RKS Imigrasi 2011 PDF
RKS Imigrasi 2011 PDF
RENCANA KERJA
DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
(RKS TEKNIS)
1
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah Pembangunan Prasana dan Sarana
Lingkungan Gedung Imigrasi Pati, dengan rincian secara garis besar sebagai berikut:
a. PEKERJAAN PERSIAPAN
b. PEKERJAAN SALURAN MD-40
c. PEKERJAAN SALURAN GOT U-20
d. PEKERJAAN LAPANGAN UPACARA
e. PEKERJAAN LAPANGAN PARKIR
f. PEKERJAAN POS SATPAM (2 UNIT)
g. PEKERJAAN LAMPU PENERANGAN
2. Sarana Pekerjaan :
Untuk kelancaran pekerjaan pelaksanaan di lapangan, Kontraktor menyediakan :
a. Tenaga Pelaksana yang selalu ada di lapangan, tenaga kerja yang terampil dan cukup
jumlahnya dengan kapasitas yang memadai dengan pengalaman untuk prasarana gedung.
b. Bahan-bahan bangunan harus tersedia di lapangan dengan jumlah yang cukup dan kualitas
sesuai dengan spesifikasi teknis.
c. Melaksanakan tepat sesuai dengan time schedule.
3. Cara Pelaksanaan :
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, dan sesuai dengan syarat-syarat (RKS),
gambar rencana, Berita Acara Penjelasan serta mengikuti petunjuk dan keputusan Pengawas
lapangan dan Direksi Teknis.
2
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam pasal 1 ayat 1 tersebut di atas berlaku dan mengikat pula.
a. Gambar Kerja yang dibuat Perencana yang sudah disahkan oleh Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pati, termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh Kontraktor dan
sudah disahkan / disetujui Direksi.
b. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
d. Berita Acara Penetapan Pemenang Penyedia Barang/Jasa.
e. Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa.
f. Surat Penawaran dan lampiran-lampirannya.
g. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui Direksi.
3
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
4
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
3. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam diterimanya
permohonan pemeriksaan , tidak terhitung hari libur/hari raya), tidak dipenuhi oleh
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan, Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang sebenarnya diperiksakan dianggap telah disetujui
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan. Hal ini dikecualikan bila
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan meminta perpanjangan waktu.
4. Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis
Kegiatan berhak memerintahkan membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk
memperbaiki, biaya pembongkaran dan pemasangan menjadi tanggungan Kontraktor.
5
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
6
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
2. Persyaratan Umum :
a. Beton tak bertulang dengan spesi 1Pc : 3Ps : 6Split
b. Beton bertulang spesi 1Pc : 2Ps : 3Split atau mutu K.225 (Struktur).
c. Pembuatan cetakan beton.
d. Konstruksi harus menggunakan peralatan-peralatan/normalisasi yang berlaku di Indonesia
seperti PBI, SNI, PMI, PKKI dan lain-lain.
3. Bahan-bahan
a. Bahan menggunakan adukan beton adukan ditempat dengan memakai molen, kontrol mutu
sesuai dengan spesifikasi di bawah ini :
1) Agregat beton
a) Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan Wet
Sistem Stone Crusher.
b) Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut ASTM-C 33.
c) Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm.
d) Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan
menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak dinginkan.
e) Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5 %.
2) Agregat kasar
a) Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, tidak berpori dan
berbentuk kubus.
b) Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya tidak boleh melampaui 20 % dari jumlah berat
seluruhnya.
c) Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50 % kehilangan
berat menurut test mesin Los Angeles ASTM-C 131-55.
d) Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis , zat-zat reaktif alkali atau substansi
yang merusak beton.
3) Agregat halus
a) Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari pasir lokal dan memenuhi
persyaratan sebagai agregat halus untuk campuran beton.
b) Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat alkali dan substansi-substansi yang
merusak beton.
c) Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut lebih dari 5 %.
d) Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
e) Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.
f) Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan
pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak
dinginkan.
4) PC (Portland Cement)
a) Semen yang dipakai harus dari mutu yang disyaratkan NI-8 bab 3.2 PC type I.
b) Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk semen saja yang dipakai untuk
seluruh pekerjaan beton.
c) Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang tertutup oleh pabrik dan
terlindung serta harus dalam jumlah sesuai urutan pengirimannya.
d) Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air dengan lantai
terangkat dan ditumpuk dalam urutan pengirimannya. Semen yang rusak atau
tercampur apapun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan.
e) Pembesian
f) Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa, sehingga
bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah.
g) Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran-ukuran masing-
masing besi penulangan rangka maupun besi-besi penulangan bergelombang
(Deformed bar) harus sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 bab 3.7.
7
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
h) Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain,
apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi
diameter penampang besi atau dengan bahan cairan sejenis Vikaoxy off yang
disetujui Pengawas.
i) Direksi atau Pengawas berhak untuk memerintahkan untuk menambah besi tulangan
di tempat yang dianggap perlu sampai maksimum 5 % dari tulangan yang ada di
tempat tersebut, meski tidak tertera dalam gambar struktur, tanpa biaya tambahan.
j) Penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu U 39 dan Baja lunak U 24
sesuai SNI 03-2847-2002.
5) Kawat pengikat
a) Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam NI-2 bab 3.7.
6) Air
a) Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 bab 3.6.
b) Sebelum air untuk pengecoran digunakan harus terlebih dahulu diperiksakan pada
laboratorium PAM / PDAM setempat yang disetujui pengawas dan biaya sepenuhnya
ditanggung oleh Kontraktor.
c) Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri.
d) Additive
e) Untuk mencapai slump yang disyaratkan dengan mutu yang tinggi bila diperlukan
campuran beton dapat menggunakan bahan additive POZZOLITH 300 R atau yang
setaraf.
f) Bahan tersebut harus disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola
Teknis Kegiatan. Additive yang mengandung Chloride atau Nitrat tidak boleh
digunakan
4. Pelaksanaan
a. Sebelum dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan Trial test atau mixed design yang
dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai. Dari hasil test
tersebut ditentukan oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan,
deviasi standar yang akan dipergunakan untuk menilai mutu beton selama pelaksanaan.
b. Pengecoran beton
1) Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin secara tertulis
dari Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan. Permohonan ijin
rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya.
2) Sebelum pengecoran dimulai Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek
maupun anker-anker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada kolom-kolom, balok-
balok beton untuk bagian yang akan berhubungan dengan bata maupun pekerjaan
instalasi.
3) Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan angker-angker dipasang
dengan jarak setiap 1 meter.
4) Persetujuan Direksi untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksaan pekerjaan
stekan dan pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan
pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung
jawab Kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.
5) Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang
lagi jika Direksi menganggap perlu didasarkan pada kondisi tertentu.
6) Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya pemisahan
material (segregation) dan perubahan letak tulangan.
7) Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebaganya,
harus mendapat persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis
Kegiatan.
8) Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan
bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.
9) Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 meter.
10) Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan
dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
11) Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami Initialset
atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis karena getaran.
8
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
12) Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi
lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan
penyerapan air semen dengan tanah.
13) Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi keras dan tidak
berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitances) dan partikel-
pertikel yang terlepas samapi suatau kedalaman yang cukup sampai tercapai beton
yang padat.
14) Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan
dan cetakan harus dibersihkan.
c. Pemadatan beton
1) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk mengangkat dan
menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar beton padat tanpa menggetarkan
secara berlebihan.
2) Selama proses pengecoran berlangsung, maka beton harus dipadatkan dengan alat
mekanis (internal / eksternal vibrator), kecuali jika Direksi/Pengawas Lapangan/Tim
Pengelola Teknis Kegiatan mengijinkan pemadatan dengan tenaga manusia, maka dapat
dilakukan denan cara memukul mukul acuan dari luar, mencocol atau menusuk nusuk
adukan beton secara kontinyu.
3) Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat penting. Beton digetarkan
dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak berlebihan (overvibrate). Hasil beton
yang berongga-rongga / pemisahan bahan - bahan dan terjadi pengantongan beton-beton
tidak akan diterima.
4) Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton.
5) Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan penggetar
frekuensi tinggi 0,2 cm agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
6) Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan terlatih dan
pelaksanaan pemadatan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas
Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.
d. Slump (kekentalan beton)
Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan PBI-1971 adalah
sebagai berikut :
Slump/Max
Jenis Konstruksi Min (mm)
(mm)
Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi nilai tersebut di atas
dapat dinaikkan sebesar 50 %, tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 150 mm.
e. Pengujian kekuatan beton
1) Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara kontinyu dari hasil
pemeriksaan benda uji. Paling sedikit setiap 5 m3 beton harus dibuat 1 sampel benda uji,
atau untuk seluruh bangunan dibuat minimal sampai 20 benda uji.
2) Benda uji harus diperiksa kekuatan tekannya di laboratorium yang disetujui
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan dengan biaya menjadi
tanggungan kontraktor dan hasil kuat tekan harus sesuai dengan ketentuan SNI 03-2487-
2002.
3) Mutu beton yang disyaratkan K 225.
f. Pemeriksaan lanjutan
1) Apabila hasil pemeriksaan tersebut di atas masih meragukan, maka pemeriksaaan
lanjutan dilakukan dengan menggunakan concrete gun atau kalau perlu dengan core
drilling untuk meyakinkan penilaian terhadap kualitas beton yang sudah ada sesuai
dengan SNI 03-2487-2002.
9
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
10
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
2. Macam Pekerjaan
Mengecat dengan cat tembok dan cat kayu untuk semua bidang exterior dan interior seperti
dinyatakan dalam gambar.
3. Cara Pelaksanaan
a. Cat Tembok
Bidang bagian dalam yang akan dicat sebelumya digosok memakai kain yang dibasahi air.
Setelah kering didempul pada tempat yang berlubang sehingga permukaannnya rata dan licin
untuk kemudian dicat paling sedikit 2 (dua) kali dengan roler minimal 20 cm sampai baik atau
dengan cara yang telah ditentukan oleh pabrik.
b. Cat Kayu
Semua pekerjaan yang telah dicat meni, baru boleh dicat kilap setelah terlebih dahulu
dibersihkan dari kotoran yang menempel. Pengecatan minimum 2 (dua) kali. Pengecatan yang
dilakukan diatur ketika keadaan mendung dan hujan tidak diperkenankan. Bahan yang
digunakan sekualitas produk Bee Brand.
c. Pelaksanaan pekerjaan cat harus sesuai peraturan yang berlaku.
11
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Syarat-syarat pelaksanaan
a. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola
Teknis Kegiatan.
b. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian / penggantian dalam pekerjaan ini, harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya dan
harus disetujui Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas.
c. Untuk pasangan paving blok yang langsung di atas tanah, maka lapisan pasir urug sub grade
dan lantai kerja di bawahnya harus sudah dikerjakan dengan sempurna (telah dipadatkan
sesuai persyaratan) dan memiliki kemiringan permukaan 2,5 % dan telah mempunyai daya
dukung maksimal sesuai yang ditujukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas / Pemberi Tugas.
d. Pekerjaan-pekerjaan di bawah tanah, lubang service dan lainnya harus dikerjakan dan
diselesaikan sebelum pekerjaan paving blok dilaksanakan.
e. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing dari pola paving
block untuk disetujui Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas.
f. Jarak antara unit-unit pemasangan paving block yang terpasang (lebar siar-siar), harus sama
lebar maksimum 5 mm, atau sesuai detail gambar serta petunjuk Konsultan Pengawas /
Pemberi Tugas, yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang sama lebarnya, untuk
siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut siku dan saling berpotongan tegak lurus
sesamanya.
g. Pertemuan unit paving block dengan curb, trotoir harus menggunakan key block dan
pemotongan harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai persyaratan dari pabrik yang
bersangkutan.
h. Areal pemasangan paving block harus dipadatkan dengan plate vibrator ukuran plate 0,3
0,5 m2 dan mempunyai tekanan sentrifugal 1,6 2,0 ton. Pemadatan dilakukan 3 kali
sebelum siar-siar di isi pasir, setelah itu dipadatkan dan diratakan beberapa kali dengan roller
3 ton.
i. Area paving block tidak boleh digunakan sebelum seluruh area selesai dan terkunci.
j. Untuk setiap paving block, toleransi deviasi tidak lebih dari 6 mm dan perbedaaan ketinggian
setiap blok tidak lebih dari 2 mm.
k. Seluruh pekerjaan paving block harus bebas dari kotoran semen maupun oli.
l. Selama pemasangan dan setidaknya 3 hari setelah selesainya pekerjaan, seluruh area
paving block harus tertutup dari lalu lintas dan pekerjaan lainnya.
1. Elevasi galian dasar selokan yang telah selesai dikerjakan tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari
yang ditentukan atau disetujui pada tiap titik, dan harus cukup halus dan merata untuk menjamin
aliran yang bebas dan tanpa genangan bilamana alirannya kecil.
2. Alinyemen selokan dan profil penampang melintang yang telah selesai dikerjakan tidak boleh
bergeser lebih dari 5 cm dari yang ditentukan atau telah disetujui pada setiap titik.
3. Contoh bahan yang akan digunakan untuk saluran yang dilapisi harus diserahkan kepada
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.
4. Setelah selesainya pekerjaan pembentukan penampang selokan, Kontraktor harus meminta
persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum bahan pelapis selokan dipasang.
5. Pelaksanaan pekerjaan selokan yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang diberikan dalam Pasal
2.1.1.(4) di atas, harus diperbaiki oleh Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
Pekerjaan perbaikan dapat meliputi :
a) Penggalian atau penimbunan lebih lanjut, bilamana diperlukan termasuk penimbunan kembali
dan dipadatkan terlebih dulu pada pekerjaan baru kemudian digali kembali hingga memenuhi
garis yang ditentukan;
b) Perbaikan dan penggantian pasangan batu dengan mortar yang cacat.
12
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
13
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
2. Housing/Kap Lampu
Menggunakan kap lampu luar ruangan kedap air dan serangga dengan kualitas baik.
Lampu penerangan jalan dan halaman menggunakan lampu type SON T 150 watt dan
ballast BSN 150 watt, dilengkapi innector dan kapasitor sesuai ukuran tabel SII/LMK/SPLN.
3. Lampu Taman 1
Menggunakan kap lampu luar ruangan type borobudur dengan lampu hemat energi 45/36
watt dengan kualitas baik dan tertera SII/LMK/SPLN.
4. Lampu Taman 2
Menggunakan kap lampu luar ruangan type TO-66 E-27 OPAL GLASS & CASTING dengan
lampu hemat energi 45/36 watt dengan kualitas baik dan tertera SII/LMK/SPLN.
5. Hantaran Tanah
Kabel NYY 4 x 16 mm2 tertera SII/LMK/SPLN
Kabel NYY 4 x 4 mm2 tertera SII/LMK/SPLN
Kabel NYY 4 x 3 mm2 tertera SII/LMK/SPLN
Semua hantaran tanah menggunakan pipa pelindung PVC sesuai ukuran kabel dengan
kualitas baik
14
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
6. Panel Lampu
Menggunakan box panel ukuran 0,4 x 0,6 x 0,2 meter dengan kualitas baik dan terkunci, di
dalamnya terdiri dari : Contactor Magnetis 25 A, timer otomatis, 3 MCB @ 10 A, terminal
kabel 125 A
7. Semua bahan yang akan dipasang harus terlebih dahulu harus ditunjukkan dan mendapatkan
persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.
15