Anda di halaman 1dari 19

22 Hadits Tentang Kemuliaan Bulan Ramadhan

Posted: Agustus 21, 2011 in Religi


Tag:hadits, puasa, ramdhan
4

58 Votes

Berikut hadist-hadist Nabi Muhammad SAW yang berhubungan dengan bulan suci ramadhan,
semoga dapat menambah keimanan kita Kepada Allah SWT.

Hadist 1



.

Jika tiba bulan Ramadhan, maka dibuka pintu-pintu syurga dan ditutup pintu-pintu neraka dan
dibelenggu semua syaitan (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadist 2
.

Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (ridha
Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu (HR. Bukhari).

Hadist 3

: .

Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak doanya mereka: orang yang berpuasa hingga
berbuka, pemimpin yang adil dan donya orang yang dizalimi (HR. Tirmidzi).

Hadist 4

:


.

Tiga perkara, barangsiapa hal itu ada pada dirinya, berarti ia menyempurnakan imannya: (1)
seseorang yang tidak pernah takut demi agama Allah pada kecaman si pengecam (2) tidak riya
dengan sesuatu dari amalnya, (3) apabila dua perkara dihadapkan kepadanya, salah satu untuk
dunia dan yang lain untuk akhirat, maka ia memilih urusan akhirat daripada urusan dunia (HR.
Ibnu Asakir dari Abu Hurairah ra).
Hadist 5

:
.

Sesungguhnya Allah ridha untuk kamu tiga perkara: (1) kamu beribadah kepada-Nya dan tidak
mempersekutukan sesuatu dengan-Nya. (2) kamu berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak
bercerai berai (3) kamu menasihati dengan tulus terhadap orang yang diangkat oleh Allah
menguasai urusanmu (HR. Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah).

Hadist 6

Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Setiap hamba
yang berpuasa di jalan Allah, Allah akan menjauhkannya dari api Neraka sejauh perjalanan tujuh
puluh tahun [Bukhari-Muslim]

Hadist 7

Diriwayatkan dari Sahl bin Saad r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya di
dalam Surga itu terdapat pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang yang berpuasa akan masuk
melalui pintu tersebut pada Hari Kiamat kelak. Tidak boleh masuk seorangpun kecuali mereka.
Kelak akan ada pengumuman: Di manakah orang yang berpuasa? Mereka lalu berduyun-duyun
masuk melalui pintu tersebut. Setelah orang yang terakhir dari mereka telah masuk, pintu tadi
ditutup kembali. Tiada lagi orang lain yang akan memasukinya [Bukhari-Muslim]

Hadist 8

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan,
maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu neraka dan setan-setan dibelenggu (Nomor
hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1793)

Hadist 9

Wajib berpuasa Ramadan jika melihat hilal awal Ramadan dan berhenti puasa jika melihat hilal
awal Syawal. Jika tertutup awan, maka hitunglah 30 hari. (Hadis riwayat Ibnu Umar ra)

Hadist 10

Dari Nabi saw. bahwa beliau menyebut-nyebut tentang bulan Ramadan sambil mengangkat
kedua tangannya dan bersabda: Janganlah engkau memulai puasa sebelum engkau melihat hilal
awal bulan Ramadhan dan janganlah berhenti puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan
Syawal. Apabila tertutup awan, maka hitunglah (30 hari) (Nomor hadis dalam kitab Sahih
Muslim: 1795)

Hadist 11
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Janganlah engkau
berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadan, kecuali bagi seorang yang biasa berpuasa, maka
baginya silakan berpuasa. (Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1812)

Hadist 12

Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w
bersabda: Tidak boleh berpuasa pada dua hari tertentu, iaitu Hari Raya Korban (Aidiladha) dan
hari berbuka dari bulan Ramadan (Aidilfitri) [Bukhari-Muslim]

Hadist 13

Diriwayatkan daripada Anas r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Hendaklah kamu bersahur
karena dalam bersahur itu ada keberkatannya [Bukhari-Muslim]

Hadist 14

Diriwayatkan daripada Umar r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah bersabda: Apabila datang
malam, berlalulah siang dan tenggelamlah matahari. Orang yang berpuasa pun bolehlah
berbuka [Bukhari-Muslim]

Hadist 15

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila seseorang
daripada kamu sedang berpuasa pada suatu hari, janganlah berbicara tentang perkara yang keji
dan kotor. Apabila dia dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaklah dia berkata:
Sesungguhnya hari ini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku berpuasa [Bukhari-Muslim]

Hadist 16

Dari Abu Hurairah ra: katanya Rasulullah saw berabda: Barang siapa tidak meninggalkan
ucapan dusta dan berbuat jahat (padahal dia puasa), maka Allah tidak butuh ia meninggalkan
makan dan minum [Bukhari]

Hadist 17

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Seorang lelaki datang menemui Rasulullah s.a.w
lalu berkata: Celakalah aku wahai Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w bertanya: Apakah yang
telah membuatmu celaka?

Lelaki itu menjawab: Aku telah bersetubuh dengan isteriku pada siang hari di bulan Ramadan.

Rasulullah s.a.w bertanya: Mampukah kamu memerdekakan seorang hamba? Lelaki itu
menjawab: Tidak.
Rasulullah s.a.w bertanya: Mampukah kamu berpuasa selama dua bulan berturut-turut? Lelaki
itu menjawab: Tidak.

Rasulullah s.a.w bertanya lagi: Mampukah kamu memberi makan kepada enam puluh orang fakir
miskin? Lelaki itu menjawab: Tidak. Kemudian duduk. 3f

Rasulullah SAW kemudian memberikan kepadanya suatu bekas yang berisi kurma lalu bersabda:
Sedekahkanlah ini.

Lelaki tadi berkata: Tentunya kepada orang yang paling miskin di antara kami. Tiada lagi di
kalangan kami di Madinah ini yang lebih memerlukan dari keluarga kami.

Mendengar ucapan lelaki itu Rasulullah s.a.w tersenyum sehingga kelihatan sebahagian giginya.
Kemudian baginda bersabda: Pulanglah dan berilah kepada keluargamu sendiri [Bukhari-
Muslim]

Hadist 18

Diriwayatkan daripada Aisyah dan Ummu Salamah r.a, kedua-duanya berkata:: Nabi s.a.w
bangkit dari tidur dalam keadaan berjunub bukan dari mimpi kemudian meneruskan puasa
[Bukhari-Muslim]

Hadist 19

Barang siapa yang berpuasa sehari pada jalan Allah niscaya Allah akan manjauhkan mukanya
dari api neraka (sejauh perjalanan) 70 tahun. (Hadist riwayat Al-Bukhari)

Hadist 20

Di dalam syurga terdapat satu pintu yang disebut Ar-Rayyan; pada hari Kiamat orang-orang
yang berpuasa masuk daripadanya (dan) tidak seorang pun selain mereka memasukinya..
(Hadist riwayat Al-Bukhari)

Hadist 21

Puasa itu perisai yang dipergunakan seorang hamba untuk membentengi dirinya dari siksaan
neraka. (Hadist riwayat Imam Ahmad)

Hadist 22

Segala amal kebajikan anak Adam itu dilipat-gandakan pahalanya kepada sepuluh hinggalah ke
700 kali ganda. Allah berfirman: Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan
Aku memberikan balasan kepadanya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makan
minumnya karena Aku. (Hadist riwayat Muslim)
Hadits-hadits Shahih Seputar Bulan dan Shaum
Ramadhan
Abu Ahmad / July 4, 2013

Beberapa hari lagi bulan Syaban akan meninggalkan kita dan tibalah Ramadhan, bulan penuh
berkah. Sudah waktunya kita lebih mempersiapkan diri kita secara fisik dan mental agar di bulan
Ramadhan nanti kita bisa memperbanyak ibadah dan amal-amal shalih kita. Berikut akan kami
ketengahkan beberapa hadits-hadits shahih dan hasan seputar bulan dan puasa Ramadhan yang
kami kutip dari berbagai sumber kitab hadits.

1)









Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Ayyuub, Qutaibah dan Ibnu Hujr, mereka berkata,
telah menceritakan kepada kami Ismaaiil -dia adalah Ibnu Jafar-, dari Abu Suhail, dari
Ayahnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam
bersabda, Jika telah datang bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga akan dibuka, pintu-pintu
neraka akan ditutup dan setan-setan akan dibelenggu dengan rantai.
[Shahiih Muslim no. 1080; Shahiih Al-Bukhaariy no. 1898]

2)











Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Al-Alaa bin Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Ayyaasy, dari Al-Amasy, dari Abu Shaalih, dari Abu
Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Jika telah datang
malam pertama di bulan Ramadhan maka setan-setan dan jin yang jahat akan dirantai, pintu-
pintu neraka akan ditutup dan tidak akan terbuka darinya satu pintupun, pintu-pintu surga akan
dibuka dan tidak akan tertutup darinya satu pintupun, dan seorang penyeru akan menyerukan,
Wahai para pencari kebaikan, bersegeralah (menuju kebaikan), wahai para pencari keburukan,
berhentilah (dari keburukan), Allah membebaskan (seorang hamba) dari api neraka pada setiap
malam (di bulan Ramadhan).
[Jaami At-Tirmidziy no. 682; Sunan Ibnu Maajah no. 1339] Sanadnya terdapat illat dari
Abu Bakr bin Ayyaasy[1], namun ia hasan lighairihi dengan syawahid. Syaikh Al-Albaaniy
menghasankannya dalam Shahiih At-Targhiib no. 998.

3)

Telah mengkhabarkan kepada kami Bisyr bin Hilaal, telah menceritakan kepada kami Abdul
Waarits, dari Ayyuub, dari Abu Qilaabah, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu
alaihi wasallam bersabda, Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh
keberkahan. Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada kalian berpuasa didalamnya, di bulan
itu pintu-pintu langit akan dibuka dan pintu-pintu neraka akan ditutup, di bulan itu setan-setan
jahat akan diikat. Demi Allah, di bulan itu ada malam yang lebih baik daripada seribu bulan,
barangsiapa terhalang mendapatkan kebaikannya maka sungguh ia telah terhalang.
[Sunan An-Nasaaiy no. 2106] Sanadnya mursal jayyid[2]. Akan tetapi ia hasan lighairihi
dengan mutabaat dari hadits yang telah lewat dan dengan syaahid yang akan datang berikut.
Syaikh Al-Albaaniy menshahihkannya dalam Shahiih At-Targhiib no. 999

4)




Telah menceritakan kepada kami Abu Badr Abbaad bin Al-Waliid, telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Bilaal, telah menceritakan kepada kami Imraan Al-Qaththaan, dari
Qataadah, dari Anas bin Maalik, ia berkata, ketika memasuki bulan Ramadhan maka Rasulullah
Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya bulan ini sungguh telah hadir pada
kalian, dan didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa
yang terhalang (mendapat kebaikannya) maka sungguh ia telah terhalang dari kebaikan, dan
tidaklah dihalangi kebaikannya kecuali bagi yang terhalang (dari kebaikan).
[Sunan Ibnu Maajah no. 1644] Sanadnya hasan. Dihasankan Syaikh Al-Albaaniy dalam
Shahiih At-Targhiib no. 1000, beliau berkata hasan shahih.

5)













Telah menceritakan kepada kami Suraij bin An-Numaan, telah menceritakan kepada kami Nuuh
bin Qais, dari Nashr bin Aliy Al-Jahdhamiy, dari An-Nadhr bin Syaibaan Al-Huddaaniy, dari
Abu Salamah bin Abdurrahman, aku (An-Nadhr) berkata kepada Abu Salamah, ceritakanlah
kepadaku hadits dari Ayahmu yang ia dengar dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, Abu
Salamah menjawab, (jika) bulan Ramadhan datang maka Rasulullah Shallallaahu alaihi
wasallam bersabda, Bulan Ramadhan adalah bulan yang Allah wajibkan kalian untuk berpuasa,
dan aku telah mensunnahkan kaum muslimin untuk shalat malam didalamnya, maka barangsiapa
berpuasa dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, niscaya dosa-dosanya akan keluar
)(darinya bagaikan hari ketika ia baru dilahirkan ibunya.
[Musnad Ahmad no. 1691] Sanadnya dhaif[3], akan tetapi hadits ini hasan lighairihi dengan
syawahidnya. Syaikh Ahmad Syaakir menshahihkannya dalam Taliiq Musnad Ahmad 3/142.

)6






Telah menceritakan kepada kami Aliy bin Abdillaah, telah menceritakan kepada kami Sufyaan,
ia berkata, kami telah menghafalnya dan sungguh ia berasal dari Az-Zuhriy, dari Abu Salamah,
dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallaahu alaihi wasallam, beliau bersabda,
Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan (kepada Allah) dan mengharap pahala maka
akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu, dan barangsiapa yang menegakkan Lailatul Qadr
dengan keimanan (kepada Allah) dan mengharap pahala maka akan diampuni dosa-dosanya yang
terdahulu.
][Shahiih Al-Bukhaariy no. 2014; Shahiih Muslim no. 761

)7

















Telah menceritakan kepada kami Ibraahiim bin Muusaa, telah mengkhabarkan kepada kami
Hisyaam bin Yuusuf, dari Ibnu Juraij, ia berkata, telah mengkhabarkan kepadaku Athaa, dari
Abu Shaalih Az-Zayyaat, bahwasanya ia mendengar Abu Hurairah radhiyallahu anhu
mengatakan, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Semua amalan anak Adam
adalah untuknya kecuali puasa karena sesungguhnya puasa adalah untukKu dan Akulah yang
akan membalasnya, puasa adalah taman-taman surga, jika suatu hari salah seorang dari kalian
berpuasa maka janganlah ia berbuat buruk dan mengumpat, jika ada seseorang yang
menghinanya atau mengajaknya berkelahi, maka katakanlah, sesungguhnya aku sedang
berpuasa. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, bau mulut orang yang sedang
berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma misik, dan bagi orang yang berpuasa ada dua
kegembiraan yang dengan keduanya ia akan bergembira, yaitu jika ia berbuka puasa maka ia
akan gembira dan jika ia bertemu Rabbnya, ia akan gembira dengan sebab puasanya.
][Shahiih Al-Bukhaariy no. 1904; Shahiih Muslim no. 1152

)8

















Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami
Abu Muaawiyah dan Wakii, dari Al-Amasy, -dalam jalur periwayatan yang lain- telah
menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Jariir, dari Al-
Amasy, -dalam jalur periwayatan yang lain- telah menceritakan kepada kami Abu Saiid Al-
Asyaj -dan lafazh miliknya-, telah menceritakan kepada kami Wakii, telah menceritakan kepada
kami Al-Amasy, dari Abu Shaalih, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah
Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan
(pahalanya), sebuah kebaikan akan dilipatgandakan dengan sepuluh kali semisalnya hingga tujuh
ratus kali lipat. Allah Azza wa Jalla berfirman, Kecuali puasa karena sesungguhnya puasa
adalah untukKu dan Akulah yang akan membalasnya, karena ia telah meninggalkan syahwat dan
makanannya karena Aku. Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, kegembiraan
ketika ia berbuka puasa dan kegembiraan ketika ia berjumpa dengan Rabbnya, bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma misik.
[Shahiih Muslim no. 1153; Sunan Ibnu Maajah no. 1638]

9)











Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Daawud, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Lahiiah, dari Huyay bin Abdillaah, dari Abu Abdurrahman Al-Hubuliy, dari Abdullaah bin
Amr, bahwasanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Puasa dan Al-Quran
keduanya akan memberikan syafaat kepada seorang hamba di hari kiamat, puasa berkata,
Wahai Rabb, aku telah mencegahnya dari makanan dan nafsu syahwat di siang hari, maka
izinkan aku memberi syafaat padanya, dan Al-Quran berkata, Aku telah mencegahnya dari
tidur di malam hari, maka izinkan aku memberi syafaat padanya. Rasulullah melanjutkan,
Maka keduanya diizinkan memberi syafaat.
[Musnad Ahmad no. 6589] Syaikh Al-Albaaniy menghasankannya dalam Shahiih At-Targhiib
no. 984, namun ada pembicaraan dalam sanadnya[4].

10)





Telah menceritakan kepadaku Abu Ath-Thaahir dan Haaruun bin Saiid Al-Ailiy, keduanya
berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahb, dari Abu Shakhr, bahwasanya Umar bin
Ishaq maulaa Zaaidah telah menceritakan kepadanya, dari Ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam pernah bersabda, Shalat lima waktu, shalat Jumat
hingga ke Jumat berikutnya, dan puasa Ramadhan hingga ke Ramadhan berikutnya, adalah
kaffarat (penebus dosa) apa yang ada diantara keduanya selama ia menghindari dosa-dosa besar.
[Shahiih Muslim no. 236]

11)





Telah menceritakan kepada kami Aadam bin Abu Iyaas, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Abi Dzib, telah menceritakan kepada kami Saiid Al-Maqburiy, dari Ayahnya, dari Abu
Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda,
Barangsiapa yang tidak menahan perkataan keji dan perbuatan buruk didalamnya, maka Allah
tidak butuh (orang itu) menahan makan dan minumnya.
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1903; Sunan Abu Daawud no. 2362]

12)


: :
:
: : ! .
:
: .
:
:

Telah menceritakan kepada kami Ar-Rabii bin Sulaimaan, telah mengkhabarkan kepada kami
Ibnu Wahb, telah mengkhabarkan kepada kami Sulaimaan -dia adalah Ibnu Bilaal-, dari Katsiir
bin Zaid, dari Al-Waliid bin Rabaah, dari Abu Hurairah bahwa suatu hari Rasulullah Shallallaahu
alaihi wasallam naik mimbar dan beliau bersabda, Aamiin, aamiin, aamiin. Ditanyakan
kepada beliau, Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu mengatakan seperti itu? Beliau
bersabda, Jibriil berkata kepadaku, Semoga Allah menghinakan seorang hamba yang setelah
memasuki Ramadhan, Allah belum mengampuni dirinya. Maka aku katakan, Aamiin.
Kemudian Jibriil berkata, Terhinalah seorang hamba yang mendapati kedua orangtuanya masih
hidup atau salah satu dari keduanya akan tetapi tidak dapat membuatnya masuk surga. Maka
aku katakan, Aamiin. Kemudian Jibriil berkata, Terhinalah seorang hamba ketika namamu
disebut di sisinya, ia tidak bershalawat kepadamu. Maka aku katakan, Aamiin.
[Shahiih Ibnu Khuzaimah 3/192; Al-Aadabul Mufrad no. 646] Sanadnya shahih lighairihi.
Telah lewat pembahasannya di Hadits Bermaaf-maafan di Bulan Ramadhan.

13)




: :

:

Telah mengkhabarkan kepadaku Muhammad bin Abdillaah bin Abdil Hakam, bahwasanya
Ibnu Wahb mengkhabarkan kepada mereka, dan telah mengkhabarkan kepadaku Anas bin
Iyaadh, dari Al-Haarits bin Abdurrahman, dari Pamannya, dari Abu Hurairah, ia berkata,
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Puasa bukanlah hanya menahan diri dari
makan dan minum, sesungguhnya puasa adalah menahan diri dari perkataan dan perbuatan kotor,
maka jika ada seseorang yang menghina atau berbuat bodoh kepadamu, katakanlah,
sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa.
[Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 1872; Al-Mustadrak 1/430] Didalam sanadnya ada paman Al-
Haarits[5], dan hadits ini shahih lighairihi dengan syawahidnya. Dishahihkan Syaikh Al-
Albaaniy dalam Shahiih Al-Mawaarid no. 741.

14)







Telah menceritakan kepada kami Amr bin Raafi, telah menceritakan kepada kami Abdullaah
bin Al-Mubaarak, dari Usaamah bin Zaid, dari Saiid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia
berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Berapa banyak orang yang berpuasa
namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar, dan berapa banyak orang
yang shalat malam namun tidak mendapatkan apa-apa dari shalat malamnya selain menahan
kantuk.
[Sunan Ibnu Maajah no. 1690] Sanadnya hasan. Syaikh Al-Albaaniy berkata hasan shahih
dalam Shahiih Ibnu Maajah no. 1380.



15)

Telah menceritakan kepada kami Hannaad, telah menceritakan kepada kami Abdurrahiim, dari
Abdul Malik bin Abu Sulaimaan, dari Athaa, dari Zaid bin Khaalid Al-Juhaniy, ia berkata,
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Barangsiapa yang memberi makan untuk
berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya pahala yang semisal (orang yang berpuasa)
dengan tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.
[Jaami At-Tirmidziy no. 807] Sanadnya hasan. Dishahihkan Syaikh Al-Albaaniy dalam
Shahiih At-Targhiib no. 1078.

dan dalam lafazh Ibnu Khuzaimah :

Barangsiapa mempersiapkan orang yang berperang, atau mempersiapkan orang yang berhaji,
atau menggantikannya mengurus keluarganya, atau memberi makan untuk berbuka bagi orang
yang berpuasa, maka baginya pahala yang semisal dengan mereka dengan tanpa mengurangi
pahala mereka sedikitpun.
[Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 1930]

16)


Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepada kami
Abdurrazzaaq, telah menceritakan kepada kami Jafar bin Sulaimaan, telah menceritakan
kepada kami Tsaabit Al-Bunaaniy bahwa ia mendengar Anas bin Maalik mengatakan, Dahulu
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam berbuka puasa dengan beberapa butir kurma muda
(ruthb atau kurma basah) sebelum melakukan shalat (Maghrib). Jika beliau tidak menemukan
beberapa kurma muda maka beliau berbuka dengan beberapa butir kurma matang (tamr atau
kurma kering). Jika beliau tidak menemukannya, maka beliau berbuka dengan beberapa teguk
air.
[Sunan Abu Daawud no. 2356] Sanadnya hasan. Dihasankan Syaikh Al-Albaaniy dalam
Silsilatu Ash-Shahiihah no. 2840.
17)





Telah menceritakan kepada kami Khaalid bin Makhlad, telah menceritakan kepada kami
Sulaimaan bin Bilaal, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Haazim, dari Sahl
radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallaahu alaihi wasallam, beliau bersabda, Sesungguhnya
didalam surga ada sebuah pintu yang dinamakan Ar-Rayyaan yang pada hari kiamat akan
dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa dan tidak akan dimasuki oleh satu orang pun selain
mereka. Dikatakan, mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka berdiri dan tidaklah ada
seorang pun yang memasuki pintu tersebut selain mereka. Jika mereka telah masuk maka pintu
akan ditutup sehingga tidak ada seorang pun yang bisa memasukinya lagi.
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1896; Shahiih Muslim no. 1154]

18)












Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh Al-Mishriy, telah memberitakan kepada
kami Al-Laits bin Sad, dari Yaziid bin Abu Habiib, dari Saiid bin Abu Hind bahwasanya
Mutharrif -dari bani Aamir bin Shashaah- menceritakan kepadanya bahwa Utsmaan bin Abu
Al-Aash Ats-Tsaqafiy memanggilnya untuk meminum susu yang ia tuang. Mutharrif berkata,
Sesungguhnya aku sedang berpuasa. Utsmaan berkata, Aku mendengar Rasulullah
Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Puasa adalah perisai dari api neraka bagaikan perisai
salah seorang dari kalian dalam peperangan.
[Sunan Ibnu Maajah no. 1639; Musnad Ahmad no. 15844] Sanadnya shahih. Dishahihkan
Syaikh Muqbil Al-Waadiiy dalam Shahiihul Musnad no. 929, Syaikh Al-Albaaniy dalam
Shahiih At-Targhiib no. 982.

19)

: :






:


:












Telah mengkhabarkan kepada kami Ahmad bin Al-Hasan bin Abdul Jabbaar Ash-Shuufiy, telah
menceritakan kepada kami Yahyaa bin Maiin, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam bin
Naafi, dari Syuaib bin Abu Hamzah, dari Abdullaah bin Abdurrahman bin Abu Husain, dari
Iisaa bin Thalhah, ia berkata, aku mendengar Amr bin Murrah Al-Juhaniy berkata, datang
seorang lelaki kepada Nabi Shallallaahu alaihi wasallam, lelaki itu berkata, Wahai Rasulullah,
bagaimana menurutmu jika aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah,
dan engkau adalah Rasulullah, aku shalat lima waktu (dalam sehari), aku membayar zakat, aku
puasa Ramadhan dan aku berdiri untuk shalat malam didalamnya, termasuk golongan apakah
aku? Rasulullah bersabda, Termasuk golongan Ash-Shiddiqiin dan Asy-Syuhadaa.
[Shahiih Ibnu Hibbaan no. 3438; Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 2064] Sanadnya shahih.
Syaikh Al-Albaaniy menshahihkannya dalam Shahiih At-Targhiib no. 1003.
)20































Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Ayyuub, Qutaibah bin Saiid dan Aliy bin Hujr,
semuanya dari Ismaaiil, Ibnu Ayyuub berkata, telah menceritakan kepada kami Ismaaiil bin
Jafar, telah mengkhabarkan kepadaku Sad bin Saiid bin Qais, dari Umar bin Tsaabit bin Al-
Haarits Al-Khazrajiy, dari Abu Ayyuub Al-Anshariy radhiyallahu anhu bahwa ia menceritakan
haditsnya, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Barangsiapa yang berpuasa
Ramadhan kemudian mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwaal, maka ia
bagaikan berpuasa sepanjang masa.
][Shahiih Muslim no. 1165

)21







Telah menceritakan kepada kami Aadam bin Abu Iyaas, telah menceritakan kepada kami
Syubah, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziiz bin Shuhaib, ia berkata, aku mendengar
Anas bin Maalik radhiyallahu anhu berkata, Nabi Shallallaahu alaihi wasallam bersabda,
Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya didalam sahur terdapat keberkahan.
][Shahiih Al-Bukhaariy no. 1923; Shahiih Muslim no. 1098

)22







Telah menceritakan kepada kami Ismaaiil, dari Hisyaam Ad-Dastuwaaiy, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahyaa bin Abu Katsiir, dari Abu Rifaaah, dari Abu Saiid Al-
Khudriy, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Makan sahur semua
adalah berkah, maka janganlah kalian meninggalkannya walaupun salah seorang dari kalian
hanya sahur dengan seteguk air, karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla dan para
malaikatNya bershalawat kepada orang-orang yang sahur.
[Musnad Ahmad no. 10702] Sanadnya dhaif[6], namun menjadi hasan lighairihi dengan
mutabaatnya. Dihasankan Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahiih At-Targhiib no. 1070.

)23
















Telah mengkhabarkan kepada kami Ubaidullaah bin Saiid, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Al-Fudhail, dari Daawud bin Abi Hind, dari Al-Waliid bin
Abdirrahman, dari Jubair bin Nufair, dari Abu Dzar, ia berkata, kami berpuasa bersama
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam pada bulan Ramadhan dan beliau tidak bangun (shalat
malam) bersama kami hingga tersisa tujuh hari dari bulan tersebut, kemudian beliau shalat
bersama kami hingga berlalulah sepertiga malam, lalu beliau kembali tidak shalat bersama kami
pada (sisa) hari keenam. Beliau shalat bersama kami pada hari kelima hingga berlalu setengah
malam, aku berkata, Wahai Rasulullah, bagaimana jika kau jadikan nafilah pada sisa malam ini
bersama kami? Beliau bersabda, Sesungguhnya barangsiapa yang shalat bersama imam hingga
selesai maka akan dicatat oleh Allah pahala shalat semalam penuh. Kemudian beliau tidak
shalat bersama kami hingga tersisa tiga hari dari bulan tersebut, dan beliau shalat bersama kami
pada malam ketiga, beliau mengumpulkan keluarganya dan istri-istrinya hingga kami takut
kehilangan al-falaah. Perawi bertanya, Apakah al-falaah? Abu Dzar menjawab, Yaitu waktu
sahur.
[Sunan An-Nasaaiy no. 1605; Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 2060] Sanadnya shahih. Syaikh
Muqbil Al-Waadiiy dalam Shahiihul Musnad no. 280 berkata, Shahih sesuai syarat Muslim.

24)












Telah menceritakan kepada kami Abdaan, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami
Abdullaah, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Yuunus, dari Az-Zuhriy, -dalam jalur
riwayat yang lain- telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Muhammad, ia berkata, telah
mengkhabarkan kepada kami Abdullaah, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Yuunus
dan Mamar, dari Az-Zuhriy yang semakna dengannya, ia berkata, telah mengkhabarkan
kepadaku Ubaidullaah bin Abdullaah, dari Ibnu Abbaas, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu
alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut dan beliau lebih lembut lagi pada bulan
Ramadhan ketika Jibriil menemuinya pada setiap malam bulan Ramadhan untuk mengajarkan
beliau Al-Quran, dan Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam sungguh lebih lembut daripada
angin yang berhembus.
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 6; Shahiih Muslim no. 2309]

25)







Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Saiid, telah menceritakan kepada kami Ismaaiil
bin Jafar, telah menceritakan kepada kami Abu Suhail, dari Ayahnya, dari Aaisyah radhiyallahu
anha, bahwasanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Kalian carilah Lailatul
Qadr pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2017; Shahiih Muslim no. 1170]

26)


















Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Haatim dan Ibnu Abu Umar, keduanya dari
Ibnu Uyainah, Ibnu Haatim berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyaan bin Uyainah,
dari Abdah dan Aashim bin Abu An-Nujuud, keduanya mendengar Zirr bin Hubaisy berkata,
aku bertanya kepada Ubay bin Kab radhiyallahu anhu, Sesungguhnya saudaramu, Ibnu
Masuud mengatakan bahwa barangsiapa yang shalat malam selama setahun penuh maka ia akan
memperoleh Lailatul Qadr. Ubay berkata, Semoga Allah merahmatinya! Ia menginginkan
agar manusia bertawakkal sedangkan ia benar-benar telah mengetahui bahwasanya Lailatul Qadr
ada pada bulan Ramadhan, pada sepuluh hari terakhirnya di malam kedua puluh tujuh.
Kemudian Ubay bersumpah bahwasanya ia (Lailatul Qadr) ada pada malam kedua puluh tujuh.
Aku (Zirr) bertanya, Dengan apakah kau mengatakan itu wahai Abul Mundzir? Ubay
menjawab, Dengan tanda-tanda yang telah dikhabarkan Rasulullah Shallallaahu alaihi
wasallam kepada kami bahwa pada hari itu matahari terbit dengan sinarnya yang tidak
menyengat.
[Shahiih Muslim no. 1171]

27)









Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Al-
Mufadhdhal, dari Humaid, ia berkata, Anas berkata, telah menceritakan kepadaku Ubaadah bin
Ash-Shaamit, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam keluar untuk mengkhabarkan
kepada manusia mengenai Lailatul Qadr, akan tetapi ada dua orang laki-laki dari kaum muslimin
sedang berselisih. Maka Nabi Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Aku keluar untuk
mengkhabarkan kepada kalian akan tetapi fulaan dan fulaan saling berselisih sehingga
diangkatlah kembali (Lailatul Qadr tersebut) dan aku berharap hal itu lebih baik bagi kalian,
maka carilah ia pada malam kedua puluh sembilan, dua puluh tujuh atau dua puluh lima.
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 6049; Musnad Ahmad no. 22256]

28)






Telah menceritakan kepada kami Aliy bin Abdillaah, telah menceritakan kepada kami Sufyaan,
dari Abu Yafuur, dari Abu Adh-Dhuhaa, dari Masruuq, dari Aaisyah radhiyallahu anha, ia
berkata, Dahulu Nabi Shallallaahu alaihi wasallam jika telah memasuki sepuluh hari terakhir
(bulan Ramadhan) maka beliau mengencangkan sarungnya, beliau menghidupkan malam-
malamnya (dengan ibadah) dan beliau membangunkan keluarganya.
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2024]

29)


















Telah menceritakan kepada kami Ismaaiil, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Maalik, dari
Yaziid bin Abdillaah bin Al-Haad, dari Muhammad bin Ibraahiim bin Al-Haarits At-Taimiy, dari
Abu Salamah bin Abdurrahman, dari Abu Saiid Al-Khudriy radhiyallahu anhu, bahwa
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam dahulu beritikaf pada sepuluh malam pertengahan
Ramadhan dan orang-orang mengikutinya, hingga apabila sampai pada malam kedua puluh satu
yaitu malam beliau kembali ke tempat itikafnya, beliau bersabda, Barangsiapa yang telah
beritikaf bersamaku maka hendaklah ia melanjutkan itikafnya hingga sepuluh hari terakhir, dan
sungguh aku telah melihat malam (Lailatul Qadr) ini namun kemudian aku melihat diriku terlupa
mengenainya, maka carilah ia pada sepuluh malam terakhir dan carilah pada malam-malam yang
ganjil. Pada malam itu langit menurunkan hujan, pada waktu itu bagian atap masjid masih
terbuat dari dedaunan hingga airnya menetes. Kemudian mataku melihat Rasulullah Shallallaahu
alaihi wasallam pada dahinya ada bekas air dan lumpur di waktu subuh pada malam kedua
puluh satu.
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2027; Shahiih Muslim no. 1167]

30)































Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahyaa, telah mengkhabarkan kepada kami
Abdullaah bin Wahb, telah mengkhabarkan kepadaku Yuunus bin Yaziid, dari Ibnu Syihaab, ia
berkata, telah mengkhabarkan kepadaku Urwah bin Az-Zubair bahwa Aaisyah mengkhabarkan
kepadanya, bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam pernah keluar di tengah malam
(bulan Ramadhan) kemudian beliau shalat malam di masjid, lalu shalatlah beberapa orang laki-
laki mengikuti beliau. Maka orang-orang saling menceritakan kepada yang lainnya mengenai hal
tersebut sehingga banyak dari mereka yang berkumpul. Pada malam yang kedua, Rasulullah
Shallallaahu alaihi wasallam kembali keluar dan shalat bersama mereka dan orang-orang pun
menyebutkan mengenai hal tersebut hingga pada malam yang ketiga jamaah masjid semakin
bertambah banyak dan Rasulullah keluar dan kembali shalat bersama mereka. Hingga pada
malam keempat, masjid menjadi penuh oleh jamaah namun Rasulullah Shallallaahu alaihi
wasallam tidak keluar kepada mereka, seorang lelaki dari jamaah tersebut berseru, Shalat!
Akan tetapi beliau tidak juga keluar hingga beliau keluar untuk shalat Fajr. Ketika beliau usai
shalat Fajr, beliau menemui mereka, kemudian mengucapkan syahadat, beliau bersabda, Amma
bad, sesungguhnya tidak ada kekhawatiran dalam diriku mengenai kalian semalam, akan tetapi
aku mengkhawatirkan hal itu (shalat malam) akan diwajibkan atas kalian, maka kalian tidak
mampu melaksanakannya.
[Shahiih Muslim no. 763; Shahiih Al-Bukhaariy no. 2012][7]

31)








Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaaq, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami
Mamar, dari Az-Zuhriy, dari Abu Bakr bin Abdurrahman bin Al-Haarits bin Hisyaam, dari
seorang wanita yang berasal dari bani Asad bin Khuzaimah yang dipanggil Ummu Maqil, ia
berkata, aku ingin pergi haji akan tetapi aku menginginkan menaiki onta maka aku bertanya
kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, beliau bersabda, Pergilah umrah pada bulan
Ramadhan karena sesungguhnya umrah pada bulan Ramadhan pahalanya bagaikan pergi haji.
[Musnad Ahmad no. 26742; Sunan An-Nasaaiy Al-Kubraa no. 4213] Sanadnya shahih.
Syaikh Al-Albaaniy berkata dalam Al-Irwaa 3/374, Sanadnya shahih sesuai syarat Asy-
Syaikhain.

32)





Telah menceritakan kepada kami Abdullaah bin Yuusuf, telah mengkhabarkan kepada kami
Maalik, dari Abu Haazim, dari Sahl bin Sad bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam
bersabda, Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka
puasa.
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1957; Shahiih Muslim no. 1100]

33)
:
:

:

:

Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Khuzaimah, telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Abu Shafwaan Ats-Tsaqafiy, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin
Mahdiy, telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Abu Haazim, dari Sahl bin Sad, ia
berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Umatku senantiasa berada di atas
sunnahku selama mereka tidak menunggu munculnya bintang untuk berbuka puasa. Sahl
melanjutkan, Dahulu, Nabi Shallallaahu alaihi wasallam jika berpuasa maka beliau
memerintahkan seorang laki-laki menyediakan sesuatu (sebagai hidangan untuk berbuka), dan
jika diserukan, Matahari telah tenggelam, maka beliau berbuka.
[Shahiih Ibnu Hibbaan no. 3510] Sanadnya shahih. Syaikh Al-Albaaniy menshahihkan dalam
Shahiih At-Targhiib no. 1074.

34)






Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abdullaah bin
Numair, dari Sadaan Al-Qummiy, dari Abu Mujaahid, dari Abu Mudillah, dari Abu Hurairah, ia
berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Tiga orang yang doa mereka tidak
akan ditolak yaitu doa orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doa imam (pemimpin) yang
adil dan doa orang yang dizhalimi. Doa mereka akan dinaikkan Allah ke atas awan dan pintu-
pintu langit akan dibukakan atasnya, Rabb berfirman, Demi kemuliaanKu, Aku akan
menolongmu walaupun beberapa saat kemudian.
[Jaami At-Tirmidziy no. 3598; Sunan Ibnu Maajah no. 1752; Shahiih Ibnu Khuzaimah no.
1793; Shahiih Ibnu Hibbaan no. 3428] Sanadnya hasan[8]. Dishahihkan Al-Haafizh
Siraajuddiin Ibnul Mulqin dalam Al-Badrul Muniir 5/152.

Selain hadits-hadits diatas, masih banyak lagi hadits-hadits shahih atau hasan lainnya yang
karena keterbatasan tempat dan waktu, maka kami tidak bisa mengutipnya. Oleh karena itu kami
mencukupkan diri dengan hadits-hadits diatas dan bahwasanya mereka adalah hadits-hadits yang
umum dikutip oleh kaum muslimin dan dijadikan rujukan. Kami mengucap Alhamdulillah dan
kami memohon ampun kepada Allah Taala jika terdapat kekurangan dan kesalahan. Yang benar
datangnya dari Allah, yang salah murni karena kedhaifan kami.

Taqabballaahu minna wa minkum, shiyaamanaa wa shiyaamakum.


Allaahu alam.

Footnotes :

[1] Cacat pada hadits ini datang dari Abu Bakr bin Ayyaasy, dalam Al-Ilal Al-Kabiir disebutkan
bahwa Imam At-Tirmidziy bertanya kepada Imam Al-Bukhaariy mengenai hadits ini. Maka
Imam Al-Bukhaariy berkata :


Abu Bakr bin Ayyaasy telah keliru dalam hadits ini.

Kemudian Imam Al-Bukhaariy berkata :

:
:
Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Ar-Rabii, telah menceritakan kepada kami Abul
Ahwash, dari Al-Amasy, dari Mujaahid, ia berkata, Jika telah datang bulan Ramadhan maka
setan-setan akan diikat.
(Al-Bukhaariy) berkata, Dan inilah yang shahih menurutku dari hadits Abu Bakr. [Al-Ilal At-
Tirmidziy hal. 111]

[2] Al-Haafizh Al-Mundziriy rahimahullah berkata :


Didalamnya ada Abu Qilaabah dari Abu Hurairah, dan ia tidak mendengar darinya. [At-
Targhiib wa At-Tarhiib 2/117]

[3] Dhaif karena sebab An-Nadhr bin Syaibaan. Dia adalah An-Nadhr bin Syaibaan Al-
Huddaaniy Al-Bashriy. Ibnu Maiin berkata haditsnya tidak ada apa-apanya, Ibnu Khiraasy
berkata tidak dikenal kecuali dengan hadits Abu Salamah, yakni hadits pada bulan Ramadhan,
Ibnu Hajar berkata layyinul hadiits. [Al-Jarh wa At-Tadiil 8/476, Al-Mughniy fiy Adh-
Dhuafaa no. 6635; Miizaanul Itidaal 7/29; Taqriibut Tahdziib no. 7186]

[4] Hadits ini lebih tepatnya adalah dhaif. Diriwayatkan pula oleh Ibnul Mubaarak (Musnad
no. 96); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/554); Nuaim bin Hammaad (Az-Zuhd no. 385); Al-
Marwaziy (Mukhtashar Qiyaamul Lail 1/46); Al-Baghawiy (Maaalimut Tanziil no. 84); Al-
Baihaqiy (Syuabul Iimaan no. 1994); Abu Nuaim Al-Ashbahaaniy (Hilyatul Auliyaa
8/161); Adz-Dzahabiy (Mujam Asy-Syuyuukh Al-Kabiir 1/47), semuanya dari jalan Huyay
bin Abdillaah, dari Abu Abdurrahman Al-Hubuliy, dari Abdullah bin Amr bin Al-Aash,
dengan kata lain tafarrudnya Huyay bin Abdillaah dalam hadits ini.

Huyay bin Abdillaah bin Syuraih Al-Maaafiriy Al-Hubuliy, Abu Abdillaah Al-Mishriy.
Ahmad berkata hadits-haditsnya diingkari, Ibnu Maiin berkata tidak ada yang salah
dengannya, Al-Bukhaariy berkata fiihi nazhar (dan di sisi Al-Bukhaariy, perkataan ini
menunjukkan kedhaifan seorang perawi), dalam riwayat lain ia berkata laisa bil qawiy,
demikian pula An-Nasaaiy, Ibnu Adiy berkata aku berharap tidak mengapa dengannya, jika
orang yang tsiqah meriwayatkan darinya, Adz-Dzahabiy menyetujuinya dan dalam Ad-Diiwaan
ia berkata hasanul hadiits, Ibnu Hajar berkata shaduuq yahimu, Syuaib Al-Arnauuth dan
Basyaar Awwaad berkata dhaif, memerlukan penguat, dan inilah pendapat yang rajih
mengenai Huyay, insya Allah. [Tahdziibul Kamaal no. 1585; Miizaanul Itidaal 2/401; Al-Jarh
wa At-Tadiil 3/271; Tahdziibut Tahdziib no. 2140; Taqriibut Tahdziib no. 1615; Adh-Dhuafaa
Al-Uqailiy 1/342; Adh-Dhuafaa Ash-Shaghiir hal. 171; Diiwaan Adh-Dhuafaa no. 1195;
Tahriirut Taqriib 1/337]

[5] Paman Al-Haarits bin Abdurrahman bernama Al-Haarits bin Sad bin Abu Dzubaab
Ad-Dausiy Al-Hijaaziy, putra pamannya Abu Hurairah -radhiyallahu anhu-. Biografinya
ada pada Taariikhul Kabiir 2/269, Al-Jarh wa At-Tadiil 3/75 dan Ats-Tsiqaat 4/129, dengan
tanpa tadil maupun jarh dan disebutkan bahwa yang meriwayatkan darinya adalah Yaziid bin
Hurmuz.

[6] Dhaif karena keterputusan antara Yahyaa bin Abi Katsiir dengan Abu Rifaaah. Yahyaa bin
Abi Katsiir Ath-Thaaiy, Abu Nashr Al-Yamaamiy. Seorang yang tsiqah tsabat namun melakukan
tadliis dan irsaal, dan tidak diketahui ia mempunyai periwayatan dari Abu Rifaaah. Oleh Al-
Haafizh Ibnu Hajar, ia dimasukkan dalam mudallis thabaqah kedua. [Taqriibut Tahdziib no.
7632; Thabaqaat Al-Mudallisiin no. 63]

Mengenai Abu Rifaaah sendiri, Al-Haafizh Al-Haitsamiy berkata :


Didalamnya ada Abu Rifaaah dan aku tidak menemukan mereka yang mentsiqahkan dan tidak
juga yang menjarhnya, para perawi sisanya adalah para perawi Ash-Shahiih. [Majma Az-
Zawaaid 3/153]

[7] Hadits ini menunjukkan dalil yang kuat dan tegas bahwasanya shalat tarawih berjamaah di
masjid adalah sesuatu yang masyru dalam sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, dan
ia bukanlah bidah seperti yang kerapkali disangka sebagian orang bahwa shalat tarawih adalah
bidah hasanah yang dibuat Umar bin Al-Khaththaab -radhiyallahu anhu-. Rasulullah
Shallallaahu alaihi wasallam dahulu meninggalkannya karena beliau khawatir hal itu akan
diwajibkan atas umatnya dan umatnya tidak mampu melaksanakannya, dan setelah beliau wafat,
maka menjadi tsabit (tetap) akan kesunnahan shalat tarawih berjamaah di masjid. Lalu pada
zaman khalifah Umar, Umar -radhiyallahu anhu- melihat orang-orang melaksanakan shalat
tarawih secara sendiri-sendiri dan berpencar-pencar, maka beliau berinisiatif mengumpulkan
mereka di satu tempat yaitu di masjid lalu meminta Ubay bin Kab radhiyallahu anhu
mengimami mereka, Umar berkata, sebaik-baik bidah adalah ini, yakni yang beliau maksud
adalah shalat tarawih berjamaah. Maka bidah yang beliau katakan disini bukanlah bidah secara
syariat melainkan hanya bidah secara konteks bahasa/penyebutan bahwa shalat tarawih
berjamaah di masjid tersebut adalah sesuatu yang baru pada zaman beliau karena pada zaman
Abu Bakr Ash-Shiddiiq -radhiyallahu anhu-, orang-orang melaksanakannya secara sendiri-
sendiri, namun Umar tahu bahwa shalat tarawih berjamaah itu sendiri pernah dilakukan oleh
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam kemudian beliau meninggalkannya.

Oleh karena itu sangat tidak tepat jika perkataan Umar dijadikan dalil untuk membuat-buat
bentuk-bentuk ibadah yang baru dalam agama ini yang sama sekali tidak ada dasarnya dari
hukum-hukum syariat dengan alasan yang penting ia (bidah tersebut) baik, lalu dilegalkanlah
bidah hasanah dengan segala bentuk kreasi ibadah yang Allah dan RasulNya sama sekali tidak
pernah mensyariatkannya. Allaahul Mustaan.

[8] Didalam sanadnya ada Abu Mudillah. Al-Imam Ibnu Hibbaan berkata bahwa dia adalah
maulaa Ummul Muminin Aaisyah, namanya Ubaidullaah bin Abdullaah Al-Madaniy,
sedangkan Al-Haafizh Ibnu Hajar berkata namanya adalah Abdullaah, saudara Abul Hubaab
Saiid bin Yasaar. Aliy bin Al-Madiiniy berkata tidak dikenal, namanya majhuul, tidak ada
yang meriwayatkan darinya selain Abu Mujaahid, dihasankan haditsnya oleh Imam At-
Tirmidziy, tautsiq juga datang dari Imam Ibnu Maajah dan Imam Ibnu Hibbaan. Al-Haafizh Ibnu
Hajar berkata maqbuul, Syaikh Syuaib Al-Arnauuth dan Dr. Basyaar Awwaad berkata
shaduuq hasanul hadiits, dan Syaikh Al-Albaaniy berkata tabiin majhuul. [Tahdziibul
Kamaal no. 7611; Tahdziibut Tahdziib no. 12033; Taqriibut Tahdziib no. 8349; Tahriirut Taqriib
4/268; Silsilatu Ash-Shahiihah no. 1797]

Anda mungkin juga menyukai