Jurnal 1
Jurnal 1
Persetujuan Pembimbing
Jurnal
Oleh
NILAM JAPAR
ABSTRAK
Nilam Japar, 2014. Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian kolostrum
pada bayi baru lahir di Kelurahan Lekobalo Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo,
Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1
dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes, dan Pembimbing II Ns. Vik Salamanja S.Kep,
M.Kes.Daftar Pustaka : 16 (2005-2014)
1
Nilam japar, 841410176. Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG.
dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes, Vik Salamanja, S.Kep, Ns. M. Kes.
Masalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi patut menjadi perhatian
serius pemerintah dan masyarakat, mengingat bahwa ASI sangat penting bagi bayi. Bayi
usia 0-6 bulan mutlak memerlukan ASI, yang mampu memenuhi 100 persen kebutuhan
bayi usia 0-6 bulan terhadap zat gizi. ASI Eksklusif (ASIE), yaitu ASI yang diberikan
sebagai sumber asupan satu-satunya bagi bayi usia 0-6 bulan, diperkirakan dapat
menekan angka kematian bayi sampai sebesar 22% (Nuryanti, 2009)
WHO (world health organization) juga merekomendasikan semua bayi perlu
mendapatlkan kolostrum (ASI hari pertama sampai kelima) untuk melawan infeksi dan
mendapat ASI Ekslusif 6 bulan untuk menjamin kecukupan gizi bayi. Rekomendasi ini
dikeluarkan mengingat bahwa data WHO menunjukkan ada 170 juta anak mengalami gizi
kurang diseluruh dunia dan sebanyak 3 juta diantaranya meninggal setiap tahun
(Nuryanti, 2009)
Menurut fikawati dan syafiq (2010) alasan yang menjadi penyebab kegagalan
praktek ASI eksklusif bermacam macam seperti misalnya budaya memberikan makanan
pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan
pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin mencoba susu
formula. Keberhasilan dalam menyusui pada masa bayi menjadi kebahagiaan yang tidak
terkira dirasakan oleh seorang ibu. Sebab, Air susu ibu merupakan makanan yang
sempurna bagi bayi. Kunci kesuksesan menyusui adalah rasa cinta, ketekunan, kesabaran,
percaya diri, disertai penerapan manajemen laktasi yang baik.walaupun keunggulan dan
manfaat ASI dalam menunjang kelangsungan hidup bayi sudah terbukti, namun
kenyataan belun diikuti pemanfaatan secara optimal pleh ibu bahkan ada kecenderungan
makin banyak ibu yang tidak memberikan ASI (Wenas, 2012)
Kinerja merupakan pencapaian/prestasi seseorang berkenaan seluruh tugas yang
dibebankan kepadanya. Kinerja juga dapat diartikan melalui kepatuhan perawat
profesional dalam melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar (Triwibowo, 2013).
Sebuah penelitian tentang kaitan antara menyususi, sensivitas, dan ikatan ibu
anak oleh Britton, et. Di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa menyusui dapat
meningkatkan kemampuan kognitif dan prestasi akademik anak melalui perkembangan
yang sehat pada bayi sehingga mendorong perkembangan intelektual yang baik.
Perkembangan yang sehat ini didukung oleh sensivitas yang lebih tinggi pada ibu yang
menyusui dari pada yang tidak menyusui dan kuatnya interaksi ibu anak selama proses
menyusui (Nuryanti, 2009)
Dari hasil wawancara didapatkan data awal ibu menyusui 0-6 bulan di Kelurahan
Lekobalo Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo dari Rw 1-4 pada tahun 2013 sebanyak
115 orang. Dan dari 115 ibu menyusui yang memberikan kolostrum ada 42 orang karena
mereka lebih memilih melahirkan dipuskesmas. Sedangkan yang tidak memberikan
kolostrum ada 73 orang, mereka memilih melahirkan dirumah yang dibantu oleh biang
desa.
Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian ilmiah dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan
Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Di Kelurahan Lekobalo Kecamatan Kota
Barat Kota Gorontalo.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Lekobalo Kecamatan Kota Barat Kota
Gorontalo.mulai pada tanggal 9 Juni sampai dengan 9 Juli 2014.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelasional dimana dalam
penelitian ini peneliti ingin menganalisis hubungan pengetahuan ibu pada bayi baru lahir
dan penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yang artinya tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
n =
1+N (d)
Ket :
N : Jumlah populasi
n : Jumlah sampel
penyelesaian :
n = = 89 responden.
1+115 (0,05)
Adapun kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Gutt
man. Pertanyaan terdiri dari 10 pertanyaan yang mengarah pada pengetahuan dengan
pilihan jawaban benar = 1, salah = 0 untuk nilai pertanyaan positif, dan benar = 0,
salah = 1 untuk nilai pertanyaan negative. Sementara untuk kuesioner kolostrum
terdiri dari 8 pertanyaan dengan pilihan jawaban Ya = 1, Tidak = 0 untuk pertanyaan
positif, dan Tidak = 1, Ya = 0 untuk pertanyaan negative. Kemudian skor dihitung
dengan menggunakan rumus presentase (Setiadi, 2013):
= 100%
Ket: P = Presentase skor f = skor yang diperoleh N = Jumlah soal
Total 50 100
Sumber : Data primer 2014
2. Analisis univariat
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Lekobalo Kecamatan Kota
Barat Kota Gorontalo diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan
ibu pada tabel berikut ini.
Total 50 100
Sumber : Data primer 2014
3. Analisis Bivariat
Analisa hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian kolostrum pada bayi baru
lahir.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Lekobalo Kecamatan Kota
Barat Kota Gorontalo, Analisa hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian kolostrum
pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut.
Tabel 6 Analisa hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian kolostrum pada bayi
baru lahir di Kelurahan Lekobalo Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo
Pemberian Kolostrum
Jumlah
Pengetahuan Tidak diberikan Diberikan P Value
N % N % N %
Kurang 24 48,0% 9 18,0 33 66,0
Baik 7 14,0% 10 20,0 17 34,0 0.029
Jumlah 31 62,0% 19 38,0 50 100
Sumber: Data primer, 2014
Tabel 6 menunjukkan hasil analisa korelasi antara pengetahuan ibu dengan pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir di Kelurahan Lekobalo Kecamatan Kota Barat Kota
Gorontalo. Berdasarkan tabel 4.6 analisa pengetahuan ibu dengan pemberian kolostrum
pada bayi baru lahir adalah pengetahuan ibu tentang pemberian kolostrum kurang, maka
pemberian kolostrum tetap tidak diberikan karena ibu tidak mengetahui apa itu kolostrum
dengan frekuensi sebanyak 24 orang (48,0%), sedangkan pengetahuan ibu tentang
pemberian kolostrum baik, maka pemberian kolostrum tidak diberikan lagi karena dengan
frekuensi sebanyak 7 orang (14,0%), dan ada juga ibu yang berpengetahuan baik namun
tetap memberikan kolostrum dengan frekuensi sebanyak 10 orang (20,0%), dan ada juga
pengetahuan ibu tentang pemberian kolostrum kurang maka pemberian kolostrum tetap
diberikan dengan frekuensi sebanyak 9 orang (18,0%) maka, jumlah pengetahuan ibu
tentang pemberian kolostrum pada kategori kurang sebanyak 33 orang (66,0%) dari 50
orang( 100%) total responden, sedangkan jumlah pengetahuan ibu tentang pemberian
kolostrum baik sebanyak 17 orang (34,0%) dari 50 orang (100%) total responden,
sedangkan jumlah pemberian kolostrum yang tidak memberikan sebanyak 31 (62,0%)
dari 50 orang (100%) rotal responden, dan jumlah pemberian kolostrum yang masih
memberikan kolostrum sebanyak 19 orang (38,0%) dari 50 orang (100%) total responden.
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square terdapat nilai p (0,029) < (0,05), Sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan (kolerasi) antara pengetahuan ibu
dengan pemberian kolostrum di Kelurahan Lekobalo Kecamatan Kota Barat Kota
Gorontalo.
Pembahasan
Pengetahuan ibu tentang pemberian kolostrum
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu tentang pemberian
kolostrum,didapatkan frekuensi pada pengetahuan ibu tentang pemberian kolostrum pada
kategori kurang yaitu sebanyak 33 orang (66,0%) dari 50 total responden. Dan sebanyak
17 orang (34,0%) responden memiliki pengetahuan baik.
Penelitian ini selaras dengan penelitian Eny rumiyati 2010) dimana pengetahuan
ibu tentang pemberian kolostrum sudah didapatkan pada kategori baik dengan jumlah 20
orang tua (66,67%). Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
didapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang kolostrum sudah didapatkan pada kategori
baik dengan jumlah 17 responden (34,0%).
Sehubungan dengan teori yang dijelaskan, menurut Notoatmodjo (2007)
pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal, pengetahuan sangat
erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang
tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya, sehingga seseorang
semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan, dan keterampilan, dan
pendidikan seseorang berperan dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Karena hasil pendidikan ikut membentuk pola pikir, pola
persepsi, dan sikap pengambilan keputusan seseorang.
Menurut peneliti pengetahuan ibu tentang pemberian kolostrum masih kurang
baik karena ibu yang berpengetahuan baik akan lebih mengetahui apa itu kolostrum, dan
hal-hal apa saja yang bermanfaat untuk bayinya.
Pemberian kolostrum pada bayi baru lahir
Distribusi responden berdasarkan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir,
didapatkan frekuensi tertinggi yang tidak diberikan kolostrum sebanyak 31 orang anak
(62,0%) dari 50 total responden. Dan sebanyak 19 orang (38,0%) diberikan kolostrum.
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan siti aminah dipuskesmas
Rojowinangun Trenggalek (2010) dimana hamper seluruhnya responden di puskesmas ini
memberikan kolostrum yaitu 65 responden (76,4%) dari 85 total responden.
Sehubungan dengan penelitian, Menurut pramono (2008), kolostrum
mengandung antibody, salah satu antibody yang ada dalam kolostrum adalah
immunoglobulin A atau IgA zat ini akan melapisi saluran pencernaan bayi, khususnya
usus halus bayi yang masih sangat rentan terhadap infeksi karena belum mencapai tahap
perkembangan yang sempurnah. Pemberian kolostrum akan membawa dampak pada
peningkatan daya tahan tubuh sehingga setiap infeksi yang masuk ke dalam saluran cerna
dapat diatasi dengan baik. Selain itu kandungan IgA membentuk lapisan yang menjadi
semacam benteng pertahanan yang kebetulan masuk dalam saluran pencernannya.
Adanya lapisan pelindung tersebut akan membuat sel-sel kuman penyakit kesulitan untuk
menembus dinding saluran pencernaan. Apalagi ditambah dengan adanya lisozim yaitu
enzim yang bertugas menghancurkan dan memakan sel bakteri yang juga terdapat dalam
kolostrum. Hal ini akan menyebabkan daya tahan bayi semakin baik dan sulit mengalami
infeksi.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka, peneliti berasumsi bahwa masih banyak
ibu-ibu yang belum mengetahui pentingnya kolostrum untuk bayinya dimana mereka
masih beranggapan bahwa ASI yang pertama keluar itu atau kolostrum kotor sehingga
mereka lebih memilih untuk membuangnya padahal kolostrum itu sendiri sangat
bermanfaat untuk anak mereka.
Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.
Berdasarkan analisis pengetahuan ibu dengan pemberian kolostrum pada bayi
baru lahir didapatkan pengetahuan ibu tentang pemberian kolostrum kurang tetapi tidak
diberikan sebanyak 24 orang anak (48,7%) karena ibu tidak mengetahui apa itu kolostrum
dan 7 orang ibu berpengetahuan baik (14,0%), tetapi tidak memberikan karena ibu harus
bekerja. dan ada juga ibu yang berpengetahuan baik namun tetap memberikan kolostrum
sebanyak 10 orang (20,0%), karena ibu mengetahui kolostrum sangat berguna untuk
bayinya. dan ada juga ibu yang berpengetahuan kurang namun tetap memberikan
sebanyak 9 orang (18,0%) karena ibu mendapat informasi dari petugas persalinan. maka
jumlah pengetahuan ibu tentang pemberian kolostrum pada kategori kurang sebanyak 33
orang (66,0%) dari 50 orang responden.sedangkan jumlah pengetahuan ibu tentang
pemberian kolostrum baik sebanyak 17 orang (34,0%) dari 50 orang total responden,
sedangkan jumlah pemberian kolostrum yang tidak memberikan sebanyak 31 (62,0%)
dari 50 orang total responden dan jumlah pemberian kolostrum yang masih memberikan
sebanyak 19orang (38,0%) dari 50 orang total responden.
Penelitian ini selaras dengan penelitian Eny rumiyati dimana nilai p = 0,000<
0.05 sehingga terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian kolostrum di
Rumah Bersalin AN-Nissa Surakarta.
Hal ini sesuai dengan pendapat Savitri (2006). Dengan pengetahuan ibu yang
baik tentang kolostrum menyebabkan ibu bersedia menyusui bayinya.
Menurut Notoadmodjo (2007), pendidikan mempengaruhi proses, belajar makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah seseorang tersebut untuk menerima informasi.
Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa. Namun perlu di tekankan bahwa seorang
yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
pengetahuan tidak hanya diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga diperoleh pada
pendidikan formal.
Dari hasil penelitian ini maka, peneliti berasumsi bahwa ibu yang berpengetahuan
kurang yang tidak memberikan kolostrum kemungkinan disebabkan karena kurangnya
pengetahuan ibu tentang kolostrum, sehingga ibu tidak memberikan kolostrum pada
bayinya. Jadi, walaupun seorang yang berpengetahuan tinggi belum tentu memberikan
kolostrum pada bayinya atau sebaliknya seorang yang berpengetahuan rendah akan
memberikan kolostrum pada bayinya. Kemudian pengetahuan ibu tentang kolostrum
kemungkinan bisa dipengaruhi oleh peran aktif petugas kesehatan seperti memberikan
penyuluhan tentang kolostrum.
Linda, T, 2013. Milk and colostrum book, penerbit PT Elex Media Komputindo,
Jakarta
Dinas Kesehatan Kota Gorontalo.. Data asi 2013
Wenas. W. 2012. Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu menyusui dengan
pemberian ASI ekslusif. Jurnal kesehatan.
(http:fkm.unsrat.ac.id diakses 25 januari 2014)
WHO.2007. data anak mengalami gizi kurang dan yang meninggal setiap tahun.
Eny, Rumiyati.2011. hubungan tingkat pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian
ASI pertama (kolostrum)
Baharudin. 2011. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan terhadap mp-ASI pada bayi
0-6 bulan.
Erniyati. 2012. Pemberian kolostrum pada suku karo.
Aminah. Siti. 2010. Pemberian kolostrum terhadap kejadian diare.