid Output ) yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya luka pada lambung.
5. Tanda dan Gejala
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, muntah merupakan salah satu
keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan pada saluran cerna berupa
hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan
Ulserasi superficial yang menimbulkan hemorrhagic, ketidak-nyamanan abdomen (mual,
anoreksia), muntah serta cegukan, dan dapat terjadi kolik dan diare (Suzanne, 2002).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes
yang positif, pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya,
tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien terinfeksi. Tes darah dapat juga dilakukan
untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibatgastritis.
b. Pemeriksaan Pernapasan : Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh
bakteri H. pyloriatau tidak.
c. Pemeriksaan Feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces.
Hal ini menunjukkan adanya penyakit.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas.
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran mungkin tidak
terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil
yang fleksibel dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20
sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis
atau penyakit pencernaan lain diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan ketika di rontgen.
7. Penatalaksanaan
a. Gastritis Aku
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol
dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis
diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri
dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisasi asam,
digunakan antasida umum (misalnya aluminium hidroksida), untuk menetralisasi alkali
digunakan jus lemon encer atau cuka encer. Bila korosi luas atau berat, emetic dan
lavase dihindari karena bahaya perforasi. Terapi pendukung mencakup intubasi,
analgesik dan sedatif, antasida serta cairan intravena. Endoskopi fiber optik mungkin
diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau
reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus (Suzanne,
2002).
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronis diatas dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat,
mengurangi stress, dan memulai farmakoterapi. H. pylori dapat diatasi dengan antibiotik
(seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam bismuth (Pepto-Bismol). Pasien dengan
gastritis A biasanya mengalami malabsorpsi vitamin B 12yang disebabkan oleh adanya
antibody terhadap faktor intrinsic (Suzanne, 2002).
8. Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic ulcers dan
pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk meningkatkan resiko kanker lambung,
terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan dinding
lambung. Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-
sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain
yang terkait dengan infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mucosa associated
lymph kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada
dinding lambung. Kanker jenis ini dapat pada tahap awal
(Sudoyo, 2006).
9. Pencegahan
Walaupun infeksi H. Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut ini beberapa saran
untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis menurut David (2008) adalah :
a. Makan secara benar, Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang
pedas, asam, gorengan atau pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat
bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Masak yang cukup, pada
waktunya dan lakukan dengan santai.
b. Hindari alcohol, Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa
dalam lambung dan peradangan dan pendarahan.
c. Jangan merokok, Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat
lambung lebih rentan terhadap. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga
menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab lambung. Tetapi, untuk
dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan
metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.
d. Lakukan olah raga secara teratur, Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan
dan jantung, juga dapat usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari
usus secara lebih cepat.
e. Kendalikan stress, Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke,
menurunkan sistem kekebalan tubuh terjadinya permasalahan kulit. Stress juga
meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan bagi sebagian
orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif
dengan cara istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
f. Ganti obat penghilang nyeri, Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-
obat golongan ini akan peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada
menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri acetaminophen.
g. Ikuti rekomendasi dokter.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan metode
pendekatan proses keperawatan (Suprajitno, 2004).
Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,
merencanakan asuhan keperawatan keluarga dan melaksanakan intervensi keperawatan
terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil
asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga (Suprajitno, 2004). Tahap-
tahap proses keperawatan yang digunakan adalah :
1. Pengkajian
Pengkajian keluarga menurut Mubarak (2006) adalah tahapan dimana seseorang
perawat mangambil informasi, secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Secara garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga
yaitu :
a. Struktur dan karekteristik keluarga
b. Social, ekonomi, budaya
c. Factor lingkungan riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga
Tahap dari pengkajian keluarga yaitu : Pengumpulan Data. Data-data yang
dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Data umum meliputi nama kepala keluarga, umur, alamat dan telepon, pekerjaan
kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga, komponen keluarga dan status
imunisasi serta genogram keluarga 3 generasi, tipe keluarga, latar belakang
budaya (etnis), identifikasi religius, status sosial ekonomi dan aktifitas rekreasi
atau waktu luang.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan tahap
kehidupan keluarga berdasarkan duvall, ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti dan mengkaji sejauhmana keluarga melaksanakan tugas sesuai
tahapan perkembangan.
b) Riwayat keluarga adalah mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat
kesehatan keluarga yang meliputi tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti dan
riwayat keluarga sebelumnya.
3) Data lingkungan meliputi karakteristik rumah, karakteristik lingkungan dan
komunitas tempat tinggal yang lebih luas, mobilitas geografis keluarga,
perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat dan sistem pendukung
keluarga.
4) Struktur keluarga meliputi pola-pola komunikasi, struktur kekuatan, struktur
peran dan struktur nilai atau norma keluarga.
5) Fungsi keluarga meliputi fungsi ekonomi, fungsi mendapatkan status sosial,
fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi, fungsi religius, fungsi rekreasi, fungsi
reproduksi, fungsi afeksi dan fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan).
Fungsi pemenuhan kesehatan dengan tugas keluarga dibidang kesehatan :
Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal yang
perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah gastritis
meliputi:
a) Pengertian Gastritis
b) Tanda dan gejala
c) Faktor penyebab Gastritis
d) Faktor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah Gastritis
terutama yang dialami oleh salah satu anggota keluarga.
Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang :
a) Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.
b) Apakah penyakit Gastritis dirasakan oleh keluarga ?
c) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami ?
d) Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari keadaan Gastritis yang
dialami oleh salah satu anggota keluarga ?
e) Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung (negatif) terhadap
upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada salah satu anggota keluarga yang
menderita gastritis ?
f) Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan ?
g) Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga kesehatan ?
h) Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat
untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah kesehatan ?
Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit, perlu dikaji tentang :
a) Pengetahuan keluarga tentang Gastritis yang dialami oleh salah satu anggota
keluarga meliputi : sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelah
tindakan dan perawatan.
b) Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakukan keluarga
terhadap anggota keluarga yang menderita Gastritis.
c) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara dan fasilitas untuk merawat
anggota keluarga yang menderita Gastritis.
d) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga meliputi anggota
yang mampu dan dapat bertanggung jawab, sumber keuangan/finansial,
fasilitas fisik dan dukungan psikososial.
e) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita
Gastritis.
Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat, perlu dikaji tentang :
a) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar lingkungan
rumah.
b) Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan.
c) Pengetahuan keluarga tentang pentingnya sikap keluarga terhadap sanitasi
lingkungan yang hygienis sesuai syarat kesehatan.
d) Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan Gastritis yang dapat
dilakukan keluarga.
e) Kebersamaan keluarga untuk meningkatkan dan memelihara lingkungan
rumah yang menunjang kesehatan.
Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di
masyarakat, perlu dikaji tentang :
a) Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang
dapat dijangkau.
b) Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan.
c) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang
melayani.
d) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan
tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani.
6) Stres dan koping keluarga meliputi stresor yang dimiliki keluarga, kemampuan
keluarga berespon terhadap stresor, strategi koping yang digunakan dan strategi
adaptasi yang disfungsi.
7) Pemeriksaan fisik pada salah satu anggota keluarga yang menderita Gastritis meliputi:
a) Keluhan/riwayat penyakit saat ini :Diagnosa Gastritis awalnya diperkirakan
dengan adanya gejala berupa perih atau rasa sakit di perut, mual, muntah.
b) Riwayat penyakit sebelumnya, Dimana mengalami gejala yang berupa perih
di perut, mual, muntah.
c) Tanda-tanda vital : Biasanya tidak terjadi perubahan nadi dan tekanan darah.
d) Sistem cardiovaskuler : Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah.
e) Sistem gastrointestinal Nyeri perut, mual, muntah, hilang nafsu makan.
f) Sistem musculoskeletal : Kelemahan otot, keseimbangan terganggu.
8) Analisa Data
Menurut Hidayat (2004) analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berfikir rasional sesuai dengan ilmu pengetahuan. Di dalam
menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan
kesehatan keluarga, yaitu :
a. Keadaan kesehatan dari setiap anggota keluarga meliputi :
1) Keadaan kesehatan anggota keluarga yang menderita Gastritis.
2) Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga.
3) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga.
4) Keadaan gizi anggota keluarga.
5) Status imunisasi anggota keluarga.
6) Kehamilan dan keluarga berencana.
b. Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, meliputi :
1) Rumah meliputi : ventilasi, penerangan, kebersihan, konstruksi, luas
rumah dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga dan sebagainya.
2) Sumber air minum
3) Jamban keluarga
4) Tempat pembuangan air limbah
5) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya
c. Karakteristik keluarga
Sifat-sifat keluarga
Dinamika dalam keluarga
Komunikasi dalam keluarga
Interaksi antar anggota keluarga
Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota
keluarga.
Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga.
9) Perumusan Masalah
Dilihat dari status kesehatan klien, diagnosa dapat dibedakan menjadi actual,
potensial, resiko dan kemungkinan. Actual adalah diagnosa keperawatan yang
menggambarkan penilaian klinik yang harus divalidasi perawat karena adanya
batasan karakteristik mayor.
Potensial adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klien
kea rah yang lebih positif (kekuatan klien). Resiko adalah diagnosa keperawatan
yang menggambarkan kondisi klinik individu lebih rentan mengenai masalah.
Kemungkinan adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinik
individu yang memerlukan data tambahan sebagai faktor pendukung yang lebih
akurat (Wartonah, 2004). Dalam keperawatan keluarga di bagi dalam beberapa
pengelompolkan analisa data yaitu :
a. Ancaman Kesehatan
Yang termasuk dalam ancaman kesehatan adalah jumlah anggota keluarga terlalu
besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber daya keluarga, kekurangan
gizi, sanitasi lingkungan buruk, kebiasaan yang merugikan kesehatan,
kepribadian, peran, status imunisasi.
b. Kurang/tidak sehat
Adalah kegagalan dalam mempertahankan kesehatan termasuk keadaan sakit yang
belum atau sudah terdiagnosa, kegagalan tumbuh kembang secara normal dan
gangguan kepribadian atau intelektual.
c. Situasi Krisis
Adalah saat-saat yang banyak menunutut individu atau keluarga dalam
menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga. Yang termasuk
dalam hal situasi krisis adalah kecacatan dan kematian anggota keluarga, pindah
rumah.
10) Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah kesehatan, langkah selanjutnya adalah menemukan
prioritas masalah kesehatan keluarga didasarkan pada beberapa kriteria sebagai
berikut:
a. Sifat masalah, dikelompokkan dalam ancaman kesehatan, tidak/ kurang sehat dan
krisis.
b. Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan keberhasilam untuk
mengurangi masalah, mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan.
c. Potensial masalah untuk dapat dicegah adalah sifat untuk bertanya masalah yang
akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan
kesehatan.
d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam
hal bertanya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan.
Skala prioritas dalam menyusun masalah kesehatan keluarga dapat dilakukan dengan
tehnik skoring sebagaimana terdapat pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Skoring Diagnosa Keperawatan Menurut Mubarak, (2006).
Kriteria Skor Bobot
Sifat Masalah
Skala :
a. Ancaman kesehatan 3
b. Tidak kurang sehat 2 1
c. Kritis 1
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :
a. Mudah 2
b. Sebagian 1 2
c. Tidak dapat di rubah 0

Potensial masalah untuk dicegah


Skala :
a. Tinggi 3
b. Sedang 2 1
c. Rendah 1

Menonjolnya masalah
Skala : 2
Kriteria Skor Bobot
a. Berat harus segera ditangani 1 1
b. Ada masalah tidak perlu penanganan 0
segera
c. Masalah tidak dirasakan

Skoring dilakukan dengan cara :


a) Tentukan skor tiap kriteria
Skor x bobot
angka tertinggi
b) Jumlah skor untuk tiap criteria
c) Skor tertinggi 5 dan sama dengan jumlah seluruh bobot.
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan merupakan pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah actual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi dan
menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah
masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya. Dalam merumuskan
diagnosa keperawatan ada tiga komponen yang perlu dicantumkan yaitu Problem (P),
Etiologi (E) dan Symptom (S), antara problem dan etiologi dihubungkan dengan kata :
berhubungan dengan, sekunder terhadap, dan disebabkan (Wartonah, 2004). Perumusan
diagnosa keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari :
a. Masalah (Problem)
Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga atau anggota (individu) keluarga. Daftar diagnosa keperawatan keluarga
menurut NANDA :
Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah lingkungan
Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (higienis lingkungan).
Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi.
Komunikasi keluarga disfungsional.
Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran.
Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit terhadap
keluarga).
Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif
Berduka yang diantisipasi
Koping keluarga tidak efektif
Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi social
Kurang pengetahuan
Ketidak patuhan
Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan kesehatan
Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
Perilaku mencari pertolongan kesehatan
Ketidak efektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga
Resiko terjadinya kekambuhan
Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Peningkatan suhu tubuh
Diagnosa yang sering muncul pada keperawatan keluarga gastritis adalah
a) Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penyakit gastritis dan perawatanya
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan penatalaksanan pasien
gastritis berhubungan dengan tidak tahu akibat penyakit gastritis
c) Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan cara merawat pasien gastritis
d) Ketidak mampuan keluarga dalam menata lingkungan rumah berhubungan
dengan keluarga tidak kompak
e) Tidak sanggup menggunakaan fasilitas kesehatan yang ada serhubungan
dengan tidak mengenal keuntungan dari pelayanan kesehatan untuk
mengatasi penyakit gastritis
f) Ketidak mampuan keluarga mengenal potensial terjadinya gastritis pada
anak berhubungan dengan kurangnya informasi tentang jadwal
pemeriksaan kesehatan
g) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
h) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat lingkungan rumah yang sehat.
i) Kecemasan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.
b. Penyebab (Etiologi)
Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima
tugas keluarga (Suprajitno, 2004). Penyebab yang bisa timbul pada keluarga dengan
salah satu anggota keluarga menderita Gastritis :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Gastritis yang diderita oleh
salah satu anggota keluarga.
2) Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan/tindakan yang tepat
untuk mengatasi Gastritis.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita
Gastritis.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan rumah.
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada.
c. Tanda (Sign)
1) Data subjektif adalah data yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung
untuk mendukung masalah dan penyebab terjadinya penyakit gastritis di keluarga
tersebut.
2) Data objektif adalah data yang diperoleh perawat dengan cara melihat langsung
keadaan keluarga (Suprajitno, 2004).
3. Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga
Adalah merupakan kumpulan tindakan yang di rencanakan oleh perawat untuk
dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan atau masalah
keperawatan yang telah diidentifikasikan. Rencana keperawatan yang berkwalitas akan
menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan serta penyelesaikan masalah (Mubarak,
2006). Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan-kegiatan
yang bertujuan :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara :
1) Memberi informasi yang tepat mengenai Gastritis
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
3) Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
1) Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan.
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar keluarga.
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara :
1) Mendemonstrasikan cara perawatan klien dengan Gastritis.
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan keluarga, dengan cara :
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
2) Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya,
dengan cara :
1) Menggunakan failitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan keluarga.
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu proses dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk
mengadakan perbaikan ke arah prilaku hidup sehat. Dalam kondisi ini untuk
membangkitkan minat keluarga dalam berprilaku sehat. Maka perawat harus memahami
tehnik tehnik observasi. Tinakan keperawatan keluarga mencakup hal hal dibawah ini
yaitu :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara : memberikan informasi, mengidentifikasi, kebutuhan dan
harapan keluarga tentang kesehatan dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
keluarga.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara :
mengidentifikasi konswekensi tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber
sumber yang di miliki keluarga dan mendiskusikan tentang konswekensi tiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan
cara : mendemostrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di
rumah dan mengawasi keluarga dalam perawatan.
d. Membantu keluarga dalam menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat dengan cara : menemukan sumber sumber yang dapat digunakan
keluarga dan melakukan perubahan pada lingkungan keluarga secara optimal.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara :
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga dan membantu
keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (Mubarak., 2006).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil rencana tindakan yang telah di berikan, di lakukan penilaian untuk
melihat keberhasilannya.
a. Langkah langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan keluarga yang di
berikan kepada pihak keluarga adalah :
1) Tentukan garis besar masalah kesehatan yang di hadapi dan bagaimana
keluarga mengatasi masalah tersebut.
2) Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan di capai
3) Tentukan kreteria dan standar untuk evaluasi. Kreteria dapat berhubungan
dengan sumber sumber proses atau hasil, tergantung pada demensi evaluasi
yang di inginkan
4) Tentukan metode atau tehnik evaluasi yang sesuai serta sumber sumber data
yang di perlukan
5) Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kreteria dan
standar untuk evaluasi
6) Identifikasi pnyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau
pelaksanaan yang kurang memuaskan.
7) Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan :
mungkin tujuan tidak realistic, mungkin tindakan tidak tepat, atau ada factor
lingkungan yang tidak bisa diatas
b. Tahapan evaluasi ada 2 yaitu :
1) Evaluasi formatif adalah evaluasi yang bertujuan untuk menilai hasil
implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai
kontrak pelaksanaan.
2) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang bertujuan menilai secara keseluruhan
terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana diteruskan,
diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi atau dihentikan
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian :
S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan atau pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan.
A : Analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga yang
dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada
tujuan pada rencana keperawatan keluarga.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa ( Mubarak, 2006).
5. Dokumentasi Keperawatan
Adalah kegiatan pendokumentasian keperawatan mencakup rencana secara
sistematis. Semua kegiatan dalam kegiatan kontrak perawat-klien dalam kurun waktu
tertentu, secara jelas, lengkap dan objektif. Hal ini bertujuan untuk memberi kemudahan
dalam memberikan asuhan keperawatan dan jaminan mutu, disamping pencatatan,
kegiatan pendokumentasian keperawatan juga mencakup penyimpangan atau
pemeliharaan hasil pencatatan dan pendokumentasian pada anggota sesama tim kesehatan
untuk kepentingan pengelolaan klien serta kepada aparat penegak hukum bila diperlukan
untuk pembuktian.
Tujuan dokumentasi:
a) Menghindari kesalahan, tumpang tindih dan ketidak lengkapan informasi dalam
askep.
b) Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antar sesama perawat atau pihak
lain melalui komunikasi tulisan.
c) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas tenaga keperawatan.
d) Perawat dapat perlindungan secara hokum.
e) Terjaminya kualitas askep.
f) Memberi data bagi penelitian, penulisan kti dll.
Kegunaan:
a) Sebagai alat komunikasi
b) Sebagai mekanisme pertanggung gugatan
c) Metode pengumpulan data
d) Sarana pelyanan kep secara individual
e) Sarana evaluasi
f) Sarana meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan
g) Sarana pendidikan lanjutan
h) Audit pelayanan keperawatan (Dongoes, 2002).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup secara bersamaan yang di ikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang berineraksi satu sama lain dan semua
mempunyai peran masing- masing dalam keluarga tersebut (Mubarak, 2006). Keluarga
adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah (WHO,
2002).
Perawatan kesehatan keluarga merupakan salah satu komponen kesehatan
masyarakat yang sekaligus merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional. Asuhan
keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan metode pendekatan proses
keperawatan.

B. SARAN
Dengan diberikannya tugas ini penulis dapat lebih memahami dan mengerti
tentang bagaimana perawatan kelurga dan dapat melakukan perawatan yang baik dan
tepat serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik. Dengan adanya tugas ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang
telah didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai