Anda di halaman 1dari 6

Alergi Makanan Pada Anak

November 22nd, 2010

Alergi Makanan Pada Anak


.

Dalam dekade terakhir ini ada kecenderungan


kasus alergi pada anak meningkat. Masalah alergi akan menjadi masalah yang cukup
dominan pada kesehatan anak di masa yang akan datang. Penyakit infeksi tampaknya akan
semakin berkurang karena semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pencegahan
penyakit infeksi. Kasus alergi pada anak belum banyak diperhatikan secara baik dan benar
baik oleh para orang tua atau sebagian kalangan dokter sekalipun.

Alergi pada anak tidak sesederhana seperti yang pernah diketahui. Sebelumnya kita sering
mendengar bahwa alergi itu gejala adalah batuk, pilek, sesak dan gatal. Padahal alergi dapat
menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan
berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Alergi pada anak sangat beresiko
untuk mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Epidemiologi

Di Inggris tahun 2000 dilaporkan 70% penderita alergi mengalami serangan alergi lebih dari
7 tahun Sekitar 50% orang dewasa mengetahui penyebab gejala alergi dalam 5 tahun, tetapi
22% menderita alergi sebe;um menemukan penyebabnya. Sebanyak 80% penderita alergi
mengalami gejala seumur hidupnya.

Di Amerika penderita alergi makanan sekitar 2 2,5% pada dewasa, pada anak sekitar 6
8%. Setiap tahunnya diperkirakan 100 hingga 175 orang meninggal karena alergi makanan.
Penyebab kematian tersebut biasanya karena anafilaktik syok, tersering karena kacang tanah.
Lebih 160 makanan dikaitkan dengan alergi makanan. Para ahli berpendapat penderita alergi
di negara berkembang mungkin lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat

Definisi Alergi

Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh
yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Tidak semua reaksi yang tidak diinginkan
terhadap makanan merupakan reaksi alergi murni, tetapi banyak dokter atau masyarakat
awam menggunakan istilah alergi makanan untuk semua reaksi yang tidak diinginkan dari
makanan, baik yang imunologik atau non imunologik. Batasan lebih jelas dibuat oleh
American Academy of Allergy and immunology,The National Institute of Allergy and
infections disease yaitu

1. Reaksi simpang makanan (Adverse food reactions)

Istilah umum untuk reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan. Reaksi ini
dapat merupakan reaksi sekunder terhadap alergi makanan (hipersensitifitas) atau intoleransi
makanan.

2. Alergi makanan (Food Allergy)

Alergi makanan adalah reaksi imunologik yang menyimpang.

3. Intoleransi Makanan (Food intolerance)

Intoleransi makanan adalah reaksi makanan nonimunologik dan merupakan sebagian besar
penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat disebabkan oleh
zat yang terkandung dalam makanan karena kontaminasi toksik (misalnya toksin yang
disekresi oleh Salmonella, Campylobacter dan Shigella, histamine pada keracunan ikan), zat
farmakologik yang terkandung dalam makanan misalnya tiramin pada keju, kafein pada kopi
atau kelainan pada pejamu sendiri seperti defisiensi lactase, maltase atau respon idiosinkrasi
pada pejamu

Mekanisme Terjadinya Alergi

Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan lambat tetapi
juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks dipengaruhi faktor genetik,
lingkungan dan pengontrol internal..

Alergen di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida dengan berat
molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan ensim proteolitik. Alergen makanan
dapat menimbulkan reaksi alergi.

Menurut cepat timbulnya reaksi maka alergi terhadap makanan dapat berupa reaksi cepat
(Immediate Hipersensitivity/rapid onset reaction) dan reaksi lambat (delayed onset reaction).

Immediate Hipersensitivity atau reaksi cepat terjadi berdasarkan reaksi hipersensitifitas tipe I
(Gell& Coombs). Terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah makan atau terhirup
pajanan alergi.

Delayed Hipersensitivity atau reaksi lambat terdapat 3 kemungkinan, yaitu terjadi


berdasarkan reaksi hipersensitifitas tipe I fase lambat, reaksi hipersensitifitas tipe III dan
reaksi hipersensitifitas tipe IV. Terjadi lebih dari 8 jam setelah terpapar allergen.

Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pengeluaran mediator yang
mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran. Organ sasaran tersebut misalnya
paru-paru maka manifestasi klinisnya adalah batuk atau asma bronchial, bila sasarannya kulit
akan terlihat sebagai urtikaria, bila organ sasarannya saluran pencernaan maka gejalanya
adalah diare dan sebagainya.

Penyebab Terjadinya Alergi

Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus,
pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus.

Faktor genetik

Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita . Bila ada orang tua,
keluarga atau kakek/nenek yang menederita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada
anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka dapat
menurunkan resiko pada anak sekitar 17 40%,. Bila ke dua orang tua alergi maka resiko
pada anak meningkat menjadi 53 - 70%.

Untuk mengetahui resiko alergi pada anak kita harus mengetahui bagaimana gejala alergi
pada orang dewasa. Gejala alergi pada orang dewasa juga bisa mengenai semua organ tubuh
dan sistem fungsi tubuh.

Imaturitas usus

Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya
alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan
denaturasi allergen. Secra imunologik sIgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada
lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur system
pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen
masuk ke dalam tubuh.

Pajanan alergi

Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik sudah dapat terjadi sejak bayi dalam
kandungan. Diketahui adanya IgE spesifik pada janin terhadap penisilin, gandum, telur dan
susu. Pajanan juga terjadi pada masa bayi. Pemberian ASI eksklusif mengurangi jumlah bayi
yang hipersensitif terhadap makanan pada tahun pertama kehidupan. Pemberian PASI
meningkatkan angka kejadian alergi

Tanda dan Gejala Alergi

Sistem Pernapasan : batuk, pilek, bersin, sesak (astma).

Sistem Pembuluh Darah dan jantung : palpitasi (berdebar-debar), flushing (muka ke


merahan), nyeri dada, pingsan, tekanan darah rendah, denyut jantung meningkat; tangan
hangat, kedinginan, nyeri dada.

Sistem Pencernaan : nyeri perut, sering diare, kembung, muntah, sering buang angin (flatus),
mulut berbau, lapar, haus, saliva meningkat, sariawan, lidah kotor, nyeri gigi, nyeri ulu hati,
kesulitan menelan, perut keroncongan, konstipasi, nyeri perut, kram perut, timbul lendir atau
darah dari rektum, anus gatal atau panas.
Kulit : dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam biru (seperti bekas terbentur) bekas hitam
seperti digigit nyamuk, kulit kaki dan tangan kering tapi wajah berminyak, sering
berkeringat.

Telinga Hidung Tenggorokan : hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, epitaksis, tidur
mendengkur, mendengus, tenggorokan nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara parau/serak,
batuk pendek (berdehem), telinga terasa penuh/ bergemuruh / berdenging, telinga bagian
dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau normal, gangguan
pendengaran hilang timbul, terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan di telinga tengah,
pusing, gangguan keseimbangan, pembesaran kelenjar di sekitar leher dan kepala belakang
bawah

Sistem Saluran Kemih dan kelamin : Sering kencing, nyeri kencing; tidak bisa mengontrol
kandung kemih, bedwetting; vaginal discharge; genitalia gatal/bengkak/kemerahan/nyeri;
nyeri bila berhubungan.

Sistem Susunan Saraf Pusat : sering sakit kepala, migrain, short lost memory (lupa nama
orang, barang sesaat), floating (melayang), kepala terasa penuh atau membesar, sering
mengantuk, malas bergerak, gangguan konsentrasi, mudah marah, sering cemas, panik,
overaktif, halusinasi, paranoid, bicara gagap, paralysis, impulsif (bila tertawa atau bicara
berlebihan), depresi, terasa kesepian, lemas (flu like symtomp).

Sistem Hormonal : kulit berminyak (atas leher), kulit kering (bawah leher), endometriosis,
Premenstrual Syndrome, kemampuan sex menurun, Chronic Fatique Symptom (sering
lemas), rambut rontok.

Jaringan otot dan tulang : nyeri tulang, nyeri otot, nyeri sendi, fatigue (kelelahan), kelemahan
otot, nyeri, bengkak, kemerahan lokal pada sendi, arthritis soreness, nyeri dada, otot bahu
tegang, otot leher tegang, spastik umum, gerak terbatas.

Gigi dan mulut : nyeri gigi atau gusi tanpa adanya infeksi pada gigi, gusi sering berdarah.
sering sariawan, bibir kering, sindrom oral dermatitis.

Mata : nyeri di dalam atau samping mata, mata berair, sekresi air mata berlebihan, kemerahan
dan edema palpebra, kadang mata kabur, diplopia, kehilangan kemampuan visus sementara,
hordeolum.

Penyebab Alergi

Gejala dan tanda alergi pada anak dapat ditimbulkan oleh adanya alergen sebagai penyebab
yang diterima oleh di antaranya adalah makanan seperti:

Daging ( ayam, itik, sapi ) telor ( ayam/puyuh, itik )


Ikan laut (cumi, udang, kepiting, salmon/tuna, ikan laut lainnya)
Coklat, kacang tanah, kacang hijau, susu sapi, keju, kecap
Buah-buahan ( terutama melon, semangka, mangga, rambutan , nanas, tomat, durian,
korma, duku, jeruk, pisang, pear , jagung dan lain-lain ).

Faktor Pencetus Alergi


Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor pencetus.
Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau hujan, kelelahan,
aktifitas berlebihan tertawa, menangis, berlari,olahraga. Faktor psikis berupa kecemasan,
sedih, stress atau ketakutan.

Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya
serangan alergi. Bila terdapat pencetus alergi disertai terpapar penyebab alergi maka
keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi bila tidak terkena penyebab
alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Hal ini yang dapat
menjelaskan kenapa suatu ketika meskipun dingin, kehujanan atau kelahan seorang penderita
asma tidak kambuh. Berarti saat itu penderita tersebut sementara terhindar dari penyebab
alergi seperti makanan, debu dan sebagainya.

Pemeriksaan Penunjang

Uji Kulit Alergi

Uji kulit dapat dilakukan dengan uji gores (scratch test), uji tusuk (prick test) dan uju suntik
intradermal (intrademal test). Dapat dilakukan sebagai pemeriksaan penyaring dengan
menggunkan ekstrak allergen yang ada di lingkungan penderita seperti debu, bulu kucing,
susu, telur, coklat, kacang dan lain-lain. Uji kulit sangatlah terbatas nilai diagnostiknya,
karena hanya bisa mendiagnosis alergi makanan tipe 1 (tipe cepat). Hasil uji kulit bukanlah
hasil ahkir atau penentu diagnosis.

Pemeriksaan Lainnya

Darah tepi, foto toraks, ige total dan spesifik dan pemeriksaan penunjang lainnya (lemak
tinja, immunoglobulin, antibody monoclonal dalam sirkulasi, pelepasan histamine oleh
basofil (Basofil histamine release assay/BHR), kompleks imun dan imunitas seluler,
Intestinal mast cell histamine release (IMCHR), provokasi intra gastral melalui endoskopi,
biopsy usus setelah dan sebelum pemberian makanan)

Diagnosis Alergi

Diagnosis dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa dan pemeriksaan yang cermat
tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak
bayi dan dengan eliminasi dan provokasi. Diagnosis alergi makanan tidak ditegakkan
berdasarkan test alergi, karena validitasnya sangat terbatas. Hasil tes alergi positif belum
tentu mengalami alergi makanan. Demikian pula sebaliknya hasil negative belum tentu tidak
alergi makanan tersebut.

Jenis alergi makanan di tiap Negara berbeda tergantung usia dan kebiasaan makan makanan
tertentu. Alergi makanan pada bayi di Amerika Serikat terbanyak disebabkan karena protein
susu sapi, sereal, telur, ikan dan kedelai. Pada usia lebih tua coklat, kacang tanah lebih
berperanan.

Penatalaksanaan Alergi

Penanganan alergi pada anak haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan
berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan
alergi, tetapi yang paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan
alergi tersebut.

Penghindaran makanan penyebab alergi pada anak harus dicermati secara benar, karena
beresiko untuk terjadi gangguan gizi. Sehingga orang tua penderita harus diberitahu tentang
makanan pengganti yang tak kalah kandungan gizinya dibandingklan dengan makanan
penyebab alergi. Penghindaran terhadap susu sapi dapat diganti dengan susu soya, formula
hidrolisat kasein atau hidrolisat whey., meskipun anak alergi terhadap susu sapi 30%
diantaranya alergi terhadap susu soya. Sayur dapat dipakai sebagai pengganti buah. Tahu,
tempe, daging sapi atau daging kambing dapat dipakai sebagai pengganti telur, ayam atau
ikan. Pemberian makanan jadi atau di rumah makan harus dibiasakan mengetahui kandungan
isi makanan atau membaca label makanan.

Daftar Pustaka

Ellen W. Cutler.The Food Allergy Cure: A New Solution to Food Cravings, Obesity,
Depression, Headaches, Arthritis, & Fatigue.London 2003.

Hill DJ, Firer MA, Shelton MJ, Hosking CS. Manifestations of milk allergy in infancy:
clinical and immunologic findings. J Pediatr 1986;109:270-6.

Hill DJ, Hosking CS, Heine RG. Clinical spectrum of food allergy in children in Australia
and South-East Asia: identification and targets for treatment. Ann Med. 1999;31(4):272-281.

Judarwanto W. General manifestation of allergy in children under 5 years, 2003.


(unpublished)

Rance R, Kanny G, Dutau G, Moneret Vautrin DA. Food allergens in children. Arch Pediatr.
1999;6(Suppl1):61S-66S.

Walker-Smith JA, Ford RP, Phillips AD. The spectrum of gastrointestinal allergies to food.
Ann Allergy 1984;53:629-36.

Tags: alergi, Alergi Makanan Pada Anak, Penyebab Alergi

Anda mungkin juga menyukai