Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi baru lahir

sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat

diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (WHO, 2005). Pemerintah Indonesia

melalui Kementerian Kesehatan juga merekomendasikan para ibu untuk menyusui

eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya (Depkes RI, 2013).

ASI mengandung bahan-bahan yang sangat mudah dicerna dan diserap

oleh bayi, bahkan bayi prematur sekalipun. Zat-zat yang terkandung dalam ASI

sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan, terutama

dalam masa emas 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Adanya antibodi (zat

kekebalan tubuh) juga tidak dapat ditemukan pada makanan manapun selain ASI,

sehingga bayi yang mendapatkan ASI eksklusif terbukti lebih kebal terhadap

penyakit menular (IDAI, 2012).

Tahun-tahun pertama kehidupan anak adalah masa kritis yang besar

pengaruhnya dalam hidup mereka ke depannya. Pengetahuan tentang makna

penting ASI ekslusif untuk perkembangan fisik, psikis dan intelektual sudah

diketahui secara luas. Namun demikian, persentase praktek pemberian ASI

ekslusif baik di tingkat lokal, nasional maupun global masih memprihatinkan.

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, Indonesia seharusnya

memiliki angka persentase pemberian ASI ekslusif yang tinggi. Hal ini

1
2

dikarenakan seruan memberikan ASI yang disampaikan dalam Al Quran Surah

2:233 memberikan panduan yang jelas mengenai pemberian ASI, bahkan hingga 2

tahun, melebihi dari rekomendasi global pemberian ASI yang hanya 6 bulan

(Kadir, 2014).

Telah diterbitkan Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Air Susu Ibu

Eksklusif (PP Nomor 33 Tahun 2012). Dalam PP tersebut diatur tugas dan

tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan

program ASI diantaranya mengembangkan kebijakan nasional dan daerah,

melakukan advokasi dan sosialisasi serta melakukan pengawasan terkait program

pemberian ASI Eksklusif (Depkes RI, 2012).

Pemberian ASI sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

bayi usia 0-6 bulan, sehingga bayi dengan pemberian ASI yang kurang akan

mengalami gangguan pada pertumbuhan dan perkembanganya. Secara umum

antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi,

maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan

energi (Yogi, 2007).

Cakupan pemberian ASI Eksklusif tahun 2014 di wilayah kerja puskesmas

Mrican sebesar 76.5%, sedangkan cakupan pemberian ASI Eksklusif tahun 2013

di Jawa Timur sebesar 70,8% (Laporan Kesehatan Provinsi, 2013). Sedangkan,

Kementerian Kesehatan RI menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar

80% (Damayati, 2014).Oleh karena itu perlu sekali upaya peningkatkan sosialisasi
3

pentingnya pemberian ASI Eksklusif melalui penyuluhan mulai dari lingkungan

desa sampai dengan lingkungan keluarga (Dinkes Kediri, 2014).

Berdasarkan data dari Kabupaten/Kota diketahui bahwa cakupan bayi

yang mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun 2012 sebesar 64,08%.

Cakupan tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011

(61,52%). Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor pemahaman atau Definisi

Operasional (DO) yang berubah pada awal tahun 2010. Sampai awal tahun 2010

pemahaman ASI Eksklusif oleh pelaksana gizi di lapangan adalah murni bayi

yang berusia 6 bulan yang hanya mendapat ASI saja. Sedangkan pengertian ASI

Eksklusif menurut Kementerian Kesehatan RI maupun World Health

Organization (WHO), adalah bayi yang berusia 0-6 bulan yang masih diberi ASI

saja pada saat didata. Artinya, bila adabayi yang berumur 0 bulan atau 1 bulan dan

seterusnya sampai 5 bulan masih diberi ASI saja, maka pada saat itu dia dicatat

sebagai bayi 0-6 bulan yang eksklusif, sehingga angkanya jelas jauh lebih tinggi

dibanding dengan yang murni 6 bulan eksklusif (Dinkes Jatim, 2012).

Praktek menyusui masih cukup buruk. Hal tersebut dapat berasal dari

berbagai hambatan baik internalatau eksternal. Menurut teori Green et al.

perilaku kesehatan individu dan masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

faktor perilaku dan faktor-faktor di luar perilaku (non-perilaku). Selanjutnya

faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor meliputi: faktor

predisposisi (Predisposing factors), faktor pendukung (Enabling factors), faktor

pendorong (Reinforcing factors). Sangat penting bahwa dalam mengatasi masalah

yang mendasari,semua pemangku kepentingan harus bekerja sama untuk

mengidentifikasi akar masalah sehingga keputusan yang diambil bersumber dari


4

informasi dan pertimbangan yang menyeluruh. Hal ini adalah agar dilakukan

tindakan yang efisien dan efektif dengan apa praktek pemberian ASI ekslusif

dapat dilakukan seperti yang diharapkan (Kadir, 2014).

Kelurahan Mrican Kota Kediri memutuskan untuk membuat kebijakan

yang tertuang pada Keputusan Kepala Kelurahan Mrican Kota Kediri No. 22 Tahun

2014 Tentang Pembentukan Kelompok Pendukung Air Susu Ibu (KP- ASI). KP ASI

tersebut terdiri atas semua kalangan masyarakat di Kelurahan Mrican. Susunan

pengurus KP ASI di Kelurahan Mrican Kecamatan Mojoroto Kota Kediri terdiri

dari pembina yaitu kepala kelurahan Mrican, ketua yaitu ketua tim penggerak

PKK kelurahan Mrican, penanggung jawab yaitu ibu bidan wilayah kelurahan

Mrican, koordinator yaitu seorang kader posyandu dan anggota yang terdiri atas

10 (sepuluh) orang kader posyandu. Pengurus dilatih untuk menjadi motivator

ASI yang berperan intensif menyebarkan informasi tentang Inisiasi Menyusui

Dini (IMD), manfaat ASI, teknik menyusui yang benar, mengolah ASI bagi ibu

bekerja, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan ASI Eksklusif pada masyarakat

di sekitarnya. Berdasarkan data di atas kami merasa perlu melakukan penelitian

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif di wilayah kerja puskesmas Mrican, di mana pemilihan tempat

penelitian di kelurahan Ngampel dan Dermo Kota Kediri.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibuat rumusan masalah apakah

terdapat pengaruh antara faktor-faktor tersebut terhadap keberhasilan pemberian

ASI Eksklusif di Kelurahan Ngampel dan Dermo Kota Kediri Tahun 2015 ?
5

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan

pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Ngampel dan Dermo Kota Kediri 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui gambaran perilaku keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di

Kelurahan Ngampel dan Dermo Kota Kediri 2015.

2. Diketahui gambaran karakteristik keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di

Kelurahan Ngampel dan Dermo Kota Kediri 2015.

3. Diketahui gambaran faktor predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan, dan sikap) yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif di Kelurahan Ngampel dan Dermo Kota Kediri 2015.

4. Diketahui gambaran faktor penguat (mitos) yang mempengaruhi

keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Ngampel dan Dermo

Kota Kediri 2015.

5. Diketahui hubungan antara faktor predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan, dan sikap) dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di

Kelurahan Ngampel dan Dermo Kota Kediri 2015.

6. Diketahui hubungan antara faktor penguat (mitos) dengan keberhasilan

pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Ngampel dan Dermo Kota Kediri

2015.
6

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi Dinas Kesehatan Kota Kediri

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi bagi Dinas

Kesehatan Kota Kediri dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif di Kota Kediri.

1.3.2 Bagi Puskesmas Mrican Kota kediri

Memberikan informasi kepada puskesmas tentang faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan

Ngampel dan Dermo Kota kediri, sehingga dapat menyusun upaya-upaya untuk

meningkatkan pemberian ASI Eksklusif.

1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bagian kegiatan penelitian dalam mengembangkan serta

mengaplikasikan keilmuan yang telah dimiliki.

1.3.4 Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam upaya mendukung

keberhasilan pemberian ASI Eksklusif guna meningkatkan program ASI

eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai