Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah Ahlusunnah wal jamaah adalah sebuah istilah yang di
Indonesiakan dan kata Istilah Ahlusunnah wal jamaah ia merupakan rangkaian
kata-kata Ahl berarti golongan,Al-sunnah berarti perilaku jalan hidup atau
perbuatan yang mencakup ucapan dan tindakan Rasulullah SAW.Al jamaah
berarti jamaah yakni para sahabat rasulullah SAW.Maksudnya ialah perilaku atau
jalan hidup para sahabat.Dengan demikian maka secara etimologis istilah
Ahlusunnah wal jamaah atau golongan yang senantiasa mengikuti jalan hidup
Rasulullah SAW dan jalan hidup para sahabatnya atau golongan yang berpegang
teguh pada sunnah rosul dan sunah (tariqah) para sahabat,lebih khusu lagi ( Abu
bakar,Umar bin khatab,Usman bin affan,Ali bin abi thalib).

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Aswaja?
2. Sejarah Kemunculan Aswaja
3. Pandangan Aswaja terhadap Hubungan Syara dengan Akal, Ilmu Kalam
dan Filsafat
4. Mengenal Tokoh-Tokoh Aswaja

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Aswaja
2. Mengetahui Dasar Aswaja
3. Mengetahui Pandangan Aswaja
4. Mengetahuai Siapa Saja Tokoh-Tokoh Aswaja

BAB II
PEMBAHASAN

1|Page
A. PENGERTIAN, AJARAN, CIRI KHAS DAN DASAR AKIDAH
ASWAJA
a. Pengertian Aswaja
1) Pengertian secara bahasa
Aswaja merupakan singkatan dari Ahlussunnah wa al-Jamaah. Ada
tiga kata yang membentuk istilah tersebut, yaitu :
a) Ahl, berarti keluarga, golongan, atau pengikut.
b) Al-Sunnah, secara bahasa bermakna al-thariqah-wa-law-ghaira
mardhiyah (jalan atau cara walaupun tidak diridhoi).
c) Al-Jamaahberasal dari kata jamaa artinya mengumpulkan sesuatu,
dengan mendekatkan sebagian ke sebagian lain.Jamaahberasaladri
kata ijtima (perkumpulan), lawan kata daritafarruq (perceraian)
danfurqah(perpecahan). Jamaah adalah sekelompok orang banyak
dan dikatakan sekelompok manusia yang berkumpul berdasarkan satu
tujuan.
2) Pengertian secara istilah,
Menurut istilah, Sunnah adalah suatu nama untuk cara yang diridloi
oleh agama yang di tempuh oleh Rasullallah selainya dari kalangan orang
yang mengerti tentang islam, seperti para sahabat Rasullallah. Hal ini
berdasarkan hadis Rasulullah:

ikutilah sunnahku dan sunnah Khulafa Rasyidin setelahku
Menurut Hasyim Asyari, dalam istilah syariat (fikih) Sunnah
artinya sesuatu yang dianjurkan untuk dilakukakan tetapi tidaak wajib.
Menurut para ulama Ushul Fiqh, kata Sunnah berarti apapun yang
dilakukan, dikatakan, atau ditetapkan oleh Nabi Muhammad saw, yang
dapat dijadikan sebagai dalil dalam menetapkan suatu hukum syari.
Menurut para ahli kalam (para teolog), Sunnah ialah kenyakinan
(itiqad) yang didasarkan pada dalil naql (al-quran, hadis, qawl atau
ucapan shahabi, bukan semata bersandar pada pemahaman akal (rasio).
Menurut para ahli polotik, Sunnah ialah jejak yang ditinggalkan oleh
Rasulullah dan para Khulafa Rasyidin.
Sedangkan jamaah secara istilah adalah kelompok kaum muslimin
dari para dahulu dari kalangan sahabat, tabiin dan orang-orang yang
mengikuti jejak kebaikan mereka sampai hari kiamat. Mereka berkumpul
berdasarkan Al-quran dan Sunnahdan mereka berjalan sesuai dengan yang

2|Page
telah ditempuh oleh Rasulullah baik secara lahir maupun batin. Definisi
lain berdasarkan hadis Rasullallah jamaah adalah apa yang telah
disepakati oleh sahabat Rosul pada masa Khulafau Rosidi. Pada hadis
Nabi ketika menjawab pertanyaan sahabat tentang (akan) adanya
perpecahan menjadi 71 atau 72 golongan, dan yang selamat hanya satu
golongan,.yaitu al-jamaah. Rasulullah bersabda:

Barangsiapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai disurga,
maka hendaklah ia mengikuti al-jamaah (kelompok yang menjadi
kebersamaan). (HR. Al-Tirmidzi (2091), dan al-Hakim (1/77-78) yang
menilainya shahih dan disetujui oleh al-Hafizh al-Dzahabi).
Dengan demikian Aswaja adalah golongan pengikut setia Nabi
Muhammad SAW dan sahabatnya,jadi Ahlussunnah wal-jamaah adalah
orang-orang yang selalu berpedoman pada sunnah Nabi Muhammad SAW
dan jalan para sahabatnya dalam masalah aqidah keagamaan, amalan-
amalan lahiriyah serta ahlak baik dan islam murni yang langsung dari
Rasullallah kemudian diteruskan oleh sahabatnya.
KH. Muhammad Hasyim Asyari (1287-1336 H/ 1871-1947) menyebutkan
dalam kitabnya Ziyadat Taliqat (hal. 23-24) sebagai berikut:





Adapun Ahlussunnah Wal-Jamaah adalah kelompok ahli tafsir, ahli
hadis, dan ahli fikih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh
dengan sunnah Nabi Muhammad saw dan sunnah Khufaur Rasyidin
setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat (al-firqah al-najiyah).
Mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun
dalam madzhab yang empat, yaitu pengikut Madzhab Hanafi, Syafii,
Maliki, dan Hambali.
Oleh karena itu, tidak ada seorangpun yang menjadi pendiri ajaran
Ahlussunnah Wal-Jamaah. Yang ada hanyalah ulama yang telah
merumuskan kembali ajaran Islam tersebut setelah lahirnya beberapa
faham dan aliran keagamaan yang berusaha mengaburkan ajaran
Rasulullah dan para sahabatnyayang murni.
b. Ajaran Aswaja

3|Page
Islam adalah agama allah yang diturunkan untuk seluruh manusia di
dalamnya terdapat pedoman dan aturan demi kebahagiaan dan
keselamatan di dunia dan di akhirat. Ada 3 hal yang menjadi sendi utama
dalam agama Islam itu yaitu iman, islam, dan ihsan. Dalam sebuah hadis
dijelaskan bahwa iman adalah orang yang beriman kepada Allah SWT,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat, dan qadar
(ketentuan)Allah yang baik dan yang buruk. Islam adalah orang yang
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah SWT dan Muhammad adalah
utusan Allah, mengerjakan sholat, menunaikan zakat, puasa pada bulan
Ramadhan, dan haji ke Baitullah. Ihsan adalah orang yang menyembah
Allah SWT seolah-olah kamu melihat-Nya.
c. Ciri Khas Aswaja
Ciri khas akidah aswaja antara lain menyakini bahwa allah itu ada
tanpa arah dan tanpa tempat. Hal ini diantaranya yang membedakan
Aswaja dengan aliran lain. Allah SWT berfirman:


Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia (QS. Al-Syura :11)
Ayat ini adalah ayat yang paling tegas dalam menjelaskan kesucian
Allah SWT secra mutlak tidak menyerupai mahluk-Nya dari aspek
apapun.
Ulama Aswaja menjelaskan bahwa alam(mahkluk Allah) terbagi atas dua
bagian, yaitu:
1) Al-jauhar al-fard, yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi karena
telah mencapai batas terkecil.
2) Jims, yaitu benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian. Benda ini
juga terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu:
a) Benda lathif, yaitu sesuatu yang tidak dapat dipegang oleh tangan
seperti cahaya, roh, angin, dan sebagainya.
b) Benda katsif, sesuatu yang dapat dipegang oleh tangan seperti
manusia, tanah, benda-benda padat (jamad) dan sebagainya.
Dalil berikut ini juga menunjukkan bahwa Allah itu tanpa arah dan tanpa
tempat, yaitu hadis shahih:

4|Page
:


( ) .
Imron bin Hushain radhiyallahu anhuma berkata, Rasulullah saw
bersabda, Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan
belum ada sesuatupun selain-Nya. (HR. Al-Bukhari : 2953).
Hadis diatas menjelaskan bahwa Allah SWT itu pada azal belum ada
angin, cahaya, kegelapan, Arsy, lagit, manusia, jin, malaikat, waktu,
tempat dan arah. AllahSWT juga tidak berubah dari wujud semula yani
tetap ada tanpa tempat dan arah. Al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi juga
mengatakan:

Ahlussunnah Wal-Jamaah juga bersepakat, bahawa Allah itu tidak
diliputi oleh tempat dan tidak dilalui oleh zaman.
d. Dasar Akidah Aswaja
Pokok-pokok kenyakinan yang berkaitan dengan tauhid dan lain-lain
menurut Aswaja harus dilandasi oleh dalil dan argumentasi yang definitif
(qathi) dari Al- Quran, hadis, ijma ulama dan rgumentasi akal yang sehat.
Berikut ini rincian dalil-dalil tersebut secara hirarkis.
1. Al-Quran
Al-quran Al-Karim adalah pokok dari semua argumen dan dalil. Al-
quran adalah dalil yang membuktikan kebenaran risalah nabi
muhammad SAW, dalil yang membuktikan benar dan tidaknya suatu
ajaran. Al-Quran juga merupakan kitab Allah yang terakhir yang
menegaskan pesan-pesan dari kitab-kitab samawi sebelumnya.

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikan ia kepada Allah (A-Quran) dan Rasul (Sunnahnya). (QS.
Al-Nisa :59)
Mengembalikan persoalan kepada Allah SWT, berarti mengembalikan
kepada Al-Quran. Sedangkan mengembalikan kepada Rasul, berarti
mengembalikannya kepada sunnah Rasul yang shahinh.
2. Hadits

5|Page
Hadits dapat dijadikan dasar dalam menetapkan akidah adalah hadits
yang perawinya disepakati dan dapat dipercaya para ulama. Hadits
yang dapat dijadikan dasar dalam menetapkan akidah adalah hadits
muttawatir. Hadits muttawatir ialah hadits yang disampaikan oleh
sekelompok orang yang banyak dan berdasarkan penyaksian mereka
serta sampai kepada penerima hadits tersebut, baik penerima kedua
maupun ketiga melalui jalur kelompok yang banyak pula.
Dibawah hadits muttawatir ada hadits mustafidh atau hadits masyhur,
dan ada lagi hadits yang dibawahnya masyhur, hadits masyhur ialah
hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih dari generasi
pertama hingga generasi selanjutnya dan dapat dijadikan argumen
dalam menetapkan akidah.
3. Ijma ulama
Ijma ulama yang mengikuti ajaran ahlul haqq dapat dijadikan
argument dalam menentukan aqidah. Dalam hal ini seperti dasar yang
melandasi penetapan bahwa sifat-sifat allah itu qaddim (tidak ada
pemulaanya) adalah ijma ulama yang qathi.
4. Akal
Dalam ayat-ayat al-quran allah SWT telah mendorong hamba-
hambanya agar merenungkan semua yang ada di alam jagad raya ini,
agar dapat mengantar pada kenyakinan tentang kemahakuasaan allah,
menurut ulama tauhid, akal difungsikan sebagai sarana yang dapat
membuktikan kebenaran syara, bukan sebagai dasar dalam
menetapkan aqidah-aqidah dalam agama. Meski demikian hasil
penalaran akal yang sehat tidak akan keluar dan bertentangan dengan
ajaran yang dibawa oleh syara.

B. Sejarah kemunculan aswaja(faktorreligius, sosialdan politik),


Ketika nabi wafat, kaum muslimin masih bersatu dalam agama yang mereka
jalani, kecuali orang-orang munafik yang luarnya menyatakan islam, sedangkan
hatinya menyembunyikan kemunafikan. Klasifikasi social yang ada pada saat itu
terdiri dari tiga golongan, orang muslim, orang kafir dan orang munafik. Namun
begitu nabi wafat, perselisihan dikalangan mereka segera terjadi tentang seorang

6|Page
pemimpin yang akan menjadi pengganti nabi. Kaum anshar menginginkan
kepemimpinan berada ditangan pemimpin mereka yaitu saad bin ubadah.
Sedangkan kaum muhajirin menghendaki kepemimpinan berada di tangan abu
bakar. Mereka pada kesepakatan untuk memilih abu bakar al shiddiq sebagai
khalifah.
Setelah abu bakar al-shiddiq wafat, khalifah berpindah ketangan umar bin al
khaththab, sahabat nabi terbaik setelah abu bakar. Pada masa pemerintahan umar,
islam semakin kuat dan negri muslim semakin luas berkat proses penyebaran
islam yang berjalan dengan efektif dengan ditaklukanya negeri Persia dan romawi,
dua Negara terbesar didunia pada saat itu dan kemudian ditaklukanya negeri-
negeri di sekitarnya kebawah naungan daulah islamiah dalam proses sejarah yang
dikenaldenganistilah al-futuhat al-islamiyyah (penaklukan-penaklukanislam),
hingga akhirnya khalifah umar menemui ajalnya setelah ditikam oleh seorng
budak Persia, yaitu abululuah al-majusi.
Setelah umar wafat, khalifah berpindah ketangan utsman bin affan, menantu
nabi Muhammad SAW yang menyandang gelar Dzunnurain (pemilikduacahaya)
yaitusatu-satunya orang yang mempunyai dua seorang putrid soeorang nabi,
rukiayahdanumukultsum. Dari jalurnasab, ustman masih termasuk keponakan
rasullah, melalui jaluribunya, ArwahbintiKuraiz yang masih sepupu rasullallah.
Disamping itu ustman juga sahabat rasullallah terbaik setelah wafatnya ummar.
Setelah 6 tahun dari masa pemerintahan utsman, gejolak politik seputar
kebijakan-kebijakan ustman mulai muncul kepermukaan dan menjadi sasaran
kritik sebagian masyarakat ustman dari jabatanya melalui gerakan yang dibungkus
dalam kemasan amar maruf dannahi munkar sehingga halter sebut berakhir
dengan terbunuhnya ustman dikaum pembrontak. Kemudian khalifah berpindah
ketangan ali bin abi thalib menantu dan sepupu rasullallah serta sahabat terbaik
setelah wafatnya ustman. Namun beragam kekacauan yang terjadi pada masa
ustman sangat berpengaruh terhadap pemerintahan ali bin abi thalib.
Lahirnya nama ahlisunnah waljamaah, sebagian kalangan berasumsi bahwa
nama aswaja muncul pada masa imam madzhab yang empat, ada pula yang
berasumsi, muncul pada masa al imam dan al mathuridi. Dan ada pula yang
berasumsi muncul pada sekitar abad ketujuh hijriyah.Tentu saja asumsi itu keliru

7|Page
dan tidak memiliki landasan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan maka
pada periode akhir generasi sahabat rasullallah istilah aswaja mulai
diperbincangkan sebagai nama bagi kaum mulimin yang masih setia kepada
ajaran islam yang murni dan tidak terpengaruh pada ajaran-ajaran baru.
Pada beberapa ulama salaf mengatakan bahwa aswaja adalah mereka yang
hanya memiliki hubungan dengan sunnah nabi rasullallah kita tidak akan mampu
memastikan sejak kapan titik permulaan aswaja itu kecuali apabila kita
mengakatan permulaan ajaranya adalah titik permulaan ajaran islam itu sendiri,
Disisi lain istilah aswaja memiliki dua sasaran obyek yang berbeda
1) Aswaja dalam kontek yang bersifat umum yaitu menjadi nama bagi
mereka yang bukan pengikut aliran siahs eperti aliran Mutazilah,
Murjiah, Karramiyah, Wahhabi dan lain-lain.
2) Aswaja Dalam Konteks yang bersifat khusus yaitu menjadi nama bagi
mereka yang mengikuti ajaran rasullallah dan sahabat secara penuh
seperti, Mutazilah, Murjiah, Karramiyah, Wahhabi,Siah dan lain-lain

C. Pandangan Aswaja Terhadap Hubungan Syara Dengan Akal, Ilmu


Kalam Dan Filsafat
a. Hubungan Syara dan Akal
Problem Hubungan Syara dan Akal ini menyita perhatian dan perdebatan
panjang baikdari kalangan intelektual Muslim bahkan kalangan
intelektual yunaani dan kristen pada abad pertengahan di Eropa.
Dikalangan kaum teolog muslimin yang berupaya mengkaji akidah-
akidah islam ada tiga yaitu:
1. Aliran mutazilah yang berpandangan bahwa akal didahulukan
daripada syara.
2. Aliran hasyawiyah, zhahiriyah dan semacamnya yang hanya
mengakui dominasi syara dan tidak memberikan peran terhadap
berkaitan dengan ajaran-ajaran yang dibwa dengan syara.
3. Aliran aswaja mengambil sikap moderat (tawassuth) dan seimbang
tawazun, tidak melepaskan peran akal dari syara sebagaimana halnya.
b. Ilmu Kalam dan Filsafat
Ilmu kalam dianggap negatif oleh kalangan agamawan karena identik
dengan ilmu filsafat yunani. Perbedaan ilmu kalam dengan ilmu filsafat
meliputi metodologi (manhaj) :

8|Page
1. Dari segi metodologi, ilmu filsafat menjadikan akal sebagai pokok
bagi keyakinan tanpa mempertimbangkan prinsip-prinsip yang
dibawa oleh para nabi. Demikian ini berbeda dengan ilmu kalam
yang membicarakan hal-hal dalam konteks akal sebagai satu-satunya
perangkat untuk membuktikan kebenaran ajaran yang datang dari
Allah dan ajaran yang dibawa oleh para Nabi.
2. Dari segi objek (maudhu). Dalam pandangaan ahli kalam, ajaran-
ajaran yang diterima dari syariah itu dianggap menjadi titik
permulaan kajiannya. Hal ini berbeda dengan para filosof, karenaa
dalam asumsi mereka kebenaaran itu masih misterius dan belum
diketahui secara pasti ketika kejadian mereka mulai.
3. Dari segi tujuan, seorang ahli ilmu kalam memiliki tujuan yang
kongkret yaitu bertujuan memperkokoh dan memperkuat akidah
yang menjadi keyakinan dalam agama.

D. Mengenal Tokoh-Tokoh Aswaja


Sebelumnya perlu kita pahami, bahwa ahlussunnah wal jamaah dalam realita
sekarang, dalam bidang fiqih mengikuti salah satu madzhab yang empat.
Dalam bidang fiqih dan amaliah, Ahlussunnah wal jamaah mengikuti pola
bermadzhab dengan mengikuti salah satu madzhab fiqh yang dideklarasikan oleh
para ulama yang mencapai tingkatan mujtahid mutlaq. Beberapa madzhab fiqh
yang sempat eksis dan diikuti oleh kaum Muslimin Ahlussunnah wal Jamaah
ialah madzhab Hanafi. Maliki, Syafii, Hanbali, madzhab Sufyan al-Tsauri,
Sufyan bin Uyainah, ibn Jarir, Dawud al-Zhahiri, al-Laits bin Saad, al-Auzai,
Abu Tsaur dan lain-lain. Namun kemudian dalam perjalanan panjang sejarah
Islam, sebagian besar madzhab-madzhab tersebut tersisih dalam kompetisi sejarah
dan kehilangan pengikut, kecuali empat madzhab yang tetap eksis dan
berkembang hingga dewasa ini. Pengikut empat madzhab tersebut, diakui sebagai
kaum Ahlussunnah Wal Jamaah.
Berkaitan dengan hal tersebut, disini perlu dikemukakan sebuah pertanyaan,
dimanakah letak posisi madzhab al-Asyari di kalangan pengikut madzhab fiqh
yang empat? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, marilah kita ikuti penjelasan
berikut ini secara rinci tentang posisi madzhab al-Asyari di kalangan pengikut
madzhab fiqh yang empat.

9|Page
1. Madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi ini didirikan oleh al-Imam abu Hanifah an-Numan
bin Tsabit al-Kufi (80 150 H / 699-767 M). Pada mulanya madzhab
Hanafi ini diikuti oleh kaum Muslimin yang tinggal di Irak, daerah
tempat kelahiran abu Hanifah, pendirinya. Namun kemudian, setelah Abu
Yusuf menjabat sebagai hakim agung pada masa Daulah Abbasiyyah,
madzhab Hanafi menjadi populer di negeri-negeri Persia, Mesir, Syam
dan Maroko. Dewasa ini, madzhab Hanafi diikuti oleh kaum Muslimin di
Negara-negara Asia Tengah, yang dalam referensi klasik dikenal dengan
negeri seberang Sungai Jihun (sungai Amu Daria dan Sir Daria), Negara
Pakistan, Afghanistan, India, Bangladesh, Turki, Albania, Bosnia dan
lain-lain.
Dalam bidang ideologi, mayoritas pengikut madzhab Hanafi
mengikuti madzhab al-Maturidi. Sedangkan ideologi madzhab al-
Maturidi sama dengan ideologi madzha al-Asyari. Antara keduanya
memang terjadi perbedaan dalam beberapa masalah, tetapi perbedaan
tersebut hanya bersifat verbalistik (lafzhi), tidak bersifat prinsip dan
substantif (haqiqi dan manawi). Oleh karena itu dapatlah dikatakan
bahwa pengikut madzhab al-Maturidi adalah pengikut madzhab al-
Asyari juga. Demikian pula sebaliknya, pengikut madzhab al-Asyari
adalah pengikut madzhab al-Maturidi juga. Dalam hal tersebut al-Imam
Tajuddin as-Subki mengatakan, Mayoritas pengikut Hanafi adalah
pengikut madzhab al-Asyari, kecuali sebagian kecil yang mengikuti
Mutazilah.
2. Madzhab Maliki
Madzhab Maliki ini dinisbahkan kepada pendirinya, al-Imam Malik
bin Anas al-Ashbahi (93-179 H/712-795 M). Madzhab ini diikuti oleh
mayoritas kaum muslimin di Negara-negara Afrika, seperti Libya,
Tunisia, Maroko, Aljazair, Sudan, Mesir, dan lain-lain. Dalam bidang
teologi, seluruh pengikut madzhab Maliki mengikuti madzhab al-Asyari
tanpa terkecuali. Berdasarkan penelitian al-Imam Tajuddin as-Subki,

10 | P a g e
belum ditemukan di kalangan pengikut madzhab Maliki, seorang yang
mengikuti selain madzhab al-Asyari.
3. Madzhab Syafii
Madzhab Syafii ini didirikan oleh al-Imam Abu Abdillah
Muhammad bin Idris Asy-Syafii (150-204 H/767-820 M). Madzhab
Syafii ini diakui sebagai madzhab fiqh terbesar jumlah pengikutnya di
seluruh dunia. Tidak ada madzhab fiqh yang memiliki jumlah beitu besar
seperti madzhab Syafii, yang diikuti oleh mayoritas kaum Muslimin
Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia. Filipina, Singapura, Thailand,
India bagian Selatan seperti daerah Kirala dan Kalkutta, mayoritas
Negara-negara Syam seperti Syiria, Yordania, Lebanon, Palestina,
sebagian besar penduduk Kurdistan, Kaum Sunni di Iran, mayoritas
penduduk Mesir dan lain-lain.
Dalam bidang ideologi, mayoritas pengikut madzhab Syafii
mengikuti madzhab al-Asyari sebagaimana ditegaskan oleh al-Imam
Tajuddin as-Subki, kecuali beberapa gelintir tokoh yang mengikuti faham
Mujassimah dan Mutazilah.
4. Madzhab Hanbali
Madzhab Hanbali ini didirikan oleh al-Imam Abu Abdillah Ahmad
bin Muhammad bin Hanbal al-Syaibani (164-241 H/780-855 M).
Madzhab Hanali ini adalah madzhab yang paling sedikit jumlah
pengikutnya, karena tersebarnya madzhab ini berjalan setelah madzhab-
madzhab lain tersosialisasi dan mengakar di tengah masyarakat.
Madzhab ini diikuti oleh mayoritas penduduk Najd, sebagian kecil
penduduk Syam dan Mesir. Dalam bidang ideologi, mayoritas ulama
Hanbali yang utama (fudhala), pada abad pertengahan dan sebelumnya,
mengikuti madzhab al-Asyari. Di antara tokoh-tokoh madzhab Hanbali
yang mengikuti madzhab al-Asyari ialah al-Imam ibn Samun al-
Waizh, Abu Khaththab al-Kalwadzani, Abu al-Wafa bin Aqil, al-Hafizh
ibn al-Jawzi dan lain-lain. Namun kemudian sejak abad pertengahan
terjadi kesenjangan hubungan antara pengikut madzhab al-Asyari
dengan pengikut madzhab Hanbali.

11 | P a g e
Berdasarkan penelitian al-Hafizh ibn Asakir al-Dimasyqi, pada awal-
awal metamorfosa berdirinya madzhab al-Asyari, para ulama Hanbali
bergandengan tangan dengan para ulama al-Asyari dalam menghadapi
kelompok-kelompok ahli idah seperti Mutazilah, Syiah, Khawarij,
Murjiah dan lain-lain. Ulama Hanbali dalam melawan argumentasi
kelompok-kelompok ahli bidah, biasanya menggunakan senjata
argumentasi ulama al-Asyari.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian perlu dapat ditarik kesimpulan bahwa Aswaja adalah
golongan atau kumpulan orang yang senantiasa mengikuti jalan hidup Rasulullah
SAW dan jalan hidup para sahabatnya atau golongan yang berpegang teguh pada
sunnah rosul dan sunah (tariqah) para sahabat,lebih khusu lagi ( Abu bakar,Umar
bin khatab,Usman bin affan,Ali bin abi thalib).

B. Saran
Dari penjelasan yang telah dijelaskan, maka diharapkan Makalah ini dapat
di manfaatkan pembaca dalam memahami tentang Aswaja.Selain itu penulis juga
menyarankan untuk menerapkan apa yang baik dari Makalah ini dan juga
mengingatkan penulis apa yang dianggap pembaca kurang baik dari Makalah ini.
Sebagai penyusun, saya akui tidak terlepas dari kesalahan dan keterbatasan.
Karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan penulisan Makalah selanjutnya. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

NU Center, T. A. (2013). Risalah Alussunnah Wal-Jamaah. Jakarta: Khalista.


Ramli, M. I. (2011). Pengantar Sejarah AHLUSSUNNAH WAL-JAMAAH. Jakarta:
Khalista.
http://sulfiana22.blogspot.co.id/2014/04/makalah-sejarah-munculnya-aliran-
aliran.html
https://www.facebook.com/notes/ubaydillah-khoir-al-batawie-fbr/madzhab-al-
asyari-dan-madzhab-fiqih-yang-empat/10151971596404045/
http://www.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai