Modul ini akan membahas mengenai Aktiva Tetap Berwujud yang akan
dibagi menjadi 4 kegiatan belajar, yang terdiri atas berikut ini.
1. Pengertian, karakteristik, dan perolehan Aktiva Tetap Berwujud.
Kegiatan belajar ini akan membahas mengenai batasan dari Aktiva Tetap
Berwujud serta karakteristiknya, kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan mengenai harga perolehan dan cara perolehan suatu Aktiva
Tetap Berwujud.
2. Pengeluaran-pengeluaran selama masa penggunaan dan pemberhentian
Aktiva Tetap Berwujud.
Dalam kegiatan belajar kedua ini akan dibahas tentang bagaimana
perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran berkenaan
dengan penggunaan Aktiva Tetap Berwujud, serta pemberhentian suatu
Aktiva Tetap Berwujud. Dalam kegiatan ini dibahas pula mengenai
asuransi kebakaran dalam suatu pokok bahasan khusus.
3. Pengertian, tujuan, dan metode-metode depresiasi.
Kegiatan belajar ini akan membahas mengenai pengertian dan tujuan
penyusutan dipandang dari aspek akuntansi. Selain itu, juga akan
dibicarakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam
melakukan penyusutan. Kemudian, dibahas tentang berbagai metode
depresiasi yang biasa digunakan serta diperkenankan oleh prinsip
akuntansi berterima umum.
4. Penilaian kembali aktiva tetap.
Pembahasan pada kegiatan belajar ini diarahkan pada pengertian
penilaian kembali dan akuntansi penilaian kembali dengan berbagai
kemungkinannya.
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Secara umum, suatu akti va tetap harus diakui sebagai aktiva apabila
memenuhi 2 kriteria sebagai berikut.
1.6 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
C. HARGA PEROLEHAN
Mungkin sekali Anda bertanya lagi, dengan harga berapa aktiva tetap
berwujud yang diperoleh dicatat? Pertanyaan ini timbul karena dalam suatu
perolehan aktiva tetap pengeluaran yang terjadi bermacam-macam. Misalnya,
Anda membeli secara tunai sebuah mobil, yang Anda bayar terdiri atas harga
faktur, mungkin dikurangi dengan potongan, lalu membayar pajak penjualan,
bea balik nama, dan lain-lain pengeluaran dalam rangka Anda memperoleh
mobil tersebut. Nah, agar Anda dapat mencatat aktiva tetap tersebut maka
Anda harus mengetahui konsep harga perolehan. Mengapa demikian? Dasar
pencatatan untuk Aktiva Tetap Berwujud adalah Harga Perolehan (cost).
Jadi, pada saat aktiva tetap diperoleh harus dicatat sebesar harga
perolehannya.
Harga perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada
saat perolehan atau konstruksi. Dengan demikian, seluruh pengeluaran untuk
memperoleh suatu aktiva tetap, baik yang berupa kas maupun yang berupa
setara kas, merupakan komponen harga perolehan. Menurut PSAK No. 16
e EKMA431 3 / MODUL 1 1. 7
Edisi Revisi Tahun 2002, Harga perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari
harga belinya, termasuk bea impor dan PPN Masukan Tak Boleh Restitusi
(non-refundable), dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
hingga aktiva tersebut dalam kondisi siap pakai; setiap potongan dagang dan
rabat yang dikurangkan dari harga pembelian. Contoh biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung adalah:
1. biaya persiapan tempat;
2. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar-
muat (handling costs);
3. biaya pemasangan (installation costs);
4. biaya profesional, seperti arsitek dan insinyur;
5. estimasi biaya bongkar-muat dan memindahkan aktiva dan persiapan
lokasi, yang diakui sebagai kewajiban diestimasi sesuai PSAK 57:
Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi, dan Aktiva Kontinjensi.
Harga perolehan dibedakan atas berikut ini.
a. Harga perolehan asli (original cost)
Harga perolehan asli dari suatu Aktiva Tetap Berwujud adalah
semua pengeluaran yang layak dan diperlukan pada saat aktiva itu
diperoleh.
b. Tambahan atas harga perolehan asli
Tambahan atas harga perolehan asli adalah pengeluaran-pengeluaran
yang menyangkut suatu aktiva tetap selama pemilikan dan
penggunaannya.
Tambahan atas harga perolehan asli ini akan kita bicarakan pada
Kegiatan Belajar 3. Pada Kegiatan Belajar 1 ini kita bicarakan dulu harga
perolehan asli.
Akan tetapi, tidaklah segampang yang dibayangkan dalam menentukan
harga perolehan suatu aktiva tetap berwujud karena tiap aktiva tetap
berwujud mempunyai persoalan-persoalan khusus sendiri-sendiri.
Berikut ini akan dikemukakan penentuan harga perolehan untuk
beberapa jenis Aktiva Tetap Berwujud, yakni tanah, bangunan, mesin dan
alat pabrik, mebel dan peralatan kantor, kendaraan, alat-alat kecil, dan alat-
alat pembungkus. Perlu diingat bahwa semua aktiva tersebut dimiliki dan
digunakan untuk operasi normal perusahaan.
1.8 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Berwujud adalah saham atau Surat Utang Obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan yang bersangkutan.
5. Aktiva Tetap Berwujud yang diperoleh dari pemberian pihak lain atau
dari basil temuan.
Aktiva Tetap Berwujud yang diperoleh dari pemberian maupun yang
berasal dari temuan tidak mengakibatkan timbulnya pengorbanan
ekonomis bagi perusahaan.
Contoh 1.1.
UD Sahabat pada tanggal 16 Juni 2006 membeli sebuah kendaraan yang
akan digunakan sebagai alat transportasi perusahaan. Harga faktur
perusahaan sebesar Rp6.000.000,00 dengan termin 5/10, n/30. Biaya
administrasi pembelian kendaraan adalah Rp250.000,00 yang meliputi PPN,
pembuatan surat-surat kendaraan, serta biaya untuk membawa kendaraan
sampai ke perusahaan.
Apabila UD Sahabat membayar pembelian kendaraan tersebut tidak
melebihi tanggal 26 Juni 2006 maka jurnal untuk mencatat transaksi
pembelian kendaraan tersebut adalah:
Perhitungan:
Harga Faktur = Rp6.000.000,00
Potongan Tunai = 5% x Rp6.000.000,00 = (Rp 300.000,00)
Biaya Pembelian = Rp 250.000,00
Harga Perolehan Kendaraan Rp5 .950.000,00
dengan alasan bahwa nilai uang dari waktu ke waktu mengalami penurunan
akibat adanya inflasi. Adanya unsur bunga dalam penjualan secara angsuran
juga bisa dikatakan sebagai perwujudan dari konsep time value of money.
Masalah yang akan kita bicarakan di sini adalah bagaimana perlakuan
akuntansi terhadap pembelian Aktiva Tetap Berwujud secara kredit. Jadi,
yang kita bicarakan di sini adalah akuntansi dari pihak pembeli, bukan
penjual.
Ada dua keadaan yang berkaitan dengan unsur bunga pada pembelian
Aktiva Tetap Berwujud secara angsuran, yaitu (a) Bunga dinyatakan secara
eksplisit sehingga dapat dengan mudah diketahui mana yang merupakan
harga beli dan mana yang merupakan unsur bunganya; dan (b) Bunga tidak
dinyatakan secara eksplisit. Apa pun keadaannya, pada prinsipnya unsur
bunga harus dikeluarkan dari harga perolehan Aktiva Tetap Berwujud. Unsur
bunga ini harus diperlakukan sebagai biaya bunga selama periode
mengangsur. Oleh karena itu, dalam keadaan bunga tidak dinyatakan secara
eksplisit maka kita harus mengeluarkan unsur bunga tersebut dengan
mendasarkan pada tingkat bunga yang berlaku di pasar uang.
Contoh berikut ini akan mempermudah pengertian Anda terhadap
akuntansi pembelian Aktiva Tetap Berwujud secara kredit.
Contoh 1.2.
CV Angkasa membeli sebuah truk dengan cara mengangsur. Harga truk
jika dibeli secara tunai adalah Rp25.000.000,00. Pembayaran pertama sebesar
Rp 10.000.000,00 dilakukan saat truk diserahkan, yaitu pada tang gal 2 J anuari
2006. Kekurangannya diangsur sebanyak 3 kali yang harus dibayar tiap
tanggal31 Desember dengan dibebani bunga 10% per tahun dari saldo utang.
Jumal yang harus dibuat oleh CV Angkasa sehubungan dengan transaksi
di atas adalah berikut ini.
1.14 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
02/01/2006 Kendaraan .. .. ... ..... .... . .... ... .. ..... ... Rp25 .000.000,00
Utang Pembelian Kendaraan ..................... Rp15.000.000,00
Kas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... ... .. ........ ... .... ... .. ... Rp 10. 000.000,00
(mencatat pembayaran pertama pembelian truk)
Contoh 1.3.
Misalkan, pada contoh 1.2 angsuran dibayarkan tiap tanggal 31
Desember sebanyak 3 kali, masing-masing sebesar Rp6.245.235,00.
Dengan data di atas, kita bisa menghitung total kas yang dibayarkan oleh
CV Angkasa untuk membeli truk tersebut adalah Rp28.735.705,00, yaitu
RplO.OOO.OOO,OO + (3 x Rp6.245.235,00). Jumlah ini ternyata lebih besar
dari harga truk jika dibeli secara tunai dengan selisih Rp3.735.705,00. Selisih
inilah yang harus kita akui sebagai biaya bunga. Berapakah tingkat bunga
yang diperhitungkan pada jual beli angsuran tersebut? Untuk singkatnya,
tingkat bunga yang diperhitungkan adalah 12%, yaitu dengan cara
menghitung dengan coba-coba (trial and error). Apabila Anda masih
penasaran maka silakan buka kembali modul-modul yang mempelajari bunga
berbunga.
Adapun pengakuan biaya bunga untuk tiap angsuran adalah sebagai
berikut.
1
- Nilai tunai angsuran I = Rp6.245.235,00 x (1 + 0,12r =Rp5.576.102,00
2
- Nilai tunai angsuran II = Rp6.245.235,00 x (1 + 0,12r =Rp4.978.663,00
3
- Nilai tunai angsuran IIII = Rp6.245.235,00 x (1 + 0, 12r =Rp4.445.235,00
Total Nilai Tunai =Rp15.000.000,00
1.16 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Contoh 1.4.
PT Nirwana membeli aktiva tetap sebuah perusahaan yang baru saja
gulung tikar. Aktiva tetap yang dibeli terdiri atas sebidang Tanah, Bangunan
Pabrik, dan Mesin-mesin yang semuanya nantinya akan dioperasikan kembali
oleh PT Nirwana. Harga yang disepakati oleh kedua belah pihak seluruhnya
adalah Rp850.000.000,00. Biaya administrasi pembelian dan biaya persiapan
sampai semua akti va tetap yang dibeli tersebut siap digunakan adalah
Rp50.000.000,00. Pada tanggal pembelian, diketahui harga pasar masing-
masing aktiva tetap yang dibeli adalah berikut ini.
e EKMA431 3/MODUL 1 1.17
Maka jurnal yang dibuat PT Nirwana atas pembelian aktiva tetap di atas
adalah sebagai berikut:
Tanah ........................................... Rp 450.000.000,00
Bangunan Pabrik ...........................Rp 225.000.000,00
Mesin ........................................ Rp 225.000.000,00
Kas .................................................................... Rp900. 000.000,00
(mencatat pembelian Tanah, Bangunan Pabrik, dan Mesin secara lumpsum)
Perhitungan alokasi:
Tanah = Rp 600.000.000,00 x Rp900.000.000,00 = Rp450.000.000,00
Rp 1. 200.000.000,00
Hal lain yang perlu Anda perhatikan dalam masalah Aktiva Tetap
Berwujud yang dibuat sendiri adalah perlakuan terhadap selisih biaya (harga)
perolehan membuat sendiri dengan harga perolehan apabila Aktiva Tetap
Berwujud tersebut dibeli dari pihak luar. Untuk memecahkan masalah ini,
kita harus kembali ke prinsip konservatisme (conservatism principle).
Dengan demikian, apabila harga perolehan Aktiva Tetap Berwujud yang
dibuat sendiri ternyata lebih rendah dari harganya apabila membeli maka
tidak boleh diakui adanya keuntungan (laba). Akan tetapi, apabila temyata
harga perolehan Aktiva Tetap Berwujud yang dibuat sendiri lebih tinggi
daripada jika didapat dari membeli maka harga perolehan Aktiva Tetap
Berwujud yang dipakai adalah harga pasarnya, selisihnya diakui sebagai
kerugian yang dibebankan pada periode terjadinya. Tegasnya, Aktiva Tetap
Berwujud yang dibuat sendiri pengakuan harga perolehannya paling tinggi
harus sebesar harga pasarnya.
pertukaran. Lab a timbul apabila nilai buku lebih rendah dari nilai waj arnya,
sedang rugi timbul apabila nilai buku lebih tinggi dari nilai waj arnya.
Mengenai pengakuan terhadap laba pertukaran Aktiva Tetap Berwujud, harus
dibedakan antara pertukaran Aktiva Tetap Berwujud serupa dengan
pertukaran Aktiva Tetap Berwujud tidak serupa. Yang dimaksud dengan
pertukaran Aktiva Tetap Berwujud serupa bahwa Aktiva Tetap Berwujud
yang dipertukarkan mempunyai fungsi dan kapasitas yang relatif sama.
Sebagaimana disebutkan di atas, rugi atau laba pertukaran Aktiva Tetap
Berwujud yang tidak serupa diakui pada saat transaksi, sedangkan pada
pertukaran Aktiva Tetap Berwujud yang serupa, laba yang terjadi harus
ditangguhkan pengakuannya. Jika pertukaran Aktiva Tetap Berwujud yang
serupa memiliki nilai wajar yang serupa maka pengakuan dilakukan dengan
menggunakan nilai buku aktiva yang dilepaskan, kecuali jika nilai wajar
akti va yang diterima lebih kecil dari nilai buku tersebut. Dalam keadaan
demikian, aktiva yang dilepaskan diturun-nilai buku-kan, dan nilai turun nilai
buku ini ditetapkan untuk aktiva yang diterima.
Pertukaran Aktiva Tetap Berwujud sering kali disertai dengan
pengeluaran atau penerimaan kas. Dalam hal pertukaran Aktiva Tetap
Berwujud yang serupa yang disertai dengan penerimaan kas, ada satu hal
yang perlu Anda perhatikan, yaitu bahwa pertukaran semacam itu
mengindikasikan adanya bagian dari Aktiva Tetap Berwujud yang diserahkan
dan dijual. Dengan demikian, terdapat dua transaksi pada pertukaran Aktiva
Tetap Berwujud sejenis dengan disertai dengan penerimaan kas, yaitu (1)
Transaksi pertukaran antara sebagian nilai dihargai sebesar kas yang
diterima, dan (2) Transaksi penjualan antara sebagian nilai dihargai sebesar
kas yang diterima. Apabila terdapat laba pada transaksi jenis ini maka atas
bagian nilai buku Aktiva Tetap Berwujud yang diserahkan dalam transaksi
pertukaran, laba harus ditangguhkan pengakuannya. Sedangkan atas bagian
nilai buku Aktiva Tetap Berwujud yang diserahkan dalam transaksi
penjualan, laba yang ada harus diakui pada saat terjadinya transaksi. Adapun
laba yang diakui dalam transaksi penjualan sebagian nilai buku Aktiva Tetap
Berwujud yang diserahkan adalah sebesar:
Nilai Pertukaran Aktiva Tetap Berwujud = Kas yang diterima + Nilai Wajar
Aktiva Tetap Berwujud yang
digunakan sebagai dasar
pencatatan.
Dengan contoh berikut tentunya Anda akan bisa semakin jelas.
J umal yang dibuat PT Sej ahtera untuk mencatat transaksi tersebut adalah:
Tanah ............................... Rp26.000.000,00
Akumulasi Depresiasi Truk....... Rp 5.000.000,00
Laba Pertukaran Aktiva Tetap Berwujud ... Rp 1.000.000,00
Kendaraan-Truk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp20.000.000,00
Kas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . R p 10. 000. 000,00
(mencatat tukar tambah truk dengan tanah)
Perhitungan:
- Harga pasar truk Rp16.000.000,00
- Kas yang dibayarkan Rp10.000.000,00
- Harga perolehan tanah Rp26.000.000,00
- Harga pasar truk Rp 16.000.000,00
Nilai buku truk (Rp 15.000.000,00)
Laba pertukaran Aktiva Tetap Berwujud Rp 1.000.000,00
Apabila pad a contoh 1.5. diketahui bahwa harga pasar truk adalah
Rp13.000.000,00, makajurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah:
1.24 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Perhitungan:
Harga pasar truk Rp 13.000.000,00
- Kas yang dibayarkan Rp 10.000.000,00
Harga perolehan tanah Rp23.000.000,00
- Harga pasar truk Rp13.000.000,00
- Nilai buku truk Rp 15.000.000,00
Rugi pertukaran Aktiva Tetap Berwujud Rp 2.000.000,00
Perhitungan:
Harga pasar kendaraan baru Rp15.000.000,00
Kas yang dibayarkan (Rp 7.500.000,00)
Harga jual kendaraan lama Rp 7.500.000,00
Nilai buku kendaraan lama Rp 5.000.000,00
Laba pertukaran yang pengakuannya harus ditunda Rp 2.500.000,00
Harga pasar kendaraan baru Rp 15.000.000,00
Harga perolehan kendaraan baru Rp12.500.000,00
Dari Contoh 1.7 dan 1.8, Anda bisa melihat bahwa pada transaksi
pertukaran Aktiva Tetap Berwujud serupa, apabila terjadi kerugian maka
kerugian yang timbul tersebut harus segera diakui. Akan tetapi, apabila
timbul laba dari pertukaran tersebut maka laba yang timbul pengakuannya
harus ditunda dengan jalan mengurangkan laba tersebut pada harga perolehan
Aktiva Tetap Berwujud yang diterima sehingga beban biaya depresiasi
periodik untuk Aktiva Tetap Berwujud yang baru nantinya lebih kecil.
Perhitungan:
- Harga pasar almari baru Rp225.000,00
Kas yang diterima Rp 25.000,00
- Harga jual almari lama Rp250.000,00
- Nilai buku almari lama (Rp200.000,00)
Totallaba pertukaran dan penjualan Rp 50.000,00
Bagian laba dari transaksi penjualan yang
diakui saat transaksi Rp 5.000,00*
Bagian laba dari transaksi pertukaran Aktiva
Tetap Berwujud yang ditunda pengakuannya Rp 45.000,00
- Harga pasar almari baru (Rp225 .000,00)
Harga perolehan almari baru Rp 180.000,00
Tetap Berwujud yang diterima dicatat sebesar nilai wajar Aktiva Tetap
Berwujud yang diterima atau surat berharga yang diserahkan tergantung
mana di antara keduanya yang lebih jelas. Dalam praktiknya, nilai wajar
(harga pasar) surat berharga lebih sulit ditentukan secara pasti, apalagi untuk
Indonesia di mana pasar modal belum berkembang dengan baik. Oleh karena
itu, pada umumnya harga pasar Aktiva Tetap yang diterimalah yang
digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut.
Berikut Anda diberikan sebuah contoh mengenai transaksi pertukaran
Aktiva Tetap Berwujud dengan surat berharga, yang dalam hal ini diambil
adalah Saham Biasa.
Contoh 1.1 0.
PT Andalas "membeli" sebuah mesin yang "dibayar" dengan 1.000
lembar Saham Biasa perusahaan tersebut. Nilai nominal per lembar saham
adalah Rp 10.000,00. Harga pasar mesin yang "dibeli" pada tanggal transaksi
adalah Rp 11.000.000,00.
Jumal yang dibuat PT Andalas untuk mencatat transaksi tersebut adalah
berikut ini.
Mesin ......................... . Rp11.000.000,00
Modal Saham Biasa ........................ Rp 10.000.000,00
Agio Saham Bias a .......................... Rp 1.000.000,00
(mencatat "pembelian" mesin yang "dibayar" dengan 1.000 lembar
saham biasa, nominal Rp10.000,00)
Dari contoh di atas, Anda bisa melihat bahwa apabila harga pasar Aktiva
Tetap Berwujud yang diterima lebih besar dari total nominal saham yang
diserahkan maka selisihnya tidak diakui sebagai laba pertukaran melainkan
dicatat sebagai Agio Saham yang merupakan unsur dari Modal Yang Disetor.
Dengan demikian, dengan adanya pertukaran tersebut saldo Modal Yang
Disetor menjadi bertambah besar. Mengenai Modal Saham, Agio Saham, dan
Modal Yang Disetor ini akan dibicarakan lebih terperinci dalam modul
tersendiri.
1.28 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Contob 1.11.
Toko Abadi memperoleb sumbangan sebuab kendaraan dari relasinya.
Harga pasar kendaraan tersebut pada saat diterima adalab Rp7 .500.000,00.
Jurnal untuk mencatat sumbangan kendaraan di atas yang dibuat oleb Toko
Abadi adalab berikut ini.
LATIHAN
---- ~ - .
1) 3 buah contoh dari Aktiva tetap yang tidak dapat digolongkan menjadi
Aktiva Tetap Berwujud adalah Kas, Piutang, dan Biaya Yang Dibayar di
Muka.
2) Pada Show Room Dealer Mobil, mobil-mobil yang dipajang tidak dapat
digolongkan ke dalam Aktiva Tetap Berwujud karena salah satu
karakteristik dari Aktiva Tetap Berwujud, yaitu aktiva yang tidak
dimaksudkan untuk dijual kembali.
3) Kriteria suatu aktiva tetap berwujud agar dapat diakui sebagai aktiva
oleh perusahaan, antara lain berikut ini.
a. Besar kemungkinan (probable) manfaat ekonomi masa datang yang
berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke perusahaan.
b. Harga perolehan aktiva dapat diukur secara andal.
4) Yang menjadi komponen harga perolehan jika membeli secara tunai
sebuah sepeda motor, yaitu harga faktur, bea balik nama, dan biaya
angkut.
5) Cara perolehan Aktiva Tetap Berwujud dari pembelian, yaitu Aktiva
Tetap Berwujud yang diperoleh dari transaksi pembelian baik secara
tunai maupun kredit dengan pihak lain.
e EKMA431 3/MODUL 1 1. 31
10) Perhitungannya :
a. Harga pasar aktiva yang baru : Rp1.200.000,00
Kas yang dibayarkan : (Rp1.000.000,00)
Harga jual aktiva lama : Rp 200.000,00
Nilai buku aktiva lama : (Rp 600.000,00)
Rugi pertukaran aktiva : Rp 400.000,00
RANGKUMAN
------------------------------------
TES FORMATIF 1- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2) Dari yang disebut berikut ini, mana yang bukan Aktiva Tetap Berwujud
untuk perusahaan real estate?
A. Gedung kantor perusahaan
B. Mebel dan peralatan kantor
C. Tanah kapling
D. Alat-alat kecil (hand tools)
e EKMA431 3/MODUL 1 1. 35
3) Untuk perusahaan dealer mobil, mana dari yang disebut di bawah ini
yang termasuk Aktiva Tetap Berwujud?
A. Simpanan di Bank
B. Gedung tempat show room
C. Mobil yang ada di show room
D. Tanah untuk perluasan gedung yang belum digunakan
4) Untuk perusahaan perbankan, mana dari yang disebut di bawah ini yang
termasuk Aktiva Tetap Berwujud?
A. Kendaraan
B. Simpanan giro
C. Tabungan
D. Deposito
5) Jika Anda membeli tanah maka yang bukan komponen harga perolehan
adalah ....
A. harga faktur pembelian
B. biaya perataan tanah
C. biaya pembuatan pagar keliling
D. komisi pembelian
7) Berikut ini yang tidak termasuk Aktiva Tetap Berwujud adalah ....
A. mebel dan peralatan kantor
B. gedung
C. piutang jangka panjang
D. mesin pabrik
8) Yang merupakan aktiva tetap dari yang disebut di bawah ini adalah ....
A. persediaan barang
B. alat-alat bungkus
C. piutang jangka panjang
D. persekot asuransi
1.36 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
10) Yang bukan komponen harga perolehan dari pembelian sebuah mesin
adalah ....
A. harga faktur
B. biaya pemasangan
C. biaya percobaan
D. biaya sewa
11) Potongan tunai yang tidak dimanfaatkan dalam pembelian Aktiva Tetap
Berwujud akan diperlakukan sebagai ....
A. rugi tidak dimanfaatkannya potongan
B. menambah harga perolehan
C. mengurangi potongan penjualan
D. biaya pembelian
13) Pembelian Aktiva Tetap Berwujud yang terdiri atas gedung dan tanahnya
sekaligus harganya Rp15.000.000,00. Jika diketahui harga pasar gedung
dan tanah masing-masing adalah Rp6.000.000,00 dan Rp12.000.000,00
berturut-turut, maka berapakah harga perolehan gedung sebagai dasar
pencatatan?
A. Rp6.000.000,00
B. Rp5.000.000,00
C. Rp3.000.000,00
D. Rp9.000.000,00
e EKMA431 3/MODUL 1 1.37
16) Jika dalam pertukaran itu tidak terjadi serah terima uang dan aktiva yang
ditukarkan tidak serupa maka harga perolehan Aktiva Tetap Berwujud
yang baru adalah ....
A. Rp100.000,00
B. Rp150.000,00
C. Rp 60.000,00
D. Rp 70.000,00
17) Jika Aktiva Tetap Berwujud yang dipertukarkan serupa dan dalam
pertukaran itu diterima uang sebesar Rp25.000,00 maka akan diakui laba
sebesar ....
A. Rp20.000,00
B. Rp16.000,00
C. Rp 3.333,00
D. Rp16.667,00
1.38 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
18) Melanjutkan nomor 17 maka Aktiva Tetap Berwujud baru akan dicatat
sebesar ....
A. Rp100.000,00
B. Rp 96.667,00
C. Rp150.000,00
D. Rp 58.333,00
20) UD Subur memperoleh hadiah sebuah traktor dari Bapak Bupati. Harga
pasar traktor tersebut adalah Rp7 .000.000,00, sedang untuk
memperolehnya dikeluarkan biaya-biaya sebesar Rp 500.000,00. Maka,
traktor tersebut akan dicatat oleh UD Subur sebesar ....
A. Rp7.000.000,00
B. Rp6.500.000,00
C. Rp7.500.000,00
D. Rp 500.000,00
KEGIATAN BELAL.JAR 2
1. Pemeliharaan
Yang dimaksud dengan pemeliharaan adalah pengeluaran untuk
membuat suatu ATB senantiasa dalam kondisi yang baik dan siap pakai.
Adanya kondisi yang baik ini menyebabkan ATB tersebut his a digunakan
secara baik. Pengeluaran untuk pemeliharaan ini harus diakui sebagai biaya
periodik saat terj adinya. Hal ini karena pemeliharaan bisa dikatakan tidak
menyebabkan ATB yang bersangkutan menjadi bertambah umur maupun
manfaat ekonomisnya. Yang his a dimasukkan ke dalam pemeliharaan adalah
misalnya pengecatan gedung, pelumasan mesin, pembersihan rutin, dan
sebagainya.
2. Reparasi
Reparasi suatu ATB bisa digolongkan menjadi 2 macam sebagai berikut.
a. Reparasi rutin.
b. Reparasi besar.
Contoh 1.12.
Untuk mempercantik penampilannya, pengelola Rumah Makan "Lezat"
memutuskan untuk mengganti ubinnya. Harga perolehan ubin ditaksir
sebesar 10% dari harga perolehan gedung seluruhnya, sedangkan harga
perolehan gedung adalah Rp50.000.000,00. Gedung rumah makan tersebut
sudah di susut sebesar Rp10.000.000,00. Harga ubin pengganti
Rp6.000.000,00. Biaya penggantian ubin sebesar Rp 1.000.000,00. Ubin
bekas laku dijual Rp500.000,00. Jurnal untuk mencatat penggantian ubin di
atas adalah berikut ini.
Gedung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp7 .000.000,00
Akumulasi depresiasi gedung . . . Rp 1.000.000,00
Rugi penggantian ubin . . . . . . . . . . . . Rp3.500.000,00
Gedung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp5 .000.000,00
Kas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp6.500.000,00
(mencatat penggantian ubin gedung)
Perhitungan:
Harga ubin baru Rp6.000.000,00
Biaya penggantian ubin Rp1.000.000,00
- Harga perolehan ubin untuk ditambahkan
ke harga perolehan gedung Rp7 .000.000,00
- Akumulasi depresiasi gedung yang
dihapus = 10% x Rp10.000.000,00 Rp 1.000.000,00
- Harga perolehan ubin lama yang dihapus
dari harga perolehan gedung =
10% X Rp50.000.000,00 (Rp5 .000.000,00)
Kas bersih yang dikeluarkan =
Rp7.000.000,00- Rp500.000,00 (Rp6.500.000,00)
- Rugi penggantian ubin Rp3.500.000,00
4. Penambahan
Pengeluaran karena adanya penambahan pada suatu A TB sudah tidak
diragukan lagi harus diperlakukan sebagai pengeluaran modal yang
menambah harga perolehan ATB tersebut karena dilihat dari fisiknya saja
sudah tampak adanya tambahan pada ATB tersebut. Lagi pula jelas bisa
e EKMA431 3/MODUL 1 1.45
dipastikan dengan adanya tambahan fisik terhadap suatu ATB karena adanya
penambahan, menjadikan ATB tersebut bertambah nilai dan manfaat
ekonomisnya. Sebagai contoh yang bisa dikatakan suatu penambahan adalah
penambahan beberapa kamar pada suatu penginapan atau hotel.
Masalah utama yang ada dalam penambahan ini jika di dalam
penambahan tersebut mengakibatkan adanya pembongkaran terhadap
sebagian bangunan ATB yang sudah ada. Bagaimanakah memperlakukan
harga perolehan dari bagian ATB yang dibongkar tersebut? Dibebankan
sebagai biaya periodik saat terjadinya ataukah dikapitalisasikan ke harga
perolehan tambahan ATB yang dibangun? Sebagai contoh, perusahaan jasa
penginapan yang menambah kamar. Penambahan kamar tersebut
mengakibatkan perlu dibongkarnya sebuah tembok penghubung.
Bagaimanakah memperlakukan harga perolehan tembok penghubung yang
dibongkar tersebut? Dibebankan sebagai biaya periodik saat terjadinya
pembongkaran ataukah dikapitalisasikan ke harga perolehan kamar yang
dibangun? Untuk menjawab permasalahan ini, kita harus melihat
perencanaan pembangunan tembok penghubung tersebut dahulu. Apabila
dalam perencanaan telah diperhitungkan akan dibongkar tembok tersebut jika
perusahaan membuat tambahan kamar baru maka harga perolehan tembok
yang dibongkar dikapitalisasikan ke harga perolehan kamar yang dibangun.
Akan tetapi, apabila di dalam perencanaan dulunya tidak atau belum
dipertimbangkan akan dibongkarnya tembok tersebut jika ada pembuatan
kamar baru maka harga perolehan tembok harus diakui sebagai kerugian
periode di mana pembongkaran tersebut dilakukan. Hal ini dikarenakan,
dengan tidak adanya rencana pada awal pembuatan tembok bahwa nantinya
apabila akan membangun tambahan kamar tembok tersebut perlu dibongkar,
menunjukkan adanya kecerobohan di dalam merencanakan sehingga
pembongkaran tembok tersebut harus diakui sebagai kerugian.
5. Penyusunan Kembali
Penyusunan kembali suatu A TB dilakukan dengan harapan akan bisa
diperoleh tambahan manfaat ekonomis untuk masa mendatang, misalnya
adanya peningkatan efisiensi kerja. Berbeda dengan perlakuan pada
penambahan, reparasi besar atau juga pada penggantian dan perbaikan, yang
mana pengeluaran untuk keperluan itu dikapitalisasikan ke harga perolehan
ATB maka untuk penyusunan kembali ini pengeluaran yang timbul
ditangguhkan pembebanannya dengan memasukkan pengeluaran tersebut ke
1.46 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
C. PEMBERHENTIAN ATB
1. Penjualan ATB
Disebabkan oleh satu dan lain hal, perusahaan melakukan penjualan
terhadap suatu ATB yang dimilikinya. Penjualan bisa dilakukan pada saat
ATB tersebut telah habis umur ekonomisnya, bisa pula dilakukan pada saat
umur ekonomis ATB tersebut masih ada. Laba/rugi penjualan ATB harus
e EKMA431 3/MODUL 1 1.47
diakui apabila penerimaan kas dari basil penjualan ATB tidak sama besar
dengan nilai bukunya. Untukjelasnya ikuti contoh berikut.
Contoh 1.13.
Dikarenakan mesin cetak milik Percetakan "Anjani" sudah tidak dapat
memenuhi kebutuhan perusahaan maka mesin tersebut dijual. Nilai buku
mesin cetak saat dijual adalah Rp3.000.000,00 (harga perolehan
Rp6.000.000,00 dan akumulasi depresiasi Rp3.000.000,00). Mesin tersebut
laku dijual Rp2.500.000,00.
Jurnal untuk mencatat penjualan mesin cetak tersebut adalah berikut ini.
Kas ....................................... Rp2.500.000,00
Akumulasi depresiasi mesin .......... Rp3.000.000,00
Rugi penjualan mesin cetak ........... Rp 500.000,00
Mesin cetak ........................................... Rp6.000.000,00
(mencatat penjualan mesin cetak)
Contoh 1.14.
Pada tanggal 1 Juli 2006, gudang UD Kencana yang kebetulan tidak ada
isinya mengalami kebakaran. Kebakaran tersebut diperkirakan
mengakibatkan rusaknya 80 % dari gudang tersebut. Harga perolehan gudang
adalah Rp15.000.000,00, dan sampai tanggal 31 Desember 2005 telah di
susut sebesar Rp5.000.000,00. Tarif depresiasi per tahun Rp 1.000.000,00.
1.48 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Perhitungan:
Harga perolehan gudang yang terbakar
= 80% X Rp15.000.000,00 Rp 12.000.000,00
- Bagian akumulasi depresiasi yang harus dihapus
= 80% x Rp5.500.000,00*) Rp 4.400.000,00
- Rugi kebakaran gudang Rp 7.600.000,00
D. ASURANSI KEBAKARAN
Contoh 1.15.
Pada 1 J anuari 2006 PT Aneka mengasuransikan gudangnya atas risiko
kebakaran dengan jumlah pertanggungan Rp10.000.000,00. Premi selama 1
tahun yang dibayar oleh PT Aneka adalah sebesar Rp120.000,00. Pada
tang gal 1 J uli 2006 gudang tersebut terbakar total. Harga pasar gudang saat
terbakar ditaksir Rp9.000.000,00.
Gudang tersebut dibeli pada tanggal 1 Januari 2004 dengan harga
perolehan (cost) Rp15.500.000,00 yang ditaksir mempunyai umur ekonomis
10 tahun dengan nilai residu Rp500.000,00, sedangkan penyusutan dilakukan
dengan metode garis lurus.
Jika ada jurnal tahun 2006 atas gudang tersebut adalah sebagai berikut.
-
d . ....,.,.
LATIHAN
= - j-. ::J"C
--- ~
.: RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FDRMATIF 2- - - - - - - - - - - - - - - -
2) Dari yang disebut berikut ini, mana yang bukan jenis pengeluaran
pemeliharaan?
A. Pengecatan gedung
B. Pembersihan rutin
C. Pelumasan mesin
D. Pembuatan garasi
KEGIATAN BELAL.JAR 3
A. PENGERTIAN PENYUSUTAN
akan mengganti aktiva tetapnya yang masih mempunyai kondisi fisik yang
baik, tetapi sudah tidak efisien lagi dalam menghadapi persaingan.
b. Ketidakcukupan (inadequacy)
Dalam keadaan di mana jumlah barang yang diminta meningkat cukup
tinggi sehingga perusahaan tidak mampu memenuhinya lagi melalui
pemanfaatan aktiva tetap lama maka perusahaan tentu akan berusaha untuk
memenuhinya dengan mengganti aktiva tetap lama dengan yang baru. Bila
kemungkinan-kemungkinan seperti ini diperkirakan akan terjadi maka
perusahaan harus memperhitungkannya dalam penaksiran umur ekonomis
aktiva tetap guna memperoleh pembebanan biaya penyusutan yang layak.
Umur ekonomis dibedakan dari umur teknis. Umur teknis suatu aktiva
adalah sejak mulai digunakan sampai saat betul-betul tidak dapat
dimanfaatkan lagi.
e EKMA431 3/MODUL 1 1.63
4. Metode Penyusutan
Metode penyusutan adalah suatu cara yang sistematis dan rasional
tentang bagaimana harga perolehan aktiva tetap berwujud dialokasikan
sebagai biaya operasional sepanjang umur aktiva.
Di dalam kenyataannya, tidak semua aktiva tetap yang digunakan dalam
operasi suatu perusahaan mengalami penyusutan atau penurunan nilai guna
dengan cara yang sama. Metode penyusutan yang dipilih dan dianggap cocok
untuk diterapkan untuk jenis aktiva tertentu belum tentu akan cocok untuk
diterapkan pada jenis aktiva yang lain karena perbedaan sifat dan pola
penggunaan aktiva-aktiva tersebut. Metode penyusutan yang dipilih
hendaknya sesuai dan menggunakan sifat dan pola penggunaan aktiva tetap
yang akan di susut. Begitu pula, prinsip konsistensi harus diperhatikan dalam
pemilihan metode penyusutan yang akan dipilih untuk digunakan.
Dilihat dari kepentingan akuntansi untuk kelayakan laporan keuangan
maka pembebanan biaya penyusutan dilakukan melalui beberapa metode
sesuai dengan penurunan manfaat aktiva tetap.
1.64 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Contoh 10160
Toko Mentari melakukan penyusutan terhadap peralatan tokonya untuk
periode akuntansi 20X1 sebesar Rp1000000,000 Jurnal untuk mencatat
depresiasi tersebut adalah berikut inio
Toko Mentari
Neraca
Per 31 Desember 20X1
Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Peralatan Kantor Rp 1.000.000,00
Akum. Depr. Peralatan Ktr. Rp 400.000,00
Rp 600.000,00
F. METODE AKTIVITAS
Contoh 1.17.
PT Berlian mempunyai sebuah mesin produksi yang diperkirakan selama
masa pakainya mampu memproduksi sebanyak 1.000.000 unit, dan apabila
digunakan secara nonstop dia akan bisa bekerja selama 50.000 jam kerja.
Harga perolehan mesin tersebut adalah Rp15.500.000,00, sedangkan nilai
residunya diperkirakan sebesar Rp500.000,00. Apabila pada tahun 2005 PT
Berlian menghasilkan produk sebanyak 100.000 unit maka pada tahun
tersebut harus diakui biaya depresiasi sebesar:
100.000 unit
- - - -X ( Rp 15 .500.000,00-Rp500.000,00) =Rp 1.500.000,00
1.000.000 unit
e EKMA431 3/MODUL 1 1.67
5
_ _.o_oo_j_am_ x ( Rp 15 .5oo.ooo,oo-Rp5oo.ooo,oo) =Rp 1.5oo.ooo,oo
50.000 jam
4
_ _.o_oo_j_am_ x ( Rp 15 .5oo.ooo,OO-Rp50o.ooo,oo) =Rp 1.2oo.ooo,oo
50.000 jam
Contoh 1.18.
Dengan menggunakan data pada Contoh 1.17. apabila mesin produksi
tersebut digunakan selama 5 tahun maka depresiasi per tahun dapat dihitung
sebagai berikut.
Rp 15.500.000,00-Rp500. 000,00
- - - - - - - - - - =Rp3.000.000,00
5 tahun
Adapun program depresiasi mesin untuk 5 tahun (selama umur
ekonomisnya) dapat Anda lihat pada tabel berikut.
1.68 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Tabel 1.1.
Program Depresiasi Dengan Metode Garis Lurus
Akum.
Depresiasi Nilai Buku Akhir
Harga Perolehan Depresiasi Akhir
Tahun PerTahun Tahun
(Rp) Tahun
(Rp) (Rp)
R:>:
0 - - - Rp15.500.000,00
2005 Rp15.500.000,00 Rp3.000.000,00 Rp 3.000.000,00 Rp12.500.000,00
2006 Rp15.500.000,00 Rp3.000.000,00 Rp 6.000.000,00 Rp 9.500.000,00
2007 Rp15.500.000,00 Rp3.000.000,00 Rp 9.000.000,00 Rp 6.500.000,00
2008 Rp15.500.000,00 Rp3.000.000,00 Rp12.000.000,00 Rp 3.500.000,00
2009 Rp15.500.000,00 Rp3.000.000,00 Rp15.000.000,00 Rp 500.000,00
tahun maka besarnya proporsi untuk mendepresiasikan mesin adalah ;{5 , dan
seterusnya sampai tahun ke-5. Dengan menggunakan proporsi untuk masing-
masing tahun maka depresiasi per tahun dapat dihitung sebagai berikut.
Tahun ke-1 = 5/15 x (Rp. 15.500.000,00- Rp. 500.000,00) = Rp. 5.000.000,00
Tahun ke-2 = 4/15 x (Rp. 15.500.000,00- Rp. 500.000,00) = Rp. 4.000.000,00
Tahun ke-3 = 3/15 x (Rp. 15.500.000,00- Rp. 500.000,00) = Rp. 3.000.000,00
Tahun ke-4 = 2/15 x (Rp. 15.500.000,00- Rp. 500.000,00) = Rp. 2.000.000,00
Tahun ke-5 = 1/15 x (Rp. 15.500.000,00- Rp. 500.000,00) = Rp. 1.000.000,00
Jumlah = Rp. 15.000.000,00
Tabel 1.2.
Program Depresiasi dengan Metode Jumlah Angka Tahun
0
(1- r) = NR
HP
NR
1-r = n-
HP
r = 1-NR n
HP
di mana: r = besamya persentase untuk depresiasi.
NR = nilai residu aktiva tetap yang di depresiasi.
HP = harga perolehan akti va tetap yang di depresiasi.
n = taksiran umur menggunakan aktiva tetap.
1. 70 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Tabel 1. 3.
Program Depresiasi dengan Metode Saldo yang Menurun
Depresiasi
Akum. Depresiasi Akhir Nilai Buku Akhir
Harga Tahun Berjalan
Tahun Tahun
Tahun Perolehan (Rp) 0,4968 X NB
(Rp) (Rp)
(Rp)
2005 Rp15.500.000,00 Rp7 .700.632,95 Rp 7.700.632,95 Rp 7. 799.367,05
2006 Rp15.500.000,00 Rp3.87 4.842,77 Rp11.575.475,72 Rp3.924.524,28
2007 Rp15.500.000,00 Rp1.949.762,65 Rp13.525.238,37 Rp1.974.761 ,63
2008 Rp15.500.000,00 Rp 981 .091 ,26 Rp14.506.329,63 Rp 993.670,37
2009 Rp15.500.000,00 Rp 493.670,37 Rp15.000.000,00 Rp 500.000,00
Tabel 1.4.
Program Depresiasi dengan Metode Double Declining Balance
Depresiasi
Akum. Depresiasi Nilai Buku Akhir
Harga Perolehan Tahun Berjalan
Akhir Tahun Tahun
Tahun (Rp) 0,4 X NB
(Rp) (Rp)
(Rp)
2005 Rp15.500.000,00 Rp6.200.000,00 Rp 6.200.000,00 Rp9.300.000,00
2006 Rp15.500.000,00 Rp3.720.000,00 Rp 9.920.000,00 Rp5.580.000,00
2007 Rp15.500.000,00 Rp2.232.000,00 Rp12.152.000,00 Rp3.348.000,00
2008 Rp15.500.000,00 Rp1.339.200,00 Rp13.491.200,00 Rp2.008.800,00
2009 Rp15.500.000,00 Rp1.508.800,00*) Rp15.000.000,00 Rp 500.000,00
e EKMA431 3 / MODUL 1 1. 71
*) Depresiasi untuk tahun ke-5 tidak dihitung atas dasar tarif, melainkan
dihitung dengan mengurangkan nilai residu dari nilai buku awal tahun
tersebut.
Ada beberapa j enis akti va tetap yang tidak praktis apabila di depresiasi
dengan menggunakan metode-metode yang telah diuraikan di muka. Aktiva
tetap dimaksud, misalnya alat-alat reparasi pada perusahaan bengkel,
peralatan makan minum pada rumah makan, kayu landasan rei kereta api
pada perusahaan jasa kereta api, dan sebagainya. Jenis aktiva tetap yang telah
disebut di atas mempunyai jumlah unit yang banyak sekali, namun harga
perolehan per unitnya relatif rendah sehingga tidak akan praktis apabila
digunakan metode depresiasi aktiva tetap untuk masing-masing unit. Untuk
itu ada beberapa metode khusus yang bisa digunakan untuk mendepresiasi
aktiva tetap yang memiliki jumlah unit banyak dan nilai per unitnya rendah,
yaitu berikut ini.
1. Metode persediaan (inventory method).
2. Metode pemberhentian dan penggantian (retirement and replacement
method).
3. Metode umur komposit (group of composite-life method).
Contob 1.19.
Rumab Makan Sido Mampir mempunyai aktiva tetap berupa peralatan
makan dan minum. Untuk keperluan depresiasi, perusabaan
mengelompokkan aktiva tetap tersebut menurut jenisnya, dan berdasarkan
pertimbangan kepraktisan perusabaan menggunakan metode persediaan
dalam mendepresiasi aktiva tetapnya. Berikut data mengenai kelompok
piring untuk tabun 20X1 dan 20X2 adalab berikut ini.
Dari data di atas, depresiasi untuk tabun 20X1 dan 20X2 dihitung
sebagai berikut.
Metode Pemberhentian
Depresiasi = Harga Perolehan Aktiva Nilai Residu Aktiva Tetap
Tetap yang Diberhentikan yang Diberhentikan
Metode Penggantian
Depresiasi = Harga Perolehan Aktiva Nilai Residu Aktiva Tetap
Tetap yang Ditempatkan yang Diganti
Contoh 1.20.
PT Telkom pada tahun 2001 memasang kabel untuk jaringan telepon
pada suatu daerah. Harga perolehan j aringan kabel telepon tersebut adalah
Rp30.000.000,00. Pada tahun 2006, Jj bagian jaringan kabel dinilai sudah
usang dan perlu diganti dengan yang baru. Harga perolehan kabel baru adalah
Rp15.000.000,00, sedangkan kabel lama yang diganti ditaksir akan laku
dijual senilai Rp 1.000.000,00.
Jurnal yang dibuat untuk masing-masing metode adalah berikut ini.
Metode Pemberhentian
Perhitungan:
Bagian Harga Perolehan Kabel
yang diberhentikan = ~ x Rp30.000.000,00 = Rp10.000.000,00
Taksiran Nilai Residu Kabel yang diberhentikan = Rp 1.000.000,00
Biaya Depresiasi = Rp 9.000.000,00
Metode Penggantian
Tahun 2006 Biaya Depresiasi Jaringan
Kabel Telepon .................. Rp 14.000.000,00
Persediaan Kabel Bekas ... Rp 1.000.000,00
Kas ..................................................... Rp 15.000.000,00
(mencatat penggantian kabel telepon dan pembebanan biaya depresiasi untuk
tahun 2006)
Perhitungan:
Harga Perolehan Kabel Baru = Rp15.000.000,00
Taksiran Nilai Residu Kabel yang diganti = Rp 1.000.000,00
Biaya Depresiasi = Rp14.000.000,00
Dari contoh di atas, Anda dapat menarik kesimpulan bahwa pada metode
penggantian harga perolehan jaringan kabel telepon secara keseluruhan tidak
berubah dengan adanya penggantian tersebut, yaitu tetap sebesar
Rp30.000.000,00. Sebaliknya, pada metode pemberhentian harga perolehan
seluruh jaringan kabel telepon bertambah sebesar Rp5.000.000,00 dengan
adanya penggantian kabel. Pertambahan harga perolehan tersebut merupakan
kenaikan harga perolehan kabel yang diganti, yaitu dari Rp 10.000.000,00
menjadi sebesar Rp15.000.000,00. Dengan demikian, penggantian kabel
tersebut menyebabkan harga perolehan kabel seluruh jaringan menjadi
sebesar Rp35.000.000,00. Pada metode penggantian, kenaikan harga
perolehan tersebut dibebankan sebagai biaya depresiasi.
e EKMA431 3/MODUL 1 1. 75
Contoh 1.21.
PT Anugerah menggunakan metode umur komposit dalam
mendepresiasi alat-alat produksinya. Berikut informasi mengenai alat-alat
produksi milik PT Anugerah yang dijadikan satu kelompok untuk di susut
secara gabungan.
Dari data di atas, kita bisa mengetahui bahwa besarnya biaya depresiasi
per tahun untuk kelompok aktiva tetap tersebut adalah Rp272.500,00.
Sedangkan umur ekonomis gabungan untuk kelompok tersebut adalah
berikut ini.
Rp2.5 85.000,00
- - - - - - x 1 tahun = 9,48 tahun a tau 9 tahun 6 bulan
Rp272.500,00
1. 76 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
~,.. 3
1 '
. ~
'4
-
---
~
LATIHAN
-----------------------------------------
.~ - ~
-- -- -..-.;;
TokoMawar
Neraca
Per 31 Desember 2006
Akti va Lancar
Aktiva Tetap
Peralatan Kantor Rp. 5.000.000,00
Akum. Depr. Peralatan Ktr. Rp. 2.000.000,00
Rp. 3.000.000,00
6) Terdapat 2 macam metode depresiasi dengan metode pembebanan
menurun, yaitu berikut ini.
a. Metode Jumlah Angka Tahunan.
b. Metode Persentase Tetap Dari Nilai Buku.
7) Asumsi yang digunakan pada metode depresiasi garis lurus, yaitu apabila
diperkirakan bahwa aktiva tetap tersebut memberikan manfaat ekonomis
yang relatif sama besarnya untuk setiap periode selama masa
penggunaannya. Umur ekonomis yang digunakan pada metode garis
lurus dihitung atas dasar umur (masa pakai) aktiva tetap yang
bersangkutan. Metode garis lurus ini menganggap depresiasi sebagai
fungsi dari waktu.
8) Yang menjadi dasar pemikiran dilakukannya depresiasi dengan
menggunakan metode depresiasi dengan pembebanan yang menurun,
yaitu metode tersebut didasarkan pada asumsi bahwa manfaat yang dapat
diberikan oleh suatu aktiva tetap menurun sejalan dengan makin
bertambahnya umur aktiva tetap tersebut. Dengan demikian, aktiva tetap
harus di depresiasi dengan jumlah besar pada tahun-tahun awal
penggunaannya dan semakin mengecil untuk tahun-tahun berikutnya.
9) Perbedaan utama antara metode pemberhentian dengan metode
penggantian adalah adanya perbedaan penggunaan harga perolehan yang
digunakan sebagai dasar perhitungan depresiasi. Depresiasi untuk
masing-masing metode dihitung sebagai berikut.
Metode Pemberhentian
Depresiasi - Harga Perolehan Aktiva Nilai Residu Aktiva Tetap
Tetap yang Diberhentikan yang Diberhentikan
Metode Penggantian
Depresiasi = Harga Perolehan Aktiva Nilai Residu Aktiva Tetap
Tetap yang Ditempatkan yang Diganti
1.80 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
RANGKUMAN
1. Metode Aktivitas
Dengan metode ini depresiasi dihitung berdasarkan aktivitas-
aktivitas aktiva tetap. Metode ini akan menghasilkan alokasi harga
perolehan akti va tetap secara tepat, akan tetapi tidak mudah untuk
menentukan besarnya aktivitas aktiva tetap secara tepat sehingga dalam
praktiknya metode ini sulit digunakan.
TES FDRMATIF 3- - - - - - - - - - - - - - - -
14) Metode depresiasi berikut ini akan menghasilkan biaya depresiasi yang
jumlahnya bertambah dari tahun ke tahun seiring dengan bertambahnya
umur akti va tetap ....
A. metode garis lurus
B. metode saldo yang menurun
C. metode jumlah angka tahun
D. jawaban A, B, dan C salah
15) Apabila dibuat grafik dengan sumbu vertikal "biaya depresiasi" dan
sumbu horizontal "umur aktiva tetap" maka biaya depresiasi tiap periode
selama umur ekonomis aktiva tetap dengan menggunakan Metode Garis
Lurus akan tergambar ....
A. lurus vertikal
B. lurus horizontal
C. garis miring ke kanan bawah
D. garis miring ke kiri bawah
e EKMA431 3/MODUL 1 1.85
16) Seperti pertanyaan nomor 15, namun digunakan Metode Jumlah Angka
Tahun. Maka grafiknya akan tergambar ....
A. lurus vertikal
B. lurus horizontal
C. garis miring ke kanan bawah
D. garis miring ke kiri bawah
17) Pada tanggal 1 Juli 2001 perusahaan roti "Nyam-Nyam" membeli sebuah
mesin seharga Rp3.600.000,00. Taksiran nilai residu Rp100.000,00.
Mesin tersebut akan di depresiasi selama 10 tahun dengan menggunakan
Metode Persentase Tetap Dari Nilai Buku dengan tarif dua kali garis
lurus (double declining balance method). Berapa besar biaya depresiasi
yang harus diakui untuk tahun 2002?
A. Rp720.000,00
B. Rp648.000,00
C. Rp630.000,00
D. Rp576.000,00
19) Selama tahun 1999 PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengganti 30 batang
rel kereta api. Harga rel baru tersebut Rp50.000,00 tiap batang. Rel yang
lama mempunyai harga perolehan Rp10.000,00 per batang dan telah
berumur 20 tahun. Rel baru diperkirakan dapat digunakan selama 20
tahun. Dengan menggunakan metode retirement dalam melakukan
penyusutan, berapa depresiasi yang diakui PT KAI selama tahun 1999,
dan berapa besar tambahan nilai aktiva tetap berkenaan dengan adanya
penggantian rel kereta api tersebut?
A. Rp15.000,00 dan RpO
B. Rp300.000,00 dan Rp1.200.000,00
C. Rp300.000,00 dan Rp1.500.000,00
D. Rp1.500.000,00 dan RpO
1.86 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
20) Sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan Rp150.000,00 dan nilai
residu RpO serta umur ekonomis 5 tahun akan mempunyai nilai buku
sama besarnya baik menggunakan metode garis lurus maupun metode
jumlah angka tahun, pada akhir tahun ....
A. ke-2
B. ke-3
C. ke-4
D. tidak akan pernah mempunyai nilai buku yang sama
KEGIATAN BELAL.JAR 4
A. PENGERTIAN
Dalam kenyataannya, kita semua tahu bahwa nilai uang dalam jangka
panjang tidak mungkin stabil. Artinya, nilai uang di masa lalu akan berbeda
dengan nilai uang di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang.
Perubahan nilai uang tersebut bisa turun sejalan dengan meningkatnya harga
barang-barang yang biasa disebut dengan istilah inflasi atau perubahan nilai
uang yang menjadikan uang menjadi semakin berharga sejalan dengan
menurunnya harga barang-barang yang biasa disebut dengan istilah deflasi.
Dalam kondisi semacam ini, jelas harga perolehan yang merupakan
pengorbanan di masa lalu tidak bisa mewakili nilai aktiva yang bersangkutan
di masa sekarang. Dengan demikian, apabila suatu aktiva dipaksakan untuk
dilaporkan dengan menggunakan dasar penilaian harga perolehan maka akan
memberikan informasi yang melenceng dari nilai yang sebenarnya.
Dalam kaitannya dengan adanya perubahan nilai uang serta mengingat
tujuan dari akuntansi keuangan, sudah selayaknya apabila di dalam menilai
aktiva untuk keperluan pencatatan dan pelaporan digunakan dasar penilaian
selain harga perolehan. Praktik semacam ini saat ini telah banyak dilakukan.
Sebagai contoh, penggunaan metode harga paling rendah antara harga
perolehan atau harga pasar (lower cost or market method) dalam menilai
persediaan, metode persentase penyelesaian dalam kontrak j angka panj ang,
investasi obligasi jangka panjang yang dinilai sebesar nilai tunai jatuh
temponya, dan lain-lain.
Penilaian dan pencatatan terhadap aktiva tetap berwujud atas dasar selain
harga perolehannya sebenarnya juga harus dilakukan apabila memang
terdapat perubahan nilai uang yang cukup berarti sehingga perlu dilakukan
penyesuaian terhadap harga perolehannya. Ini perlu dilakukan agar informasi
mengenai aktiva tetap yang dihasilkan oleh akuntansi bisa mewakili keadaan
yang sebenarnya. Akan tetapi, Standar Akuntansi Keuangan (SAK), seperti
yang terdapat pada Pasal 29 pada umumnya tidak memperkenankan
dilakukannya penilaian kembali atau revaluasi terhadap aktiva tetap. Hal ini
dikarenakan SAK menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan.
Penyimpangan dari ketentuan tersebut mungkin dilakukan berdasarkan
ketentuan pemerintah.
Ketentuan SAK tersebut kelihatannya agak janggal, namun sebenarnya
cukup beralasan. SAK pada dasarnya disusun untuk keperluan pemeriksaan
auditor independen sehingga SAK membuat ketentuan yang akan
mempermudah pelaksanaan pemeriksaan auditor independen terhadap
laporan keuangan perusahaan. Penggunaan harga perolehan yang biasa pula
e EKMA431 3/MODUL 1 1.89
Kedua alasan di atas tidak akan pernah ada apabila penilaian suatu aktiva
dilakukan tidak atas dasar harga perolehannya. Lagi pula untuk menentukan
cara penilaian kembali serta menentukan nilai baru dari suatu akti va agar bisa
mewakili keadaan yang sebenamya bukanlah pekerjaan yang mudah.
Agar Anda jelas, sebagai contoh sebuah mesin yang dibeli oleh
perusahaan ABC pada tahun 1985 dengan harga Rp5.000.000,00 mulai
tanggal 1 Januari 1987 sesuai dengan mulai berlakunya PP Nomor 45 Tahun
1986 di atas, harga perolehannya menjadi Rp5.756.500,00, yaitu faktor
e EKMA431 3/MODUL 1 1. 91
Dari informasi yang ada, kita bisa menghitung bahwa kendaraan telah
{Rp900.000, OOx 8 tahun)
digunakan selama 2 tahun, dan peralatan
Rp4.000.000, 00- Rp400.000, 00
( Rp1.500.000, 00 x 6 tahun)
kerja telah digunakan selama 3 tahun, yaitu - - - - - - - - - -
Rp3.000.000, 00
Perhitungan :
Akumulasi Depresiasi sebelum dikoreksi = Rp. 900.000,00
- Akumulasi Depresiasi setelah dikoreksi
4.000.000-500.000 X
2 = Rp. 875.000,00
8
- Kelebihan Akumulasi Depresiasi = Rp. 25.000,00
Perhitungan :
- Harga Perolehan Kendaraan sesudah penilaian kembali= Rp. 6.000.000,00
- Harga Perolehan Kendaraan sebelum penilaian kembali= Rp. 4.000.000,00
- Kenaikan harga perolehan kendaraan = Rp. 2.000.000,00
e EKMA4313/MODUL 1 1.95
Perhitungan :
Akumulasi Depresiasi sebelum ada koreksi = Rp. 1.500.000,00
- Akumulasi Depresiasi setelah ada koreksi
Rp. 3.000.000,00 x 3/8 tahun = Rp. 1.125.000,00
- Kelebihan akumulasi depresiasi = Rp. 375.000,00
Perhitungan :
Harga perolehan peralatan kerja penilaian kembali= Rp. 6.000.000,00
- Harga perolehan peralatan kerj a sebelum penilaian
kembali = Rp. 3.000.000,00
Kenaikan harga perolehan peralatan kerja = Rp. 3.000.000,00
1. 96 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Dengan mengambil data dari Contoh 1.22. maka selama sisa umur
ekonomis kendaraan yaitu 6 tahun dan sisa umur ekonomis peralatan kerja,
yaitu 5 tahun, untuk tiap tahunnya dengan metode garis lurus PT Sherley
mencatat biaya depresiasi dan amortisasi Modal Penilaian Kembali sebagai
berikut.
Biaya Depresiasi Kendaraan ........... Rp437 .500,00
Akumulasi Depresiasi Kendaraan ....... Rp437.500,00
(mencatat pengakuan biaya depresiasi kendaraan untuk satu tahun)
Perhitungan:
- Biaya Depresiasi Kendaraan per tahun setelah ada koreksi nilai residu
= (Rp4.000.000,00 - Rp500.000,00) : 8 tahun = Rp437 .500,00
e EKMA431 3/MODUL 1 1. 99
Perhitungan :
Amortisasi Modal Penilaian Kembali Kendaraan Per Tahun
= Rp. 1.500.000,00 : 6 tahun = Rp. 250.000,00
Perhitungan:
Biaya Depresiasi Peralatan Kerja per tahun setelah ada koreksi umur
ekonomis = Rp. 3.000.000,00 : 8 tahun = Rp. 375.000,00
Perhitungan :
- Amortisasi Modal Penilaian Kembali Peralatan Kerja Per Tahun
= Rp. 1.875.000,00 : 5 tahun = Rp. 375.000,00
Dengan mengambil informasi dari contoh 4.4. maka selama sisa umur
ekonomis peralatan kerja yang 5 tahun, PT Sherley mencatat pengakuan
biaya depresiasi peralatan kerja untuk tiap tahunnya sebagai berikut.
1.100 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Perhitungan:
Biaya depresiasi peralatan kerja per tahun selama s1sa umur
ekonomisnya
= Rp2.000.000,00 : 8 tahun = Rp250.000,00
Perhitungan :
Harga Jual Tanah : Rp37 .000.000,00
- Harga Perolehan Tanah : (Rp10.000.000,00)
- Laba Penjualan Tanah : Rp27 .000.000,00
Dari jurnal di atas Anda dapat mengetahui bahwa laba yang diakui dari
penjualan tanah adalah selisih lebih antara harga jual dengan harga perolehan
tanah yang lama. Rekening Tanah Penilaian Kembali ditutup ke rekening
Modal Penilaian Kembali Tanah sebagai realisasi pengakuan laba dari
penjualan tanah yang dulunya ditunda.
Apabila kendaraan pada Contoh 1.22. dijual pada awal tahun ke-5 masa
pemakaiannya dengan harga jual Rp3.250.000,00 maka atas penjualan
tersebut PT Sherley melakukan pencatatan sebagai berikut.
Kas . .. .. .. .. ... .. .. ... .. ... .. . .... .. .. ... .. ... .. .. .. ... .. ... .. .. ... R p. 3 .2 50. 000,00
Akumulasi Depresiasi Kendaraan ................. Rp. 1.750.000,00
Kendaraan ................................................................ Rp. 4.000.000,00
Lab a Penjualan Kendaraan ...................................... Rp. 1.000.000,00
(mencatat penjualan kendaraan)
Perhitungan:
- Harga Perolehan Kendaraan (Lama) = Rp. 4.000.000,00
- Akumulasi Depresiasi Kendaraan pada awal tahun ke-5
= (Rp. 4.000.000,00- Rp. 500.000,00) x 4/8 tahun = Rp. 1.750.000,00
- Nilai Buku Kendaraan pada awal tahun ke-5 = Rp. 2.250.000,00
Hargajual kendaraan = Rp. 3.250.000,00
Laba Penjualan Kendaraan = Rp. 1.000.000,00
Akumulasi Depresiasi Kendaraan
Penilaian Kembali .......................................... Rp. 1.000.000,00
Modal Penilaian Kembali Kendaraan ............ Rp. 1.000.000,00
Kendaraan Penilaian Kembali ................................. Rp. 2.000.000,00
(menutup rekening-rekening yang berkaitan dengan penilaian kembali
kendaraan)
1.102 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Perhitungan :
Kenaikan harga perolehan kendaraan = Rp. 2.000.000,00
- Saldo Akumulasi Depresiasi Kendaraan Penilaian Kembali
pada awal tahun ke-5 = Rp. 2.000.000,00 x 4/8 tahun= Rp. 1.000.000,00
Saldo Modal Penilaian Kembali Kendaraan yang belum
diamortisasi sampai awal tahun ke-5 = Rp. 1.000.000,00
.~
.- .!
- .
_ . ; .
, - .. _ ...,.,
-~
LATIHAN
--------------------
----~ ~ .
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FORMATIF 4- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
7) Apabila tanah pada soal no. 6 tiga tahun kemudian dijual dengan harga
jual Rp11.000.000,00 maka akan diakui ....
A. laba Rp3.500.000,00
B. rugi Rp3.500.000,00
C. lab a Rp 1.500.000,00
D. rugi Rp1.500.000,00
Glosarium
Donasi/Sumbangan
Penerimaan aktiva tanpa keharusan untuk
(Donation) menyerahkan barang atau jasa sebagai
pembayaran.
Kewajiban
Kewajiban potensial yang keberadaannya tidak
Kontijensi pasti karena berg antung pad a basil dari kej adian
(Contingent di masa depan, seperti tuntutan hukum yang
Liability). belum diputuskan oleh pengadilan. Jumlah
kewajiban potensial mungkin atau tidak
mungkin ditentukan.
Nilai Buku (Book
Biaya aktiva jangka panjang yang tersisa untuk
Value). dialokasikan ke periode yang akan datang.
Dihitung sebagai harga perolehan historis
dikurangi akumulasi penyusutan.
Penyusutan
Proses pengalokasian biaya akti va tetap
(Depreciation). berwujud ke dalam beban periodik.
Periode Akuntansi
Interval waktu yang digunakan untuk pelaporan
(Accounting akuntansi; karena kebutuhan akan informasi
Periods). yang tepat waktu, hidup suatu perusahaan atau
entitas dibagi ke dalam periode akuntansi
tertentu untuk tujuan pelaporan ekstemal. Satu
tahun adalah periode pelaporan yang normal,
meskipun sebagian besar perusahaan besar di
AS juga menyediakan laporan triwulanan.
Prinsip
Suatu pandangan bahwa ketika terjadi keragu-
Konservatisme raguan mengenai dua atau lebih altematif
(Conservatism pelaporan, pemakai harus memilih alternatif
Principle). dengan dampak yang paling tidak
menguntungkan terhadap laba, aktiva dan
kewajiban dari entitas yang dilaporkan.
1.112 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
tetap tak berwujud, dasar penilaian, dan ketentuan penyajian dalam laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim.
Dengan mempelajari modul ini Anda diharapkan:
1. menjelaskan pengertian aktiva sumber alam;
2. menjelaskan arti penting deplesi terhadap aktiva sumber alam;
3. membedakan deplesi dengan depresiasi;
4. menjelaskan pengertian dasar dan kriteria aktiva tetap tak berwujud;
5. menjelaskan arti penting dari amortisasi dan atau pemberhentian aktiva
tetap tak berwujud;
6. melaksanakan praktik akuntansi aktiva sumber alam dan aktiva tetap tak
berwujud;
e EKMA431 3/MODUL 2 2.3
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Bila Anda telah memahami tentang pengertian aktiva sumber alam, tentu
Anda akan mempersoalkan masalah akuntansinya. Tentu saja masalah
akuntansi akan berhubungan dengan bagaimana penentuan harga
perolehannya dan bagaimana pula mengalokasikan harga perolehan tersebut.
Baiklah, persoalan tersebut akan dibicarakan pada uraian berikut ini.
2. Biaya Eksplorasi
Biaya eksplorasi merupakan biaya yang cukup pelik perlakuannya,
disebabkan kegiatan eksplorasi belum tentu membawa basil atau eksplorasi
mungkin saja gagal. Bila Anda misalnya mempunyai hak menambang
minyak mentah di daerah Kalimantan Timur, tentu daerah yang luas itu Anda
lihat kemungkinan mendapat minyak tersebut. Anda melakukan eksplorasi di
Balikpapan, Samarinda, Tarakan, dan Berau. Ada kemungkinan salah satu
atau dua atau bahkan semuanya gagal alias tidak ada minyak mentahnya.
Pertanyaan yang mungkin timbul dari Anda adalah, apakah semua biaya
dikapitalisasi atau merupakan harga perolehan? Ataukah hanya biaya
eksplorasi yang sukses saja yang diperlakukan sebagai harga perolehan?
Untuk hal tersebut dikenal2 buah konsep/pendekatan, yaitu berikut ini.
biaya eksplorasi suatu sumber alam yang gagal hila dari kegiatan serupa
diperoleh sumber lain yang produktif.
1. Tarif Deplesi
Setelah harga perolehan untuk penentuan deplesi telah Anda ketahui
maka selanjutnya Anda dikenalkan dengan cara perhitungan dan pencatatan
deplesi. Anda tak usah khawatir, bila Anda sudah menguasai modul aktiva
tetap berwujud maka perhitungan dan pencatatan deplesi pasti akan Anda
kuasai dengan mudah.
Seperti telah Anda ketahui bahwa deplesi adalah istilah penyusutan
untuk aktiva sumber alam. Penyusutan adalah proses berkurangnya manfaat
ekonomis suatu aktiva tetap selama penggunaannya. Deplesi dapat pula
didefinisikan sebagai proses alokasi dari harga perolehan aktiva sumber alam
ke periode-periode akuntansi yang menikmati basil aktiva sumber alam
tersebut.
Sebagaimana halnya pada aktiva tetap berwujud, aktiva sumber alam
sebenarnya dapat di susut dengan metode satuan unit output yang dihasilkan.
Dengan demikian, Anda akan menghitung dulu tarif deplesi per satuan output
yang dihasilkan sebelum menghitung jumlah atau besarnya beban
penyusutan/deplesi.
2.8 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Ada tiga faktor yang menentukan besarnya tarif deplesi, yaitu berikut ini.
a. Harga perolehan aktiva sumber alam yang bersangkutan.
b. Taksiran nilai residu tanah di mana sumber itu berada, bila sumber alam
sudah habis dieksploitasi.
c. Taksiran kandungan sumber alam yang secara ekonomis dapat
dieksp1oitasi.
Bila ketiga faktor tersebut sudah ditentukan maka tarif deplesi dihitung
dengan rumus berikut.
Harga Perolehan - Taksiran Nilai Residu
Tarif deplesi/satuan output=
Taksiran kandungan
Besamya biaya deplesi untuk satu periode akuntansi tertentu dihitung dengan rumus:
Tarif deplesi dapat diterapkan pada total harga perolehan aktiva sumber
alam dan dapat pula diterapkan pada masing-masing komponen harga
perolehan, yakni biaya perolehan pemilikan, biaya eksplorasi, dan intangible
development costs. Untuk lebih jelasnya, Anda ikuti uraian berikut ini.
Contoh 2.1.
PT Tambang Jaya mendapat hak eksplorasi minyak bumi seluas 100 ha
di daerah Kalimantan Timur. Hak eksplorasi diperoleh dengan biaya
seluruhnya sebesar Rp55 .000.000,00. Biaya yang telah dikeluarkan untuk
eksplorasi adalah sebesar Rp 100.000.000,00. Intangible development costs
yang terjadi untuk eksplorasi sampai siap dieksploitasi adalah sebesar
Rp850.000.000,00. Tanah bekas eksploitasi bila tambang telah habis
diperkirakan bernilai Rp5.000.000,00. Kandungan minyak mentah
diperkirakan sebanyak 1.000.000 barel. Minyak ditaksir akan ditambang
selama 5 tahun dengan rencana tahun I ditambang 10% adalah berikut ini.
e EKMA431 3/MODUL 2 2.9
_ Rp1.000.000.000,00 =R 1.000 OO
- 1.000.000 p '
Contoh 2.2.
PT Tambang Emas memperoleh sebidang tanah pertambangan emas
dengan biaya perolehan Rp3.000.000.000,00 yang diperkirakan mempunyai
kandungan emas sebanyak 300 kg emas. Nilai tanah bila tambang habis
dieksploitasi ditaksir Rp300.000.000,00. Untuk tahap pertama telah disiapkan
untuk ditambang 80% dari kandungan yang diperkirakan. Intangible
development costs yang dikeluarkan Rp 1.200.000.000,00. Penambangan
tahap pertama akan memakan waktu 3 tahun atau 3 periode akuntansi. Tahun
pertama ditambang sebanyak 100 kg emas. Dari data tersebut berapakah
deplesi untuk tahun pertama penambangan?
Terlebih dahulu dihitung tarif deplesi, yakni untuk tarif per kilogram
biaya perolehan dan per kilogram intangible development costs.
2.10 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
T an.f kilogram, b.taya pero Ieh an -_ Rp3.000.000,00- Rp300.000.000,00 x R p l ,OO -_ Rp 9 .OOO .OOO ,OO
300kg
2 0
Tarifkilogram, biaya perolehan = Rp1. 00.000,00- xRpl,OO = Rp 5.000.000,00
80% X 300 kg
Deplesi tahun pertama =100 kg x (Rp 9.000.000,00 + Rp5.000.000,00) = Rp 1.400.000.000,00
2. Pencatatan Deplesi
Setelah Anda dapat menentukan tarif deplesi maka Anda tentu akan
dapat menentukan beban deplesi tiap periode akuntansi. Beban deplesi akan
dicatat umumnya pada akhir periode. Pencatatan deplesi ini adalah untuk
mempertemukan (matching) antara biaya (cost) dengan penghasilan
(revenue) yang setepat mungkin.
Dengan menggunakan Contoh 2.2. maka pencatatan atau jurnal yang
dilakukan adalah berikut ini.
Biaya Deplesi Sumber Alam ...................... Rp 1.400.000.000,00
Akumulasi Deplesi Sumber Alam ............. Rp1.400.000.000,00
(mencatat deplesi sumber alam)
Bila revisi berlaku surut sejak awal tahun pertama, maka tarif deplesi
untuk biaya perolehan/pemilikan adalah:
~,.. 3
1 '
. ~
'4
-
---
~
LATIHAN
-----------------------------------------
.~ - ~
-- -- -..-.;;
1) Coba Anda jelaskan, apa yang dimaksud dengan aktiva sumber alam!
2) Jelaskan perbedaan antara cara perolehan aktiva tetap berwujud dengan
aktiva sumber alam!
3) Sebutkan danjelaskan 2 cara perolehan aktiva sumber alam!
4) Apa yang dimaksud dengan Biaya Pembangunan Fasilitas (Development
Cost)?
e EKMA431 3/MODUL 2 2.13
1) Aktiva sumber alam (wasting assets) adalab aktiva yang berasal dari
alam yang berkurang atau babis karena pengembangan atau pengambilan
secara langsung dan penggantiannya banya bisa terjadi melalui proses
alam yang memerlukan waktu yang sangat lama.
2) Perbedaan antara cara peroleban Aktiva Tetap Berwujud dengan Aktiva
Sumber Alam adalab berikut ini.
Pada Aktiva Tetap Berwujud terdapat beberapa cara peroleban, yaitu
berikut ini.
a. Aktiva Tetap Berwujud diperoleb dari pembelian.
b. Aktiva Tetap Berwujud diperoleb dari membuat sendiri.
c. Aktiva Tetap Berwujud diperoleb dari basil pertukaran dengan
Aktiva Tetap Berwujud milik perusabaan.
d. Aktiva Tetap Berwujud diperoleb dari basil pertukaran dengan Surat
Berbarga perusabaan.
2.14 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
10)
.f T b' l h Rp6.000.000,00- Rp240.000.000,00 R l OO
T an per on, 1aya pero e an = x p ,
a. 12.000 Ton
= Rp480.000,00
96
Tarif per Ton, Intangible D.C. = Rp 000.000,00- O x Rpl,OO = Rp320.000,00
3.000 Ton
RANGKUMAN
Aktiva sumber alam (wasting assets) adalah aktiva yang berasal dari
alam yang berkurang atau habis karena penambangan atau pengambilan
dan penggantiannya hanya dapat dilakukan oleh proses alam yang
memerlukan waktu yang sangat lama. Contoh aktiva sumber alam adalah
minyak bumi, emas, batu bara, dan lain-lain. Alokasi harga perolehan
aktiva sumber alam disebut deplesi.
Elemen harga perolehan dari aktiva sumber alam ini terdiri atas
biaya pemilikan (perolehan), biaya eksplorasi, dan intangible
development costs. Ketiga elemen ini dapat berdiri sendiri-sendiri, dalam
arti deplesi dapat dilakukan per elemen harga perolehan tersebut.
Cara perolehan aktiva sumber alam adalah dengan pembelian atas
dasar fee interest dan dengan hak sewa (leasehold interest). Untuk biaya
eksplorasi, perlakuannya dapat menggunakan konsep full costing dan
konsep successful effort.
Alokasi harga perolehan (deplesi) aktiva sumber alam umumnya
didasarkan pada unit output. Dengan demikian, dapat dihitung tarif
deplesi per unit output. Tarif deplesi dapat dibagi 2, yakni tarif tunggal
dan tarif berbeda-beda untuk setiap elemen harga perolehan. Tarif
tunggal biasanya diterapkan bila biaya perolehan pemilikan relatif kecil.
Tarif sangat mungkin berubah (direvisi) karena perubahan taksiran
kandungan. Oleh karenanya, dapat terjadi penyesuaian terhadap biaya
deplesi.
Pencatatan deplesi adalah dengan mendebit biaya deplesi dan
mengkredit akumulasi deplesi. Deplesi tidak persis sama dengan
depresiasi walaupun keduanya merupakan alokasi harga perolehan. Ada
perbedaan antara pengertian deplesi dengan pengertian depresiasi.
Deplesi merupakan perwujudan berkurangnya kuantitas kandungan
sumber alam. Biaya deplesi membentuk harga pokok produk jadi dan
yang jelas istilah deplesi digunakan untuk alokasi harga perolehan aktiva
sumber alam.
e EKMA431 3/MODUL 2 2.17
TES FORMATIF 1
-------------------------------
Pilihlah satu j a waban yang paling tepat!
5) Dari yang berikut ini mana yang tergolong akti va sumber alam ....
A. bijih besi
B. tanah
C. kayu
D. air
2.18 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
10) Dengan menggunakan data no. 9 maka beban deplesi tahun pertama ....
A. terlalu besar Rp2.000.000,00
B. terlalu kecil Rp2.000.000,00
C. terlalu besar Rp 500.000,00
D. terlalu kecil Rp1.000.000,00
KEGIATAN BELAL.JAR 2
3. Aktiva tak berwujud adalah aktiva yang dimiliki oleh suatu unit
organisasi atau perusahaan yang tidak mempunyai bentuk fisik.
Para pakar akuntansi telah sepakat tentang kriteria akti va tetap tak
berwujud. Kriteria tersebut adalah berikut ini.
2.22 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
1. Immateriality
Pengertian immateriality adalah ketidakberwujudan dari aktiva ini. Ini
perlu diketahui agar tidak selalu salah pengertian dengan ketidakadaan nilai
dari aktiva tak berwujud. Aktiva tetap tak berwujud menggambarkan hak-
hak, privilege-privilege, dan keuntungan kompetitif yang luas terhadap
perusahaan selama pemilikannya. Seluruh hak yang dimaksud dalam
pengertian intangible mungkin sekali secara fisik mempunyai bukti-bukti,
seperti faktur, surat kontrak, sertifikat dan dokumen pendukung lainnya,
namun aktivanya sendiri tidak punya fisik yang nyata.
2. Interdependence
Telah Anda ketahui bahwa faktor apa yang utama yang mendukung
kemampuan menghasilkan laba (earning power) suatu perusahaan sulit untuk
dilacak. Oleh sebab itu, suatu aktiva tak berwujud dalam memberikan
sumbangannya terhadap earning power sangat tergantung pula pada aktiva
yang lain. Suatu paten misalnya, mungkin sekali sangat menentukan dalam
perusahaan pada pencapaian earning power, namun ia tidak berarti apa-apa
tanpa akti va yang lain.
3. Nontransferability
Aktiva tak berwujud tidak dapat ditransfer dalam pengertian
diperjualbelikan sebagaimana aktiva berwujud tanpa mengganggu jalannya
operasi perusahaan. Kalaupun ada istilah penjualan hak paten, hak cipta, dan
sebagainya, bukanlah berarti ia diperjualbelikan, seperti aktiva berwujud,
namun hanya pemberian hak pada perusahaan lain. Paten itu sendiri masih
atas nama pribadi atau perusahaan yang menemukan paten itu.
1. Tipe A
Yakni aktiva tetap tak berwujud yang adanya (umurnya) dibatasi oleh
undang-undang, peraturan, perjanjian atau oleh sifat aktiva itu sendiri.
Contohnya adalah hak paten, hak cipta, lisensi,franchise, dan lain-lain.
2. Tipe B
Yakni aktiva tetap tak berwujud yang tidak terbatas waktunya. Aktiva
semacam ini pada waktu diperoleh tidak ada petunjuk mengenai umurnya.
Contohnya, goodwill, nama dan merek dagang, proses dan ramuan rahasia,
dan sebagainya.
3. Tipe C
Y akni kelebihan nilai investasi dalam saham untuk perusahaan induk
pada perusahaan anak di atas nilai kepentingannya pada kekayaan bersih di
perusahaan anak. Kelebihan ini dianggap sebagai aktiva tetap tak berwujud
dalam laporan konsolidasi.
D. AKUNTANSIAKTIVA TETAPTAKBERWUJUD
Akuntansi untuk aktiva tetap tak berwujud meliputi masalah yang sama,
seperti pada masalah akuntansi aktiva jangka panjang yang lain. Masalah
tersebut adalah penentuan harga perolehan, alokasi harga perolehan, dan
pemberhentian.
Alokasi harga perolehan untuk aktiva tetap tak berwujud adalah
amortisasi. Pemberhentian aktiva tetap tak berwujud pada umumnya
disebabkan oleh berakhirnya masa kegunaan aktiva tersebut. Bahkan ada
kemungkinan yang cukup besar bahwa masa kegunaannya sudah habis
sebelum taksiran masa kegunaan belum berakhir. Jadi, berakhirnya lebih
cepat dari taksiran semula.
1. Harga Perolehan
Harga perolehan dari suatu aktiva tetap tak berwujud tidak terlepas dari
cara perolehannya. Seperti telah Anda baca di depan bahwa cara perolehan
aktiva tetap tak berwujud umumnya adalah dari pembelian dan dengan
dikembangkan sendiri oleh perusahaan. Bila aktiva tetap tak berwujud
diperoleh dengan dikembangkan sendiri oleh perusahaan maka harga
perolehannya adalah semua pengeluaran yang terjadi dalam rangka
pengembangan aktiva yang bersangkutan. Sedangkan bila aktiva tak
berwujud diperoleh dengan pembelian maka unsur harga perolehan meliputi:
a. Harga yang dibayar kepada penjual
b. Biaya-biaya tambahan untuk mendapatkannya, seperti biaya notaris dan
biaya administrasi
c. Biaya percobaan dan pengembangan
d. Biaya untuk penyerahan hak (misalnya royalty dan lisensi)
e EKMA431 3/MODUL 2 2.25
Satu hal yang khas dari aktiva tetap tak berwujud bahwa setiap jenis
aktiva tetap tak berwujud berbeda dalam penentuan harga perolehan, program
amortisasi, dan masalah akuntansinya. Yang telah Anda pelajari sebelum
subbab ini adalah masalah akuntansi aktiva tetap tak berwujud secara umum.
Berikut ini Anda pelajari harga perolehan dan umur ekonomis dari
beberapa aktiva tetap tak berwujud serta sekaligus pengertiannya.
a. Hak paten
Paten adalah suatu hak yang diberikan oleh pemerintah kepada pihak
yang menemukan sesuatu hal baru untuk membuat, menjual atau mengawasi
penemuannya selama 17 tahun. Kalaupun paten itu tidak dapat diperpanjang
maka penemuan tadi akan diperbarui atau diubah sehingga diperoleh paten
baru.
Yang termasuk harga perolehan paten jika paten itu diperoleh karena
pengembangan adalah ongkos-ongkos pendaftaran, biaya pembuatan
prototype, model-model dan gambar-gambar, dan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk membuat percobaan dan pengembangan. Bila paten
diperoleh dengan pembelian (diberi hak dari yang menemukan) maka harga
perolehannya adalah harga beli yang disepakati ditambah biaya-biaya lain
yang berhubungan dengan pembelian itu. Dengan demikian, paten dapat
digunakan sendiri oleh penemunya atau diserahkan pada pihak lain dengan
perj anjian-perj anjian tertentu. Apabila terj adi pelanggaran-pelanggaran
terhadap paten yang dimiliki maka biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
menjaga hak ini akan dikapitalisasikan.
e EKMA431 3/MODUL 2 2.27
Contoh 2.4.
Perusahaan XYZ yang bergerak di bidang elektronika pada awal tahun
2005 berhasil menemukan inovasi terbaru untuk salah satu produknya yang
berupa televisi. Kemudian, Perusahaan XYZ mematenkan produknya
tersebut. Untuk mendapatkan hak paten, Perusahaan XYZ harus
mengeluarkan biaya-biaya sebagai berikut.
1. ongkos-ongkos pendaftaran Rp 5.000.000,00
2. biaya pembuatan prototype Rp 100.000.000,00
3. model-model dan gambar-gambar Rp 10.000.000,00
4. percobaan dan pengembangan Rp 25.000.000,00
Total Rp 140.000.000,00
Contoh 2.5.
Apabila perolehan Paten XYZ pada contoh 2.4. tersebut berlaku selama
20 tahun maka jurnal untuk mencatat amortisasi paten tersebut pada tahun
2005 adalah sebagai berikut.
Biaya amortisasi paten ............ Rp7.000.000,00
Akumulasi amortisasi paten ............ Rp7 .000.000,00
(mencatat amortisasi paten)
2.28 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
hak penguasaan hutan (concession right) di mana tidak semua orang dengan
hehas dan mudah mendapatkannya.
Harga perolehan dari lisensi dan konsensi ini adalah semua hiaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan hak tersehut. Sedangkan untuk amortisasinya
didasarkan pada umur lisensi atau konsensi yang telah ditentukan, yang
hiasanya ditentukan oleh pemerintah.
c. Goodwill
Yang dimaksudkan dengan goodwill adalah semua kelebihan yang
terdapat dalam suatu usaha, seperti letak perusahaan yang baik, nama yang
terkenal, pimpinan yang ahli, dan lain-lain. Goodwill dalam arti akuntansi
hanya timbul dari pembelian sebagian perusahaan lain atau dari transaksi
penggabungan (merger), reorganisasi, perubahan bentuk perusahaan atau
perubahan pemilikan dalam firma.
e EKMA431 3/MODUL 2 2.31
Neraca
LATIHAN
----- -..,..,;
1) Aktiva tak berwujud adalah aktiva yang tidak mempunyai wujud fisik
yang dilaporkan di neraca sebesar porsi dari harga perolehan yang
mempunyai kegunaan di masa yang akan datang.
2) Kriteria Aktiva Tetap Tak Berwujud adalah berikut ini.
a. Immateriality.
Pengertian immateriality adalah ketidakberwujudan dari aktiva ini.
Ini perlu diketahui agar tidak selalu salah pengertian dengan
ketidakadaan nilai dari aktiva tak berwujud. Aktiva tetap tak
berwujud menggambarkan hak-hak, privilege-privilege, dan
2.34 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
6) Hak monopoli atau franchise adalah suatu kontrak yang sering terjadi
antara unit pemerintah dengan swasta di mana penjamin (grantor)
memberikan izin kepada yang dijamin (grantee) untuk mempergunakan
atau mengoperasikan atau menjual barang tertentu dalam jangka waktu
terbatas atau terus-menerus dengan disertai hak pencabutan kembali a tau
tidak.
7) Ada dua metode untuk menghitung nilai teoretis goodwill bagi suatu
perusahaan yang going concern, yaitu berikut ini.
a. Kapitalisasi laba bersih rata-rata
Dalam cara ini jumlah yang akan dibayarkan untuk perusahaan yang
dibeli dihitung dengan mengkapitalisasikan taksiran pendapatan
yang akan datang dengan tarif. Tarif ini menunjukkan hasil yang
diharapkan dari investasi tersebut. Selisih jumlah yang akan
dibayarkan dengan nilai bersih aktiva adalah jumlah yang akan
dicatat sebagai goodwill.
b. Kapitalisasi kelebihan laba rata-rata
Pada cara ini perhitungan goodwill didasarkan pada pendapatan
bersih rata-rata dan nilai aktiva yang dibeli.
8) a. Paten adalah suatu hak yang diberikan oleh pemerintah kepada
pihak yang menemukan sesuatu hal baru untuk membuat, menjual
atau mengawasi penemuannya selama 17 tahun. Kalau paten itu
tidak dapat diperpanjang maka penemuan tadi akan diperbarui atau
diubah sehingga diperoleh paten baru.
b. Goodwill adalah semua kelebihan yang terdapat dalam suatu usaha,
seperti letak perusahaan yang baik, nama yang terkenal, pimpinan
yang ahli, dan lain-lain. Goodwill dalam arti akuntansi hanya timbul
dari pembelian sebagian perusahaan lain atau dari transaksi
penggabungan (merger), reorganisasi, perubahan bentuk perusahaan
atau perubahan pemilikan dalam firma.
c. Hak merek dan nama dagang adalah pengakuan tanda simbol,
model dan cap sebagai suatu identifikasi atas produk sehingga
mudah dikenal oleh pembeli.
9) J umal untuk mencatat perolehan paten tersebut adalah:
Paten ........................................ Rp194.000.000,00
Kas ..................................................... Rp 194.000.000,00
10) Jumal untuk mencatat amortisasi paten tersebut pada tahun 2006 adalah
sebagai berikut.
Biaya amortisasi paten ..................... Rp7 .360.000,00
Akumulasi amortisasi paten ........................... Rp7 .360.000,00
2.36 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
T E 5 F 0 R MAT IF 2;;__ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __
5) Istilah untuk harga perolehan aktiva tetap tak berwujud adalah ....
A. deplesi
B . depresiasi
C. devaluasi
D. amortisasi
7) Aktiva tetap tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan, yaitu ....
A. hak cipta
B. paten
C. hak merek dan nama dagang
D. goodwill
Glosarium
Amortisasi
Proses pengalokasian biaya dari akti va tak
(Amortization). berwujud ke dalam beban periodik; penyesuaian
beban bunga (baik untuk premium maupun
diskon) untuk mencerminkan bunga efektif
obligasi. Penyesuaian periodik ini menghasilkan
konvergensi (penyatuan) nilai tercatat (carrying
value) dan nilai wajar (fair value) obligasi
sepanjang berjalannya waktu.
Biaya Eksplorasi
Biaya yang dikeluarkan untuk mengidentifikasi
daerah yang memerlukan pengujian atau
menguji daerah khusus untuk mencari sumber
daya alam. Apabila usaha eksplorasi
menghasilkan penemuan sumber daya alam
yang cukup untuk ditambang, maka biaya ini
dikapitalisasi sebagai bagian dari dasar deplesi.
Deplesi (Depletion).
Biaya sumber daya clam yang dikeluarkan dari
akun aktiva sumber days clam pada set lap
peri ode.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang menggabungkan basil-
Konsolidasi basil keuangan dari induk perusahaan dan anak-
(Consolidated anak perusahaan.
Financial
Statements).
Penggabungan
Penggabungan duo perusahaan melalui
Usaha. pertukaran kas atau pertukaran saham.
e EKMA431 3/MODUL 2 2.41
Daftar Pustaka
I nvestasi
PENDAHULUAN
...,.. ada modul sebelurnnya kita telah mempelajari aktiva tetap berwujud dan
tak berwujud dengan segala masalah akuntansinya. Anda tentu telah
menguasai betul materi-materi tersebut. Pada modul ini, kita akan
mempelajari lebih mendalam mengenai jenis aktiva yang lain yakni aktiva
dalam bentuk investasi.
Prosedur akuntansi untuk investasi dijelaskan dalam PSAK No. 13
tentang Investasi. Dalam PSAK tersebut semua bentuk investasi dijelaskan
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Namun, investasi yang
dimaksudkan dalam modul ini adalah investasi perusahaan dalam bentuk
sekuritas. Sekuritas adalah saham, partisipasi atau hak lain dalam properti
atau dalam perusahaan milik emiten atau kewajiban emiten yang
(1) ditunjukkan oleh suatu instrumen yang diterbitkan dalam bentuk atas
unjuk atau terdaftar atau jika tidak ditunjukkan dengan instrumen terdaftar
dalam pembukuan yang diselenggarakan untuk mencatat transfer oleh atau
atas nama emiten; (2) termasuk jenis yang biasanya terlibat dalam bursa atau
pasar sekuritas atau, hila ditunjukkan oleh instrumen, biasanya diakui di
semua wilayah penerbitan atau transaksinya sebagai media untuk investasi;
dan (3) berasal dari satu kelompok atau seri atau menurut syarat-syaratnya
dapat dibagi menjadi suatu kelompok atau seri saham, partisipasi, hak atau
kewajiban. Investasi yang demikian, disebut juga penyertaan modal. Artinya,
perusahaan berharap agar dana (uang) yang diinvestasikan akan terus
bertambah dan akhirnya memperoleh keuntungan.
Perusahaan mempunyai motivasi yang berbeda-beda untuk melakukan
investasi dalam sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan lain. Salah satu
motivasinya adalah untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi.
Sebuah perusahaan dapat menerima pendapatan dari investasi utang atau
pendapatan dividen dari investasi ekuitas. Selain itu, keuntungan modal atas
kedua jenis sekuritas itu dapat di realisasi. Motivasi lain dari berinvestasi
3.2 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Tabel 3.1
Perlakuan Akuntansi Sekuritas Utang
alasan manajemen aktiva kewajiban lainnya maka sekuritas itu tidak boleb
diklasifikasikan sebagai dimiliki sampai j atub tempo.
Sekuritas yang dimiliki sampai jatub tempo dipertanggungjawabkan
sebesar biaya yang diamortisasi, bukan pada nilai wajarnya. Jika manajemen
berniat untuk memiliki sekuritas investasi tertentu sampai jatub tempo dan
tidak mempunyai rencana untuk menjualnya maka nilai wajar (barga jual)
tidaklab relevan untuk mengukur dan mengevaluasi arus kas yang berkaitan
dengan sekuritas ini. Terakhir karena sekuritas yang dimiliki hingga jatub
tempo tidak disesuaikan ke nilai wajar maka sekuritas ini tidak meningkatkan
kestabilan (volatility) lab a yang dilaporkan atau modal yang dilaporkan,
seperti balnya sekuritas perdagangan dan sekuritas yang tersedia untuk dijual.
Agar lebib jelas, perbatikan contob berikut ini.
Contob 3.1.
PT Robin membeli obligasi 8% dari PT Master dengan nilai pari
Rp100.000.000,00 pada tanggal 1 Januari 2002, dan membayar
Rp92.278.000,00. Obligasi ini jatub tempo tanggal 1 Januari 2006; bunga
dibayar setiap tanggal 1 Juli dan 1 J anuari. Diskonto sebesar Rp7. 722.000,00
(Rp100.000.000,00 - Rp92.278.000,00) memberikan basil bunga efektif
sebesar 10%. J urnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut adalab
sebagai berikut:
01/01/02 Sekuritas yang dimiliki sampai jatub tempo Rp. 92.278.000,00
Kas ............................................................... Rp. 92.278.000,00
(mencatat pembelian obligasi yang dimiliki sampai jatub tempo)
Tabel 3.2.
Obligasi 8% yang Dibeli untuk Memberikan hasil (yield) 10%
Amortisasi
Kas Penda~atan Jumlah
Tanggal Diskonto
yang diterima Bunga Tercatat Obligasi
Obligasi
1/1/02 Rp 92.278.000,00
1/7/02 Rp 4.000.000,00a Rp 4.614.000,00b Rp 614.000,00C Rp 92.892.000,d
1/1/03 Rp 4.000.000,00 Rp 4.645.000,00 Rp 645.000,00 Rp 93.537.000,00
1/7/03 Rp 4.000.000,00 Rp 4.677.000,00 Rp 677.000,00 Rp 94.214.000,00
1/1/04 Rp 4.000.000,00 Rp 4.711.000,00 Rp 711.000,00 Rp 94.925.000,00
1/7/04 Rp 4.000.000,00 Rp 4.7 46.000,00 Rp 746.000,00 Rp 95.671.000,00
1/1/05 Rp 4.000.000,00 Rp 4.783.000,00 Rp 783.000,00 Rp 96.454.000,00
1/7/05 Rp 4.000.000,00 Rp 4.823.000,00 Rp 823.000,00 Rp 97.277.000,00
1/1/06 Rp 4.000.000,00 Rp 4.864.000,00 Rp 864.000,00 Rp 98.141.000,00
1/7/06 Rp 4.000.000,00 Rp 4.907.000,00 Rp 907.000,00 Rp 99.048.000,00
1/1/07 R~ 4.000.000 100 R~ 4.952.000 100 R~ 952.000 100 Rp1 00.000.000,00
Rp40.000.000,00 Rp4 7. 722.000,00 Rp7. 722.000,00
NERACA
Aktiva lancar
Piutang Bunga Rp 4.000.000
lnvestasi Jangka Panjang
Sekuritas yang dimiliki sampai jatuh tempo; pada biaya yang Rp93.537.000
diamortisasi
LAPORAN LABA-RUGI
Pendapatan dan Keuntungan lain
Pendapatan Bunga Rp 9.259.000
Contoh 3.2.
Berdasarkan Contoh 3.1. apabila PT Robin menjual investasinya dalam
obligasi PT Master pada tanggal 1 November 2006 dengan kurs 99%
ditambah bunga akrual maka perhitungan dan jumal berikut ini akan dibuat.
Amortisasi sejak 1 Juli 2006 sampai 1 November 2006 adalah Rp635.000,00
(% x Rp952.000,00). Jurnal untuk mencatat amortisasi diskonto tersebut
adalah sebagai berikut.
01/11/06 Sekuritas yang dimiliki sampai jatuh tempo ... Rp635.000,00
Pendapatan Bunga ...................................... Rp635 .000,00
( mencatat amortisasi diskonto)
3.8 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Tabel 3.4.
Perhitungan Keuntungan yang Terealisasi
Tabel 3.5.
Obligasi 10% yang Dibeli untuk Memberikan hasil (yield) 8%
Kas Amortisasi Jumlah
Tanggal Pendapatan Bunga
~ang diterima Premium Obligasi Tercatat Obligasi
1/1/02 Rp1 08.111.000,00
1/7/02 Rp 5.ooo.oooa Rp 4.324.000,00b Rp 676.000,00c Rp1 07 .435.000,00d
1/1/03 Rp 5.000.000 Rp 4.297.000,00 Rp 703.000,00 Rp1 06.732.000,00
1/7/03 Rp 5.000.000 Rp 4.269.000,00 Rp 731.000,00 Rp1 06.001.000,00
1/1/04 Rp 5.000.000 Rp 4.240.000,00 Rp 760.000,00 Rp1 05.241.000,00
1/7/04 Rp 5.000.000 Rp 4.210.000,00 Rp 790.000,00 Rp1 04.451.000,00
1/1/05 Rp 5.000.000 Rp 4.178.000,00 Rp 822.000,00 Rp1 03.629.000,00
1/7/05 Rp 5.000.000 Rp 4.145.000,00 Rp 855.000,00 Rp1 02.774.000,00
1/1/06 Rp 5.000.000 Rp 4.111.000,00 Rp 889.000,00 Rp1 01 .885.000,00
1/7/06 Rp 5.000.000 Rp 4.075.000,00 Rp 925.000,00 Rp1 00.960.000,00
1/1/07 R~ 5.000.000 R~ 4.040.000 100 R~ 960.000 100 Rp1 00.000.000,00
Rp50.000.000 Rp41.889.000,00 Rp8.111.000,00
wajar ini adalah jumlah yang dilaporkan di neraca. Pada setiap tanggal
pelaporan, obligasi ini akan dilaporkan sebesar nilai wajar dengan
penyesuaian ke akun keuntungan atau kerugian kepemilikan yang belum
terealisasi -ekuitas.
Total nilai wajar portofolio PT Jaring yang tersedia untuk dijual adalah
Rp284.000.000,00. keuntungan kotor yang belum terealisasi adalah sebesar
Rp10.063.000,00 dan kerugian kotor yang belum terealisasi adalah
Rp19.600.000,00 yang menghasilkan kerugian bersih yang belum terealisasi
sebesar Rp9 .537 .000,00. Yaitu nilai wajar sekuritas yang tersedia untuk
dijual adalah lebih rendah Rp9.537.000,00 daripada biaya yang
diamortisasinya. Jurnal penyesuaian yang dibuat untuk mencatat penurunan
nilai dan kerugian tersebut adalah sebagai berikut.
3.12 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Contoh 3.5.
Berdasarkan Contoh 3.4. di atas, asumsikan jika PT Jaring menjual
obligasi CV Wagiyo (dari Tabel 3.6.) pada tanggal 1 Juli 2007 dengan harga
Rp90.000.000,00. Asumsikan juga bahwa jumal untuk mengakui amortisasi
diskonto dan penerimaan bunga sampai tanggal 1 Juli 2007 sudah dicatat dan
biaya yang diamortisasi adalah Rp94.214.000,00. Perhitungan kerugian yang
di realisasi adalah sebagai berikut.
Biaya/Kos yang diamortisasi (Obligasi Wagiyo) Rp94.214.000,00
Dikurangi: Harga jual obligasi (Rp90. 000.000,00)
Kerugian atas penjualan obligasi Rp 4.214.000,00
Tabel 3. 7.
Laporan Keuangan sederhana PT Jaring tanggal per 31 Desember 2007
NERACA
Aktiva lancar
Piutang Bunga Rpxxx
lnvestasi
Sekuritas yang tersedia untuk dijual; pada nilai wajar Rp195.000.000,00
Ekuitas Pemegang Saham
Akumulasi kerugian komprehensif lainnya Rp 5.000.000,00
LAPORAN LABA-RUGI
Pendapatan dan Keuntungan lain
Pendapatan Bunga Rpxxx
Beban dan kerugian lain-lain
Kerugian atas penjualan sekuritas Rp4.214.000,00
Contoh 3.6.
Pada tanggal 31 Desember 2006, PT Barat menetapkan portofolio
sekuritas perdagangannya sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 3.8. di
bawah ini (asumsikan bahwa tahun 2006 merupakan tahun pertama PT Barat
memiliki sekuritas perdagangan). Pada tanggal akuisisi, sekuritas
perdagangan ini dicatat ke akun yang bernama Sekuritas Perdagangan pada
biaya atas harga pokok, termasuk komisi pialang dan pajak. Ini adalah
penilaian pertama untuk portofolio yang baru saja dibeli.
3.16 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
LATIHAN
____ "-..i -
8) Nilai wajar (fair value) adalah jumlah yang digunakan bila instrumen
keuangan dipertukarkan dalam transaksi berjalan antara pihak-pihak
yang berkeinginan, selain dari penjualan terpaksa atau likuidasi.
9) Jumal untuk mencatat pembelian obligasi yang dimiliki sampai jatuh
tempo:
Sekuritas yang dimiliki sampai jatuh tempo ... Rp 132.300.000,00
Kas .......................................................... Rp 132.300.000,00
10) Jurnal untuk mencatat pembelian obligasi yang tersedia untuk dijual :
Sekuritas yang tersedia untuk dijual ...... Rp275.250.000,00
Kas ....................................................................Rp275.250.000,00
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
T E S F 0 R MAT IF 1_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __
Berapakah pengakuan gain atau loss tahun 2003 atas informasi tersebut?
A. Rp1.481,12
B. Rp1.511,31
C. Rp7 .401,89
D. Rp7.611,34
KEGIATAN BELAL.JAR 2
Tingkatan hak atau pengaruh ini serta penilaian dan pelaporan yang
harus diterapkan pada investasi ditampilkan dalam Tabel 3.8 berikut ini.
e EKMA431 3/MODUL 3 3.23
Tabel 3.8.
Tabel 3.9.
ditentukan dengan lebih jelas. Tidak adanya nilai yang dapat ditentukan
dengan jelas untuk properti atau jasa atau harga pasar sekuritas yang
diperoleh mungkin mengharuskan digunakannya penilaian atau estimasi agar
diperoleh suatu harga pokok (cost).
Pembelian 2 jenis atau lebih sekuritas dengan harga sekaligus (lump
sum) mengharuskan dilakukannya pengalokasian biaya/cost tersebut pada
jenis-jenis yang berbeda dengan cara yang wajar. Jika tersedia nilai wajar
(harga pasar) dari setiap jenis sekuritas maka cost lumpsum dapat dibagi
berdasarkan nilai wajar relatif (relative fair value). Jika tersedia harga pasar
untuk satu sekuritas, tetapi tidak untuk yang lainnya maka metode
inkremental (incremental method) dapat digunakan dan harga pasar tersebut
dibebankan ke sekuritas yang satu itu. Sedangkan, kelebihan biaya/cost
dibebankan ke yang lainnya. Jika harga pasar tidak tersedia pada tanggal
akuisisi beberapa sekuritas maka pembagian biaya/cost mungkin harus
ditunda sampai ada bukti tentang setidaknya satu nilai. Dalam beberapa
kejadian, pembagian cost harus menunggu sampai salah satu sekuritas dijual.
Dalam hal ini, basil dari penjualan satu jenis sekuritas tersebut dapat
dikurangkan dari cost-lumpsum sehingga menyisakan cost-residu yang harus
dibebankan sebagai cost sekuritas lainnya.
Apabila seseorang memiliki hak kurang dari 20% maka diasumsikan
bahwa investor itu mempunyai pengaruh yang kecil atau tidak mempunyai
pengaruh terhadap in vestee. Dalam hal ini, jika harga pasar tersedia maka
investasi itu dinilai dan dilaporkan setelah akuisisi dengan menggunakan
metode nilai wajar (fair value method). Metode nilai wajar mengharuskan
perusahaan mengklasifikasikan sekuritas ekuitas pada saat akuisisi sebagai
sekuritas yang tersedia untuk dijual atau sekuritas perdagangan. Oleh
karena sekuritas ekuitas tidak mempunyai tanggal jatuh tempo maka
sekuritas ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai sekuritas yang dimiliki
sampai jatuh tempo.
Contoh 3.7.
Pada tanggal 3 November 2006, P.T. Republik membeli saham biasa dari
tiga perusahaan yang setiap investasinya menunjukkan hak kurang dari 20%.
Rinciannya sebagai berikut:
- P.T. Tenggara Rp259.700.000,00
- P.T. Sup Rp317 .500.000,00
- P.T. Kertas Rp141.350.000,00
Total portofolio Rp718.550.000,00
Pada tanggal 23 Januari 2007, P.T. Republik rrenjual seluruh saham biasa yang dimilikinya
pada P.T. Tenggara dan rrenerirm laba bersih sebesar Rp. 287.220.(XX),00. Kellllttmgan yang
terealisasi atas penjualan ini dihitung sebagai berikut :
b. Sekuritas perdagangan
Jurnal untuk mencatat sekuritas ekuitas perdagangan sama, seperti dalam
sekuritas ekuitas yang tersedia untuk dijual. Perbedaannya ada pada
pencatatan keuntungan atau kerugian kepemilikan atau kerugian kepemilikan
yang belum di realisasi. Pada sekuritas ekuitas perdagangan, keuntungan atau
kerugian kepemilikan yang belum terealisasi dilaporkan sebagai bagian dari
lab a bersih. J adi, digunakan nama akun Keuntungan atau Kerugian
Kepemilikan yang Belum Terealisasi-Laba. Ketika penjualan dilakukan,
bagian keuntungan atau kerugian diakui dalam laba.
C. METODE EKUITAS
Contoh 3.8.
PT Musim membeli 20% kepemilikan dalam PT Kecil. Untuk
menerapkan metode nilai wajar dalam contoh ini, asumsikan bahwa PT
Musim tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan pengaruh yang
signifikan dan sekuritas ini diklasifikasikan sebagai sekuritas yang tersedia
untuk dijual. Apabila metode ekuitas diterapkan dalam contoh ini, asumsikan
bahwa hak kepemilikan sebesar 20% itu akan memungkinkan PT Musim
e EKMA431 3/MODUL 3 3.31
~- -
-~ -; LATIHAN
------------------------------------------
-----
' - 1'(
--
7) Apa yang harus dilakukan pada saat pembelian dua jenis atau lebih
sekuritas dengan harga sekaligus (lump sum)?
8) Pada tanggal 29 November 2006, PT BAGAS membeli saham biasa dari
tiga perusahaan yang setiap investasinya menunjukkan hak kurang dari
20%. Perinciannya sebagai berikut.
PT PUTRI Rp260.750.000,00.
PT ANGGARA Rp421.500.000,00.
PT SAMUDRA Rp231.350.000,00.
Buatlah jumal yang mencatat pembelian saham secara lump sum!
9) Pada tanggal 1 Januari 2006, PT ANGGUR membeli 50.000 saham
(20% saham biasa PT MANGGA) dengan biaya Rp12.000,00 per saham.
Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi di atas dengan menggunakan
metode ekuitas!
10) Pada tanggal 1 Januari 2005, PT INDAH membeli 35.000 saham (20%
saham biasa PT PESONA) dengan biaya Rp15.000,00 per saham.
Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi di atas dengan menggunakan
metode nilai wajar!
3)
Keuntungan atau Kerugian Kepemilikan
Kate ori tan Belum Terealisasi
Kepemilikan kurang dari 20/o
1. Tersedia untuk dijual Diakui dalam laba komprehensif lainnya
dan sebagai komponen terpisah dari
ekuitas pemegang saham
8) Jumal untuk mencatat pembelian saham secara lump sum, yaitu berikut
lnl.
Sekuritas yang tersedia untuk dijual ........ Rp913.600.000,00
Kas .......................................................... Rp913.600.000,00
RANGKUMAN
TES FORMATIF 2
5) Jika pada akhir tahun harga pasar saham PT Galiga adalah Rp34.500,00
per saham, berapakah gain atau loss yang diakui oleh PT Pacman?
A. Tidak ada
B. Gain Rp300.000,00
C. Loss Rp450.000,00
D. Gain Rp450.000,00
10) Pada tanggal 31 Desember 2004, berapakah gain atau loss yang belum
terealisasi yang diakui oleh PT Macan?
A. Gain Rp 400.000,00
B. Loss Rp 400.000,00
C. Gain Rp 1.000.000,00
D. Loss Rp1.000.000,00
Glosarium
Diskon/Diskonto/Disagio
Selisih an tara nilai nominal dan harga jual
Obligasi (Bond ketika obligasi dijual di bawah nilai
Discount). nominalnya.
Ekuitas (Equity)
Kepemilikan sisa atas aktiva suatu entitas
yang tersisa setelah dikurangi dengan
kewajibannya.
Laba Komprehensif
Konsep pengukuran dan pelaporan laba
(Comprehensive Income) yang mencakup seluruh perubahan pada
ekuitas pemilik kecuali investasi oleh
pemilik dan distribusi kepada pemilik.
Metode Suku Bunga
Metode amortisasi yang mengakui
Efektif (Effective- amortisasi premi atau diskon obligasi
Interest Method) menggunakan tarif sama; dihitung sebagai
suku bunga konstan di kali saldo investasi
yang berubah.
Modal Saham (Capital
Bagian dari jumlah yang diinvestasikan oleh
Stock) pemegang saham yang
ditetapkan sebagai nilai nominal atau nilai
yang dinyatakan (stated value).
Opsi Bell (Call Option)
Kontrak yang memberikan hak, dan
bukannya kewajiban kepada pemilik/peme-
gangnya untuk membeli aktiva pada harga
tertentu.
Opsi Jual (Put Option)
Kontrak yang memberikan hak, dan
bukannya kewajiban, kepada pemilik/peme-
gangnya, untuk menjual suatu aktiva pada
harga tertentu.
Premi/Agio Obligasi
5elisih 6ntara nilai nominal dan harga jual
(Bond Premium) ketika obligasi dijual di atas nilai
nominalnya.
3.42 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Daftar Pustaka
alam kehidupan sehari-hari, kita tidak akan pernah terlepas dari utang.
Mulai dari meminjam uang dari ternan, utang 'jajan' di warung
tetangga, sampai kredit usaha dari bank. Begitu pun kehidupan suatu
perusahaan. Utang merupakan salah satu instrumen pembiayaan selain
saham. Oleh karena itu, utang merupakan hal yang penting bagi perusahaan
untuk terus berkembang.
Utang menurut pengertian FASB didefinisikan sebagai kemungkinan
pengorbanan manfaat ekonomi di masa depan yang timbul dari kewajiban
saat ini untuk mentransfer asset atau menyediakan j as a kepada entitas lain
sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lampau. Berdasarkan definisi
tersebut, terdapat tiga karakteristik utang, yaitu:
1. merupakan kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di masa
mendatang,
2. merupakan kewajiban saat ini untuk mentransfer asset atau menyediakan
j as a kepada entitas lain,
3. merupakan akibat dari transaksi dan/atau kejadian di masa lampau.
khusus akan dibahas salah satu bentuk utang jangka panjang yang sangat
penting dan yang paling dikenal dalam dunia bisnis, yaitu utang obligasi.
Oleh karena itu, pembahasan modul ini akan dibagi menjadi 4 bagian
sebagai berikut.
1. Utang Jangka Pendek.
2. Utang Jangka Panjang.
3. Akuntansi Utang Obligasi.
4. Obligasi Berseri dan Obligasi Terkonversi
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Ada banyak jenis utang lancar. Berikut ini jenis-jenis utang lancar yang
dibahas dalam modul ini.
1. Utang Usaha
Utang usaha muncul karena adanya perbedaan waktu penerimaan jasa
atau akuisisi aktiva dengan pembayarannya. Biasanya perbedaan waktu
tersebut dijelaskan dalam syarat penjualan yang biasanya 30 hingga 60 hari.
Misalnya, 2/10 dan n/30.
Kebanyakan, sistem akuntansi didesain untuk mencatat kewajiban dalam
pembelian barang adalah ketika barang tersebut diterima atau, secara praktik,
ketika bukti invoice diterima. Namun, sering kali terjadi penundaan
pencatatan barang dan kewajiban yang terkait. Pada prinsipnya jika hak milik
telah berpindah kepada pembeli sebelum barang diterima maka transaksi
tersebut harus dicatat saat perpindahan hak milik barang tersebut. Perhatian
juga harus diberikan pada transaksi yang terjadinya berdekatan dengan akhir
periode akuntansi dan awal periode selanjutnya. Penting sekali untuk
menentukan bahwa pencatatan barang yang diterima (inventory) merupakan
4.4 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
a. Interest-bearing notes
Contoh 4.1.
Bank Nasional Istana sepakat untuk meminjamkan dana sebesar
Rp100.000.000 pada tanggal 1 Maret 2004 kepada PT Tanah Kosong. Jika
PT Tanah Kosong menandatangani pinjaman tersebut dengan bunga 12
persen dan jatuh tempo empat bulan kemudian maka jurnal yang dicatat oleh
PT Tanah Kosong adalah:
b. Zero-interest-bearing notes
Zero-interest-bearing notes tidak mencantumkan secara eksplisit tingkat
bunga wesel tersebut. Bunga tetap harus dibayar karena pada saat jatuh
tempo, peminjam harus mengembalikan uang yang dipinjamnya lebih besar
daripada uang yang diterimanya pada saat wesel diterbitkan. Dengan kata
lain, peminjam menerima uang dari wesel yang di-present value-kan. Present
value wesel, sebanding dengan nilai pari wesel saat j atuh tempo dikurangi
bunga atau diskon yang dibebankan oleh peminjam dalam persyaratan wesel.
Artinya, bank memintafee 'di depan' dan bukan pada saat jatuh tempo.
Contoh 4.2.
PT Tanah Kosong pada Contoh 4.1. menerbitkan wesel senilai
Rp104.000.000,00 4 bulan, zero-bearing-notes kepada Bank Nasional Istana.
Nilai wesel yang di-present value-kan sebesar Rp100.000.000.00 Pencatatan
transaksi tersebut adalah sebagai berikut.
Akun U tang W esel di kredit sebesar nilai pari wesel yang lebih besar
Rp4.000.000,00 daripada uang yang diterima. Perbedaan antara kas yang
diterima dengan nilai pari wesel di debit ke Diskon utang wesel. Diskon
utang wesel merupakan rekening lawan (contra) dari rekening utang wesel
sehingga merupakan pengurang dari utang wesel dalam penyajiannya di
neraca. Penyajian neraca pada 1 Maret adalah sebagai berikut.
Contoh 4.3.
Pada tanggal 6 Maret 2007, Majalah Tiga X menerima pesanan untuk
majalah edisi bulan April sebanyak 1.000 eksemplar dari pelanggannya.
Setiap majalah seharga Rp10.000,00. Jumal yang digunakan untuk mencatat
transaksi tersebut adalah sebagai berikut.
Rp 10.000,00
Saat majalah Tiga x edisi bulan April terbit dan didistribusikan kepada
konsumennya, maka jurnal yang dicatat adalah sebagai berikut:
06/04/07 Pendapatan Majalah Diterima Di muka ........... Rp 10.000.000,00
Pendapatan Majalah ......................................... Rp 10.000.000,00
(Mencatat Pendapatan Majalah)
1. Gain Contingencies
Gain Contingencies merupakan klaim atau hak untuk menerima aktiva
(atau pengurangan kewajiban/utang) yang kemungkinannya belum pasti.
Beberapa contohnya, antara lain berikut ini.
a. Kemungkinan menerima uang kas yang berupa pemberian, donasi,
bonus, dan lain-lain.
b. Kemungkinan pengembalian pajak dari pemerintah.
c. Kemungkinan menang di pengadilan
2. Loss Contingencies
Loss contingencies merupakan situasi, di mana perusahaan menghadapi
kemungkinan kerugian. Kewajiban yang muncul akibat dari loss
contingencies ini disebut dengan kewajiban kontinjen (Contingent
Liabilities). Ketika loss contingencies terjadi, kemungkinan terjadi atau tidak
terjadinya suatu peristiwa di masa mendatang untuk menentukan munculnya
kewajiban kontinjen dapat dikategorikan sebagai probable, reasonable
probable, dan remote. Berikut penjelasan dari FASB:
a. Probable
Kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa sangat tinggi.
b. Reasonable Probable
Kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa lebih dari
remote, tetapi kemungkinannya tidak terlalu tinggi.
c. Remote
Kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa sangat rendah.
~- :.;
t
.-
, ~ a~
.
4 ~
LATIHAN
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-- -- ~
merupakan utang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun atau satu
periode akuntansi.
2) Jumal pada awal terjadinya pesanan
Kas .. .. .. .. .. ... .. ... .. .. ... .. . .. .. .. ... .. .. ... .. .. R p 500.000,00
Pendapatan Diterima di Muka ............ Rp500.000,00
Bunga tetap harus dibayar karena pada saat jatuh tempo, peminjam harus
mengembalikan uang yang dipinjamnya lebih besar daripada uang yang
diterimanya pada saat wesel diterbitkan. Dengan kata lain, peminjam
menerima uang dari wesel yang di-present value-kan. Present value
wesel, sebanding dengan nilai pari wesel saat jatuh tempo dikurangi
bunga atau diskon yang dibebankan oleh peminjam dalam persyaratan
wesel.
8) Kontinjensi didefinisikan oleh F ASB sebagai suatu kondisi yang belum
pasti bagi perusahaan apakah kemungkinannya untung (gain
contingencies) atau rugi (loss contingencies) apabila suatu kejadian di
masa mendatang terjadi atau gagal terjadi.
9) Gain Contingencies merupakan klaim atau hak untuk menerima aktiva
(pengurangan kewajiban/utang) yang kemungkinannya belum pasti.
10) Jurnal untuk mengakui bunga utang wesel Bank Republik Impian untuk
5 bulan
31/08/06 Biaya bunga ...... ................. Rp25 .000.000,00
Utang bunga .... .... .................... Rp25.000.000,00
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FDRMATIF 1
------------------------------
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
C. Rp 100.000,00
D. Jawaban A, B, dan C salah
KEGIATAN BELAL.JAR 2
Perbedaan Utang Wesel jangka panjang dan Utang Wesel Jangka Pendek
adalah pada saat jatuh temponya. Perbedaan utang wesel jangka panjang
dengan utang obligasi adalah utang wesel jangka panjang tidak tersedia di
pasar sekuritas umum. Sedangkan, persamaan antara utang wesel jangka
panjang dengan utang obligasi adalah keduanya dinilai pada present value
future interest dan arus kasnya, dengan diskonto atau premium yang
diamortisasi sepanjang umur wesel atau obligasi.
Contoh 4.4.
PT Skandal menerbitkan wesel 3 tahun, Rp100.000.000 10% kepada PT
Bungalow pada tanggal 1 J anuari 2007. Pada saat itu, tingkat suku bunga
efektif adalah sebesar 10%. Bagaimana jurnal yang dilakukan oleh PT
Skandal pada saat penerbitan wesel dan pembayaran bunga setiap tahunnya?
01/1/07 Kas .................................. Rp100.000.000,00
Utang Wesel. ............................ Rp 100.000.000,00
(mencatat penerbitan obligasi)
Contoh 4.5.
PT Perahu menerbitkan utang wesel yang akan jatuh tempo 3 tahun,
senilai Rp10.000.000,00, zero-interest-bearing notes pada tanggal 2 Januari
2006 kepada PT Kapal. Jumlah kas yang harus dibayar pada saat jatuh tempo
adalah Rp10.000.000,00. Setelah di-present-value-kan dengan tingkat bunga
implisit sebesar 9% maka jumlah kas yang diterima saat penerbitan adalah
sebesar Rp7.721.800,00 (present value Rp1,00 untuk 3 tahun pada tingkat
bunga 9% adalah Rp0,772180,00). Jurnal yang dicatat oleh PT Kapal adalah
sebagai berikut:
4.16 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Diskon utang wesel diamortisasi dan biaya bunga diakui setiap tahun
dengan menggunakan metode bunga efektif (effective interest method).
Berikut ini perhitungannya:
Tabel 2.1.
Perhitungan Amortisasi Diskon Utang Wesel dengan Metode Bunga Efektif
(Wesel 0%, didiskon pada 9%)
d Pembulatan
Biaya bunga pada akhir tahun pertama dengan metode bunga efektif di
atas dicatat oleh PT Kapal sebagai berikut:
b. Interest-Bearing Notes
Zero-interest-bearing notes merupakan contoh ekstrem perbedaan antara
tingkat bunga utang wesel yang tercantum dengan tingkat bunga efektif.
Padahal, di hampir semua kasus, perbedaannya tidaklah seekstrem
contoh di atas. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini:
Contoh 4.6.
PT Mercon menerbitkan utang wesel berbunga (interest-bearing notes)
Rp10.000.000. 3 tahun, dengan bunga 10% kepada PT Petasan pada tanggal
1 Januari 2005. Tingkat suku bunga pasar saat itu adalah 12%. Oleh karena
tingkat bunga efektif adalah 12 persen yang lebih besar daripada tingkat
bunga yang tercantum sebesar 10 persen maka present value utang wesel
tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai parinya. Sehingga, utang
wesel tersebut ditransaksikan dengan diskon. Perhitungan uang kas dan
diskon yang diterima adalah sebagai berikut:
Jurnal yang dicatat oleh PT Mercon untuk transaksi ini adalah sebagai
berikut:
01/01/05 Kas .................................. Rp9.520.000,00
Diskon utang wesel. ..... Rp 480.000,00
Utang Wesel........... .. . . .... ... .. .. Rp 10.000.000
(mencatat penerbitan Utang Wesel)
Tabel 2.2.
Perhitungan Amortisasi Diskon Utang Wesel Berbunga dengan Metode Bunga
Efektif (Wesel 0%, Didiskon pada 9%)
C. UTANG OBLIGASI
Pengertian
Utang obligasi pada dasarnya merupakan suatu pernyataan pengakuan
utang berbunga secara tertulis, sekaligus surat kesanggupan untuk membayar
bunga secara periodik dan pelunasannya. Misalkan, Anda memiliki satu
lembar SUO (Surat Utang Obligasi) yang dikeluarkan oleh PT Libra maka
berarti PT Libra secara tertulis mengakui berutang kepada Anda. Sekaligus
PT Libra menyatakan sanggup untuk membayar bunga obligasi secara
periodik kepada Anda dan sanggup melunasi pada saatnya.
Secara umum di dalam SUO terdapat informasi mengenai hal-hal
berikut:
1. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum di dalam SUO. Nilai ini
merupakan jumlah yang diakui oleh perusahaan penerbit obligasi sebagai
pokok utang yang akan dilunasi pada saat jatuh tempo. W alaupun pada
umumnya jumlah yang akan dibayar/dilunasi oleh perusahaan penerbit
obligasi adalah sebesar nilai nominalnya, akan tetapi ada juga obligasi
yang pelunasannya tidak sebesar nilai nominalnya. Jika obligasi akan
dilunasi tidak sebesar nilai nominalnya maka kurs pelunasannya
dinyatakan dalam persentase tertentu dari nilai nominalnya.
e EKMA431 3/MODUL 4 4.19
Ada beberapa jenis obligasi yang bisa dibedakan dari beberapa tinjauan,
antara lain berikut ini.
1. Dilihat dari bukti kepemilikan obligasi, ada 2 jenis obligasi, yaitu berikut
Inl.
a. Obligasi atas nama (registered bonds).
Obligasi ini memerlukan pendaftaran nama pemiliknya dalam
catatan perusahaan. J ika terj adi pemindahan pemilikan, perusahaan
penerbit harus mengetahuinya. Dalam hal ini, obligasi yang dijual
dibatalkan dan diterbitkan obligasi baru atas nama pemilik baru.
b. Obligasi atas unjuk (beared bonds) atau obligasi kupon (coupon
bonds).
Obligasi ini mudah sekali pemindahan pemilikannya. Oleh karena
orang yang bisa menunjukkan surat utang obligasi tersebut atau
yang menyerahkan kupon yang memang disertakan dianggap
sebagai pemiliknya dan berhak atas pembayaran bunga.
4.22 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Surat Utang Obligasi sebagai satu jenis surat berharga yang dijual
melalui bursa surat berharga, sangat dimungkinkan memiliki harga jual yang
tidak sama dengan nilai nominalnya. Harga jual obligasi ini sangat
tergantung dari kondisi perusahaan penerbitnya. Kondisi yang baik dari
perusahaan penerbit obligasi, yang sering diukur dari bonafiditas dan tingkat
profitabilitasnya akan menyebabkan harga jual obligasinya menjadi tinggi.
Bisa juga harga jual obligasi ditentukan dengan memperhitungkan taksiran
tingkat bunga yang berlaku di pasar uang selama obligasi tersebut dalam
peredarannya.
Secara teoretis harga jual obligasi yang dikaitkan dengan tingkat bunga yang
berlaku di pasar uang bisa diterangkan sebagai berikut. Penentuan besamya
bunga obligasi yang akan dibayarkan secara periodik oleh perusahaan
penerbitnya biasanya dilakukan dengan mempertimbangkan besamya tingkat
bunga yang berlaku di pasar uang. Dalam hal ini, tingkat bunga yang berlaku
4.24 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
di pasar uang biasa disebut dengan tingkat bunga efektif. Akan tetapi, tingkat
bunga efektif yang bersifat dinamis dan besarnya tergantung dari
keseimbangannya yang terjadi di pasar uang maka bunga obligasi sering kali
besamya tidak sama dengan bunga efektif. Bisa jadi bunga obligasi lebih
besar dari bunga efektif atau sebaliknya. Agar beban bunga obligasi yang
menjadi tanggungan perusahaan penerbit sama dengan besarnya bunga
efektif maka perlu diperhitungkan besarnya bunga efektif pada penentuan
harga jual obligasi yang bersangkutan. Sehingga berdasarkan konsep time
1
value of money harga jual obligasi harus ditentukan dengan menghitung
nilai tunai (present value) dari bung a periodik yang dibayarkan dan nilai
tunai pelunasan obligasi pada saat j atuh temponya berdasarkan bunga efektif
yang diperkirakan akan berlaku selama masa edar obligasi yang
bersangkutan. Mungkin Anda akan lebih jelas jika mempelajari contoh
berikut.
Contoh 4.7.
Obligasi PT Libra dengan nominal Rp100.000,00 dengan tingkat bunga 12%
per tahun dibayar setahun sekali dan mempunyai masa edar selama 5 tahun.
Jika diperkirakan tingkat bunga efektif yang berlaku selama 5 tahun tersebut
adalah 10%, berapa harga jual yang layak atas obligasi tersebut?
Harga jual obligasi tersebut bisa dihitung sebagai berikut:
Bunga obligasi per tahun = 12% x Rp100.000,00 = Rp12.000,00 Nilai tunai
bunga obligasi untuk masing-masing tahun pembayaran adalah:
1
Akhir tahun ke-1 = Rp12.000,00 x (1 + 0,1r =Rp10.909,09
2
Akhir tahun ke-2 = Rp12.000,00 x (1 + 0,1r =Rp 9.917,36
3
Akhir tahun ke-3 = Rp12.000,00 x (1 + 0,1r =Rp 9.015,78
4
Akhir tahun ke-4 = Rpl2.000,00 x (1 + 0,1r =Rp 8.196,16
5
Akhir tahun ke-5 = Rpl2.000,00 x (1 + 0,1r =Rp 7.451,05
Jumlah nilai tunai anuitas selama 5 tahun Rp45.489,44
1
Time value of money menerangkan bahwa nilai uang akan berubah dari waktu ke waktu
menurut tingkat bunga yang berlaku di pasar uang. Uang sebesar Rp1,00 dengan berlakunya
bunga sebesar 10% per tahun pada 1 tahun berikutnya akan mempunyai nilai sebesar (1 +
0,1) = Rp1,10. Sebaliknya, dengan berlakunya tingkat bunga sebesar 10% per tahun, uang
1
sebesar Rp1,10 pada 1 tahun kemudian sekarang mempunyai nilai sebesar (1 + 0,1Y 1 =
Rp1,00.
e EKMA431 3/MODUL 4 4.25
Dari perhitungan di atas bisa kita lihat bahwa harga jual obligasi tersebut
ternyata lebih besar dari nilai nominalnya. Ini dikarenakan bunga efektif
yang berlaku lebih rendah dari bunga obligasi sehingga orang merasa
lebih untung jika menanamkan uangnya dengan membeli obligasi
tersebut. Dan ini mendorong harga obligasi menjadi lebih tinggi dari
nilai nominalnya, di samping sebagai penyesuai terhadap beban bunga
obligasi. Sebagai bahan pemikiran Anda, coba dipikirkan bagaimana
kalau bunga efektif lebih besar dari bunga obligasi, dan bagaimana jika
keduanya mempunyai besar yang sama?
.- -. =....-<
*,
------.. . . .
_
.
....,.. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
RANGKUMAN
TES FDRMATIF 2
10) Obligasi yang diterbitkan dengan jaminan aktiva tetap tertentu milik
perusahaan penerbit disebut ....
A. Secured bonds
B. Mortgage bonds
C. Collateral bonds
D. Assets bonds
11) PT Elly pada awal tahun 1999 menerbitkan obligasi dengan nominal
Rp1.000.000,00 dengan tingkat bunga 12% per tahun dibayar setahun
sekali dan obligasi akan mempunyai masa edar 4 tahun. Jika diketahui
bunga efektif yang berlaku adalah 10% maka jumlah nilai tunai bunga
selama 4 tahun tersebut adalah ....
A. Rp380.384,00
B. Rp383.383,00
C. Rp454.894,00
D. Rp303.833,00
12) Berdasarkan data nomor 11 di atas maka harga jual obligasi adalah ....
A. Rp 1.360.379,00
B. Rp1.630.397,00
C. Rp1.063.397,00
D. Rp 963.603,00
KEGIATAN BELAL.JAR 3
Kedua metode tersebut dipakai karena sering kali obligasi yang sudah
disetujui untuk dikeluarkan belum atau tidak langsung terjual semuanya.
e EKMA431 3/MODUL 4 4.33
Contoh 4.8.
Pada tanggal 1 Juni 2003 pemegang saham PT Libra menyetujui
penerbitan obligasi sebanyak 100 lembar dengan nominal @ Rp10.000,00.
B unga 12% per tahun yang akan dibayarkan tiap tang gal 1 J anuari dan 1 J uli.
Pencatatan terhadap transaksi di atas adalah berikut ini.
1. Menggunakan metode Obligasi Terjual Yang Dicatat.
2. Tidak ada jurnal terhadap penerbitan obligasi.
3. Menggunakan metode Tidak Hanya Obligasi Terjual Saja Yang Dicatat
1/6/03 Obligasi Bel urn Terjual ........ Rp 1.000.000,00
Otorisasi Obligasi ................... Rp 1.000.000,00
(mencatat otorisasi pengeluaran obligasi)
4.34 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Terhadap penjualan obligasi ada 3 hal yang akan dibahas di sini, yaitu
berikut ini.
1) Penjualan obligasi tepat pada tanggal jatuh tempo bunga.
2) Penjualan obligasi selain pada tanggal jatuh tempo bunga.
3) Penjualan obligasi dengan pesanan.
Mengenai ketiga hal tersebut akan dibahas satu per satu beserta
contohnya berikut ini:
Contoh 4.9.
Pada tanggal 1 Juli 2003, obligasi PT Libra pada Contoh 4.1 terjual
sebanyak 50 lembar, dengan perincian sebagai berikut:
a. 20 lembar terjual dengan kurs 90.
b. 10 lembar terjual dengan kurs 100.
c. 20 lembar terjual dengan kurs 105.
Perhitungan:
- Hargajual SUO= 105% x 20 lembar x Rp10.000,00 = Rp210.000,00
- Norrrinal SUO = 20 lembar x Rp 10.000,00 =(Rp200. 000,00)
- Prerrrium Utang Obligasi =Rp 10.000,00
Contoh 4.1 0.
Obligasi PT Libra pada Contoh 4.9 terjuallagi sebanyak 40 lembar pada
tang gal 1 September 2003, dengan perincian sebagai berikut:
1. 20 lembar dengan kurs 9 5.
2. 10 lembar dengan kurs 100
3. 10 lembar dengan kurs 11 0.
Perhitungan:
Nominal SUO= 10 lembar x Rp10.000,00 = Rp100.000,00
Premium Utang Obligasi = Rp 10.000,00
Hargajual SUO= 110% x Rp100.000,00 = Rp110.000,00
Bunga Berjalan = 2/12 x 12% x Rp100.000,00 = Rp 2.000,00
Kas yang diterima PT. Libra = Rp 112.000,00
Contoh 4.11.
Pada tanggal 1 Desember 2003, seorang calon investor memesan
obligasi PT Libra sebanyak 5 lembar dengan kurs 105. Dang muka yang
dibayarkan sebesar 75% dari harga jualnya. Kekurangannya akan dibayarkan
1 bulan kemudian. Obligasi baru diserahkan pada saat harga obligasi telah
terbayar semua.
e EKMA431 3/MODUL 4 4.39
Perhitungan
- Nominal SUO= 5 lembar x Rp10.000 = Rp50.000
- Premium Utang Obligasi = Rp 2.500
- Harga Jual SUO= 105% x Rp50.000 = Rp52.500
- Dang muka pesanan = 75% x Rp52.500 = Rp39.375
- Piutang Pesanan Obligasi = Rp13.125
Contoh 4.12.
PT Afla mempunyai utang obligasi yang berada dalam peredaran dengan
nilai nominal Rp100.000. Bunga 12% per tahun yang akan dibayarkan tiap
tanggal 1 April dan 1 Oktober. Pembayaran bunga dilakukan dengan cara
pemegang obligasi datang ke perusahaan untuk menerima pembayaran bunga
tersebut. Perusahaan melakukan tutup buku tiap tanggal31 Desember.
Jurnal-jurnal yang harus dibuat oleh PT Afla sehubungan dengan
kewajiban membayar bunga adalah sebagai berikut:
Perhitungan:
- Biaya bunga untuk 6 bulan= 6/12 x 12% x Rp100.000,00 = Rp6.000,00
Perhitungan:
Biaya bunga 3 bulan= 3/12 x 12% x Rp100.000,00 = Rp3.000,00.
Contoh 4.13.
PT Naufal mengeluarkan 12% SUO dengan nominal Rp100.000,00.
Bunga dibayarkan di belakang tiap tanggal 1 Januari dan 1 Juli. SUO akan
jatuh tempo pada tanggal 1 Januari 2007. SUO tersebut laku dijual pada
tang gal 1 J anuari 2004.
a. Hargajual SUO jika diperhitungkan bunga efektif 10% per tahun
e EKMA431 3/MODUL 4 4.43
2) Amortisasi Diskonto
Tabel 4.2.
Perhitungan Amortisasi Diskonto Utang Obligasi Metode Garis Lurus
Tabel4.3.
Perhitungan Amortisasi Premium Utang Obligasi Metode Bunga (Bunga Efektif
10% Per Tahun)
Tanggal Bunga Amortisasi Premium
Beban Nilai Buku
Jatuh Tempo Nominal Premium Utang
Bunga Riil Utang Obligasi
Bunga * Obligasi
- - - - Rp5.701 ,99 Rp1 05.701 ,99
1-7-2004 Rp5.159,19 Rp6.000 Rp 840,81 Rp4.861 ,18 Rp1 04.861,18
1-1-2005 Rp5.118, 15 Rp6.000 Rp 881 ,85 Rp3.979,33 Rp1 03.979,33
1-7-2005 Rp5.075, 11 Rp6.000 Rp 924,89 Rp3.054,44 Rp1 03.054,44
1-1-2006 Rp5.029,97 Rp6.000 Rp 970,03 Rp2.084,41 Rp1 02.084,41
1-7-2006 Rp4.982,62 Rp6.000 Rp1.017 ,38 Rp1.067,03 Rp101.067,03
1-1-2007 Rp4.932,97 Rp6.000 Rp1.067,03 - Rp1 00.000,00
e EKMA431 3/MODUL 4 4.45
Contoh 4.14.
Obligasi PT Naufal pada Contoh 4.13. laku terjual pada tanggal
1 April 2004 dengan harga jual memperhitungkan bunga efektif 10% per
tahun. Amortisasi dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus.
Obligasi akanjatuh tempo 3 tahun kemudian.
4.46 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Tabel 4.4.
Perhitungan Amortisasi Premium Obligasi untuk Penjualan tidak Tepat pada
Tanggal Jatuh Tempo Bunga dengan Menggunakan Metode Garis Lurus
Tanggal Mas a
Bunga Amortisasi Premium
Jatuh Edar Beban Nilai Buku
Nominal Premium Utang
Tempo (Bu- Bunga Riil Utang Obligasi
(*) (**) Obligasi
Bunga Ian)
- - - - - Rp5.701 ,99 Rp1 05.701 ,99
1-7-2004 3 Rp3.000,00 Rp475,17 Rp2.524,83 Rp5.226,82 Rp1 05.226,82
1-1-2005 6 Rp6.000,00 Rp950,33 Rp5.049,67 Rp4.276,49 Rp1 04.276,49
1-7-2005 6 Rp6.000,00 Rp950,33 Rp5.049,67 Rp3.326,16 Rp1 03.326,16
1-1-2006 6 Rp6.000,00 Rp950,33 Rp5.049,67 Rp2.375,83 Rp1 02.375,83
1-7-2006 6 Rp6.000,00 Rp950,33 Rp5.049,67 Rp1.425,50 Rp1 01.425,50
1-1-2007 6 Rp6.000,00 Rp950,33 Rp5.049,67 Rp 475,17 Rp1 00.475,17
1-4-2007 3 Rp3.000,00 Rp475,17 Rp2.524,83 - Rp1 00.000,00
Pada pokok bahasan ini kita akan membahas bagaimana akuntansi atas
pelunasan utang obligasi. Pelunasan utang obligasi bisa kita bedakan menjadi
dua bagian, yaitu (1) pelunasan pada tanggal jatuh tempo, dan (2) pelunasan
sebelumjatuh tempo.
Mari Anda ikuti dengan baik kedua masalah tersebut.
Contoh 4.15.
Utang obligasi PT Naufal pada Contoh 4.13. dilunasi pada tanggal jatuh
temponya, yaitu tanggal 1 Januari 2007. Menurut perjanjiannya, utang
obligasi tersebut dilunasi sebesar nilai nominalnya. Jurnal terhadap pelunasan
utang obligasi tersebut adalah berikut ini:
1/1/2007 Utang Obligasi .............................. Rp 100.000,00
Kas ............................ .......... Rp 100.000,00
(mencatat pelunasan utang obligasi yang telah jatuh tempo)
e EKMA431 3/MODUL 4 4.47
Contoh 4.16.
Utang obligasi PT Naufal pada Contoh 4.13. dilunasi seluruhnya pada
tanggal 1 April 2005 dengan kurs 101. Dengan menggunakan metode garis
lurus dalam mengamortisasi, jurnal beserta perhitungan transaksi tersebut
untuk masing-masing alternatif harga jual dan perlakuannya adalah sebagai
berikut:
Perhitungan:
- Kas yang harus dikeluarkan untuk membayar
Bunga 3 bulan= 3/12 x 12% x Rp100.000,00 = Rp3.000,00
- Amortisasi premium utang obligasi 3 bulan
=316 X Rp950,33 = Rp 475,165
Behan bunga obligasi sesungguhnya = Rp2.524,835
Perhitungan:
Nilai nominal utang obligasi yang dilunasi =Rp100.000,00
*
- Sisa premium utang obligasi per 1/1/2005 =Rp 3.801,33 )
*
- Nilai buku obligasi per 1/1/2005 =Rp103.801,33 )
Amortisasi premium untuk 3 bulan
( 1/1/2001 - 1/4/2001) = 3/6 X Rp950,33 =Rp 475,165
- Nilai buku obligasi per 1/4/2005 =Rp103.326,165
Kurs pelunasan =101% x Rp100.000,00 =Rp101.000,00
- Laba pelunasan utang obligasi =Rp 2.326,165
*
Catatan: ) Bisa Anda lihat pada Tabel3.1.
Terhadap besarnya premium obligasi yang harus dihapuskan,
perhitungannya sebagai berikut:
Perhitungan:
Nilai nominal utang obligasi yang dilunasi =Rp100.000,00
*
- Sisa diskonto utang obligasi per 1/1/2005 =Rp 3.905,41 )
*
- Nilai buku obligasi per 1/1/2005 =Rp 96.094,59 )
Amortisasi diskonto untuk 3 bulan
(1/1/2005- 1/4/2005) = 3/6 X Rp976,35 =Rp 488,175
- Nilai buku obligasi per 1/4/2005 =Rp 96.582,765
Kurs pelunasan =101% x Rp100.000,00 =Rp 101.000,00
Rugi pelunasan utang obligasi =Rp 4.417,235
*
Catatan: ) Bisa Anda lihat pada Tabel 3.2.
Besarnya diskonto obligasi yang dihapus sehubungan dengan pelunasan
utang obligasi adalah:
Sisa diskonto obligasi per 1/1/2005 =Rp 3.905,41
Amortisasi untuk 3 bulan (1/1/2005-1/4/2005)
=3/6xRp976,35 =Rp 488,175
Sisa diskonto yang belum diamortisasi
per 1/4/2005 =Rp3.417,235
Dari Contoh 4.16. Anda bisa menyimpulkan jika utang obligasi dilunasi
pada tanggal yang tidak bertepatan dengan tanggal jatuh tempo bunga maka
perusahaan penerbit harus memperhitungkan bunga yang menjadi
tanggungan untuk jangka waktu dari tanggal pembayaran terakhir sebelum
pelunasan sampai tanggal pelunasannya.
Mungkin Anda bertanya, bagaimana kalau pelunasan utang obligasi
hanya untuk sebagian saja. Pada prinsipnya adalah sama dengan contoh di
atas. Rekening utang obligasi atau Treasury Bonds di debit sebesar nominal
utang obligasi yang dilunasi. Sedang premium atau diskonto dihapus sebesar
proporsional nominal utang obligasi yang dilunasi. Mari Anda ikuti contoh
berikut:
Contoh 4.17.
Utang obligasi PT Naufal pada Contoh 4.13. dilunasi sebesar nominal
Rp50.000,00 dengan kurs 100. Pelunasan tersebut terjadi pada tanggal 1
J anuari 2006, dan dimaksudkan untuk tidak dijual lagi. Dahulunya obligasi
tersebut dijual dengan harga jual yang memperhitungkan bunga efektif 10%
per tahun. Metode amortisasi adalah garis lurus. Jurnal yang harus dibuat
oleh PT Naufal adalah berikut ini.
4.52 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Perhitungan:
Nominal utang obligasi yang dilunasi =Rp50.000,00
- Bagian premium yang belum diamortisasi
Untuk utang obligasi yang dilunasi =Rp 950,335*
- Nilai buku utang obligasi yang dilunasi
Per 1 J anuari 2007 =Rp50,950,335
Kurs pelunasan obligasi = 100% x Rp50.000,00 =Rp50.000,00
- Laba pelunasan utang obligasi =Rp 950,335
Keterangan:
*) Bagian premium utang obligasi yang dilunasi yang belum diamortisasi
dapat dihitung sebagai berikut:
Sis a seluruh premium yang belum diamortisasi per 1 J anuari 2006 (lihat
tabel) adalah Rp 1. 900,67.
- Bagian premium untuk nominal Rp50.000,00 yang belum diamortisasi
5
adalah Rp 0.000,00 x R 1.900 67 = R 950 335
Rp100.000,00 p ' p '
Seperti halnya dengan utang jangka panjang, utang obligasi yang akan
jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraca disajikan dalam
neraca sebagai bagian dari utang lancar. Terhadap bunga utang obligasi
belum dibayarkan setelah tanggal jatuh tempo bunga disajikan dalam neraca
sebagai utang Iancar.
Untuk memperjelas pengertian Anda, bisa Anda lihat contoh penyajian
utang obligasi dalam neraca di bawah ini. Untuk keperluan ini diambilkan
utang obligasi PT Naufal pada Contoh 4.13. dengan masing-masing alternatif
harga jual dan amortisasi menggunakan metode garis lurus.
4.54 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
- - -.' .......
-~ L AT I H A N
I '
- .., -~
' .., - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
1) Berikut ini data tentang SUO yang harus Anda pahami sebagai latihan:
a. Pada tanggal1 Juni 2000 PT Jasa Marga menerbitkan obligasi 1.000
lembar dengan nominal Rp5.000,00 per lembar. Bunga 12% per
tahun, dibayarkan tiap 1 Januari dan 1 Juli. Obligasi akan jatuh
tempo 1 J uli 2005.
b. Pada tanggal 1 Juli 2000, 200 lembar SUO terjual tunai dengan
harga jual sebesar Rp5.300,00 per lembar. Di samping itu, 300
lembar dipesan oleh Tuan Ali dengan kurs 112. Uang muka 60%
dan sisanya dibayar 1 bulan kemudian.
c. Tanggal 1 September 2000, 500 lembar obligasi tersisa dijual
dengan harga Rp4.700,00 per lembar.
d. PT Jasa Marga menggunakan metode "tidak hanya obligasi terjual
saj a yang dicatat".
Dari data tersebut Anda diminta:
1. Membuatjurnal1 Juni 2000.
2. Membuat jurnal 1 Juli 2000.
3. Membuatjurnal1 Agustus 2000.
4. Membuat jurnal 1 September 2000.
5. Membuat tabel amortisasi untuk obligasi yang dijual tanggal 1
September 2000 dengan metode garis lurus.
6. Membuatjurnal pengakuan biaya bunga tanggal31-12-2000.
7. Misalnya, pada tanggal 1 April 2002 PT Jasa Marga melunasi SUO
yang dijual pada 1 September 2000 dengan kurs 101 maka
bagaimana jurnal pada 1 April 2002 tersebut.
2) a. Sebutkan 2 metode yang dapat digunakan di dalam melakukan
pencatatan terhadap pengeluaran obligasi!
b. Sebutkan pertimbangan-pertimbangan yang harus dilakukan di
dalam pelunasan utang obligasi sebelum tanggal jatuh tempo!
c. Sebutkan dan jelaskan 2 kemungkinan perlakuan yang dapat terjadi
terhadap utang obligasi yang dilunasi yang sering pula disebut
"ditarik sebelum tanggal jatuh temponya"!
4.56 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Yang tunai:
Hargajual SUO = 200 lembar@ Rp5.300,00 = Rp1.060.000,00
Nominal = 200 lembar @ Rp5.000,00 = Rp1.000.000,00
Premium = Rp 60.000,00
Jumal: 1/7/00 Kas ....................................... = Rp 1.060.000,00
Premium Utang Obligasi .............Rp 60.000,00
Obligasi Belum Terjual. .. .. ... ... .. Rp 1.000.000,00
Yang dipesan:
Hargajual pesanan SUO= 300 lembar@ Rp5.000,00 x 112%= Rpl.680.000,00
Nominal = 300 lembar@ Rp5.000,00 = Rp1.500.000,00
Premium = Rp 180.000,00
Piutang pesanan obligasi = 40% x Rp 1.680.000,00 = Rp 672.000,00
Kas yang diterima = 60% x Rp 1.680.000,00 = Rpl.008.000,00
5)
Tanggal
Mas a Bunga Amortisasi Disk onto
Jatuh Beban Nilai Buku
Edar Nominal Diskonto Utang
Tempo Bunga Riil Utang Obligasi
Bulan) (*) (**) Obligasi
Bun a
- - - - - Rp120.000,00 Rp2.355.000,00
1-1-2001 4 Rp1 00.000,00 Rp1 0.000,00 Rp11 0.000,00 Rp11 0.000,00 Rp2.365.000,00
1-7-2001 6 Rp150.000,00 Rp15.000,00 Rp165.000,00 Rp 95.000,00 Rp2.380.000,00
1-1-2002 6 Rp150.000,00 Rp15.000,00 Rp165.000,00 Rp 80.000,00 Rp2.395.000,00
1-7-2002 6 Rp150.000,00 Rp15.000,00 Rp165.000,00 Rp 65.000,00 Rp2.41 0.000,00
1-1-2003 6 Rp150.000,00 Rp15.000,00 Rp165.000,00 Rp 50.000,00 Rp2.425.000,00
1-7-2003 6 Rp150.000,00 Rp15.000,00 Rp165.000,00 Rp 35.000,00 Rp2.440.000,00
1-1-2004 6 Rp150.000,00 Rp15.000,00 Rp165.000,00 Rp 20.000,00 Rp2.455.000,00
1-7-2004 6 Rp150.000,00 Rp15.000,00 Rp165.000,00 Rp 5.000,00 Rp2.470.000,00
1-9-2004 2 Rp 50.000,00 Rp 5.000,00 Rp 55.000,00 - Rp2.475.000,00
RANGKUMAN
------------------------------------
TES F'DRMATIF' 3
4) Dengan soal nomor 3, berarti jumlah kas terima tanggal 1 Januari 1999
adalah ....
A. Rp118.000,00
B. Rp113.500,00
C. Rp109.000,00
D. Rp127.000,00
C. Rp 1.800,00
D. Rp 0,00
KEGIATAN BELA&JAR 4
A. OBLIGASI BERSERI
Pada Kegiatan Belajar 1 Anda telah mengenal satu jenis utang obligasi
yang disebut dengan obligasi berseri. Berbeda dengan utang obligasi biasa,
pelunasan terhadap obligasi berseri dilakukan secara bertahap. Dengan
demikian, obligasi berseri tidak hanya mempunyai satu tanggal jatuh tempo.
Sebagai contoh, PT Arif menerbitkan obligasi berseri dengan total nominal
Rp100.000,00. Pelunasan dilakukan mulai akhir tahun ke-3 sampai akhir
tahun ke-6 sebesar Rp25.000,00 untuk tiap pelunasan. Dengan demikian,
pada akhir tahun ke-3 utang obligasi PT Arif tinggal Rp75.000,00, pada akhir
tahun ke-4 masih sisa Rp50.000,00, dan seterusnya sampai lunas pada akhir
tahun ke-6.
Dalam contoh tersebut PT Arif menerbitkan 4 seri obligasi dengan
nominal tiap seri Rp25 .000,00. Keempat seri obligasi tersebut mempunyai
tanggal jatuh tempo sendiri-sendiri.
Penerbitan obligasi berseri ini dimaksudkan agar perusahaan tidak
merasa terlalu berat dalam melunasinya pada saat jatuh tempo kelak. Bunga
periodik atas utang obligasi yang dibayarkan hanya terhadap saldo utang
obligasi yang belum dilunasi saja. Kadang kala pada obligasi berseri suku
bunga ditetapkan tidak sama besar untuk tiap serinya, tergantung lama masa
edarnya. Untuk jumlah pokok utang obligasi yang mempunyai masa edar
lebih lama, suku bunga biasanya ditetapkan lebih tinggi.
Masalah utama yang terdapat pada obligasi berseri ini adalah ( 1)
penentuan harga jual teoretis obligasi berseri, (2) penghitungan amortisasi
premium/diskonto obligasi berseri, dan (3) pelunasan obligasi berseri
sebelum tanggal jatuh temponya.
yang dibayarkan oleh perusahaan penerbit atas dasar bunga efektif. Untuk
jelasnya coba Anda perhatikan contoh berikut:
Contoh 4.18.
PT Arif mengeluarkan obligasi berseri nominal Rp100.000,00 dengan
bunga 12% per tahun yang dibayarkan di belakang tiap tanggal 1 Januari dan
1 J uli. Obligasi tersebut akan dilunasi tiap tang gal 1 J anuari sebesar nominal
Rp25.000,00. Pelunasan pertama dilakukan 2 tahun setelah obligasi beredar.
Jika diperhitungkan bunga efektif 10% per tahun maka harga jual obligasi
berseri tersebut dihitung sebagai berikut:
a. Bunga efektif 1 tahun = 10% maka efektif untuk 6 bulan adalah
= (1 + 0,1)6/12- 1 = 0,0488 atau 4,88%.
b. Bunga periodik untuk tiap nominal Rp25.000,00 adalah = 6/12 x 12% x
Rp25.000,00 = Rp1.500,00.
c. Nilai tunai nominal obligasi dan bunga periodik untuk masing-masing
seri adalah berikut ini:
Tabel 4.1.
Perhitungan Amortisasi Premium Obligasi Berseri Metode Garis Lurus
Tabel 4.2.
Perhitungan Amortisasi Premium Obligasi Berseri - Metode Bunga- Bunga
Efektif 10% Per Tahun
Tabel 4.3.
Perhitungan Amortisasi Diskonto Obligasi Berseri - Metode Garis Lurus
Tabel 4.4.
Perhitungan Amortisasi Diskonto Obligasi Berseri - Metode Bunga - Bunga
Efektif 15% Per Tahun
Contoh 4.19.
Utang obligasi berseri PT Arif pada Contoh 4.18 dilunasi sebagian
dengan perincian sebagai berikut.
4.68 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
a. Seri #1, yang seharusnya jatuh tempo pada tanggal 1 Januari 2004
dilunasi sebesar nominal Rp10.000,00 pada tanggal 1 Oktober 2003
dengan kurs pelunasan 99.
b. Seri #3, yang seharusnya jatuh tempo pada tanggal 1 Januari 2006
dilunasi sebesar nominal Rp15.000,00 pada tanggal 1 Oktober 2003
dengan kurs pelunasan 105.
c. Obligasi berseri tersebut dahulunya dijual dengan memperhitungkan
bung a efektif 10% per tahun. Amortisasi premium dilakukan dengan
menggunakan metode garis lurus.
Perhitungan:
-Nominal Obligasi seri # 1 yang dilunasi =Rp 10.000,00
- Bagian premium belum diamortisasi yang melekat
Pada obligasi seri # 1 yang dilunasi per 1 Juli 2003
Keterangan *)
Dari tabel 4.1. Anda dapat menghitung bagian premium
tiap seri obligasi, nominal Rp25.000,00 yang diamortisasi
per 6 bulan, yaitu:
25
Rp .000,00 x Rp 915,75 = Rp 228,94
Rp 100.000,00
(perhatikan Besamya amortisasi per 6 bulan untuk seluruh
obligasi, nominal Rp100.000,00 adalah sebesar Rp 915,75)
Pada tanggal 1 Juli 2003, masa edar obligasi seri #1 tinggal
6 bulan, sehingga sisa premium yang belum diamortisasi
yang melekat pada nominal Rp10.000,00 seri # 1 adalah
Rp 1O.OOO,OO/Rp25 .000,00 dari besarnya amortisasi
premium tiap seri untuk 6 bulan.
Perhitungan:
Kas untuk membayar bunga selama 3 bulan
( 1 Juli- 1 Oktober 2003) = 3/12 x Rp10.000,00 x 12%= Rp 300,00
- Amortisasi premium obligasi seri #1 nominal
Rp10.000,00 untuk 3 bulan
i X RplO.OOO,OO X Rp 228,94 = Rp 45,79
6 Rp25.000,00
Biaya bunga riil yang ditanggung perusahaan
atas obligasi nominal Rp10.000,00 untuk 3 bulan = Rp 254,21
Penjelasan:*) Obligasi seri # 3 yang baru akan jatuh tempo tanggal 1 Januari
2006, pada 1 Juli 2003 masih mempunyai masa edar 2,5 tahun
atau 30 bulan, sehingga premium obligasi nominal
Rp15.000,00 yang belum diamortisasi adalah:
3 Rp15.000,00 d . . . . . . b I
- x ar1 amorhsas1 hap ser1 hap 6 u an.
6 Rp25.000,00
utang dan modal yang terjadi secara bersamaan. Perbedaan sudut pandang ini
disebabkan oleh berlakunya harga jual obligasi terkonversi yang lebih tinggi
dibanding harga jual jika obligasi tersebut bukan terkonversi. Selisih harga
jual inilah yang dianggap sebagai transaksi setoran modal oleh pandangan
nomor (2). Anda tentunya akan lebih jelas jika diberi sebuah contoh.
Contoh 4.20.
PT Hafidz mengeluarkan obligasi terkonversi sebanyak 100 lembar
dengan nominal Rp1.000,00 yang bisa ditukar dengan saham biasa
perusahaan tersebut nominal @ Rp75 dengan rasio pertukaran 1 : 10. Bunga
obligasi tersebut 12% per tahun. Kurs jual obligasi tersebut adalah 105,
namun apabila obligasi tersebut tidak mempunyai hak konversi maka kurs
jualnya hanya 98. Obligasi ini akan jatuh tempo 10 tahun kemudian setelah
tanggal penjualannya.
a. Apabila penjualan dianggap sebagai transaksi utang saja
Jumal yang dibuat oleh PT Hafidz adalah:
Kas ..................................................... Rp 105.000,00
Premium Utang Obligasi .............................. Rp 5.000,00
Utang Obligasi ............................................. Rp 100.000,00
(mencatat penjualan obligasi terkonversi sebanyak 100 lembar,
nominal Rp1.000,00 dengan kurs 105)
b. Apabila penjualan dianggap sebagai transaksi utang dan modal
Jumal yang dibuat oleh PT Hafidz adalah berikut ini.
Kas ..................................................... Rp 105.000,00
Diskonto Utang Obligasi ................... Rp 2.000,00
Utang Obligasi ............................................. Rp 100.000,00
Modal Disetor- Hak Konversi Saham ........ Rp 7.000,00
(mencatat penjualan obligasi terkonversi sebanyak 100 lembar,
nominal Rp1.000,00 dengan kurs 105)
Perhitungan:
- Harga jual obligasi dengan hak konversi
= 105% X Rp100.000,00 = Rp105.000,00
Harga jual jika obligasi tidak mempunyai hak konversi
= 98% X Rp100.000,00 = Rp 98.000,00
Selisih harga jual yang dianggap sebagai setoran modal= Rp 7.000,00
4.74 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Sebagai contoh, kita ambil data dari Contoh 4.6. Misalkan satu tahun
menjelang obligasi PT Hafidz jatuh tempo, perusahaan melunasi utang
obligasinya. Semua pemegang obligasi setuju untuk menggunakan hak
konversinya. Pada saat itu harga pasar saham biasa PT Hafidz sebesar
Rp80,00 per lembar. Penjualan obligasi dahulunya dianggap sebagai
transaksi utang, dan premium diamortisasi secara garis lurus.
e EKMA431 3/MODUL 4 4.75
Perhitungan:
- Nominal utang obligasi yang dilunasi
100 lembar x Rp1.000,00 =Rp 100.000,00
- Premium utang obligasi yang belum diamortisasi
Pada akhir tahun ke 9 = Rp5.000,00/10 =Rp 500,00
LATI HAN
.-
--- - ~
1) a. Hitunglah:
2
6. 000 1 - ( 1 + 0' 1)-
2
5o.ooo c1 + o,1r + = 51.735,53
0,1
5
6. 000 1 - ( 1 + 0' 1)-
5
5o.ooo c1 + o,1r + = 53.790,79
0,1
Harga jual obligasi = 105.526,32
RANGKUMAN
haknya maka ukuran transaksi dapat menggunakan harga pasar dari surat
berharga yang ditukarkan mana yang paling jelas atau dapat pula
menggunakan dasar nilai buku obligasi saat pertukaran berlangsung.
TES FORMATIF 4- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
4) Jika pada saat pelunasan seri #1 SUO seri #2 juga dilunasi dengan nilai
pelunasan Rp200.000,00 maka pelunasan SUO seri #2 akan
mengalami ....
A. Rp6.505,73 laba
B. Rp2.168,58 rugi
e EKMA431 3/MODUL 4 4.81
C. Rp8.674,30 laba
D. Rp4.337 ,15 rugi
7) Jika penjualan dianggap sebagai transaksi utang dan modal maka ....
A. terjadi premium Rp30.000,00
B. terjadi diskonto Rp20.000,00
C. terjadi premium Rp20.000,00
D. tidak terj adi premium atau diskonto
9) Jika dicatat atas dasar nilai buku SUO maka pelunasan pada nomor 8
menimbulkan ....
A. agio saham Rp125.000,00
B. disagio saham Rp125.000,00
C. disagio saham Rp250.000,00
D. agio saham Rp250.000,00
10) Bonds refunding yang dilakukan sebelumjatuh tempo terjadi karena ....
A. perusahaan mengalami kerugian
B. kenaikan tingkat bunga di pasar uang
C. penurunan tingkat bunga di pasar uang
D. menyesuaikan nilai nominal SUO
Glosarium
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Dasar-dasar Leasing
A. PENGERTIAN LEASING
Berbagai alternatif bagi lessee pada saat kontrak berakhir berkisar dari
tidak adanya hak untuk membeli aktiva yang di-lease pada nilai pasar wajar
atau hak untuk memperbarui atau membeli harga nominal.
B. KEUNGGULAN LEASING
LATIHAN
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Lease adalah suatu perj anjian kontraktual antara lessor dan lessee
yang memberikan kepada lessee hak untuk menggunakan properti
tertentu, yang dimiliki lessor selama periode waktu tertentu. Sebagai
imbalan atas hak ini, lessee setuju untuk melakukan pembayaran kas
5.10 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
TES FDRMATIF 1- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KEGIATAN BELAL.JAR 2
A. PENCATATAN LEASE
Jika lessee mengkapitalisasi lease maka lessee akan mencatat aktiva dan
kewajiban yang umumnya sama dengan nilai sekarang pembayaran sewa,
lessor yang sudah memindahkan secara substansial seluruh manfaat dan
risiko kepemilikan, mengakui penjualan dengan mengeluarkan aktiva dari
neraca dan menggantikannya dengan piutang. Jurnal yang dibuat oleh lessor
dan lessee dengan asumsi peralatan di-lease dan dikapitalisasi adalah sebagai
berikut:
Lessee Lessor
Peralatan yang di-lease Rp:XXX Piutang lease (bersih) RpXXX
Kewajiban lease RpXXX Peralatan RpXXX
B. KRITERIA KAPITALISASI
nilai residu yang tidak dij amin (unguaranteed residual value) merupakan
estimasi nilai residu eksklusif dari setiap bagian yang dijamin.
3) Penalty atas kegagalan memperbarui atau memperpanjang lease -
jumlah utang yang ditanggung lessor jika perjanjian lease menyatakan
bahwa lease harus diperpanjang atau diperbarui dan lessee gagal
melakukannya.
4) Opsi untuk membeli dengan harga khusus, sebagaimana diindikasikan
sebelumnya, opsi diberikan kepada lessee untuk membeli peralatan pada
akhir masa lease dengan harga yang ditetapkan jauh di bawah nilai wajar
yang diharapkan sehingga pada awallease pembelian akan terjadi.
b. Cost executory
Sebagaimana aktiva lainnya, aktiva berwujud yang di-lease juga
membutuhkan beban asuransi, pemeliharaan, dan pajak- disebut cost/biaya
executory - selama umur ekonomisnya. Jika lessor tetap bertanggung jawab
atas pembayaran biaya-biaya jenis kepemilikan ini maka bagian dari setiap
pembayaran lease yang mencerminkan cost executory harus dikeluarkan dari
perhitungan nilai sekarang pembayaran lease minimum. Hal ini dikarenakan
cost executory tersebut bukan merupakan pembayaran atau pengurangan
kewajiban. Jika bagian dari pembayaran lease minimum yang
merepresentasikan biaya executory tidak ditentukan dari perjanjian lease
maka harus dibuat estimasi atas jumlah semacam itu. Akan tetapi, banyak
perjanjian lease yang menyatakan bahwa biaya executory dibayarkan oleh
lessee kepada pihak ketiga secara langsung. Dalam hal ini, pembayaran sewa
dapat digunakan tanpa penyesuaian dalam perhitungan nilai sekarang.
c. Tingkat diskonto
Lessee menghitung nilai sekarang dari pembayaran lease minimum
dengan menggunakan suku bunga pinjaman inkremental lessee yang
didefinisikan sebagai: "Suku bunga yang pada awal lease, harus dikeluarkan
lessee untuk meminjam dana yang diperlukan guna membeli aktiva yang di-
lease menurut pinjaman yang dijamin, dengan jangka waktu pelunasan yang
serupa dengan skedul pembayaran dalam kontrak lease.
Akan tetapi, terdapat satu pengecualian dari ketentuan ini. Jika ( 1) lessee
mengetahui suku bunga implisit yang dihitung oleh lessor dan (2) suku bunga
itu lebih rendah dari suku bunga pinjaman inkremental lessee maka lessee
harus menggunakan suku bunga implisit lessor. Suku bunga implisit dalam
5.16 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
lease adalah tingkat diskonto yang jika diterapkan pada pembayaran lease
minimum dan setiap nilai residu yang tidak dijamin yang terutang kepada
lessor, akan menyebabkan nilai sekarang agregat sama dengan nilai wajar
properti yang di-lease kepada lessor.
2. Periode Penyusutan
Salah satu aspek yang menyulitkan akuntansi untuk penyusutan aktiva
yang di -lease yang dikapitalisasi berhubungan dengan periode penyusutan.
Jika perjanjian lease mengalihkan kepemilikan aktiva kepada lessee
(Kriteria 1) atau mencakup opsi pembelian dengan harga khusus (Kriteria 2)
maka aktiva yang di-lease dengan cara yang konsisten melalui kebijakan
penyusutan norma lessee atas aktiva yang dimilikinya, dengan menggunakan
umur ekonomis aktiva. Sebaliknya, jika lease tidak mengalihkan kepemilikan
atau tidak mencakup opsi pembelian dengan harga khusus maka aktiva
disusutkan selama masa lease. Dalam hal ini, aktiva yang di-lease kembali ke
lessor sesudah periode waktu tertentu.
e EKMA431 3/MODUL 5 5.17
4. Konsep Penyusutan
Walaupun jumlah yang awalnya dikapitalisasi sebagai aktiva dan dicatat
sebagai kewajiban telah dihitung pada nilai sekarang yang sama, tetapi
penyusutan aktiva dan pengurangan kewajiban adalah 2 proses akuntansi
yang independen selama jangka waktu lease. Lessee harus menyusutkan
aktiva yang di-lease dengan menggunakan metode penyusutan konvensional;
garis lurus, jumlah angka tahun, saldo menurun, unit produksi, dan lainnya.
Contoh 5.1.
PT Lessor dan PT Lessee menandatangani perjanjian leasing tertanggal 1
Januari 2003, di mana PT Lessor me-lease-kan peralatan kepada PT Lessee
mulai tanggal 1 Januari 2003. Jangka waktu dan provisi perjanjian lease
tersebut dan data terkait lainnya adalah sebagai berikut.
1. Jangka waktu lease adalah 5 tahun, dan perjanjian lease tidak dapat
dibatalkan, yang mengharuskan pembayaran sewa yang sama sebesar
Rp25.981.620,00 pada awal setiap tahun (dasar anuitas jatuh tempo).
2. Peralatan tersebut memiliki nilai wajar pada awal lease sebesar
Rp100.000.000,00 dengan estimasi umur ekonomis 5 tahun tanpa nilai
residu.
3. PT Lessee membayar seluruh biaya/cost executory secara langsung
kepada pihak ketiga, kecuali untuk pajak properti sebesar
Rp2.000.000,00 per tahun, yang dimasukkan dalam pembayaran tahunan
kepada lessor.
4. Lease ini tidak mencakup opsi pembaruan, dan peralatan kembali
menjadi milik PT Lessor pada akhir masa lease.
5. Suku bunga pinjaman inkremental PT Lessee adalah 11% per tahun.
5.18 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Tanggal Pembayaran Cost Executory Bunga 10% atas Pengurangan Kewajiban Lease
Lease Tahunan kewajiban yang kewajiban
belum dibayar
Penyusutan atas peralatan yang di-lease selama 5 tahun jangka waktu lease
dengan menggunakan kebijakan penyusutan normal PT. Lessee (metode garis lurus),
menghasilkan jurnal pada tanggal 31 Desember 2003 sebagai berikut.
31/12/03 Biaya penyusutan -Lease Modal .............. Rp20.000.000,00
Akumulasi Penyusutan- Lease Modal .......... Rp20.000.000,00
(mencatat penyusutan = Rp 100.000.000,00 -;- 5 tahun).
5.20 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Kewaiiban Lancar
L
Jumal untuk mencatat pembayaran lease per 1 Januari 2004 adalah sebagai berikut.
01/01/04 Biaya pajak properti ............................... Rp 2.000.000,00
Biaya bunga (atau utang bunga) ............. Rp 7.601.840,00
Kewajiban menurut lease modal ............ Rp16.379.780,00
Kas .................................................................. Rp25 .981.620,00
(mencatat pembayaran lease)
Jumal yang dicatat sampai tahun 2007 akan mengikuti pola di atas. Cost
executory lainnya (asuransi dan pemeliharaan) yang dikeluarkan oleh PT
Lesse akan dicatat dengan pola yang sama, seperti digunakan untuk mencatat
setiap biaya operasi lainnya yang terjadi atas aktiva yang dimiliki oleh PT
Lessee.
Pada saat berakhirnya mas a lease, jumlah yang dikapitalisasi sebagai
peralatan telah seluruhnya diamortisasi dan kewajiban lease telah seluruhnya
dilunasi. Jika tidak dibeli, peralatan tersebut akan dikembalikan kepada
lessor, serta peralatan yang di-lease dan akun akumulasi penyusutan terkait
akan dihapus dari pembukuan. Jika peralatan dibeli pada akhir masa lease
dengan harga Rp5.000.000,00 dan estimasi umur peralatan diubah dari 5
menjadi 7 tahun maka jurnal yang dicatat adalah sebagai berikut:
e EKMA431 3/MODUL 5 5.21
Contoh 5.2.
Misalkan, lease modal yang diilustrasikan pada Contoh 5 .1. sebelumnya
tidak memenuhi kriteria sebagai lease modal dan karenanya diperlakukan
sebagai lease operasi. Biaya tahun pertama ke operasi adalah
Rp25.981.620,00, yaitu jumlah pembayaran sewa. Jurnal untuk mencatat
pembayaran ini pada tanggal 1 J anuari 2003 adalah sebagai berikut:
PT.LESSE
Skedul Biaya Operasi
Lease Modal vs. Lease Operasi
(dalam ribuan rupiah)
Lease Modal Biaya Lease
Tahun Penyusutan Cost Bung a Total Biaya Operasi Perbedaan
Executory
2003 20.000 2.000 7.601,84 29.601,84 25.981 ,62 3.620,22
2004 20.000 2.000 5.963,86 27.963,86 25.981 ,62 1.982,24
2005 20.000 2.000 4.162,08 26.162,08 25.981 ,62 180,46
2006 20.000 2.000 2.180,32 24.180,32 25.981 ,62 (1.801 ,30)
2007 20.000 2.000 - 22.000 25.981 ,62 3.981 ,62)
~-- - ~:s
..
j I ~.
I
.... "!"
...,..,.,
LATIHAN
. ' a .-i"f
.r
____ = ~ 7
-....;
.. ~
1) Metode akuntansi leasing yang dilakukan oleh lessee, antara lain berikut
1m:
a. Metode Lease Modal. Dalam metode ini, kontrak Lease pada
hakikatnya memindahkan semua risiko dan imbalan kepemilikan
aktiva yang di-lease dari Lessor kepada Lessee.
b. Metode Lease Operasi. Semua Lease yang tidak memindahkan
secara substansial semua risiko dan manfaat kepemilikan dari Lessor
kepada Lessee.
e EKMA431 3/MODUL 5 5.25
2) Beberapa Kriteria kapitalisasi Lease oleh Lessee, antara lain berikut ini.
a. Lease mentransfer kepemilikan properti kepada lessee.
b. Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus (bargain
purchase option).
c. Jangka waktu lease sama dengan atau lebih 75% dari estimasi umur
ekonomis aktiva yang di-lease.
d. Nilai sekarang (present value) dan pembayaran lease minimum
(tidak termasuk biaya executory) sama dengan atau melebihi 90%
dari nilai wajar properti yang di-lease.
3) Prosedur akuntansi untuk pengaplikasian Metode Lease Operasi, yaitu
dalam metode operasi, beban sewa (dan kewajiban yang berhubungan)
harus diakrualkan dari hari ke hari ke lessee ketika properti digunakan.
Lessee membebankan sewa ke periode-periode yang memperoleh
manfaat dari penggunaan aktiva dan mengabaikan dalam akuntansi
setiap komitmen untuk melakukan pembayaran di masa depan. Akrual
dan penangguhan (deferal) yang tepat akan dilakukan jika akhir periode
akuntansi terjadi antara tanggal-tanggal pembayaran.
4) Prosedur akuntansi untuk pengaplikasian Metode Lease Modal, yaitu
dalam metode ini Lessee mencatat properti yang di-lease dalam neraca.
Nilai pasar waj ar properti yang terlibat dikapitalisasi sebagai akti va
neraca, dan kewajiban utang yang timbul dicatat sebagai kewajiban. Dari
sudut pandang akuntansi, perlakuan ini sama, seperti jika properti itu
dibeli, di mana perolehannya dimungkinkan dengan pembiayaan 100%.
Lessee bahkan mengakui beban penyusutan atas aktiva yang di-lease
tersebut.
5) Nilai residu yang dijamin (guaranteed residual value) adalah (1) jumlah
tertentu atau yang dapat ditentukan di mana lessor memiliki hak untuk
meminta lessee membeli aktiva atau (2) jumlah yang dijanjikan oleh
penjamin lessee atau pihak ketiga untuk diperoleh oleh lessor.
6) Suku bunga pinjaman inkremental lessee adalah suku bunga yang pada
awal lease, harus dikeluarkan lessee untuk meminjam dana yang
diperlukan guna membeli aktiva yang di-lease menurut pinjaman yang
dijamin, dengan jangka waktu pelunasan yang serupa dengan skedul
pembayaran dalam kontrak lease.
7) Banyak perusahaan percaya bahwa lease modal memiliki dampak yang
merugikan terhadap posisi keuangan mereka, dikarenakan rasio utang
terhadap total ekuitas meningkat dan tingkat pengembalian atas total
5.26 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
Suatu lease akan dianggap sehagai lease modal hila satu atau lehih
dari kriteria-kriteria herikut ini dipenuhi: (1) lease itu mengalihkan
kepemilikan properti kepada lessee; (2) lease itu mencakup opsi
pem.belian dengan harga khusus; (3) masa lease adalah sama dengan
75% atau lehih dari estimasi umur ekonomis properti yang di-lease;
(4) nilai sekarang dari pemhayaran lease minimum (tidak termasuk hiaya
executory) sama dengan atau melehihi 90% dari nilai wajar properti yang
di-lease. Untuk lease modal, lessee mencatat aktiva dan kewajihan pada
nilai terendah antara (1) nilai sekarang dari pemhayaran lease minimum
atau (2) nilai pasar wajar properti yang di-lease pada awallease.
Total hehan operasi adalah sama selama umur lease apakah lease itu
diperlakukan sehagai lease modal atau lease operasi. Menurut perlakuan
lease modal, hehan yang lehih tinggi terj adi pada a wal tahun dan lehih
kecil pada tahun terakhir. Jika metode penyusutan dipercepat digunakan
maka perhedaan antara jumlah yang dihebankan ke operasi menurut
kedua metode akan lehih hesar pada awal maupun akhir periode. Hal-hal
herikut ini akan terjadi jika digunakan metode lease modal dan hukan
lease operasi : (1) meningkatnya jumlah yang dilaporkan sehagai utang
Uangka pendek dan jangka panjang), (2) meningkatnya jumlah total
aktiva (terutama aktiva jangka panjang), dan (3) lehih rendahnya laha
pada awal umur lease dan karenanya laba ditahan menjadi lebih kecil.
e EKMA431 3/MODUL 5 5.27
TES FDRMATIF 2
~-----------------------------
2) Berapakah nilai aktiva yang dicatat pada awal perjanjian lease oleh PT
Air?
A. RpO,OO
B. Rp149.132.000,00
C. Rp130.000.000,00
D. Rp143.000.000,00
4) Perjanjian lease di atas dicatat oleh PT Pat sebagai lease jenis apa?
A. Perj anjian sewa biasa
B. Operating lease
C. Capital lease
D. Sales type lease
5) Berapakah nilai aktiva yang dicatat pada awal perjanjian lease oleh PT
Pat?
A. Rp 7.545.000,00
B. Rp10.000.000,00
C. Rp 7.840.000,00
D. Rp 8.555.000,00
7) Berapakah biaya bunga yang diakui oleh PT Pat pada saat pertama
membayar Lease ini?
A. Rp 86.660,00
B. Rp 85.550,00
C. Rp100.000,00
D. Rp 78.400,00
KEGIATAN BELAL.JAR 3
B. EKONOMI LESSOR
Jika nilai residu dilibatkan (baik dijamin ataupun tidak dijarnin), lessor
tidak harus menutup pembayaran lease sebesar itu. Oleh karena itu,
pembayaran lease akan menj adi lebih kecil.
Jika pada tanggal perjanjian lease (awal) lessor adalah pihak yang
memenuhi satu atau lebih kriteria Kelompok I berikut ini ( 1, 2, 3, dan 4) dan
kedua kriteria Kelompok II berikut ( 1 dan 2) maka lessor harus
mengklasifikasikan dan memperhitungkan perjanjian ini sebagai lease
pembiayaan langsung atau lease jenis penjualan.
Kelompok II
1. Ketertagihan pembayaran yang diperoleh dari lessee dapat diprediksi
secara layak.
2. Tidak ada ketidakpastian yang penting di seputar jumlah biaya/cost yang
tidak dapat dibayarkan kembali meskipun telah dikeluarkan oleh lessor
menurut lease (apa yang perlu dilakukan oleh lessor secara substansial
telah selesai atau biaya masa depan dapat diprediksi secara layak).
Contoh 5.3.
Dengan menggunakan data yang sama dengan contoh sebelumnya, yaitu
Contoh 5.2. penjelasan berikut ini menggambarkan perlakuan akuntansi
untuk lease pembiayaan langsung. Informasi yang relevan bagi PT Lessor
dalam akuntansi untuk transaksi lease ini adalah sebagai berikut.
5.34 AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II e
1. J angka waktu lease adalah 5 tahun yang dimulai tang gal 1 J anuari 2003,
tidak dapat dibatalkan, dan membutuhkan pembayaran sewa yang sama
sebesar Rp25.981.620,00 pada setiap awal tahun; pembayaran termasuk
Rp2.000.000,00 biaya executory (pajak properti).
2. Peralatan memiliki cost Rp100.000.000,00 bagi PT Lessor, nilai wajar
pada awal lease sebesar Rp100.000.000,00, estimasi umur ekonomis
selama 5 tahun, dan tidak ada nilai residu.
3. Tidak ada biaya langsung awal yang dikeluarkan untuk negosiasi dan
menutup transaksi lease.
4. Lease tidak memiliki opsi untuk memperbarui kontrak dan peralatan
dikembalikan kePT Lessor pada akhir masa lease.
5. Ketertagihan dapat dijamin dan tidak ada biaya tambahan (dengan
pengecualian pajak properti yang ditagih dari lessee) yang harus
dikeluarkan oleh lessor.
6. PT Lessor menentukan pembayaran lease tahunan untuk menjamin
tingkat pengembalian 10% (suku bunga implisit) atas investasinya
sebagai berikut:
apy dari anuitas jatuh tempo sebesar Rp 1 selama 5 tahun pada 10%
bunga oleh Lessee, lessor menggunakan metode bunga efektif dan mengakui
pendapatan bunga sebagai fungsi dari investasi bersih yang belum
dipulihkan, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 3.1 berikut ini.
PT. LESSOR
Skedul Amortisasi Lease
Dasar anuitas iatuh tern o
Pembayaran Cost/Biaya Bunga 10% atas Pemulihan
Tang gal lnvestasi Bersih
Lease Tahunan Executory investasi bersih investasi besih
(a) (b) (c) (d) (e)
1/1/03 Rp1 00.000.000,00
1/1/03 Rp25.981.620,00 Rp2.000.000,00 RpO,OO Rp23.981.620,00 Rp 76.018.380,00
1/1/04 Rp25.981 .620,00 Rp2.000.000,00 Rp7.601 .840,00 Rp16.379.780,00 Rp59.638.600,00
1/1/05 Rp25.981.620,00 Rp2.000.000,00 Rp5.963.860,00 Rp18.017.760,00 Rp41.620.840,00
1/1/06 Rp25.981 .620,00 Rp2.000.000,00 Rp4.162.080,00 Rp19.819.540,00 Rp21 .801 .300,00
1/1/07 R~25.981.620,00 R~2.000.000,00 R~2.180.320,00 * R~21.801.300,00 RpO,OO
Rp129.908.1 00,00 Rp1 0.000.000,00 Rp19.908.100,00 Rp1 00.000.000,00
Aktiva lancar
lnvestasi bersih dalam lease modal Rp23.981.620,00
Jurnal yang dibuat sampai tahun 2007 akan mengikuti pola yang sama,
kecuali tidak ada jurnal yang dicatat untuk pendapatan bunga tahun 2007
(tahun terakhir). Oleh karena piutang akan ditagih seluruhnya pada 1 Januari
2007 maka tidak ada saldo (investasi) yang beredar pada tahun 2007, di mana
PT Lessor akan menanggung setiap bunga. Pada saat lease berakhir (apakah
itu anuitas biasa atau anuitas jatuh tempo), piutang kotor dan pendapatan
bunga diterima di muka akan dihapus seluruhnya. PT Lessor tidak mencatat
penyusutan. Jika peralatan dijual kepada PT Lessee seharga Rp5 .000.000,00
pada akhir masa lease maka PT Lessor akan mengakui disposisi peralatan
sebagai berikut.
Contoh 5.4.
Untuk mengilustrasikan metode operasi, asumsikan lease pembiayaan
langsung pada Contoh 5.3. tersebut tidak memenuhi kualifikasi sebagai lease
modal dan karenanya diperhitungkan sebagai lease operasi. Jurnal untuk
mencatat penerimaan sewa, dengan asumsi biaya pajak properti
Rp2.000.000,00 adalah sebagai berikut.
e EKMA431 3/MODUL 5 5.39
nilai residu yang dij amin dapat dianggap sebagai bagian dari pendapatan
penjualan karena lessor mengetahui bahwa seluruh aktiva telah terjual.
Terdapat kepastian yang kecil bahwa bagian nilai residu yang tidak dijamin
dari aktiva telah "terjual" (misalnya akan direalisasi); oleh karena itu,
penjualan dan harga pokok penjualan hanya diakui untuk bagian aktiva yang
realisasinya terjamin. Akan tetapi, jumlah laba kotor dari penjualan aktiva
adalah sama apakah nilai residu yang digunakan dijamin atau tidak dijamin.
Untuk lebih memahami, perhatikan contoh berikut ini:
Contoh 5.5.
Untuk mengilustrasikan lease jenis penjualan dengan nilai residu dijamin
dan lease jenis penjualan dengan nilai residu tidak dijamin, asumsikan data-
data yang sama dengan Contoh 5.3. pada lease pembiayaan langsung.
Estimasi nilai residu adalah Rp5 .000.000,00 (dengan nilai sekarang
Rp3.104.600,00) dan harga perolehan peralatan yang di-lease PT Lessor
adalah sebesar Rp85.000.000,00. Asumsikan bahwa nilai pasar wajar dari
nilai residu adalah Rp3.000.000,00 pada akhir masa lease.
Jumlah-jumlah yang relevan untuk lease jenis penjualan dihitung sebagai
berikut.
Untuk mengakui pendapatan bunga yang diperoleh selama tahun pertama (31 Desember
2003)
Untuk mengakui pendapatan bunga yang diperoleh selama tahun kedua (31 Desember
2004)
Untuk mencatat penerimaan nilai residu pada akhir masa lease (31 Desember 2007)
Estimasi nilai residu yang tidak dijamin dalam lease jenis penjualan (dan
lease pembiayaan langsung) harus dikaji ulang secara periodik. Jika estimasi
nilai residu yang tidak dij amin berkurang maka akuntansi transaksi ini harus
direvisi dengan menggunakan estimasi yang diubah. Penurunan ini
mencerminkan pengurangan investasi bersih lessor dan diakui sebagai
kerugian pada periode, di mana estimasi nilai residu menurun. Penyesuaian
terhadap estimasi nilai residu tidak diakui.
LATIHAN