Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

TEORI KOGNITIVISME
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar

Oleh:

Ifana, S.Pd
NIP. 19861107 200903 2 007

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017

1
A. Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitivisme
1. Jean Piaget
Dalam teorinya yang disebut Cognitive Developmental, Piaget
memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dan fungsi
intelektual dari konkret menuju abstrak (Muflihin, 2009).
Menurut teori ini perkembangan kognitivisme anak dapat
diklasifikasikan menjadi menjadi empat tahap:
1. Tahap sensory motor, yakni perkembangan ranah kognitivisme yang
terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan
motorik dan persepsi yang masih sederhana.
2. Tahap pre operational, yakni perkembangan ranah kognitivisme yang
terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai
digunakannya simbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh
pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
3. Tahap concrete operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap
ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang
jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik
perseptual pasif.
4. Tahap formal operational, yakni perkembangan ranah kognitivisme
yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini
adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan
menggunakan pola pikir kemungkinan.
Dalam teori perkembangan kognitivisme ini Piaget menekankan
pentingnya penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang dapat terus
mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas
mentalnya. Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan
antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan
pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek
seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi
dan akomodasi.

2. Jerome Bruner
Bruner teorinya adalah Discovery Learning, yaitu dalam teorinya
menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu

2
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia
jumpai dalam kehidupan. Bruner meyakini bahwa pembelajaran tersebut
bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu: enactive, iconic dan
symbolic (Sanjaya, 2006).
Pembelajaran enaktif mengandung sebuah kesamaan dengan
kecerdasan inderawi dalam teori Piaget. Pengetahuan enaktif adalah
mempelajari sesuatu dengan memanipulasi objek melakukan pengatahuan
tersebut daripada hanya memahaminya. Anak-anak didik sangat mungkin
paham bagaimana cara melakukan lompat tali (melakukan kecakapan
tersebut), namun tidak terlalu paham bagaimana menggambarkan aktifitas
tersebut dalam kata-kata, bahkan ketika mereka harus menggambarkan
dalam pikiran.
Pembelajaran ikonik merupakan pembelajaran yang melalui
gambaran; dalam bentuk ini, anak-anak mempresentasikan pengetahuan
melalui sebuah gambar dalam benak mereka.
Pembelajaran simbolik, ini merupakan pembelajaran yang dilakukan
melalui representasi pengalaman abstrak (seperti bahasa) yang sama sekali
tidak memiliki kesamaan fisik dengan pengalaman tersebut. Sebagaimana
namanya, membutuhkan pengetahuan yang abstrak, dan karena simbolik
pembelajaran yang satu ini serupa dengan operasional formal dalam proses
berpikir dalam teori Piaget .
Jika dikorelasikan dengan aplikasi pembelajaran, Discovery Learning-
nya Bruner dapar dikemukakan sebagai berikut:
1. Belajar merupakan kecenderungan dalam diri manusia, yaitu Self-
curiousity (keingintahuan) untuk mengadakan petualangan pengalaman.
2. Belajar penemuan terjadi karena sifat mental manusia mengubah struktur
yang ada. Sifat mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi berbagai
kemungkinan pengenalan.
3. Kualitas belajar penemuan diwarnai modus imperatif kesiapan dan
kemampuan secara enaktif, ekonik, dan simbolik.
4. Penerapan belajar penemuan hanya merupakan garis besar tujuan
instruksional sebagai arah informatif.
5. Kreatifitas metaforik dan creative conditioning yang bebas dan
bertanggung jawab memungkinkan kemajuan.

3
3. Ausubel
Teori Belajar Bermakna. Psikologi pendidikan yang diterapkan
oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum belajar yang bermakna,
berikut ini konsep belajar bermakna David Ausubel.
Pengertian belajar bermakna menurut Ausubel ada dua jenis belajar :
1. Belajar bermakna (meaningful learning)
2. Belajar menghafal (rote learning)
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang
yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha
menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca
tanpa makna (Sanjaya, 2006).
Sebagai ahli psikologi pendidikan Ausubel menaruh perhatian besar
pada siswa di sekolah, dengan memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan
pada unsur kebermaknaan dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal
learning). Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal,
konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama.
Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang
dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari
peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitivisme yang dimiliki
peserta didik itu sehingga peserta didik itu mampu mengaitkan informasi
barunya dengan struktur kognitivisme yang dimilikinya.
Belajar bermakna menurut Ausubel adalah suatu proses belajar di
mana peserta didik dapat menghubungkan informasi baru dengan
pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar pembelajaran bermakna,
diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang
bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi.
4. Lev Vygotsky
Vygotsky berpendapat bahwa stimulus dan respon saja tidak cukup
untuk menjelaskan tentang realitas aktivitas manusia. Aktivitas yang di
lakukan manusia membutuhkan mediator ekstra melalui alat atau bahasa. Ia
juga berpendapat bahwa ada perbedaan antara konsep dan bahasa ketika
seseorang masih belia, tetapi sejalan dengan perjalanan waktu, keduanya

4
akan menyatu. Bahasa mengekspresikan konsep, dan konsep di gunakan
dalam bahasa. Menurut Vygotski, orang dewasa yang sensitif akan peduli
terhadap kesiapan anak untuk tantangan baru, sehingga mereka dapat
menyusun kegiatan yang cocok untuk mengembangkan ketrampilan baru.
Orang dewasa berperan sebagai mentor dan guru,mengarahkan anak ke
dalam zone of priximal development istilah dari Vygotsky yang berarti suatu
zona perkembangan di mana anak tidak mampu melakukan suatu kegiatan
belajar tanpa bantuan namun dapat melakukannya secara baik di bawah
bimbingan orang dewasa. Ketika anak-anak berpartisipasi dalam kegiatan
sehari-hari seperti ini dengan orang tua, guru, dan orang lain mereka akan
secara bertahap mempelajari praktek budaya, nilai-nilai, ketrampilan
(Muflihin, 2009).
Vygotsky menyatakan bahwa siswa dalam mengkontruksi suatu
konsep perlu memperhatikan lingkungan social. Ada dua konsep penting
dalam teori teori vygotsky yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan
scaffolding. ZPD Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan
merupakan jarak antara tingkat perkembangan actual dan tingkat
perkembangan potensial. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah
bantuan kepada siswa selama tahap-tahap pembelajaran, kemudian
mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya.

B. Implikasi Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran


Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus
memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam
proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan,
guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan
siswa.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa implikasinya dalam pembelajaran
adalah seorang pendidik, guru ataupun apa namanya mereka harus dapat

5
memahami bagaimana cara belajar siswa yang baik, sebab mereka para
siswa tidak akan dapat memahami bahasa bila mereka tidak mampu
mencerna dari apa yang mereka dengar ataupun mereka tangkap.,
Dari keempat macam teori diatas jelas masing-masing mempunyai
implikasi yang berbeda, namun secara umum teori kognitivisme lebih
mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitivisme siswa, dan ini
tidaklah mudah, Dengan memahami struktur kognitivisme siswa, maka
dengan tepat pelajaran bahasa disesuaikan sejauh mana kemampuan
siswanya.

DAFTAR PUSTAKA

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta


Sunardi.2016. Teori Pembelajaran. Jakarta : Kementrian Pendidikan Dan
Kebudayaan
Muflihin, Hizbul. 2009. Aplikasi Dan Implikasi Teori Behaviorisme Dalam
Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Bandung: San Grafika
http://eko-aw.blogspot.co.id/2012/04/makalah-teori-belajar-teori.html

Anda mungkin juga menyukai