Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN

GUDANG FARMASI KABUPATEN BANJARNEGARA


TAHUN 2011

Disusun oleh:

1. Husni Mubarok (B1003022)


2. Ika Elis Kurniawati (B1003024)
3. Imam Agung Fajarudin (B1003026)
4. Isnaini Candrawati (B1003028)
5. Karomat (B1003030)

PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat sehingga
penulis dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Kunjungan Lapangan ini dengan baik tepat pada
waktunya.
Karena terbatasnya kemampuan diri penulis, bantuan dari banyak pihak telah mendukung
terselesaaikannya Laporan Kunjungan Lapngan ini maka dari itu tidak lupa penulis ucapkan terimakasih
kepada orang tua, dosen pembimbing, dan teman-teman yang bersangkutan.
Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan kunjungan ini sangat jauh sekali dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran senantiasa penulis nantikan untuk pembuatan laporan selanjutnya yang lebih
baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Banjarnegara, Mei 2011

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat merupakan zat kimia yang memiliki peran penting didalam dunia kesehatan terutama dalam
pengobatan atau penanganan penyakit. Obat di dalam dunia kesehatan dibahas pada kegiatan farmasi.
Kegiatan Farmasi merupakan salah satu kegiatan pelayanan kesehatan yang tidak bisa dipisahkan
dalam sistem pelayanan kesehatan di dalam masyarakat. Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanankesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obatyang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Obat
dapat meningkatkanderajat kesehatan, menambah kepercayaan dan terlibat dalam pelayanan
kesehatan.Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dilakukan denganmeningkatkan
berbagai fasilitas pelayanan termasuk diantaranya bidang farmasi. Karena farmasi Rumah sakit
dirasakan semakin diperlukan ditengah tingginya kompleksifitas penyakit masyarakat yang datang dan
membutuhkan pelayanan medis di Rumah Sakit.
Pelayanan obat juga tidak dapat lepas dari prinsip penggunaan obat yang rasional yaitu pemilihan obat
yang tepat sesuai dengan tujuan pengobatan. Dengan demikian, sektor memerlukan pengelolaan yang
professional dengan mengutamakan efisiensi, baik pada pemilihan, penyelenggaraan stok, penggunaan
maupun pada prosses perencanaannya sendiri.
Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana obat dibutuhkan dan dikelola di dunia kesehatan kami
melakukan kegiatan kunjungan lapangan di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan Laporan Kegiatan Kunjungan Lapangan ini diantaranya yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Farmakologi
2. Untuk mengetahui bagaimana tahap-tahap pengelolaan obat di dalam dunia kesehatan mulai dari
tahap perencanaan hingga tahap pendistribusian obat.

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan kami jadikan pembahasan dalam pembuatan laporan ini diantaranya yaitu:
1. Bagaimana tata cara perencanaan Obat di Instansi-Instansi Kesehatan?
2. Bagaimana tata cara penyimpanan Obat di dalam Gudang Farmasi Kabupaten yang merupakan
gudang obat-obatan?
3. Bagaimana tata cara pendistribusian obat dari pusat penyimpanan obat hingga ke Puskesmas-
Puskesmas yang ada di Kabupaten Banjarnegara?

D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu: Kamis, 26 Mei 2011
Tempat: Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan
dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem.
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersedia dalam jenis
dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.
Secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :
a. Tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan kefarmasian di Apotek
b. Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien
c. Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik
d. Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif
e. Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian sesuai jenis, jumlah dan
waktu yang dibutuhkan
f. Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang tepat
g. Digunakannya obat secara rasional
Secara umum tahapan-tahapan pengelolaan obat dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu:
A. Perencanaan Kebutuhan Obat
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan dalam menentukan
jenis dan jumlah obat yang dibutuhkan yaitu dengan metode konsumsi. Perhitungan dengan metode
konsumsi adalah perhitungan berdasarkan atas analisa konsumsi obat pada tahun sebelumnya.
Tujuan dari perencanaan itu sendiri intinya adalah untuk merencanakan kebutuhan obat.
Di dalam perencanaan dibutuhkan beberapa data yaitu:
Data kebutuhan Puskesmas
Data rekap pengeluaran atau pemakaian tahun lalu
Data stok obat yang ada di Gudang Farmasi yang dibuat setiap 6 bulan sekali
Setelah kebutuhan obat direncanakan tentu saja akan muncul kebutuhan obat misalnya dari Puskesmas.
Kemudian data-data mengenai rencana kebutuhan obat akan dicatat dan dimasukkan kedalam ULP (Unit
Layanan Pengadaan). Selanjutnya akan diadakan proses pelelangan kebutuhan obat secara umum yang
dimulai dengan pengumuman adanya lelangan, pendaftaran beberapa rekanan, pemberian penjelasan
mengenai hal-hal yang berkaitan, dan seterusnya hingga pelelangan selesai. Untuk peserta dengan nilai
yang terendahlah yang akan enjadi pemenang dalam pelelangan ini.
Pada prinsipnya perencanaan obat merupakan suatu proses kegiatan menentukan jenis dan jumlah obat
dalam rangka pengadaan obat agar sesuai dengan kebutuhan untuk pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Adapun tujuan perencanaan pengadaan obat antara lain untuk:
1. Mengetahui jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan,
2. Menghindari terjadinya kekosongan obat,
3. Meningkatkan penggunaan obat yang rasional,
4. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (Ditjen Yanfar Alkes Depkes RI) menyebutkan bahwa perencanaan pengadaan obat
publik dan perbekalan kesehatan adalah salah satu fungsi yangmenentukan dalam proses pengadaan
obat publik dan perbekalankesehatan. Tujuan perencanaan pengadaan obat publik dan perbekalan
kesehatan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan
pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan
pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan diawali dari data yang disampaikan Puskesmas ke
Unit Pengelola Obat / Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang selanjutnya dokompilasi
menjadi rencana kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan Kabupaten / Kota yang dilengkapi
dengan teknik-teknik perhitungannya. Disamping itu Ditjen Yanfar dan Alkes Depkes RI juga mengatakan
bahwa perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Pengelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan Puskesmas. Data mutasi obat yang dihasilkan oleh Puskesmas
merupakan salah satu faktor dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan. Data ini
sangat penting untuk perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas. Ketepatan dan kebenaran data di
Puskesmas akan berpengaruh terhadap ketersediaan dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di
Kabupatan / Kota. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, Puskesmas diminta
menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO) yaitu formulir yang lazim digunakan di unit pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah.
Selanjutnya Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (UPOPPK) yaitu Pengelola Obat di
tingkat Kota seperti Gudang Farmasi, Seksi Farmasi dan Alkes yang akan melakukan kompilasi dan
analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 72 tahun 1999 tentang Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, yang diperkenankan
untuk melakukan penyediaan obat adalah apoteker. Untuk itu Puskesmas tidak diperkenankan
melakukan pengadaan obat secara sendiri-sendiri.
Menurut Kristin ada enam langkah utama yang harus dilakukan
dalam proses perencanaan obat :
1. Menetapkan Tim Perencanaan Logistik
2. Menetapkan tujuan perencanaan logistik obat
3. Menetapkan prioritas
4. Menggambarkan keadaan setempat dan ketersediaan sumber daya
5. Mengidentifikasi kelemahan dalam proses logistik
6. Membuat rancangan perbaikan.
Perencanaan kebutuhan obat merupakan kegiatan utama sebelum
melakukan proses pengadaan obat. Langkah-langkah yang diperlukan
dalam kegiatan perencanaan kebutuhan obat antara lain :
a. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medis dan statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih
baik dibandingkan dengan risiko efek samping yang ditimbulkan
b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin untuk menghindari duplikasi dan kesamaan jenis. Apabila
jenis obat dengan indikasi sama dalam jumlah banyak, maka kita memilih berdasarkan drug of choise
dari penyakit yang prevalensinya tinggi
c. Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk terapi yang lebih baik
d. Menghindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi tersebut mempunyai efek yang
lebih baik dibanding obat tunggal
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan obat antara lain :
a. Obat yang dipilih sesuai dengan standar mutu yang terjamin
b. Dosis obat sesuai dengan kebutuhan terapi
c. Obat mudah disimpan
d. Obat mudah didapatkan / diperoleh
e. Biaya pengadaan dapat terjangkau
f. Dampak administrasi mudah diatasi
Seleksi / pemilihan obat didasarkan pada Obat Generik terutama yang terdaftar dalam DOEN yang masih
berlaku dengan patokan harga sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Harga Obat dan
Perbekalan Kesehatan untuk Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) dan Obat Program Kesehatan.
Disamping itu juga diperlukan pemilihan obat menjadi kelompok VEN (Vital, Esensial dan Non Esensial).

B. Pengadaan atau Permintaan Obat


Pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan merupakan proses untuk penyediaan obat yang
dibutuhkan di Unit Pelayanan Kesehatan. Pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kesehatan Propinsi dan Kabupaten / Kota sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam PelaksanaanPengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah dan Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Tujuan pengadaan obat adalah :
a. Tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan
b. Mutu obat terjamin
c. Obat dapat diperoleh pada saat dibutuhkan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan obat antara lain:
1. Kriteria obat publik dan perbekalan kesehatan
2. Persyaratan pemasok
3. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat
4. Penerimaan dan pemeriksaan obat
5. Pemantauan status pesanan
Proses pengadaan obat yang efektif akan menjamin ketersediaan obat yang baik dalam jumlah yang
tepat, harga yang wajar dan kualitas sesuai dengan standar yang diakui. Untuk memperoleh obat-obatan
dapat melalui pembelian, sumbangan atau lewat pabrikan. Siklus pengadaan obat meliputi langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Meninjau atau memeriksa kembali tentang pemilihan obat (seleksi obat),
2. Menyesuaikan atau mencocokan kebutuhan dan dana,
3. Memilih metode pengadaan,
4. Mengalokasikan dan memilih calon penyedia obat (supplier),
5. Menentukan syarat-syarat atau isi kontrak,
6. Memantau status pesanan,
7. Menerima dan mengecek obat,
8. Melakukan pembayaran,
9. Mendistribusikan obat,
10. Mengumpulkan informasi mengenai pemakaian.

C. Penyimpanan Obat
Penyimpanan merupakan kegiatan dan usaha untuk mengelolah barang persediaan sehingga harus
dilakukan sedemikian rupa agar:kualitas dapat diperhatikan, barang terhindar dari kerusakan
fisik,pencarian barang mudah dan cepat,Barang aman dari pencuri dan memermudah pengawasan
stock.
Penyimpanan sebagai jantung dari menjemen logistic karena sangat menetukan kelancaran dari
pendistribusian. Oleh karena itu, maka metode pengendalian persediaan /inventori control
diperlukan,dipahami dan diketahui secara baik.
Tujuan penyimpanan yaitu:
Kualitas barang dapat dipertahankan
Barang terhindar dari kerusakan
Barang aman dari kehilangan dan pencurian
Pengawasan stock lebih mudah
Obat yang ada di Gudang Farmasi ini merupakan obat yang didapat dari sumber anggaran kesehatan
yaitu dari:
a. ASKES: dari jatah yang diperoleh oleh gaji pegawai
b. DAU: didapatkan dari PEMDA
c. BUFFER: didapatkan jika anggaran obat yang dibutuhkan oleh Puskesmas per tahunnya mengalami
kekurangan.
Digudang Farmasi ini penyimpanan obat harus dilakukan dalam satu pintu artinya semua obat-obatan
dan alat-alat kesehatan disimpan di dalam gudang farmasi. Setiap kali obat datang tempatnya harus siap
disesuaikan dengan jumlahnya. Obat yang baru datang juga harus ditempatkan druang karantina
gterlebih dahulu sebelum obat itu dimasukkan kedalam tempat penyimpanan. Penyimpanan harus ditata
sesuai dengan tannggal kadaluarsa dan dicatat batchnya. Untuk mengelola obat-obatan yang telah
melewati Expired Date diperlukan tim khusus dan saksi-saksi dalam proses pemusnahannya. Untuk obat-
obatan dalam kemasan strip harus dibuang dalam keadaan tanpa bungkus dan bungkusnya harus
dipotong-potong agar mudang dimusnahkan. Untuk obat injeksi pemusnahannya harus dibakar atau
dimasukkan dalam keadaan suhu yang tinggi.
Suhu penyimpanan oabat sendiri harus disesuaikan tetapi pada umumnya obat disimpan pada suhu
kurang lebih 200 C. GFK Banjarnegara dalam menyimpan obat mempunyai 2 gudang yang pertama yaitu
gudang besar dan gudang eceran. Gudang besar merupakan gudang yang digunakan untuk menyimpan
obat dalam kemasan yang masih besar atau kardusan Sedangkan gudang eceran digunakan untuk
menyimpan obat yang sudah ditata dengan benar yang diambil dari gudang besar untuk melayani
Puskesmas. Dalam penyusunannya ditata secara alfabetis dan menurut bentuk sediaannya. Setiap
proses pengadaan dan pengeluaran obat disediakan kartu untuk mencatatnya. Biasanya warna kartu
yang digunakan dibedakan menurut dari atau ke mana obat tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan di dalam kegiatan penyimpanan yaitu:
a. Lokasi penyimpanan(gudang)
b. Desain penyimpanan
c. Jenis dan pengelompokan
d. Prosedur dan ADM
e. Pemakaian alat Bantu/ binatang
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa penyimpanan barang di dalam gudang harus dikelompokkan.
Cara pengelompokkannya yaitu:
1. Berdasarkan barang yang sejenis, misalnya:
ATK, alat kebersihan, suku cadang,
Obat, ALKES, pembalut
Bahan baku, kesediaan jadi, volume besar
Sirup, tablet, Zalf, Injeksi
2. Berdasarkan sifat barang, misalnya:
Barang mudah menguap/terbakar
Penympanan dingin
Penyimpanan tidak kena cahaya
3. Berdasarkan kecepatan bergerak: cepat (dekat pintu), sedang, lambat
4. Berdasarkan volume dan berat: besar (jauh dari pintu) / kecil (dekat pintu), Berat(dekat pintu) / ringan
5. Berdasarkan pabrik
6. Berdasarkan alphabet
Mekanisme pengeluaran barang adalah sesuai dengan prinsip FIFO= first in first out artinya yang dating
lebih dulu dikeluarakan lebih dulu> selain itu dilihat dari masa kadarluarsanya walaupun datangnya lebih
dulu/terakhir tapi expire date dekat dikeluar lebih dulu. Disebut FEFO= first expire first out
Setelah diperoleh yang dikehendaki maka seluruh barang yang akan disimpan harus dikelompokan
dengan memperhatikan hal berikut:
Kelompok pelayanan
Kondisi yang diperlukan untuk menjaga kualitas
Ukuran volume
Fast atau slow moving
Abjad dan FIFO

D. Distribusi Obat
Distribusi merupakan kegiatan pemindahan atau penyaluran barang dari suatu tempat ke tempat yang
lain. Dalam hal ini barang yang didistribusikan adalah obat-obatan yang disalurkan dari gudang farmasi
hingga ke konsumen. Contoh kegiatan distribusi obat yaitu:
Pemindahan dari supplier ke gudang pabrik GP
Pemindahan dari GP ke unit produksi atau pemakai
Pemindahan produk dari unit produksi ke GP
Pemindahan dari GP ke gudang cabang pabrik(GCP)
Pemindahan GP/GCP ke gudang distributot (GD)
Pemindahan GD ke gudang cabang distributor
Pemindahan GD/GCD kepengencer
Pemindahan dari pengencer ke konsumen
Proses pemindahan tersebut dapat berlangsung cepat atau lama bahkan dapat membutuhkan waktu
beberapa hari tergantung jarak,kualitas transportasi seperti jalan dan alat angkut. Selama proses
pemindahan mutu dan jumlah barang harys tetap dapat dipertahankan,karena itu alat angkut harus
memiliki fasilitas untuk menjaga mutu dan keamanan barang. Proses komunikasi dan administrasi juga
merupakan factor penting dalam proses distribusi.
Puskesmas dalam mengambil Obat harus memiliki syarat yaitu perencanaan kebutuhan obat yang
disusun di dalam LPLPO. Pengolahan data diambil dari jumlah kunjungan kemudian diranking. Setelah
diranking data tersebut akan berupa data riil selanjutnya masuk ke data SBBK. Dengan melihat data
Expired Date sebelum obat diserahkan ke puskesmas dan setelah itu expired datenya juga harus dicek
lagi baru obat tersebut diberikan ke Puskesmas.
Masalah yang sering muncul yaitu kunjungan puskesmasnya. Aturannya tiap Puskesmas harus
berkunjung setiap dua bulan sekali dalam satu tahun yaitu pada bulan ganjil tetapi biasanya ada obat
yang habis sebelum masa kunjungan berikutnya. Jadi Puskesmas tersebut diberikan kesempatan satu
kali kunjungan lagi yaitu pada bulan genap yang permintaannya dalam bentuk BON.
Distribusi dapat dilakukan dengan 2 cara:
1. Sentaralisasi : seluruh kebutuhan user disuplai dari gudang pusat
2. Desentralisasi : seluruh kebutuhan user disuplai dari depo(satelit) yang berada didekat atau disekitar
user. Persediaan Depo display Gudang pusat
Keduanya mempunyai keuntungan dan kerugian,system mana yang akan ddipakai tergantung pada
situasi dan kondisi masing-masing RS. Bila jarak dan alat angkut merupakan kendala sebaiknya
disentralisasi dan bila tidak gunakan sentralisasi.
Dalam distribusi Obat digunakan beberapa metode dinataranya yaitu:
1. Floor stock
Seluruh kebutuhan pelayanan baik untuk keperluan emergency,dasar ruangan maupun individu penderita
dari gudang pusat(ssentralisasi) atau depo farmasi(disentralisasi) dikirim dan disimpan ditempat
pelayanan/ruang user. Kebutuhan obat langsung dapat dilayani perawatan tanpa harus menembus/
mengambil ketempat pelayanan farmasi, sehingga farmasis tidak terlibat sama sekali dalam proses
review resep senbelum obat disiapkan
2. Resep individu
Hanya kebutuhan emergency dan dasar ruangan saja yang dikirim dari gudang pusat atau depo farmasi
dan disimpan ditempat pelayan/ruang user, sedangkan kebutuhan individu diresepkan dan
ditembus/diambil oleh perawat atau keluaraga ditempat pelayanan obat/apotik dengan system cash and
carry(seperti layaknya pengambilan resep biasa). Disini farmasis terlibat dalam proses sebelum obat
disiapkan.
3. Kombinasi
Tidak ssperti ad 1 disini tidak seluruhnya disediakan ditempat pelayanan jadi tetap ada yang harus
diambil ketempat pelayanan farmasi
4. Unit Dose
Seperti ad 2 hanya bedanya obat tidak diserahkan seluruhnya tetapi umumnya diserahkan dan discharge
hanya kebutuhan 24 jam saja. Ketelitian dan disiplin yang ketat dalam menangani masalah
distribusi/penyaluran yang merupakan unsure yang sangat penting untuk memnuhi ketepatan seperti
diharapkan oleh fungsi kebutuhan. Dan factor pengendalian akan membantu banyak hal penyempurnaan
fungsi penyaluran/distribusi tersebut. Setiap saat perlu monitoring dan usaha-usaha yang mendorong
kelancaran=expediting agar tahap-tahap penyaluran dari proses manufacturing,transportation dan
barang-barang dating tepat pada waktu yang diperlukan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil yang didapatkan diatas dapat disimpulkan bahawa Manajemen Pengelolaan Obat dilakukan
dengan melalui beberapa tahapan-tahapan. Tahap yang pertama yaitu Perencanaan kebutuhan,
Pengadaan atau permintaan, Penyimpanan Obat, Distribusi dan Penggunaan. Setiap tahapan tersebut
perlu dilakukan agar kegiatan pelayanan kesehatan dapat lebih baik terutama dalam kegiatan
kefarmasian seperti pengelolaan obat.

B. Saran

Sebaiknya Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara bisa lebih memperbaiki kegiatan Manajemen
Pengelolaan Obat menjadi lebih baik seperti yang telah ditentukan misalnya dalam hal penyimpanan obat
yang harus dipisahkan sesuai jenisnya, bentuk sediannya dan ketentuan-ketentuan lain yang telah
ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://sites.google.com/site/hisfarma/Home/pengelolaan-obat/diakses tanggal 27 Mei 2011

http://www.scribd.com/doc/49517389/KAJIAN-SISTEM-MANAJEMEN-PENGELOLAAN-OBAT-PADA-
INSTALASI-FARMASI-RUMAH-SAKIT/diakses tanggal 27 Mei 2011

http://sites.google.com/site/hisfarma/Home/pengelolaan-obat/pengelolaan-obat-halm2/diakses tanggal 27
Mei 2011

http://greenhati.blogspot.com/2009/06/penyimpanan-obat.html/diakses tanggal 27 Mei 2011

http://greenhati.blogspot.com/2009/06/distribusi-obat.html/diakses tanggal 27 Mei 2011

http://sites.google.com/site/hisfarma/Home/pengelolaan-obat/pengelolaan-obat-halm2/pengelolaan-obat-
halm-3/pengelolaan-obat-halm-4/pengelolaan-obat-halmn-5/pengelolaan-obat-halm6/pengeloaan-obat-
halm-7/pengelolaan-obat-halm-8/pengelolaan-obat-halm-9/pengelolaan-obat-halm-10/pengelolaan-obat-
halm-11/diakses tanggal 27 Mei 2011

Anda mungkin juga menyukai