Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupuakan salah satu pelajaran
yang diberikan sejak dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai Perguruan
Tinggi (PT), khususnya Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). Pada
umumnya Sejarah Kebudayaan Islam dirasakan lebih sulit untuk dipahami
daripada ilmu-ilmu lainnya. Salah satu penyebabnya adalah karena sejarah
mempelajari sesuatu yang sudah terjadi dan tidak dialami oleh peserta didik,
dan tidak adanya kesesuaian antara kemampuan peserta didik dengan cara
penyajian materi sehingga Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dirasakan sebagai
pelajaran yang sulit untuk diterima. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Madrasah Tsanawiyah Negeri Balingka Kab. Agam menyebutkan
salah satu Standar Kompetensi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah
kompetensi Dinasti Ayyubiyah kompetensi dasarnya adalah perang Salib
merupakan salah satu materi pokok yang diberikan di MTs kelas VIII semester
2. seorang guru harus dapat menentukan strategi pengajaran yang sesuai
dengan kemampuan peserta didiknya sehingga mudah dipahami, mengingat
bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran yang mendalami dan memperlajari
sesuatu yang sudah terjadi di masa lampau dan yang pasti tidak dialami oleh
peserta didik. Secara khusus ada l sebagian masyarakat yang tidak peduli
dengan peristiwa sejarah terutama Sejarah Kebudayaan Islam, karena
memandang bahwa hal tersebut hanyalah peristiwa yang tidak mungkin akan
terjadi kembali, selain itu pula bahwa sejarah tidak implementatif dalam dunia
kerja dan tidak implementatif pula dalam disiplin ilmu lainnya.
Mengajarkan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan suatu
kegiatan pengajaran sedemikian sehingga peserta didi belajar untuk
mendapatkan kemampuan dan pengetahuan tentang Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI). Kemampuan dan pengetahuan tersebut ditandai dengan adanya
interaksi yang positif antara guru dengan peserta didik, yang sesuai dengan
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan (Hudya, 1988:122). Namun dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya yang berhubungan dengan
Sejarah Kebudayaan Islam, ternyata masih banyak mengalami hambatan
hambatan baik yang dialami peserta didik maupun guru. Salah satu hambatan
yang terjadi adalah keseulitan dalam memahami dan menghafal hal hal yang
berkaitan dengan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), khususnya kemajuan
Dinasti Ayyubiyah.
Seperti yang terjadi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Balingka Kab.
Agam, didapatkan latar belakang peserta didik sangat bervariasi dalam
motivasi belajarnya. Mereka rata rata dalam belajar tanpa dibekali keinginan
untuk memahami dan mengetahui materi materi yang diajarkan oleh guru.
Mereka kurang dalam memilah memilah materi sejarah antara dinasti yang
satu dengan dinasti yang lainnya, sehingga tidak sedikit peserta didik yang
keliru dalam menyebutkan dan menjawab soal yang diberikan guru.
Berdasarkan pengalaman peneliti, dari beberapa materi / pokok
bahasan yang disajikan di kelas VIII MTs adalah pokok bahasan Dinasti
Ayyubiyah, bentuk bentuk kesalahan dalam menjawab pertanyaan terutama
dalam hal nama tokoh dan tahun peristiwa sejarah, seperti :
1. Ibu Kota Dinasti Ayyubiyah adalah :
a. Damaskus b. Jeddah c. Bagdad d. Mesir
Jawaban yang diberikan peserta didik adalah kebanyakan mereka merasa
tidak mengetahui nama ibu kota Dinasti Ayyubiyah, karena pada saat ini
daerah kekuasaan Dinasti Ayyubiyah sudah tidak ada, sehingga mereka
harus mengahafal nama ibu kota tersebut.
2. Nama Panglima Perang Salib di pihak Islam adalah :
a. Said bin Musayyad b. Mujahid bin Zubae
c. Salahuddin Al Ayyubi d. Hammad bin Abi Sulaeman
Siswa kebingungan mengenai nama tokoh, sebab dalam Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) terjadi periodisasi yang begitu banyak, sehingga
mereka (peserta didik) harus menghafal seluruh tokoh tokoh.
3. Panglima Syiria yang diutus ke Mesir untuk membebaskan wilayah
tersebut dari serbuan tentara salib adalah :
a. Nuruddin Zangi b. Imaduddin Zangi
c. Asaduddin Zangi d. Shalahuddin Al Ayyubi
Jawaban yang diberikan siswa rata rata merasa kebingungan dengan
soal, sebab nama tokoh yang ditanyakan sangat mirip.
Dari contoh diatas banyak peserta didik sulit untuk menjawab soal
tentang menyebutkan nama tokoh yang diberikan serta nama ibu kotanya,
peserta didik kebingungan untuk memilih salah satu jawaban yang benar,
karena peserta didik tidak hafal dengan jelas mengenai nama dan peristiwa
yang terjadi, sehingga mereka menjawab dengan salah, karena peserta didik
tidak menganalisa peristiwa sejarah berdasarkan periodisasi sejarah Islam.
Setiap pokok bahasan yang disajikan dalam Sejarah Kebudayaan Islam
(SKI) itu selalu berkesinambungan, maka peneliti ingin memperbaiki
pembelajaran dengan mengadakan penelitian yang berjudul Meningkatkan
Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) melalui Model
Pembelajaran Role Playing pada Pokok Bahasan Dinasti Ayyubiyah, di
kelas VIII MTsN 02 Kepahiang Kab. Kepahiang Tahun Pelajaran 2014/2015.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka masalah
yang akan diteliti adalah sebagai berikut : Bagaimanakah Meningkatkan Hasil
Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada Pokok Bahasan Dinasti
Ayyubiyah

C. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis membatasinya
dengan beberapa batasan masalah yaitu :

1. Mengajarkan Sejarah Dinasti Ayyubiyah dengan model pembelajaran Role


Playing.
2. Prestasi belajar peserta didik pada pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah
dengan model pembelajaran Role Playing.

D. Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menerapkan model pembelajaran Role Playing dalam pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah
secara berkelompok di kelas VIII MTsN 02 Kepahiang Kab. Kepahiang.
2. Meningkatkan prestasi peserta didik dalam belajar Dinasti Ayyubiyah,
khususnya peserta didik MTsN 02 Kepahiang Kab. Kepahiang.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk :
1. Bahan informasi bagi guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) guna
peningkatan prestasi peserta didik setelah guru mengetahui letak
kesalahan dan kekeliruan yang dialami peserta didik, khususnya pada
pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah.
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang
sesuai dalam menyelesaikan soal Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
khususnya pada pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah.
3. Bahan penelitian lebih lanjut guna peningkatan prestasi belajar peserta
didik.
BAB II
KERANGKA TEORI

A. Hakekat Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)


Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat untuk
mendefinisikan apa itu Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Walaupun belum
ada definisi tunggal mengenai Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), bukan
berarti Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) tidak dapat dikenali. Seperti apa
yang telah diutarakan oleh Badri Yatim (185:5) sebagai pengetahuan Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) mempunyai beberapa karakteristik, yaitu bahwa
objek Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) mengenai peritiwa peristiwa
keislaman di masa lalu. Sementara menurutKoentjaraningrat, (1985:5)
kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, (1) wujud ideal, yaitu wujud
kebudayaan sebagai suatu komplek ide ide, gagasan gagasan, nilai nilai,
norma norma peraturan, dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu wujud
kebudayaan sebagai suatu komplek aktifitas kelakuan berpola dari manusia
dalam masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu objek penelaahan Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI), kita dapat mengetahui hakekat Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) sekaligus dapat diketahui juga kemajuan dan kemunduran serta
kejatuhan dalam Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Sejarah Kebudayaan Islam
(SKI) itu timbul karena pikiran pikiran dan perbuatan perbuatan (daya
cipta dan karsa = budaya) manusia yang berhubungan dengan kejadian yang
sangat luas diantaranya: tempat peristiwa, nama tokoh peristiwa, tahun
peristiwa, sebab sebab terjadi (latar belakang) dan sebab kemunduran dan
kejatuhannya dan lain lain.

B. Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)


Belajar merupakan kegiatan setiap orang. Seseorang dikatakan belajar,
bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang
melibatkan perubahan tingkah laku. Kegiatan atau usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku sendiri merupakan hasil belajar. Karena itu seseorang
dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu
proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku itu memang tidak dapat diamati dan berlaku dalam waktu relative
lama. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan
proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku sendiri merupakan hasil
belajar.
Ausebel mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna bila
informasi yang akan dipelajari peserta didik sesuai dengan struktur kognitif
yang dimilikinya, sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi baru
dengan struktur kognitif yang dimiliki (Hudoyo, 1990:138). Dalam teori
belajar Robert M. Gegne yang diungkapkan (1980:138) dikatakan bahwa
dalam belajar ada dua objek yang dapat diperoleh peserta didi, objek langsung
dan objek tak langsung. Objek tak langsung antara lain : kemampuuan
menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri (belajar, bekerja dan lain
lain), bersikap positif dan mengerti bagaimana seharusnya belajar.
Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu
didasari pada apa yang telah diketahui orang. Karena Sejarah Kebudayaan
Islam merupakan sejarah hasil ide ide yang abstrak (idea) yang tidak lepas
dari perilaku kehidupan manusia masa lalu, khususnya umat Islam mulai
Rasulullah SAW. Maka dalam mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam tidak
lepas dari pola kehidupan yang dilakukan umat Islam pada masa tersebut.
Seperti pada masa Dinasti Ayyubiyah, maka dalam mempelajari sejarah pada
masa Dinasti Ayyubiyah harus mengetahui pola kehidupan masanya, lebih
khusus lagi bila ingin mengetahui Perang Salib yang terjadi pada masa Dinasti
Ayyubiyah maka harus mengetahui secara mendalam apa yang terjadi dalam
Perang Salib tersebut.

C. Model Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran)


Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd.(2004:141) terdapat empat asumsi yang
mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan
nilai nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan model model
mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut :
a. Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar
berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi
disini pada saat ini. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik
dimungkinkan untuk menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan
nyata terhadap analogi yang diwujudkan dalam bermain peran, para
peserta didik dapat menampilkan respon emosional sambil belajar dari
respon orang lain.
b. Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk
mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin
pada orang lain. mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban
emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran
yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat
perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran
dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran
memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri
merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran : sedangkan
dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah
yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional
lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain
peran, peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam
pembelajaran.
c. Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide ide dapat diangkat
ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok.
Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu tetapi bisa saja muncul
dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan
demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain
tentang cara memecahkan masalah yang ada pada gilirannya dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan
demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain
tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab
itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang terlalu
mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain
peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan
masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara
mengenai masalah yang sedang dihadapi.
d. Model bermain berasumsi bahwa proses psikologi yang tersembunyi,
berupa sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf
sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian,
para peserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan
orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan
atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk
menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.
Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain
peran sebagai model pembelajaran, yakni : (1) kualitas pemeranan, (2) analisis
dalam diskusi, (3) pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan
dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.
Menurut Shafel (1967) mengemukakan sembilan tahap bermain peran
yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran : (1) menghangatkan
suasana dan memotivasi peserta didik, (2) memilih partisipasi, (3) menyusun
tahap tahap peran, (4) menyiapkan pengamat, (5) pemeranan, (6) diskusi dan
evaluasi, (7) pemeranan ulang, (8) diskusi dan evaluasi tahap dua, (9)
membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan.
Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta
didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah,
menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu isu, serta mengjelaskan peran
yang akan dimainkan. Masalah dapat diangkat dari kehidupan peserta didik,
agar dapat merasakan masalah itu hadir dihadapan mereka, dan memiliki
hasrat untuk mengetahui bagaimana yang hangat dan aktual, langsung
menyangkut kehidupan peserta didik, menarik dan meransang rasa ingin tahu
peserta didik, serta memungkinkan berbagai alternatif pemecahan. Tahap ini
lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada
masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling
menentukan keberhasilan. Bermai peran akan berhasil apabila peserta didik
menaruh minat dan memperhatikan masalah yang diajukan guru.
Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru
mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka,
bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian
para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran.
Jika peserta didik tidak menyambut tawaran tersebut, guru dapat menunjuk
salah seorang peserta didik yang pantas dan mampu memerankan posisi
tertentu.
Menyusun tahap tahap baru, pada tahap ini para pemeras menyusun
garis-garis adegan yang akan dimaikan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog
khusus karena para peserta didik dituntuk untuk bertindak dan berbicara
secara spontan. Guru membantu peserta didik menyiapkan adegan-adegan
dengan mengajukan pertanyaan, misalnya dimana pemeranan dilakukan,
apakah tempat sudah dipersiapkan, dan sebagainya. Persiapan ini penting
untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi seluruh peserta didik,
dan mereka siap untuk memainkannya.
Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matan
dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut
mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif
mendiskusikannya. Menurut Sharfel dan Shaftel (1967), agar pengamat turut
terlibat, mereka perlu diberi tugas. Misalnya menilai apakan peran yang
dimainkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya? Bagaimana keefektifan
perilaku yang ditunjukkan pemeran? Apakah pemeran dapat menghayati peran
yang dimainkan?.
Tahap pemeranan, pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi
secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Mereka berusaha
memainkan peran seperti benar-benar dialaminya. Mungkin proses bermain
peran tidak berjalan mulus karena para peserta didik ragu dengan apa yang
harus dikatakan akan ditunjukkan. Shaftel dan Shfatel (1967) mengemukakan
bahwa pemeranan cukup dilakukan secara singkat, sesuai tingkat kesulitan dan
kompleksitas masalah yang diperankan serta jumlah peserta didik yang
dilibatkan, tak perlu memakan waktu yang terlalu lama. Pemeranan dapat
berhenti apabila para peserta didik telah merasa cukup, dan apa yang
seharusnya mereka perankan telah dicoba lakukan. Adakalanya para peserta
didik keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah mamakan waktu
yang terlampau lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain peran
dihentikan. Sebaliknya pemeranan dihentikan pada saat terjadinya
pertentangan agar memancing permasalahan untuk didiskusikan.
Diskusi dan evaluasi pembelajaran, diskusi akan mudah dimulai jika
pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik secara
emosional maupun secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan,
para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi. Diskusi mungkin
dimulai dengan tafsirkan mengenai baik tidaknya peran yang dimainkan
selanjutnya mengarah pada analisis terhadap peran yang ditampilkan, apakah
cukup tepat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi
mengenai alternative pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang
dituntut. Perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam
upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan mempengaruhi peran
lainnya.
Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada tahap ini
sama seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil
pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah lebih
jelas. Para peserta didik menyetujui cara tertentu untuk memecahkan masalah,
meskipun dimungkinkan adanya peserta didik yang belum menyetujuinya.
Kesepakatan bulat tidak perlu dicapai karena tidak ada cara yang pasti dalam
menghadapi masalah kehidupan.
Membagi pengalaman dan pengambilan kesimpulan, tahap ini tidak
harus menghasilkan generalisasi secara langsung karena tujuan utama bermain
peran ialah membantu para peserta didik untuk memperoleh pengalaman
berharga dalam hidupnya melalui kegiatan interaksional dengan temannya.
Mareka bercermin pada orang lain untuk lebih memahami dirinya. Hal ini
mengandung implikasi bahwa yang paling penting dalam bermain peran ialah
terjadinya saling tukar pengalaman. Proses ini mewarnai seluruh kegiatan
bermain peran, yang ditegaskan lagi pada tahap akhir.
Pada tahap ini para peserta didik saling mengemukakan pengalaman
hidupnya dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya.
Semua pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengungkapkan permasalahan
tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada pokok bahasan Dinasti
Ayyubiyah dengan model pembelajaran role playing (bermain peran) pada
peserta didik kelas VIII di MTs Negeri 02 Kepahiang.
Kemudian peneliti melakukan tindakan dengan model pembelajaran
role playing (bermain peran) agar peserta didik belajar dengan penuh makna.
Dengan memperhatikan prinsip role playing (bermain peran), yaitu proses
pembelajaran yang diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk
menyadari dan menggunakan pemahamannya, mengembangkan diri dan
menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Kriteria penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena : (1) menggungakan
latar belakang alami sebagai sumber data langsung dan penelitian merupakan
alat pengumpul data utama, (2) analisis data secara induktif, (3) bersifat
deskriptif, karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilak yang diamati sehingga yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti, (4) adanya
kriteria untuk keabsahan data (Moeleong, 1995:4-7).
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Pemilihan jenis PTK karena penelit terlibat langsung dan sudah
merupakan tugas peneliti sebagai pendidik yang harus selalu berusaha
meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan
kajian tentang situasi sosial dan pandangan untuk meningkatkan mutu
tindakan yang ada didalamnya. Dengan demikian penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pertimbangan praktis dalam situasi nyata (Elliot dalam
Wahyudi, 1997:46).
Dalam penelitian ini prosedur penelitian dimulai dengan siklus I
setelah dilaksanakan tes awal. Hasil tes awal diteliti dan diketahui kesulitan
peserta didik dalam memahami pelajaran. Penelitian ini akan mengungkapkan
persoalan yang terjadi dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan
pendekatan role playing (bermain peran) pada pokok bahasan Dinasti
Ayyubiyah. Peneliti adalah guru yang mengajar Sejarah Kebudayaan Islam di
MTs Negeri 02 Kepahiang.

B. Lokasi Penelitan
Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 02 Kepahiang. Lokasi ini
dipilih berdasarkan tempat tugas peneliti. Selain itu ternyata pada
pembelajaran Dinasti Ayyubiyah menunjukkan hasil belajar peserta didik
kurang optimal, yaitu 85 % dari peserta didik kelas VIII masih memperoleh
nilai kurang dari 50 pada saat diberikan tes awal. Berdasarkan pertimbangan
tersebut peneliti berusaha untuk menelusuri kesulitan peserta didik dalam
pembelajaran Dinasti Ayyubiyah sehingga dapat diupayakan pembelajaran
yang sesuai dengan keadaan peserta didik.

C. Prosedur Penelitian
Untuk kelancaran penelitian, diperlukan prosedur dalam penelitian
yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yaitu dalam bentuk
persiapan penelitian.
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang digunakan untuk
memperoleh data dari sumber yang diteliti mulai dari awal sampai akhir untuk
disajikan dalam bentuk penelitian. Jalannya penelitian yang dilakukan sampai
dengan penyusunan penelitian ini adalah melalui dua tahap yaitu :
1. Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan usaha untuk mempersiapkan penelitian, dalam hal ini
yang dipersiapkan antara lain :
a. Melihat permasalahan yang dialami peserta didik di kelas yang peneliti
ajar.
b. Mengadakan koordinasi dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam kelas
VIII yang lain untuk memperoleh penjelasan materi yang diberikan
kepada peserta didik.
c. Menetapkan objek penelitian yaitu peserta didik kelas VIII MTs
Negeri 02 Kepahiang tahun pelajaran 2014/2015.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian


Setelah persiapan dianggap cukup, baru penelitian dimulai, peneliti
membagi penelitian ini menjadi 3 siklus. Sedangkan waktunya mulai bulan
Juli sampai dengan Oktober 2014. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
penelitian ini adalah :
a. Siklus I
1. Melakukan observasi tentang permasalahan-permasalah yang
sedang terjadi dan mengkaji penyelesaian pengkajiaannya.
2. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada pokok
bahasan menganalisis Dinasti Ayyubiyah dengan model
pembelajaran role playing (bermain peran).
3. Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama dua kali pertemuan
dengan model pembelajaran role playing (bermain peran).
4. Mengadakan evaluasi pertama sebagai pengumpulan data.
5. Mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
diberikan.
b. Siklus II
1. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada sub
bahasan Perang Salib.
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama dua kali pertemuan.
3. Mengadakan evaluasi kedua sebagai penjaring data.
4. Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah diberikan.
c. Siklus III
1. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada sub
bahasan Perang Salib.
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama dua kali pertemuan.
3. Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan.

D. Jenis dan Sumber Data


Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta atau angka
(Arikunto, 1996:81). Data ada dua macam yaitu
1. Data yang berupa bilangan atau angka-angka disebut data kuantitatif.
2. Data yang berbentuk bukan bilangan atau angka-angka disebut kualitatif.
(Pasaribu, 1984:91)
Dalam penelitian ini digunakan pengambilan data kualitatif, sedangkan
sumber data penelitian adalah nilai ulangan harian atau hasil evaluasi dari
masing-masing siklus pada pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah yang diperoleh
peserta didik selama penelitian berlangsung.

E. Setting Penelitian
1. Gambaran Populasi
Populasi adalah objek penelitian, yaitu kumpulan subjek sumber informasi
atau kelompok yang menjadi sasaran penelitian. Untuk pengambilan
sampel dalam suatu penelitian, terlebih dahulu harus mengetahui populasi
yang dihadikan penelitian. Totalitas semua nilai yang mungkin, hasil
menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas
yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi. (Sudjana,
1986:157)
Dari sejumlah objek yang dijadikan populasi maka keseluruhan harus
mempunyai ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri suatu populasi akan lebih tepat
diketahui dengan menilai tiap-tiap unsur yang dilakukan tanpa kecuali.
Penetuan populasi dan sampel dalam suatu penelitian sangat penting, guna
menentukan objek yang akan diteliti serta batas-batasnya sehingga akan
mudah diukur variabel-variabelnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII MTs Negeri
02 Kepahiang Tahun pelajaran 2014/2015.

2. Subjek Penelitian
Satu masalah penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, jika
hendak mengadakan Penelitian Tindakan Kelas yaitu penentuan subjek
penelitian. Dari 6 kelas yang ada peserta didik kelas VIII di MTs Negeri 02
Kepahiang diambil satu kelas sebagai subjek penelitian yaitu kelas VIII
yang berjumlah 24 orang peserta didik. Pengambilan subjek penelitian
dimaksudkan untuk menafsirkan sejumlah peserta didik yang ada dalam
populasi tanpa menganalisa secara keseluruhan permasalahan yang ada
pada populasi.

3. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan semaksimal mungkin
agar bisa mendapatkan data yang benar-benar valid, maka peneliti
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat alat penelitian untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik
kelas VIII
b. Membuat alat peraga dengan konteks Dinasti Ayyubiyah.
c. Melaksanakan evaluasi atau ulangan harian sebanyak tiga kali pada
pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah.
d. Mengumpulkan data, mengoreksi data kuantitatif daya serap peserta
didik.
e. Pada penelitian ini data yang didapatkan itu belum berarti apa-apa
sebab data tersebut masih merupakan data mentah. Untuk itu
diperlukan teknik menganalisa data agar bisa ditafsirkan hasilnya
sesuai dengan rumusan masalah. Dalam penelitian ini digunakan skor
acuan kriteria (Criterion Refrensi Test).
f. Penafsiran skor acuan kriteria adalah pemberian skor berdasarkan
kemampuan peserta didik menyelesaikan evaluasi atau ulangan harian.
Jawaban yang benar dari peserta didik yang bersangkutan dapat
dinyatakan dalam bentuk prosentase sebagai berikut :
F
Pr X 100
N
Dengan :
Pr = Persentase capaian responden
F = Jumlah jawaban responden
N = Jumlah responden
100 % = Jumlah teap

Dari skor bisa ditafsirkan tentang ketuntasan belajar peserta didik sesuai
dengan standar kompetensi kurikulum sebagai berikut :
1. Ketuntasan Perorangan
Seorang peserta didik dikatakan berhasil (mencapai ketuntasan), jika telah
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar dan bagi peserta didik
yang belum menguasai standar kompetensi dasar dilaukan remidi sebelum
melanjutkan pokok bahasan berikutnya.

2. Ketuntasan Klasikal
Klasikal atau suatu kelas dikatakan telah berhasil (mencapai ketuntasan
belajar), jika paling sedikit 85% dari jumlah dalam kelompok atau kelas
tersebut telah mencapai ketuntasan perorangan.
Apabila sudah terdapat 85% dari banyaknya peserta didik yang mencapai
tingkat ketuntasan belajar maka kelas yang bersangkutan dapat melanjutkan
pada satuan pembelajaran berikutnya. Apabila banyaknya peserta didik dalam
kelas yang mencapai tingkat ketuntasan belajar kurang dari 85% maka :
a. Peserta didik yang belum menguasai standar kompetensi dankompetensi
dasar harus diberikan program perbaikan mengenai bagian-bagian bahan
pelajaran yang belum dikuasai.
b. Peserta didik yang telah mencapai taraf penguasaan 85% atau lebih dapat
diberikan program pengayaan.
c. Bila ketuntasan peserta didik lebih dari 85% maka pembelajaran yang
dilaksanakan peneliti dapat dikatakan berhasil. Tetapi bila ketuntasan
belajar peserta didik kurang dari 85% maka pengajaran yang dilaksanakan
peneliti belum berhasil.

F. Perencanaan Tindakan
1. Perencanaan Tindakan I
Tindakan pertama digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik
dalam hal mengingat kemajuan-kemajuan yang dicapai Dinasti Ayyubiyah
melalui model pembelajaran role playing (bermain peran).
Dalam perencanaan atau tindakan tetap mengacu pada hasil temuan kesulitan
setiap peserta didik. Sebagai contoh langkah-langkah tindakan sebagai
berikut:
Guru menyampaikan kepada peserta didik kompetensi yang harus dicapai
setelah pembelajaran dilaksanakan. Menyuruh peserta didik membuat
skenario bermain peran yang akan mereka laksanakan. Skenario yang
dibuat hanya bersifat umum yang berfungsi sebagai pedoman bagi peserta.
Guru menyiapkan panduan bagi peserta didik peran yang harus mereka
lakukan.
Guru kemudian membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang
terdiri atas 6 orang. Tiap-tiap kelompok bertugas untuk bermain peran
tentang bahasan Dinasti Ayyubiyah.
2. Perencanaan Tindakan II
Guru memberitahukan kepada peserta didik tentang peran mereka
masing-masing.
Guru memberitahukan kepada peserta didik lain untuk memerankan
tugas dan peran mereka dengan baik.
Guru menyampaikan langkah-langkah permaian secara umum kepada
setiap peserta sehingga setiap orang yang terlibat mengetahui apa yang
sedang dan akan terjadi.

3. Perencanaan Tindakan III


Pada minggu berikutnya implementasi tindakan dalam bentuk bermain
peran mulai dilaksanakan. Saat permainan berlangsung, guru harus
memonitor para aktor maupun mereka yang berfungsi sebagai peserta.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Supaya dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil yang sesuai


dengan harapan maka peneliti menggunakan model siklus. Adapun pelaksanaan
dari siklus-siklus tersebut adalah sebagai berikut :
A. Siklus I

1. Perencanaan

Pada sikus ini peneliti merencanakan bahwa dalam pembahasan pokok


bahasan Dinasti Ayyubiyah dengan menggunakan model pembelajaran
Role Playing (Bermain Peran). Menurut peneliti bahwa peserta didik kelas
VIII di MTs Negeri 02 Kepahiang sebagian besar belum mengerti dan
menguasai pembelajaran Dinasti Ayyubiyah. Disamping itu peneliti ingin
mengetahui dan meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik khususnya
kelas VIII di MTs Negeri 02 Kepahiang Tahun pelajaran 2014/2015 pada
pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah.
Peneliti memberikan soal-soal latihan yang harus dikerjakan peserta didik
dan selanjutnya dikumpulkan. Dari hasil latihan ini dijjadikan sebagai
sumber data pertama. Pada kegiatan ini soal yang diberikan berjumlah 5
butir soal dengan alokasi waktu 15 menit. Apabila masih memungkinkan
peserta didik diberikan tugas rumah yang diambilkan dari buku paket.

2. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran pada siklus ini dilaksanakan sesuai dengan


langkah-langkah model pembelajaran Role Playing (Bermain Peran).
a. Tahap memotivasi kelompok
Peneliti membentuk kelompok peserta didik menjadi 4 kelompok,,
masing masing kelompok terdiri dari 6 orang.
b. Memilih peran
Pemilihan dan pembagian peran dilakukan sendiri oleh peserta didik
dalam kelompok masing-masing.
c. Menyiapkan Pengamat
d. Menyiapkan tahap-tahap bermain peran
e. Diskusi dan evaluasi
f. Membagi pengalaman
3. Pengamatan

Dari pemberian sooal pada evaluasi pertama didapatkan data nilai sebagai
berikut :
Ketuntasan
No Nama Nilai
Belajar
1 Adillah Tiasto 7 Tuntas
2 Aldi Kurniawan 8 Tuntas
3 Anisa Wahyuni 5 -
4 Arif Triwibowo 4 -
5 Ayu Ratih Purwasih 7 Tuntas
6 Bendri Jaya Saputra 4 -
7 Cindy Refahmi 8 Tuntas
8 Desti Dwi Rahayu 8 Tuntas
9 Dwi Apriani Putri 7 Tuntas
10 Erisa Anggraini 6 -
11 Febi F 7 Tuntas
12 Fitri Fatimah 4 -
13 Hardianto 7 Tuntas
14 Ice Kusmawati 4 -
15 Ingka Trisestia 5 -
16 M. Tajri Alfarit 7 Tuntas
17 Narayona 9 Tuntas
18 Neni Seftiani 5 -
19 Feranatorik 7 Tuntas
20 Redo Bila 6 -
21 Rena Rahma dani 7 Tuntas
22 Refian Ronaldo 5 -
23 Rian Nuzul 7 Tuntas
24 Riki Arfandi 7 Tuntas
Jumlah 151 Rataan (6.29)

Hasil Analisa
Banyaknya Peserta didik seluruhnya = 24 orang
Banyaknya peserta didik yang tuntas belajar = 14 orang
Prosentase banyaknya peserta didik yang tuntas = 58.3%
Klasikal : Ya/Tidak
Kesimpulan :
Perlu perbaikan secara individual peserta didik yang bernama :
1. Anisa Wahyuni
2. Arif Triwibowo
3. Bendri Jaya Saputra
4. Erisa Anggraini
5. Fitri Fatimah
6. Ice Kusmawati
7. Ingka Trisestia
8. Neni Seftiani
9. Redo Bila
10. Refian Ronaldo

Dari analisa diatas dapat diambil kesimpualan bahwa kegiatan


pembelajaran yang dilakukan belum berhasil sebab prosentase peserta
didik yang tuntas belajar baru mencapai 58.3% dari peserta didik kelas
VIII. Suatu kelas dikatakan berhasil jika mencapai ketuntasan belajar
paling sedikit 85% dari jumlah peserta didik dalam kelas tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran belum berhasil dan perlu
ditinjau kembali untuk tahap pembelajaran berikutnya.

4. Refleksi

Kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan belum berhasil. Apakah


penyebabnya? Sedangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran telah
disusun sesuai dengan kerangka pembelajaran yang sesungguhnya yaitu
menggunakan pendekatan pembelajaran Role Playing (Bermain Peran).
Peneliti berusaha mencari penyebabnya dengan memperhatikan kejadian-
kejadian di kelas, antara lain:
a. Suasana kelas agak terganggu, dimana sebagian peserta didik kkurang
memperhatikan materi pembelajaran yang diberikan oleh peneliti. Hal
ini disebabkan karena peserta didik sebuk sendiri menggali dan
mencari-cari dalam buku sumber, ada sebagian peserta didik tidak
memiliki buku sumber. Masalah inilah yang mengganggu dan
menghambat jalannya pemberlajaran untuk berhasil.
b. Pada pertemuan ini peserta didik kurang memperhatikan hal-hal
penting yang harus dipahami dandimengerti, sehingga mengakibatkan
penurunan prestasi belajar peserta didik baik dalam pengerjaan soal
latihan maupun pengerjaan soal evaluasi.

B. Siklus II
1. Perencanaan
Pada siklus ke dua peneliti lebih meningkatkan kegiatan pembelajaran
dari apa yang telah dilakukan pada siklus I yaitu peneliti ingin
membawa peserta didik kelas VIII 2 di MTs Negeri 02 Kepahiang pada
suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan. Dari pembelajaran
ini peneliti mengharapkan suasana kerjasama yang baik dalam
memecahkan suatu masalah peserta didik dan tanggung jawab setiap
peserta didik terhadap diri sendiri serta kelompoknya. Setiap peserta
didik diharapkan mengklasifikasikan nama tokoh dan bidang ilmu
yang didalaminya pada masa Dinasti Ayyubiyah dengan cara
menyusun dan mengelompokkannya serta menyelesaikan setiap soal
dengan kelompoknya. Dengan demikian rasa tanggung jawab dan
ketuntasan belajar peserta didik dapat tercapai.
2. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 22
September 2010 yang membahas tentang mengklasifikasikan nama tokoh
melalui pendekatan Role Playing (Bermain Peran) dalam buku sumber.
Kemudian selanjutnya dengan menyusun dan mengelompokkan bentuk
tabel setiap tokoh dalam Perang Salib. Peserta didik juga dapat
mengerjakan latihan soal sebagai penjaring data. Pelaksanaan kegiatan
penlitian dan pencarian dalam buku sumber yang dilakukan di dalam kelas
adalah sebagai berikut :
a. Peserta didik dibagi dalam 4 kelompok dimana tiap kelompok
beranggotakan 6 orang.
b. Pada masing-masing kelompok, peneliti membagi dalam tiga
kelompok : kelompok atas, kelompok sedang dan kelompok bawah.
Hal ini dilakukan dengan maksud agar dalam kelompok tersebut
semua peserta didik mempunyai potensi yang sama dalam
pembelajaran.
c. Masing-masing kelompok mempersiapkan bahan berupa buku sumber
yang telah disediakan oleh guru selain yang dibawa oleh peserta didik.
d. Penelliti kemudian menyuruh kepada masing-masng kelompok untuk
menyiapkan selutuh peralatan dan peneliti memberi arahan cara
mencari dan meneliti tokoh, seseorang dalam sebuah buku sumber dan
selanjutnya peserta didik mengikutinya.
e. Peneliti keliling melihat hasil kerja masing-masing kelompok dan
memberikan bantuan seperlunya.
f. Peneliti memberikan penjelasan pada seluruh kelompok dengan
menyebutkan tokoh-tokoh dalam Perang Salib pada masa Dinasti
Ayyubiyah.
g. Dari penjelasan yang diberikan oleh peneliti, masing-masing kelompok
dapat membuat tabel tokoh dalam Perang Salib pada masa Dinasti
Ayyubiyah.
h. Kemudian peneliti memberikan beberapa soal yang berkaitan sejumlah
tokoh dalam Perang Salib pada masa Dinasti Ayyubiyah.
i. Selanjutnya peneliti menunjuk beberapa peserta didik untuk menjawab
dengan menyebutkan jawaban soal latihan yang dibacakan oleh guru,
dan sebelum pembelajaran berakhir peneliti memberikan tugas di
rumah dari buku paket.
j. Kemudian pembelajaran berikutnya adalah pelaksanaan evaluasi 2
yang terdiri dari 5 butir soal yang harus dikerjakan oleh setiap peserta
didik dan bila selesai segera dikumpulkan.

3. Pengamatan
Dari pelaksanaan evaluasi 2 didapatkan data nilai sebagai berikut :
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Pokok Bahasan : Dinasti Ayyubiyah
Sub Pokok Bahasan : Tokoh-tokoh dalam Perang Salib
Kelas / Sekolah : VIII 2 MTs Negeri 02 Kepahiang

HASIL NILAI EVALUASI SIKLUS II


Ketuntasan
No Nama Nilai
Belajar
1 Adillah Tiasto 8 Tuntas
2 Aldi Kurniawan 9 Tuntas
3 Anisa Wahyuni 7 Tuntas
4 Arif Triwibowo 7 Tuntas
5 Ayu Ratih Purwasih 8 Tuntas
6 Bendri Jaya Saputra 6 -
7 Cindy Refahmi 8 Tuntas
Ketuntasan
No Nama Nilai
Belajar
8 Desti Dwi Rahayu 7 Tuntas
9 Dwi Apriani Putri 8 Tuntas
10 Erisa Anggraini 8 Tuntas
11 Febi F 8 Tuntas
12 Fitri Fatimah 7 Tuntas
13 Hardianto 8 Tuntas
14 Ice Kusmawati 8 Tuntas
15 Ingka Trisestia 7 Tuntas
16 M. Tajri Alfarit 6 -
17 Narayona 7 Tuntas
18 Neni Seftiani 8 Tuntas
19 Feranatorik 9 Tuntas
20 Redo Bila 8 Tuntas
21 Rena Rahma dani 8 Tuntas
22 Refian Ronaldo 6 -
23 Rian Nuzul 8 Tuntas
24 Riki Arfandi 8 Tuntas
Jumlah 182 Rataan (7.583)

Hasil Analisa
Ketuntasan Belajar
a. Perorangan
Banyaknya peserta didik seluruhhnya = 24 orang
Banyaknya peserta didik yang tuntas belajar = 21 orang
Prosentase banyaknya peserta didik yang tuntas = 87.5%
b. Klasikal : Ya/Tidak
Kesimpulan :
Perlu perbaikan secara individual peserta didik yang bernama :
1. Bendri Jaya Saputra
2. M. Tajri Alfarit
3. Refian Ronaldo

c. Dari analisa diatas jelas bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan


telah mengalami peningkatan yaitu peserta didik yang tuntas adalah
87.5%. dalam hal ini berarti pembelajaran yang dilakukan belum
berhasil dan perlu ada perbaikan kembali.
4. Refleksi
Dari hasil analisa evaluasi 2 diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan belum berhasil. Karena masih ada lima peserta didik yang
belum tuntas belajarnya. Tentunya hal ini perlu adanya perbaikan dan
tugas tesendiri bagi peneliti untuk meningkatkan proses pembelajaran
berikutnya.

C. Siklus III
1. Perencanaan
Pada siklus ketiga peneliti ingin lebih mengutamakan kegiatan
pembelajaran pada proses dan pemahaman serta penghafalan tokoh-tokoh
dalam dalam Perang Salib pada masa Dinasti Ayyubiyah. Peneliti juga
ingin selalu membimbing peserta didik yang belum tuntas dengan cara
memberikan pengarahan dan mencari cara yang tepat dalam
menyampaikan konsep materi pada peserta didik. Pada kesempatan ini
peserta didik diharapkan lebih memahami, menguasai konsep dengan
sebaik mungkin serta tetap menjalin kekompakan kerja sama antara nggota
kelompoknya. Dengan demikian soal yang diberikan peneliti dapat
diselesaikan secara baik dan pembelajaran berhasil dengan tuntas.
2. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran pada siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 7 s/d
12 Oktober 2010 yang membahas pokok bahasan tokoh-tokoh dalam
perang salib pada masa Dinasti Ayyubiyah melalui penggalian dari
berbagai sumber bacaan. Selanjutnya dari kegiatan tersebut peserta didik
iberi soal latihan serta diakhiri kegiatan peserta didik mengerjakan soal
evaluasi 3 sebagai penjaringan data sekaligus sebagai ulangan harian.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai berikut :
a. Peserta didik tetap dikelompokkan sesuai dengan kelompoknya
masing-masing.
b. Peneliti memberikan pengarahan kepada seluruh peserta didik apa
yang akan dilaksanakan, semua peserta didik harus memperhatikan apa
tugas kelompoknya.
c. Masing-masing kelompok mempersiapkan peralatan dan bahan yang
sebelumnya dipakai.
d. Peneliti menyuruh kepada masing-masing kelompok untuk
menyiapkan peralatannya, kemudian peneliti memberikan contoh cara
mencari dan membaca buku sumber bacaan seperti yang telah
dijelaskan pada kegiatan sebelumnya. Selanjutnya nama tokoh-tokoh
perang salib diketahui.
e. Dengan pemberian contoh tadi, diikuti oleh masing-masing kelompok
yang mana tiap kelompok melakkukan penelitian terhadap buku
bacaan dan setiap anggota ikut melakukannya.
f. Peneliti berkeliling dalam kelas sambil memberikan bimbingan dan
membetulkan pekerjaan yang kurang benar.
g. Peneliti menunjuk beberapa peserta didik untuk mengerjakan soal
latihan yang telah dikerjakan dengan menjawab secara lisan dan
memberikan soal latihan rumah.
h. Kegiatan pembelajaran berikutnya adalah pelaksanaan ulangan harian
yang sekaligus pelaksaan evaluasi 3 sebagai sumber data penelitian.
Soal yang peneliti ujikan ada 10 soal yang berbentuk subjektif dan
dikerjakan peserta didik dalam waktu 20 menit.
3. Pengamatan
Dari pemberian soal evaluasi 3 didapatkan data nilai sebagai berikut :
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Pokok Bahasan : Dinasti Ayyubiyah
Sub Pokok Bahasan : Tokoh-tokoh dalam Perang Salib
Kelas / Sekolah : VIII 2 MTs Negeri 02 Kepahiang
HASIL NILAI EVALUASI SIKLUS III
Ketuntasan
No Nama Nilai
Belajar
1 Adillah Tiasto 9 Tuntas
2 Aldi Kurniawan 9 Tuntas
3 Anisa Wahyuni 8 Tuntas
4 Arif Triwibowo 8 Tuntas
5 Ayu Ratih Purwasih 8 Tuntas
6 Bendri Jaya Saputra 7 Tuntas
7 Cindy Refahmi 8 Tuntas
8 Desti Dwi Rahayu 7 Tuntas
9 Dwi Apriani Putri 9 Tuntas
10 Erisa Anggraini 9 Tuntas
11 Febi F 9 Tuntas
12 Fitri Fatimah 8 Tuntas
13 Hardianto 9 Tuntas
14 Ice Kusmawati 8 Tuntas
15 Ingka Trisestia 8 Tuntas
16 M. Tajri Alfarit 7 Tuntas
17 Narayona 8 Tuntas
18 Neni Seftiani 9 Tuntas
19 Feranatorik 9 Tuntas
Ketuntasan
No Nama Nilai
Belajar
20 Redo Bila 8 Tuntas
21 Rena Rahma dani 9 Tuntas
22 Refian Ronaldo 7 Tuntas
23 Rian Nuzul 9 Tuntas
24 Riki Arfandi 9 Tuntas
Jumlah 199 Rataan (8.3)

Hasil Analisa
Ketuntasan Belajar
a. Perorangan
Banyaknya peserta didik seluruhhnya = 24 orang
Banyaknya peserta didik yang tuntas belajar = 24 orang
Prosentase banyaknya peserta didik yang tuntas = 100%
b. Klasikal : Ya/Tidak
Kesimpulan :
Dari analisa diatas jelas bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan
telah mengalami peningkatan yaitu peserta didik yang tuntas
seluruhnya dalam hal ini berarti pembelajaran yang dilakukan telah
berhasil.
4. Refleksi
Dari hasil analisa evaluasi 3 diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan berhasil. Dan peserta didik telah tuntas 100% .
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah peneliti cermati selama dalam kegiatan penelitian dari hal
prosees sampai pada hasil maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam menggunakan model Role Playing (Bermain Peran) hendaknya guru
juga memperhatikan pentingnya pengelolaan kelas. Hal ini demi
kelancaran proses pembelajaran. Sebab walaupun dalam pembelajaran
sudah menggunakan metode pembelajaran yang baik namun jika dalam
mengelola kelas kurang baik, maka proses pembelajaran akan terganggu
dan hasilnya kurang memuaskan.
2. Model pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) pada pokok bahasan
Dinasti Ayyubiyah telah memberikan nuansa baru dalam pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sehingga pembelajaran lebih efektif. Hal
ini terbukti dengan adanya perubahan yang signifikan terhadap ketuntasan
belajar peserta didik. Terlihat pada nilai ulangan peserta didik yang
dilakukan setelah Siklus III mencapai nilai rata-rata 8.3 dengan ketuntasan
belajar 100%.

B. Saran-saran
Setelah mengetahui hasil dan kesimpulan selama penelitian
berlangsung di MTs Negeri 02 Kepahiang, peneliti memberikan saran antara
lain:
1. Seorang guru hendaknya terampil dan dapat menguasai berbagai metode
pembelajaran agar peserta didik lebih mudah memahami materi
pembelajaran.
2. Seorang guru harus selalu aktif melibatkan peserta didik selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
3. Seorang guru harus dapat memilih meetode dan kreatif dalam mencoba ide
baru agar proses pembelajran berhasil dengan baik dan tidak
membosankan.
4. Hendaknya guru selalu memotivasi peserta didik untuk selalu belajar di
rumah materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnua supaya dalam
pembelajaran peserta didik mempunyai gambaran materi.
5. Perlunya kolaborasi dengan guru yang lain di dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas.
6. Kepala Sekolah hendaknya memfasilitasi kegiatan Penelitian Tindakan
Kelas yang dituangkan dalam Program Kerja Sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli, 1998, Penyusun Proposal PTK, Makalah dalam PCP PTK
Proyek PGSM tanggal 1-22 Oktober

Abimanyu, Soli, 1995, Penelitian Praktias untuk Perbaikan Pembelajaran,


PGSM Ditjen Dikti Depdiknas, Jakarta

Arends, Ricard I, 1997, Classroom Intruction and Management, Toronto,


McGraw-Hill

A, Salabi, 1983, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Chatibul Umam, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII untuk MTs, Kudus :
Menara Kudus

Hokins, David, 1992, A Guide to Classroom Research, 2nd ed. Open University
Press

Jaih Mubarok, 2004, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy

Kartono, Kartini, 1996, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandang : Mandar


Maju

Oemar Amin Hoesin, 1981, Kultur Islam, Sejarah Perkembangan Kebudayaan


Islam dan Pengaruhnya dalam Dunia Internasional, Jakarta : Bulan
Bintang

Moeleong, L.J., 1991, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang :


UM Press

Marcell A. Boisad, 1979, Humanisme dalam Islam, Jakarta: Bulang Bintang


Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Skillbeck, Malcolm. 1976. School Based Curriculum Development and Teacher


Education. Mimeograph: OECD.

Sudjana S., D. 2001. Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah
Production.
Tilaar, H.A.R. 1994. Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa
Depan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

White, John. 1990. Educational and The Good Life. London: Educational Studies.
Kogan Page.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)

JUDUL PENELITIAN
Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Strategi Reading Aloud Pada Mata
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Pokok Bahasan Dakwah Nabi Muhammad SAW di
Mekkah Kelas VII Mts Negeri 02 Kepahiang

OLEH
SISNAINI, S.Pd.I
NIP. 19800907 200710 2 001

KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 02 KEPAHIANG
KEBUPATEN KEPAHIANG
2014
LEMBAR PUBLIKASI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Judul Penelitian : Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui


Strategi Reading Aloud Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam Pokok Bahasan Dakwah Nabi
Muhammad SAW di Mekkah Kelas VII Mts Negeri 02
Kepahiang
2. Peneliti :
a. Nama Lengkap : Sisnaini, S.Pd.I
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pangkat / Gol : Penata Muda Tk. 1/IIIb
d. NIP : 19800907 200710 2 001
e. Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
F. Instansi : MTs Negeri 02 Kepahiang
3. Lama Penelitian : 4 Bulan
Dari Bulan : September 2014
Sampai bulan : Desember 2014

Kepahiang, 4 Januari 2015


Petugas Pustaka Peneliti

DRS. SARPANI SISNAINI, S.Pd.I


NIP. 19631130 199203 1 003 NIP. 19800907 200710 2 001
LEMBAR PENGESAHAN PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Judul Penelitian : Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui


Strategi Reading Aloud Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam Pokok Bahasan Dakwah Nabi
Muhammad SAW di Mekkah Kelas VII Mts Negeri 02
Kepahiang
2. Peneliti :
a. Nama Lengkap : Sisnaini, S.Pd.I
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pangkat / Gol : Penata Muda Tk. 1/IIIb
d. NIP : 19800907 200710 2 001
e. Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
F. Instansi : MTs Negeri 02 Kepahiang
3. Lama Penelitian : 4 Bulan
Dari Bulan : September 2014
Sampai bulan : Desember 2014

Kepahiang Desember 2014


Kepala Sekolah

BAHRUN NASIR, S.Ag


Nip. 19641010 199302 1 001
Balingka, November 2010

Syafri Yenti, S.Pd.I


Nip. 19801201 200710 2002
Mengetahui
Kepala Kementerian Pengawas Kepala MTs Negeri 02 Kepahiang
Agama Kota Balingka

Jasril S.Ag Drs. Taifuni Isnaini Kiram, S.Ag, MM


Nip. 19611220198603 1 Nip. 150 227 368 Nip. 19530824 197701 2001
003
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil Penelitian Tindakan kelas
ini.
Dalam menyelesaikan laporan penelitian ini penulis telah banyak menerima bantuan dan
pertimbangan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih
serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada teman-teman dan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam mempersiapkan laporan Penelitian Tindakan Kelas ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikanyang telah diberikan akan mendapat balasan yang
terbaik dari Allah SWT. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Kepahiang November 2014

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PUBLIKASI.................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 3
C. Batasan Masalah.......................................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian...................................................................................... 4

BAB II KERANGKA TEORI


A. Hakekat Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)................................................. 5
B. Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)................................................... 5
C. Model Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran).................................. 6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian................................................................................. 12
B. Lokasi Penelitian........................................................................................ 13
C. Prosedur Penelitian..................................................................................... 13
D. Jenis Dan Sumber Data............................................................................... 15
E. Setting Penelitian........................................................................................ 15
F. Perencanaan Tindakan ............................................................................... 18

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Siklus I ............................................................................................ 20
B. Siklus II ............................................................................................ 24
C. Siklus III ............................................................................................ 28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 33
B. Saran-saran ............................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai