Anda di halaman 1dari 22

Nama : Sibuan

NIM : S1212101577
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian
Sedangkan (Yosep, 2009) berpendapat Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik
kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk
dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang
tidak terkontrol.
Suatu keadaan ketika individu mengalami perilaku yang secara fisik dapat
membahayakan bagi diri sendiri atau pun orang lain (Sheila L. Videbeck, 2008).
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya
mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami
oleh individu:
a) Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
b) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi
individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan yang diterima (permissive).
d) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
2. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.
Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor
penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu
perilaku kekerasan.

C. TANDA DAN GEJALA (Menurut Fitria, 2010)


1. Pengkajian awal : Alasan utama klien dibawa ke RS adalah PK dirumah.

2. Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat,

klien sering memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

3. Fisik : Mata melotot / pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah

memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.

4. Verbal: Mengancam, mengupat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,

kasar.

5. Perilaku: Menyerang orang lain, melukai diri sendiri, orang lain, merusak

lingkungan, amuk/ agresif.

6. Emosi: Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,

tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

7. Intelektual: Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang

mengeluarkan kata-kata bernada kasar.

8. Spritual: Merasa diri berkuasa, merasa diri paling benar, keragu-raguan, tidak

bermoral.

9. Sosial: Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.

10. Perhatian: Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

Sedangkan tanda-tanda adanya perilaku kekerasan yamg mengancam menurut

(Santoso , 2007) adalah :

1. Kata-kata keras/ kasar atau ancaman akan kekerasan

2. Adanya perilaku agitatif

3. Membawa benda-benda tajam atau senjata


4. Adanya pikiran dan perilaku paranoid

5. Adanya penyalah gunaan zat/ intoksikasi alkohol

6. Adanya halusinasi dengar yang memerintahkan untuk melakukan tindak kekerasan

7. Kegelisahan katatonik

8. Adanya penyakit di otak (terutama dilobus frontal)

Hal hal yang perlu diperhatikan untuk menduga adanya resiko bunuh diri (Santoso,

2007).

1. Adanya ide bunuh diri atau percobaan bunuh diri sebelumya

2. Adanya kecemasan yang tinggi, depresi yang dalam dan kelelahan

3. Adanya ide bunuh diri yang diucapkan

4. Ketersediaanya alat atau cara bunuh diri

5. Mempersiapkan warisan terutama klien depresi

6. Adanya krisis dalam kehidupan baik fisik maupun mental

7. Adanya riwayat keluarga yang melakukan bunuh diri

8. Adanya keputus asaan yang mendalam

D. PROSES TERJADINYA

Banyak hal yang dapat menimbulkan stress, marah, cemas, dan HDR pada

individu. Agresif dapat menimbulkan kecemasan sehingga dapat menimbulkan perasaan

yang tidak menyenangkan. Kecemasan dapat diungkapkan melalui 3 cara:

1. Mengungkapkan marah secara verbal

2. Menekan/ mengingkari rasa marah

3. Menentang perasaan marah

Dengan cara tersebut akan menimbulkan perasaan bermusuhan. Bila cara ini

berlangsung terus menerus maka dapat terjadi penyerangan dengan kekerasan disertai

tindakan melempar yang menimbulkan perasaan marah tersebut.


Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal

berupa perilaku dekruktif maupun agresif . Sedangkan secara internal dapat berupa

perilaku yang merusak diri.

Mengekspresikan marah dapat dengan perilaku destruktif dengan menggunakan

kata-kata yang dapat dimengerti dan direspon tanpa menyakiti orang lain, serta

memberikan perasaan lega.

E. Rentan Respon

Menurut Iyus Yosep, 2007 bahwa respons kemarahan berfluktuasi dalam rentang

adaptif maladaptif.

Skema 1.1. Rentang Respon Kemarahan

Respon adaptif Respons maladaptif

I-------------------I------------------I----------------------I-------------------I

Asertif frustasi pasif agresif kekerasan

(Sumber Iyus Yosep, 2007)

1. Perilaku asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa

menyalahkan atau meyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan pada

individu

2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang

tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.

3. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk engungkapkan

perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari

suatu tuntunan nyata.

4. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan /

panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk, mendekati


orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai.

Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.

5. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan

ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata

ancaman, melukai pada tingkat ringan sampa pada yang paling berat. Klien tidak

mampu mengendalikan diri.

F. MEKANISME KOPING

Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:

1. Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.

2. Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/ keinginan tidak

baik.

3. Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan

dengan melebihkan sikap/ perilaku yang berlawanan.

4. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila

diekspresikan dengan melebihkan sikap perilaku yang berlawanan.

5. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan bermusuhan

pada objek yang berbahaya.

Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang

berkepanjangan dari seseorang karna ditinggal oleh orang yang dianggap berpangaruh

dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang

harga diri rendah (HDR), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila

ketidakmampuan bergaul dengan orang lain tidak dapat diatasi maka akan muncul

halusinasi berupa suara-suara atau bayang-bayangan yang meminta klien untuk

melakukan kekerasan. Hal ini data berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain

(resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan).


Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang

kurang baik dalam mengahadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien

(koping keluarga tidak efektif). Hal ini yang menyebabkan klien sering keluar masuk RS

atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen

terapeutik inefektif).

G. Perilaku

1. Menyerang orang
2. Melukai diri sendiri/orang lain
3. Merusak lingkungan
4. Amuk/agresi

H. Penatalaksanaan

Adapun penalaksanaan medik menurut MIF Baihaqi, dkk, 2005 sebagai berikut :

1. Somatoterapi

Dengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung berkaitan dengan badan,

biasanya dilakukan dengan :

a. Medikasi psikotropik

Medikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat psikotropik atau psikofarma

yaitu obat-obat yang mempunyai efek terapeutik langsung pada proses mental pasien

karena efek obat tersebut pada otak.

1) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)

2) Obat anti depresi, amitriptyline

3) Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam

4) Obat anti insomnia, phneobarbital

b. Terapi Elektrokonvulsi (ECT)

Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh penderita

menerima aliran listrik yang terputus-putus.


c. Somatoterapi yang lain

1) Terapi konvulsi kardiasol, dengan menyuntikkan larutan kardiazol 10%

sehingga timbul konvulsi

2) Terapi koma insulin, dengan menyuntikkan insulin sehingga pasien menjadi

koma, kemusian dibiarkan 1-2 jam, kemudian dibangunkan dengan suntikan

gluk

2. Psikoterapi

Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan terhadap suatu gangguan

atau penyakit, yang pada umumnya dilakukan melalui wawancara terapi atau melalui

metode-metode tertentu misalnya : relaksasi, bermain dan sebagainya. Dapat dilakukan

secara individu atau kelompok, tujuan utamanya adalah untuk menguatkan daya tahan

mental penderita, mengembankan mekanisme pertahanan diri yang baru dan lebih baik

serta untuk mengembalikan keseimbangan adaptifnya.

3. Manipulasi lingkungan

Manipulasi llingkunagan adalah upaya untuk mempengaruhi lingkungan pasien,

sehingga bisa membantu dalam proses penyembuhannya. Teknis ini terutama diberikan

atau diterapkan kepada lingkungan penderita, khususnya keluarga.

Tujuan utamanya untuk mengembangkan atau merubah/menciptakan situasi baru

yang lebih kondusif terhadap lngkungan. Misalnya dengan mengalihkan penderita

kepada lingkunmgan baru yang dipandang lebih baik dan kondusif, yang mampu

mendukung proses penyembuhan yang dilakukan.


II. Konsep Keperawatan

A. Pengkajian

Beberapa faktor yang perlu dikaji pada klien perilaku kekerasan menurt Budi Anna

Keliat, 2006 adalah sebagai berikut :

1. Klien dibawa ke rumah sakit jiwa dengan alasan amuk, membanting barang-barang,

gelisah, tidak bia tidur, berendam dikamar mandi selama berjam-jam.

2. Klien biasanya amuk karena ditegur atas kesalahannya

3. Klien mengatakan mudah kesal dan jengkel

4. Merasa semua barang tidak ada harganya

5. Klien kelihatan sangat bersemangat, wajah tegang

6. Muka merah tidak menceritakan masalahnya

7. Klien merasa minder bila berada dilingkungan keluarga

8. Klien mudah marah dan cepat tersinggung

9. Klien selalu merusak lingkungan

10. Klien nampak kotor, rambut kusut dan kotor, gigi kotor dan kuning

11. Kuku panjang dan kotor, kulit banyak daki dan kering

12. Klien mengatakan malas mandi

13. Klien tidak mau mandi bila tidak disuruh dan mandi kalau perlu saja

14. Sehabis mandi klien masih tampak kotor.

B. Masalah Keperawatan

Menurut Kelait BA, 2006 masalah keperawatan yangs sering terjadi pada klien

perilaku kekerasan adalah :

Resiko perilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan linkungan

Perilaku kekerasan

Ganguan konsep diri harga diri rendah


Gangguan pemeliharaan kesehatan

Defisit perawatan diri, mandi dan berhias

Ketidakefektifan koping keluarga ; ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah

Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik

C. Pohon Masalah

Resiko mencederai orang lain/lingkungan

Perilaku Kekerasan

Gangguan Harga Diri : HDR

D. Diagnosa Keperawatan

Perilaku Kekerasan

E. Intervensi

NO Strategi Perencanaan Pasien Strategi Perencanaan Keluarga


1 SP I P SP I k
1. Mengidentifikasi penyebab 1. Mendiskusikan masalah yang
PK dirasakan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi Tanda dan merawat pasien.
Gejala PK 2. Menjelaskan pengertian PK,
3. Mengidentifikasi PK yang tanda dan gejala, serta proses
dilakukan terjadinya PK.
4. Mengidentifikasi akibat PK 3. Menjelaskan cara merawat
5. Mengajarkan cara pasien dengan PK.
mengontrol PK
6. Melatih Pasien cara
mengontrol PK FISIK I (
Nafas Dalam )
7. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
2 SP II P SP II k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Melatih keluarga
latihan sebelumnya mempraktekkan cara
2. Melatih pasien cara kontrol merawat pasien dengan PK.
marah FISIK II ( memukul 2. Melatih keluarga melakukan
bantal / kasur / konversi cara merawat langsung
energi ) kepada pasien PK.
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

3 SP III P. SP III k
1. Memvalidasi masalah 1. Membantu keluarga membuat
dan latihan sebelumnya jadual aktivitas di rumah
2. Melatih pasien cara termasuk minum obat
mengontrol PK secara (discharge planning).
Verbal (Meminta / 2. Menjelaskan follow up pasien
menolak dan setelah pulang.
mengungkapkan marah
secara baik)
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
4 SP IV P
1. Memvalidasi masalah dan
latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara
mengontrol PK secara
spiritual (berdoa, berwudhu,
sholat)
3. Membibing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
5 SP V P
1. Memvalidasi masalh dan
dan latihan sebelumnya
2. Menjelaskan cara
mengontrol PK dengan
meminum obat ( Prinsip
5 benar minum obat )
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Orientasi :
Salam Teraupetik
Selamat pagi Mas. Perkenalkan nama saya Syaiful Bahri, panggil saja Ipul.
Saya adalah mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak. Nama Mas siapa dan suka
dipanggil apa? Baiklah mulai sekarang saya akan pangil Mas Reski saja, ya

Evaluasi/validasi
kalau boleh tahu, sudah berapa lama Mas Recki di sini ? Apakah Mas Recki masih
ingat siapa yang membawa kesini ? bagaimana perasaan Mas saat ini? Saya lihat Mas
sering tampak marah dan kesal, sekarang Mas masih merasa kesal atau marah ?

Kontrak
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang membuat Mas Recki
marah dan bagaimana cara mengontrolnya? Ok. Mas?
Tidak lama kok, 15 menit saja.
Mas senangnya kita berbicaranya dimana?. Dimana saja boleh kok, asal Mas merasa
nyaman. Baiklah, berarti kita berbicara disini saja ya, Mas

2. Kerja :
Nah, sekarang coba Mas ceritakan Apa yang membuat Mas Recki merasa marah?
Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan
yang sekarang?
Lalu saat Mas sedang marah apa yang akan Mas rasakan? Apakah Mas merasa
sangat kesal, dada Mas berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup
rapat dan ingin mengamuk?
Setelah itu apa yang Mas Recki lakukan?
Apakah dengnan cara itu marah/kesal Mas dapat terselesaikan? Ya tentu tidak, apa
kerugian yang Mas Recki alami?
Menurut Mas adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Mas belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Mas. Salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.
Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Namanya teknik
napas dalam
Begini Mas, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Mas rasakan, maka Mas berdiri atau
duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan lahan melalui mulut
Ayo Mas coba lakukan, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut.
Nah, lakukan 5 kali.
Bagus sekali, Mas sudah bisa melakukannya
Nah..Mas Recki tadi telah melakukan latiahan teknik relaksasi napas dalam,
sebaiknya latihan ini Mas lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah
itu muncul Mas sudah terbiasa melakukannya

3. Terminasi :
Evaluasi
Evaluasi subjektif:
Bagaiman perasaan Mas setelah kita berbincang-bincang dan melakukan latihan
teknik relaksasi napas dalam tadi? Ya...betul, dan kelihatannya Mas terlihat sudah lebih
rileks.
Evaluasi objektif
Coba Mas sebutkan lagi apa yang membuat Mas marah, lalu apa yang Mas rasakan
saat itu dan apa yang akan Mas lakukan. Kemudian apa akibatnya...
Wah...bagus, Mas masih ingat semua...
Tindak lanjut
Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari Mas?
Kapan waktu yang Mas inginkan untuk melakukan latihan ini? Bagaimana kalau setiap
jam 11pagi?
Kontrak yang akan datang
Nah, Mas. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah satu dari teknik saja. Masih ada
cara yang bisa digunakan untuk mengatasi marah Mas. Cara yang kedua yaitu dengan
teknik memukul bantal atau kasur.
Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok, Mas maunya kita bertemu
besok jam berapa?Kita latihannya dimana, Mas? Disini saja lagi , Mas ok, Mas.
Kalau begitu saya pamit dulu ya, Mas.... Assalamualaikum

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari Pertama tgl 13 Maret 2014

Proses Keperawatan

Kondisi px

DS :Klien mengatakan ada bisikan yang sangat ramai sehingga klien sering terbangun
dari tidurnya.

DO : - Klien sering menyendiri.

- Klien terlihat sering tidur.


- Klien terlihat sering senyum-senyum sendiri.
- Klien terlihat lemah.

Dx Keperawatan : Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain b/d halusinasi pendengaran.

Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan keperawatan.

- Berbicara dengan klien menggunakan komunikasi terapeutik.


- Perkenalkan diri dengan sopan.
- Jelaskan tujuan interaksi/pertemuan.
- Tanya nama lengkap klien, jujur dan tepat janji.
- Berikan pujian saat melakukan tindakan dengan klien.
- Dengarkan klien dengan simpati dan berikan kesempatan dia untuk berbicara.
Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
a. Orientasi.
Salam terapeutik : Selamat pagi Ibu
Evaluasi : Kx menjawab salam dan klien melihat ke arah perawat.
Topik :Pada hari ini saya mau bicara dengan Ibu, bagaimana kalau
kita kenalan dulu.
Waktu : Waktu kira-kira beberapa menit untuk berbicara, bagaimana
kalau sekitar 15 menit saja bu.

b. Fase Kerja
Pagi ibu, bagaimana tidurnya semalam ? Kenalkan nama saya Sibuan saya Akper
Muhamadiya Pontianak. Sya disini praktek selama 3 minggu, sekarang saya
ingin kenal lebih lanjut dengan Ibu, nama Ibu siapa dan dari mana ?
c. Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
DS : Bagaimana perasaan Ibu setelah berkenalan dengan saya !
DO : Coba Ibu sebutkan nama saya !
Tindak lanjut klien
Saya mau setelah perkenalan tadi Ibu masih menginginkan saya untuk datang
lagi.
Topik : Kali ini saya cukupkan samapai disini dulu percakapan kita. Besok
kita akan bicara lagi tentang bisikan-bisikan yang sering Ibu rasakan.
Waktu : Kira-kira pukul berapa ya kita bisa bicara lagi, bagaimana kalau jam
10 pagi sekitar 10 menit saja bu.
Tempat : Bagaimana kalau besok kita berbicara lagi di ruang makan ini !!
Pertemuan Kedua tgl 14 maret 2014
Proses Keperawatan
Kondisi klien
DS : - Klien kadang kadang mendengar bisikan.
- Klien merasa kondisinya lebih membaik.
DO : - Klien terlihat segar
- Penampilan klien terlihat rapi dan baru mandi.
- Klien sering terlihat menyendiri dan sering mondar-mandir.

Diagnosa Keperawatan

Resiko tinggi melakukan kekerasan b/d halusinasi.

Tujuan Khusus 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya.

Tindakan Keperawatan

1. Adakan kontak sering dan sigkat.


2. Observasi tingkah laku klien yang terkait dengan halusinasinya.
3. Bantu klien dalam mengenl masalahnya.
4. Diskusi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi.

Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

a. Orientasi

1. Salam terapeutik, Selamat pagi Ibu.

2. Evaluasi/validasi

3. Topik : Sesuai dengan pertemuan kita yang kemarin, kali ini kita akan
membicarakan tentangbisikan yang Ibu rasakan.

Waktu : Bagaimana Ibu bersedia bicara dengan saya 10 menit saja.

Tempat :Bagaimana Ibu kalau kita bicara di ruang makan saja.

b. Fase Kerja
- Selamat pagi Ibu, apa yang ibu rasakan sekarang.
- Apa ibu tau darimana suara itu muncul.
- Pada saat apa biasanya Ibu mendengar suara/bisikan itu?
- Ibu mendengar bisikan itu berapa kali.
c. Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
Subyektif
- Baiklah, Ibu sudah 10 menit bagaimana perasaan Ibu
sekarang apakah ibu mengerti tentang halusinasi.

Obyektif

- Coba Ibu bedakan tentang halusinasi yang Ibu dengar.

Tindak lanjut Kx

- Saya ingin setelah ngobrol tadi Ibu dapat membedakan


tentang halusinasi dan waktu timbulnya halusinasi.

Kontrak yang akan datang

Topik : Sebelum kita akhiri saya ingin Ibu membicarakan bagaimana


cara ibu mengontrol halusinasinya.

Waktu : Maunya Ibu jam berapa, bagaimana kalau jam 11.00.

Tempat : Apakah kita besok tetap bertemu disini atau ditempat lain pak.
Pertemuan Ketiga tgl 15 Maret 2014

Proses Keperawatan

Kondisi Klien

DS : - Klien tetap mendengar bisikan memanggilnya.

DO : - Klien sering mondar-mandir.

- Terkadang klien menyendiri.


- Penampilan klien rapi.

Diagnosa Keperawatan

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain b/d halusinasi dengar.

Tujuan Khusus 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya.

Tindakan keperawatan

1. Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi halusinasinya.


2. Diskusikan manfaat dan cara yang di gunakan klien jika bermanfaat beri pujian.
3. Diskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasinya.
4. Bantu klien memutuskan halusinasinya.
5. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan cara yang dilatih.

Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

a. Orientasi
- Salam terapeutik, Selamat pagi Ibu.
- Evaluasi/Validasi
Bagaimana kabarnya Ibu, apakah ibu masih mendengar bisikan itu ? dan apa
yang Ibu lakukan jika halusnasinya datang.
- Kontrak
Topik : Sesuai dengan janji kita yang kemarin sekarang kita akan
membicarakan bagaimana cara mengontrol halusinasinya.
Waktu : Kira-kira kita nanti membutuhkan waktu 10 menit saja bu.
TempaT : Dalam diskusi ini lebih baik kita duduk diruang makan saja, apakah
Ibu bersedia ?
b. Fase Kerja
- Apakah yang Ibu lakukan pada saat halusinasinya timbul untuk mengontrol
timbulnya halusinasi
- Apakah ada cara lain yang Ibu lakukan untuk mengontrol halusinasinya.
- Apabila Ibu mendengar bisikan sebaiknya Ibu melakukan aktifitas seperti
menonton Televisi atau berbicara sama temannya.
c. Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindaakan keperawatan
- Evaluasi Subyektif
Setelah kita berbicara panjang lebar Ibu tau cara mengontrol halusinasi.
- Evaluasi Obyektif
Apabila halusinasi Ibu datang lagi saya ingin Ibu dapat melaksanakan apa yang
telah kita pelajari tadi.
- Kontrak yang akan datang
Topik : Sebelum kita akhiri saya harap[ besok kita akan melanjutkan
pembicaraan tentang bagaimana dukungan kelurga untuk mengontrol
Ibu.
Waktu : Kira-kira jam berapa kita bertemu besok bu ? bagaimana kalau
pertemuan kita jam 10.00 lagi.
Tempat : Tempatnya kita ngobrol disini lagi 9diruang makan).
Pertemuan Keempat tgl 15 Maret 2014

Proses Keperawatan

Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan malas dan ngantuk.

DO : - Klien sering mondar-mandir.

- Penampilan klien rapi.


- Klien sering tidur.

Diagnosa Keperawatan

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain b/d halusinasi dengar.

Tujuan Khusus 4 : Klien mendapat dukungan keluarga dan mengenal halusinasinya.

Tindakan keperawatan

1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga.


2. Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan tindakan yang akan dilakukan
dalam merawat klien.
3. Beri pengetahuan dan pujian terhadap tidakan yang positif.

Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

a. Orientasi
- Salam terapeutik
Selamat pagi Ibu !!
- Evaluasi
Bagaimana kabarnya ibu ? bagaimana tidurnya semala ? dan apakah keluarga
Ibu sering datang ke sini ?
- Kontrak
Topik : Bu... pada pertemuan ini saya akan membicarakan tentang segala
dukungan keluarga untuk mengontrol halusinasinya.
Waktu : Dalam membahas ini kira-kira jam 10.00 pagi ya.
Tempat : Dalam kita bicara lebih baik kita duduk di taman atau di ruang makan
lagi bu ?
b. Fase Kerja
- Apakah yang ibu lakukan jika keluarga ibu menjenguk kesini?
- Apakah Ibu menceritakan jika terjadi halusinasi , pada saat keluarga Ibu
menjenguk.
- Dan apabila Ibu mendengar bisikan tersebut yang dapat Ibu lakukan yaitu jalan-
jalan, nonton TV dan berbicaa pada keluarga atau perawat.
c. Terminasi
d. Evaluasi respon klien terhadap tindakan
- Evaluasi Subyektif
Setelah kita bicara tadi apakah Ibu bisa menceritakan halusinasi tersebut
terhadap lingkungan.
- Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan apa saja yang telah kita pelajari hari ini untuk mengontrol
halusinasinya.
- Tindak lanjut klien
Topik : Saya ingin pada pertemuan besok kita akan membicarakan tentang
bagaimana mengguanakan obat untuk mengendalikan halusinasi.
Waktu : Besok seperti yang kita bicarakan sebelum dari jam 10.10 WIB
Tempat : Dengan masalah tempatnya lebih enak diruangan makan saja pak?
Pertemuan kelima tgl 04 2014
Proses keperawatan
Kondisi klien
DS: Klien berada didepan halaman atau tamaana
DO : kx rapi
Kx tamapk segar
DX kep:
Resiko cidera diri sendiri dan orang lain b/d halusinasi dengar.
Tujuan khusus 5: kx dapat mengalami obat untuk mengendalikan halusinasi
Tindakan keperawatan :
1. Diskusikan dengan klien tentang manfaan dan efek samping obat
2. Beri kxdan awasi dalam minum obat sesuai indikasi
3. Anjurkan kx untuk tidak berhenti minum obat tampa adanya dokter
4. Bantu kx dengan mengunakan obat dengan prinsip yg benar
Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
a. Orientasi
- Salam terapeutik
Selamat pagi ibu?
- Evaluasi vilidasi
Bagaimana tidurnya ibu ? apa ibu masih ingat dengan saya
- Kontrak
Ibu cerita sesuai dengan janji kita kemarin sekarang kita akan
membicarakan mengenai pengguanaan obat selama 10 menit mulai jam
10.00-10.11 dan menurut ibu kira-kira kita dapat melakukannya dimana ?
b. Fase Kerja
- Apakah Ibu tadi pagi sudah minum obat.
- Ibu tahu bagaimana cara minum obat yang benar.
- Apakah Ibu tahu manfaatnya minum obat.
- Apakah Ibu tahu efek dari ketidakpatuhan apabila Ibu sampai Ibu tidak
minum obat secara teratur.
c. Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan
- Evaluasi
Apakah Ibu masih ingat efek samping apabila Ibu tidak minum obat.
- Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan apa efeknya dan cara pengguanaan obat yang tepat dan
benar.
- Kontrak yang akan datang
Ibu cerita sampai dulu pembicaraan kita hari ini dan besok saya harap
pembicaraan kita lanjutkan agar selama di rumah sakit kita tetap bisa bisa
bicara tentang halusinasi. Fungsi keluarga bagi Ibu, kira-kira besok jam
10.00 di taman/ ruang makan ?
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University Press.
Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care. Edisi 3.
Philadelphia: F. A. Davis Company
Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St. Louis:
Mosby Year Book.

Anda mungkin juga menyukai