2. Pengertian dan perbedaan narkotika, psikotropika, psikoaktif, dan zat kimia adiktif ?
3. Pemeriksaan untuk menilai pasien kecanduan zat psikotropik ?
4. Proses rehabilitasi pasien kecanduan obat obatan medis dan non medis ?
5. Pencegahan untuk kasus penyalahgunaan narkoba?
6. Factor penyebab orang mengonsumsi narkoba?
7. Aspek legal penggunaan narkoba?
8. Lama perawatan pasien narkoba dan prognosis?
9. Tanda dan gejala pengguna narkoba?
10. Terapi awal pada pasien dan komunitas?
Jawab
3. a. Analisa Urin
Bertujuan untuk mendeeteksi adanya NAPZA dalam tubuh (benzodiazepin,
barbiturat, amfetamin, kokain, opioida, kanabis). Pengambilan urine hendaknya tidak
lebih dari 24 jam dari saat pemakaian zat terakhir dan pastikan urine tersebut urine
pasien.
b. Penunjang lain
Untuk menunjang diagnosis dan komplikasi dapat pula dilakukan pemeriksaan
- Laboratirium rutin darah,urin
- EKG, EEG
- Foto toraks
- Dan lain-lain sesuai kebutuhan (HbsAg, HIV, Tes fungsi hati, Evaluasi
Psikologik, Evaluasi Sosial)
6. Faktor resiko :
Faktor Genetik : Risiko faktor genetik didukung oleh hasil penelitian bahwa remaja
dari orang tua kandung alkoholik mempunyai risiko 3-4 kali sebagai peminum
alkohol dibandingkan remaja dari orang tua angkat alkoholik.
Lingkungan Keluarga : Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap
penyalahgunaan NAPZA. Pola asuh orang tua yang demokratis dan terbuka
mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA lebih rendah dibandingkan dengan pola
asuh orang tua dengan disiplin yang ketat.
Pergaulan (Teman Sebaya) : Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan
NAPZA, teman kelompok sebaya (peer group) mempunyai pengaruh yang dapat
mendorong atau mencetuskan penyalahgunaan NAPZA pada diri seseorang
Karakteristik Individu :
o Umur : Berdasarkan penelitian, kebanyakan penyalahguna NAPZA adalah
mereka yang termasuk kelompok remaja. Pada umur ini secara kejiwaan masih
sangat labil, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan sedang mencari identitas
diri serta senang memasuki kehidupan kelompok.
o Pendidikan : Pendidikan yang rendah memengaruhi tingkat pemahaman terhadap
informasi yang sangat penting tentang NAPZA dan segala dampak negatif yang
dapat ditimbulkannya, karena pendidikan rendah berakibat sulit untuk
berkembang menerima informasi baru serta mempunyai pola pikir yang sempit.
o Pekerjaan : Hasil studi BNN dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas
Indonesia tahun 2009 di kalangan pekerja di Indonesia diperoleh data bahwa
penyalahguna NAPZA tertinggi pada karyawan swasta dengan prevalensi 68%,
PNS/TNI/POLRI dengan prevalensi 13%, dan karyawan BUMN dengan
prevalensi 11%.
Sumber: Kemenkes RI. 2006. Buku Pedoman Praktis mengenai Penyalahgunaan NAPZA
bagi Petugas Puskesmas. Jakarta.
7. Aspek legal narkoba:
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. UU ini merupakan revisi
dari UU Narkotika sebelumnya yaitu, UU No. 22 Tahun 1997, dimana dalam UU
Narkotika yang baru ini disebutkan bahwa tujuan dari UU ini adalah: menjamin
ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi; mencegah, melindungi, dan
menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika; memberantas
peredaran gelap narkotika dan Prekursor Narkotika; serta menjamin pengaturan upaya
rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahgunaan dan pecandu Narkotika.
Dalam sistem hukum di Indonesia, penyalahgunaan narkotika dikualifikasi sebagai
kejahatan di bidang narkotika yang diatur dalam UU No. 22 tahun 1997 tentang
narkotika. UU No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika, selanjutnya disebut UU
Narkotika 1997, pada dasarnya mengklasifikasi pelaku tindak pidana (delict)
penyalahgunaan narkotika menjadi 2 (dua), yaitu : pelaku tindak pidana yang
berstatus sebagai pengguna (Pasal 84 dan 85) dan bukan pengguna narkotika (Pasal
78, 79, 80, 81, dan 82)
8. PASCA REHABILITASI
1. Bertujuan untuk membantu mantan pecandu mampu hidup normal, berfungsi sosial
dan diterima oleh masyarakat (hidup mandiri serta tidak mengulangi perbuatannya
menyalahgunakan narkoba). Program berlangsung selama minimal 6 bulan.
2. Diawali oleh asesmen untuk mengetahui minatbakat dan menentukan penempatan
program pasca rehabilitasi sesuai kriteria yang terdiri dari:
a. Fase Awal/Live in-work in (lamanya 2 bulan).
Tinggal dan bekerja di tempat yang sama dengan pengawasan penuh.
Melaksanakan kegiatan produktif sesuai fasilitas yang tersedia,
Pembekalan tentang cara mengenali diri, cara mengatasi masalah dan cara
menghindari godaan penggunaan narkoba.
Menyiapkan keluarga agar dapat menerima kembali dalam lingkungannya.
b. Fase Menengah/Live in-work out (lamanya 2 bulan).
Mantan pecandu tinggal di rumah tertentu (Rumah Dampingan), yang diawasi
oleh konselor adiksi dan berkesempatan bekerja di luar.
Melaksanakan kegiatan produktif yang dipilih (a.l. peternakan, pertanian,
perbengkelan, seni, teknologi informasi, dll).
c. Fase Lanjut/Live out-work out (lamanya 2-4 bulan).
Mantan pecandu berkumpul di rumah tertentu (Rumah Mandiri), yang masih
diawasi secara berkala untuk pembinaan lanjut.
Tetap melanjutkan pekerjaan di luar sesuai kemampuan dan keterampilan.
Tahap akhir proses pasca rehabilitasi.
3. Sebagai penyakit menahun dan kambuhan (chronic relapsing), kemungkinan dapat
terjadi kekambuhan/relaps akibat berbagai pengaruh/pemicu (trigger). Bila terjadi
kekambuhan, maka pecandu mengikuti program rehabilitasi ulang, baik rawat jalan
maupun rawat inap sesuai tingkat kekambuhannya.
Sumber: BNN.2014. Pengguna Narkoba Dapat Dicegah Dan Direhabilitasi. Deputi
Bidang Rehabilitasi
Komunitas:
Therapeutic Community -TC Model, model ini merujuk pada keyakinan bahwa
Gangguan penggunaan NAPZA adalah gangguan pada seseorang secara
menyeluruh. Dalam hal ini norma-norma perilaku diterapkan secara nyata dan
ketat yang diyakinkan dan diperkuat dengan memberikan reward dan sangsi yang
spesifik secara langsung untuk mengembangkan kemampuan mengontrol diri dan
sosial/komunitas. Pendekatan yang dilakukan meliputi terapi individual dan
kelompok, sesi encounter yang intensif dengan kelompok sebaya dan partisipasi
dari lingkungan terapeutik dengan peran yang hirarki, diberikan juga
keistimewaan (privileges) dan tanggung jawab. Pendekatan lain dalam program
termasuk tutorial, pendidikan formal dan pekerjaan sehari-hari. TC model
biasanya merupakan perawatan inap dengan periode perawatan dari dua belas
sampai delapan belas bulan yang diikuti dengan program aftercare jangka pendek.
Sumber: KEMENKES. 2010. PEDOMAN LAYANAN TERAPI DAN
REHABILITASI KOMPREHENSIF PADA GANGGUAN PENGGUNAAN
NAPZA BERBASIS RUMAH SAKIT. DIREKTORAT JENDERAL BINA
PELAYANAN MEDIK KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
Tugas Tutorial APRIL 2017
SCENARIO III
SAVE DONI
Disusun Oleh :
NAMA : AHMAD DENI HANDOKO
STAMBUK : N 101 12 138
KELOMPOK : VI ( enam)