BAB I
PENDAHULUAN
Vitamin D adalah suatu molekul larut lemak yang bersifat secosteroid (mirip
yang memiliki aktifitas hormon pada manusia.Sel dan jaringan dalam tubuh
berbagai gen untuk menjalankan fungsi sel. Selain mempunyai peranan yang
autoimun.
hampir semua rentang populasi berada dalam batas yang rendah. Penelitian di
Indonesia dan Malaysia menunjukkan pada 504 wanita usia subur berusia 18-40
2
didapatkan bahwa baik pada orang yang sehat maupun penderita TB mengalami
defisiensi vitamin D.
Vitamin D didapatkan juga dari asupan nutrisi dalam jumlah kecil. Indonesia
merupakan salah satu negara tropis yang hampir sepanjang tahun mendapat sinar
Indonesia yang menyebabkan defisiensi vitamin D. Oleh karena itu, asupan nutrisi
yang tinggi vitamin D merupakan hal yang penting untuk memenuhi kebutuhan
terdapat perbedaan asupan nutrisi dan paparan sinar matahari antara populasi rural
dengan urban. Perbedaan aktivitas, pekerjaan, jenis makanan yang dikonsumi, dan
tertentu. Kuesioner harus memiliki tujuan yang jelas dan berhubungan dengan
yang paling sering digunakan untuk penelitian kesehatan dan sosial. Kuesioner
sebagai instrumen penelitian harus memiliki validitas dan reliabilitas yang baik
sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner tersebut.
yang akan dipakai apakah dapat mengukur variabel penelitian dengan valid atau
instrumen atau alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas dapat diuji
berdasarkan teori dan empiris. Uji berdasarkan teori untuk menilai relevansi isi
kuesioner terhadap teori dapat dilakukan dengan face validity atau content validity
walaupun kelemahan dari kedua uji ini bersifat subjektif. Sedangkan uji
spesifik atau instrumen pengukuran lain yang dapat dilakukan dengan validitas
Reliabilitas adalah konsistensi suatu kuesioner, tes, atau alat ukur dalam
menghasilkan skor atau hasil yang relatif stabil setelah digunakan berulang.
sebagai berikut:
Dengan demikian perlu dibuat perangkat berupa kuesioner yang berbasis ilmu
pengetahuan yang valid dan reliabel untuk menilai kecukupan paparan sinar
vitamin D?
di masyarakat.
BAB II
Vitamin D adalah suatu molekul larut lemak yang bersifat secosteroid (mirip
yang memiliki aktifitas hormon pada manusia. Kebanyakan sel dan jaringan
nuklear berbagai gen untuk menjalankan fungsi sel. Selain mempunyai peranan
yang krusial dalam metabolisme kalsium dan hemostasis tulang, vitamin D juga
(vitamin D3) dan eksogen (vitamin D2). Kedua bentuk tersebut untuk menjadi
dalam lemak, dan oleh sebab itu untuk dapat ditransportasi dalam darah
(panjang gelombang 290 315 nm), yang akan terisomerisasi dan diubah menjadi
8
vitamin D3. vitamin D3 akan dibawa oleh darah menuju hati dimana akan
vitamin tidak diperlukan. Ketika tubuh terpapar sinar matahari yang cukup kadar
sinar matahari tidak cukup. Produksi vitamin D3 yang berlebihan akibat paparan
sinar matahari yang terus menerus dapat dicegah dengan siomerisasi fotokimiawi
Vitamin D dari diet dan hasil konversi dari prekursor di kulit dengan bantunan
radiasi matahari akan diaktivasi metabolik di hati dan ginjal. Di dalam hati,
sampai saat ini masih belum jelas. Berbagai studi menunjukan bahwa metabolit
Pengaturan produksi dan kadar 1,25(OH)2D3 oleh jaringan non ginjal berbeda-
beda. Ketika makrofag diaktivasi melalui toll like receptors (TLRs) yang spesifik,
diatur oleh ketersediaan substrat. PTH dan FGF23 tidak mengatur CYP27B1
dalam sel, baik TNF dan interferon (IFN) menstimulasi produksi 1,25
2.1.1.2 Epidemiologi
hampir semua rentang populasi dalam batas yang rendah. Kadar vitamin D yang
11
sangat rendah didapatkan pada populasi dengan kulit yang sangat gelap. Ini
menunjukkan bahwa asupan vitamin D baik dari paparan sinar matahari ataupun
vitamin D, padahal merupakan salah satu negara tropis yang hampir sepanjang
pada 504 wanita usia subur berusia 18-40 tahun bahwa rata-rata kadar vitamin D
Berdasarkan data dari South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS) tahun
2016 di negara-negara Asia Tenggara pada anak usia 0.5 12 tahun, di Indonesia
sebesar 45.4 % anak perempuan dan 41.7% anak laki-laki di daerah urban
memiliki kadar vitamin D yang rendah. Kadar vitamin D yang rendah juga
ditemukan pada 66.9% anak perempuan dan 31.8% anak laki-laki di daerah rural.
Hanya 5.7% anak perempuan dan 8.8% anak laki-laki di daerah urban yang
memiliki kadar vitamin D yang adekuat, sedangkan di daerah rural kadar vitamin
D yang adekuat hanya didapatkan 3.3% anak perempuan dan 5.0% anak laki-laki.
Dari data penelitian tersebut didapatkan bahwa di pulau Jawa kadar vitamin D
Vitamin D memiliki berbagai peranan dan fungsi dalam tubuh antara lain
dalam metabolisme tulang dan kalsium dan respon sistem imunitas. Vitamin D
juga memiliki peranan dalam berbagai penyakit kronis atau infeksi seperti,
Vitamin D memiliki peranan penting pada imunitas bawaan maupun didapat yang
dipresentasikan oleh makrofag dan sel dendritik. Vitamin D secara umum akan
menjadi sel plasma. Selain itu, 1,25(OH)2D akan menghambat proliferasi sel T
khususnya T helper-1 (Th-1) yang berfungsi menghasilkan IFN dan IL-2 juga
aktivasi makrofag. Aksi-aksi ini akan menghambat presentasi antigen lebih lanjut.
menghambat Th-17 baru diketahui akhir-akhir ini yang berperan dalam penyakit
penyakit.
14
dengan agen infeksius yang memicu sistem imun bawaan dari inang. Aktivasi
organisme. Salah satu peptida tersebut adalah katelisidin. Ekspresi katelisidin ini
diinduksi oleh 1,25(OH)2D3 baik di dalam sel myeloid ataupun di sel epitel.
25(OH)D3 normal adalah 3060 ng/mL (75150 nmol/L). Kadar vitamin D dalam
ketika konsentrasi serum 25(OH)D3 lebih dari 150 ng/mL (375 nmol/L).
Intake (DRI) adalah 200 IU untuk balita hingga dewasa berusia 50 tahun
(termasuk wanita hamil dan menyusui), 400 IU untuk dewasa berusia 5070
1. Etnis
sintesis vitamin D yang lebih rendah. Pada awalnya diduga pada pasien
setelah terpapar sinar matahari. Hal ini disebabkan karena lemak subkutan
Pada area 37o diatas garis lintang utara dan 35o dibawah garis lintang
biasanya terjadi pada akhir musim panas, dan titik nadir terjadi pada awal
musim semi.
4. Usia
5. Obat-obatan
adalah:
1) Kurang asupan
18
Populasi yang paling berisiko untuk terjadi defisiensi vitamin D adalah bayi,
anak-anak, dan usia lanjut karena asupan vitamin D yang kurang. Kadar vitamin
D pada air susu ibu rendah dan kebanyakan susu formula bayi tidak mengandung
asupan makanan yang kaya akan vitamin D, ditambah dengan daya absorpsinya
yang menurun.
pun akan menyebabkan daya sintesis dan penyimpanan vitamin D di kulit menjadi
berkurang.
melakukan bypass pada lambung dan usus juga dapat menyebabkan menurunnya
penyerapan vitamin D.
Hati dan ginjal memiliki enzim yang berguna untuk merubah vitamin D yang
sudah disintesis di kulit dan diserap di usus menjadi bentuk yang aktif. Populasi
19
dengan penyakit ginjal kronis dan penyakit hati kronis berisiko memiliki kadar
Reseptor dari vitamin D terdapat di dalam berbagai organ di tubuh kita, sehingga
saat ini yang terbukti secara nyata adalah terdapat gangguan di tulang. Dimana
kalsium di ginjal, juga mobilisasi dari penyimpanan kalsium di tulang yang dapat
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa sekitar kurang lebih 200 gen
diatur baik secara langsung atau tidak langsung oleh 1.25(OH)D melalui reseptor
vitamin D. Sebagian besar jaringan dan sel di tubuh kita memiliki kemampuan
adalah kulit, kolon, prostat, dan makrofag yang teraktivasi. Zat 1.25(OH)D ini
dan payudara. Penelitian Kanaan dkk menunjukkan paparan sinar matahari lebih
dini dapat menurunkan risiko terkena kanker prostat yang berhubungan dengan
gangguan produksi serotonin yang berperan dalam skizofrenia, serta dalam sistem
imun terutama pada makrofag yang teraktivasi pada infeksi TB serta autoimun.
yang berasal dari sinar matahari. Hanya sedikit makanan yang mengandung
vitamin D. Beberapa jenis makanan tertentu seperti ikan dengan kadar lemak yang
tinggi seperti salmon, tuna, makerel, dan minyak hati ikan mengandung kadar
vitamin D yang tinggi. Sebagian kecil vitamin D juga didapatkan dalam hati,
daging, keju, kuning telur, dan jamur. Vitamin D diserap oleh usus dari makanan
IU
jam).
2.1.3 Kuesioner
Kuesioner merupakan serangkaian pertanyaan yang disusun sebagai alat
harus memiliki tujuan yang jelas dan berhubungan dengan tujuan penelitian.
digunakan untuk penelitian kesehatan dan sosial. Kuesioner dapat menjadi teknik
mempengaruhinya.
berkesinambungan (Gambar 2.
2) Rancangan kuesioner
3) Uji kuesioner
4) Revisi kuesioner
5) Pemgumpuan data
yang baik sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap
kuesioner tersebut.
yang akan dipakai apakah dapat mengukur variabel penelitian dengan valid atau
instrumen atau alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Instrumen yang valid
diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang valid dan reliabel. Instrumen yang
valid dan reliabel merupakan syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang
yang digunakan valid dan dan reliabel, seperti kondisi subjek yang diteliti dan
Validitas suatu kuesioner dapat diuji berdasarkan teori dan empiris. Uji validitas
berdasarkan teori menilai kelayakan atau relevansi isi kuesioner terhadap teori.
Terdapat 2 subtipe uji validitas berdasarkan teori, yaitu face validity dan content
1. Face validity
Face validity merupakan validitas yang diperoleh dari pengujian kelayakan isi
kuesioner melalui penilaian oleh tim ahli. Suatu instrumen dikatakan memiliki
validitas apabila kriteria yang ada dalam instrumen tersebut sesuai dengan
Kelemahan dari uji validitas ini adalah sangat sederhana dan tingginya
subjektivitas.
2. Validitas isi
atau relevansi isi kuesioner melalui analisis rasional oleh tim yang
berkompeten atau melalui penilaian para ahli. Kuesioner akan dinilai oleh tim
yang ada dalam instrumen tersebut secara rasional telah mencerminkan apa
yang diukur. Penilaian dapat berupa pilihan dikotomis seperti sesuai (dengan
skor +1) atau tidak sesuai (dengan skor 0), atau dengan menggunakan skala
atau peringkat seperti skala Likert, item rating, dan scale level rating.
25
indeks validitas isi. Indeks validitas isi terbagi menjadi 2, item-rated content
dikalkulasikan dari I-CVI. S-CVI adalah derajat atau skala kesepakatan antara
Kelemahan uji validitas isi adalah sifatnya yang bersifat subjektif. Formatted: Font color: Auto
Pada validitas kriteria, isi kuesioner diuji dengan dibandingkan terhadap suatu
dengan cara mengorelasikan kuesioner baru dengan tolak ukur eksternal yang
sudah valid. Kelemahan dari uji validitas ini adalah ketersediaan instrumen
atau kriteria yang digunakan sebagai penguji. Terdapat 2 varian dari uji
validitas kriteria:
a. Konkuren
baku emas (gold standard) yang ada dan diukur pada saat yang bersamaan
b. Prediktif
atau mengukur kejadian atau hasil keluaran yang akan datang. Validitas
didasarkan pada nilai keofisien korelasi antara suatu pernyataan dengan nilai
metode uji lainnya yang digunakan untuk mengukur hal yang sama. Hasil
dari kuesioner dan metode uji lain tersebut dibandingkan untuk melihat
hal atau konsep yang berbeda. Kuesioner dinilai baik jika terdapat sedikit
berbeda.
validity). Uji validitas ini mengukur kelayakan isi dan kostruksi kuesioner
dengan menggunakan model statistik yang disebut analisa faktor. Uji ini
kuesioner dinilai baik apabila hubungan internal isi dalam suatu subbagian
hipotesis dari teori yang ada. Kuesioner dinilai baik jika terdapat korelasi
kombinasi lebih dari satu uji validitas untuk mengukur suatu kuesioner.
tersebut.
Reliabilitas adalah konsistensi suatu kuesioner, tes, atau alat ukur dalam
digunakan, atau atribut yang diukur. Terdapat tiga aspek reliabilitas yaitu
kuesioner. Responden yang sama diberikan kuesioner dua kali pada waktu
yang berbeda dengan kondisi dan kuesioner yang sama. Metode test-retest
merupakan metode uji reliabilitas kuesioner yang paling sering dilakukan. Uji
b. Asumsi bahwa jarak antar waktu tes tidak kurang atau lebih sehingga
memori responden saat tes kedua tidak dipengaruhi memori tes pertama
(memory effect).
tes pertama dan tes kedua, dengan koefisien korelasi dikatakan baik jika r
yang sama atau konsisten pada kedua tes. Kelemahan dari uji reliabilitas ini
Uji reliabilitas ini menggunakan dua atau lebih kuesioner berbeda yang diuji
pada waktu yang sama. Kuesioner mengukur hal yang sama tetapi
merupakan hal yang penting terutama jika kuesioner mengukur hal yang
bersifat subjektif oleh lebih dari satu responden. Kuesioner Semakin tinggi
korelasi antara kedua kusioner, maka kuesioner tersebut dinilai semakin baik.
butir pertanyaan kuesioner dalam mengukur hal yang sama. Kelebihan dari uji
konsistensi internal adalah reliabilitas dapat langsung dinilai dengan satu kali
pengukuran tes sehingga uji ini mengurangi resiko kesalahan yang sering
a. Teknik belah dua dari Spearman Brown membagi kuesioner menjadi dua,
kemudian kuesioner tersebut diuji pada kelompok yang sama dan dinilai
korelasi responnya.
n = jumlah pertanyaan
n = jumlah pertanyaan
Berdasarkan konvensi oleh Nunnally dan Bernstein, reliabilitas dinilai baik jika
suatu kuesioner, partisipasi responden akan semakin menurun dan responden akan
antituberkulosis.
M.tb sehingga menjadi penting dalam salah satu upaya pencegahan TB dan
Indonesia kurang memanfaatkan sinar matahari secara optimal. Oleh karena itu
sebagai salah satu metode prevensi. Jatinangor merupakan salah satu kota di Jawa
Jatinangor merupakan daerah rural urban yang berpengaruh pada status gizi dan
pola asupan nutrisi. Dengan demikian perlu dibuat perangkat kuesioner berbasis
patofisiologi ini diperlukan untuk menilai kecukupan asupan nutrisi vitamin D dan
acuan edukasi dan evaluasi sebagai salah satu upaya pencegahan TB.
32
33
BAB III
3.1.1 Populasi
Penelitian ini menggunakan data primer dari kusioner yang dikumpulkan dari
penelitian.
Pemilihan Puskesmas di area Jatinagor berdasarkan area rural dan urban yang
kluster (desa).
kegiatan utama bukan pertanian dengan kawasan pemukiman yang secara fisik
Salah satu target dari pilot study adalah untuk mengidentifikasi permasalahan
yqang belum muncul seperti kriteria inklusi atau esklusi yang masih meragukan
ln(1 )
=
ln(1 )
= Probabilitas ditentukan 5%
memberikan kuesioner.
1. Validitas adalah ketepatan dan kecermatan suatu instrumen atau alat ukur dalam
6. Umur subjek penelitian dihitung dari tanggal lahir hingga ulang tahun terakhir
dan dinyatakan dalam tahun. Data yang didapat berupa skala rasio (numerik).
SLTP, SLTA, Diploma, Sarjana (S1/S2/S3). Data yang diperoleh berupa skala
ordinal (kategorik).
37
Hindu dan Khong Hu Cu. Data yang diperoleh berupa skala nominal (kategorik).
10. Riwayat penyakit subjek penelitian dikategorikan menjadi ada atau tidak ada.
12. Indeks massa tubuh dihitung berdasarkan berat dan tinggi badan dan
dikategorikan menjadi tidak obesitas (IMT < 25 kg/m2) dan obesitas (IMT
Rural
Urban
Di sekitar tempat Pabrik
tinggal Jalan raya
Jalan tol
38
Hutan
Tingkat Pendidikan SD
SMP
SMA
S1
S2
S3
Agama
Asupan Nutrisi
Setiap hari
2-3x/hari
> 4x/hari
3-4x/minggu
5-6x/minggu
Setiap hari
2-3x/hari
> 4x/hari
Pemeriksaan fisik
a. Tinggi badan : Kg
b. Berat badan : cm
c. BMI : kg/m2 Wakayo46
Obesitas ( 27 kg/m2)
Tidak obesitas (< 27
kg/m2)
Populasi di Jatinangor
Subjek penelitian
Tes I
Wawancara kuesioner
Analisis data
Untuk karateristik dasar akan digunakan parameter frekuensi dan atau pemusatan
dan penyebaran yang akan di sajikan dalam bentuk tabel atau gambar. Jika data
42
berdistribusi normal menggunakan rata- rata dan simpangan baku, jika data tidak
Penelitian uji validitas harus memenuhi validitas konstruk dan validitas isi.
korelasi. Data yang ada dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji
Pearsons.
sebanyak dua kali dalam jarak waktu 7 sampai 10 hari. Uji komparatif
Penelusuran pustaka
Penulisan pustaka
Penyajian pustaka
Penulisan UP
Penyajian UP
Pengumpulan data
Analisis dan
penulisan
Penyajian hasil
43
kepentingan ilmu pengetahuan dan pasien dengan izin dari komite etik
Rural Urban
Karakteristik N= N=
Jenis Kelamin
Usia
Median (rerata)
IMT
- Tidak obesitas
- Obesitas
Pendidikan
Agama
Pekerjaan
- Tidak bekerja
44
- Bekerja
Riwayat penyakit
Asupan Nutrisi Vitamin D
- Tipe I
- Tipe II
- Tipe III
- Tipe IV
- Tipe V
- Tipe VI
Paparan Sinar Matahari
- Hari kerja (Senin-Jumat)
o < 30 menit
o 30 menit-2 jam
o > 2 jam
- Hari libur (Sabtu-Minggu)
o < 30 menit
o 30 menit-2 jam
o > 2 jam