Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Didalam tumbuhan ada terdapat senyawa metabolit primer dan metabolit


sekunder,yang mana senyawa metabolit sekunder inilah yang mempunyai
khasiat dalam pengobatan. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa yang
dihasilkan tumbuhan yang mana senyawa ini tidak dibutuhkan lagi oleh
tumbuhan dalam pertumbuhannya.

Tumbuhan dapat diekstraksi untuk mendapatkan senyawa yang


dikandungnya yang dapat dijadikan bahan baku berbagai jenis obat,makanan
dan kosmetik. Pemanfaatan potensi bahan obat yang berasal dari alam di
Indonesia kini mulai berkembang karena adanya kesadaran yang semakin
tinggi akan penggunaan bahan-bahan yang berasal dari alam.

Sebagai mahasiswa farmasi kita harus mengetahui mengenai obat-obat


herbal dan pengetahuan yang cukup dalam mengenai berbagai macam
tumbuhan yang berkhasiat obat, baik bentuk simplisia, morfologi secara
umum, kegunaan, cara ekstraksi, isolasi dan identifikasi komponen kimia yang
terdapat dalam suatu simplisia merupakan hal yang perlu diketahui oleh
seorang mahasiswa Farmasi. Pengetahuan ini dapat digunakan sebagai salah
satu jalan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat dalam fungsinya
sebagai Drug Informer nantinya setelah terjun ke masyarakat.

Melihat hal tersebut sehingga kita sebagai farmasis harus mengetahui


bagaimana cara mengekstraksi yang baik dan benar untuk menghasilkan
bahan obat dari alam yang nantinya akan dijadikan precursor awal obat
tradisional dan bisa juga dijadikan obat semi sintesis.

1
1.2 Manfaat pratikum
Agar mengetahui dan memahami prinsip-prinsip ekstraksi serta dapat
mengekstraksi kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam sampel
tumbuhan yaitu herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
Mengetahui, memahami dan dapat melakukan pemisahan sampel dengan
berbagai prinsip pemisahan : penurunan tekanan,penggunaan pelarut
yang berbeda dan sekaligus dapat mengentalkan ekstrak cair sampel
hasil proses ekstraksi
Memahami dan dapat melakukan prinsip-prinsip dalam pelaksanaan
proses fraksinasi ekstrak kental yang betujuan untuk menyederhanakan
komponen-komponen senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak
berdasarkan tingkat kepolaran pelarut
Mengetahui dan memahami metoda kromatografi lapisan tipis (KLT)
serta tujuan dari penggunaannya dalam pemisahan komponen
komponen yang ada didalam senyawa atau campuran.
Mengetahui dan dapat mencari harga Rf dari beberapa komponen pada
sistem fasa diam dan fasa gerak.
Mengetahui berbagai macam fasa gerak (eluen) serta dapat mengetahui
eluen yang cocok dan bagus untuk memisahkan komponen komponen
dalam suatu senyawa atau campuran.
Dapat memisahkan dan mengidentifikasi senyawa kimia dari fraksi yang
memberikan pola KLT yang baik pada percobaan sebelumnya dengan
kromotografi kolom
Mengetahui dan memahami prinsip pemisahan senyawa menggunakan
teknik kromatografi kolom
Memahami dan mendeteksi hasil pemisahan dari teknik kromotografi
kolom yang berdasarkan pada perbedaan kepolaran pelarut
Memahami bagaiman cara pemurnian senyawa kimia dari bahan alam,
terutama setelah dilakukan pemisahan secara kromotografi kolom

2
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Herba Pegagan ( Centella asiatica (L.) Urban)


2.1.1 Deskripsi tanaman
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tanaman liar yang banyak
tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, pematangan sawah ataupun di ladang
agak basah (Besung, 2009). Pegagan tumbuh merayap menutupi tanah, tidak
memiliki batang, tinggi tanaman antara 10 50 cm. Pegagan memiliki daun satu
helaian yang tersusun dalam roset akar dan terdiri dari 2 10 helai daun. Daun
berwarna hijau dan berbentuk seperti kipas, buah berbentuk pinggang atau ginjal.
Pegagan juga memiliki daun yang permukaan dan punggungnya licin, tepinya
agak melengkung ke atas, bergerigi, dan kadang - kadang berambut, tulangnya
berpusat di pangkal dan tersebar ke ujung serta daunnya memiliki diameter 1 - 7
cm (Winarto, 2003).
Pegagan memiliki tangkai daun berbentuk seperti pelepah, agak panjang dan
berukuran 5 - 15 cm. Pada tangkai daun pegagan dipangkalnya terdapat daun sisik
yang sangat pendek, licin, tidak berbulu, berpadu dengan tangkai daun. Pegagan
memiliki bunga putih atau merah muda yang tersusun dalam karangan yang
berbentuk payung. Buah pegagan berbentuk lonjong atau pipih, berbau harum dan
rasanya pahit, panjang buah 2 2,5 mm. Buah pegagan berdinding agak tebal,
kulitnya keras, berlekuk dua, berusuk jelas, dan berwarna kuning (Winarto, 2003).
Pegagan ( Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tumbuhan berbiji tertutup
dan berkeping dua. Pegagan memiliki akar rimpang yang pendek serta
mempunyai geragih (Savitri, 2006), akar keluar dari buku dan berupa akar
tunggang berwarna putih. Stolon tumbuh dari system perakaran, memilki ukuran
yang panjang dan tumbuh menjalar. Pada setiap buku dari stolon akan tumbuh
tunas yang akan menjadi cikal bakal tumbuhan pegagan baru (Winarto, 2003).

3
2.1.2 Klasifikasi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
Menurut Winarto (2003) Berdasarkan pemaparan tentang pegagan diatas maka
klasifikasi dari pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub devisio : Angiospermae
Klass : Dicotyledone
Ordo : Umbilales
Family : Umbilaferae (Apiaceae)
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica (L) Urban

2.1.3 Kandungan zat aktif Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)


Menurut Winarto (2003) pada pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
mengandung berbagai bahan aktif meliputi:
triterpenoid saponin
triterpenoid genin
minyak essensial
flavonoid
fitosterol
dan bahan aktif lainnya.
Kandungan bahan aktif yang terpenting dari beberapa bahan aktif lainnya
adalah triterpenoid saponin. Bahan aktif triterpenoid saponin meliputi :
Asiatikosida
Centellosida
Madekossida
dan asam asiatik.

4
2.1.4 Penggunaan secara tradisional dari Pegagan (Centella asiatica (L.)
Urban)
Pegagan (Centella asiatica) merupakan salah satu tanaman dari famili
Umbeliferae yang sejak dulu telah digunakan sebagai obat kulit dan sebagai
lalapan yang dikonsumsi dalam bentuk segar maupun direbus (van Steenis, 1997).
Tanaman ini juga digunakan untuk meningkatkan ketahanan tubuh,
membersihkan darah, dan memperbaiki gangguan pencernaan.
Pegagan berkhasiat untuk obat batuk, susah tidur, tuberkulosa, peluruh air
seni, kencing darah, sariawan,demam, nafsu makan berkurang, luka kulit,
pembengkakan hati, campak, bisul, mimisan, amandel, radang tenggorokan,
tekanan darah tinggi, wasir, keracunan, cacingan,sakit perut, ayan (epilepsi), luka
bakar, kesuburan wanita, keputihan, anti bakteri, anti tumor (Mursito, 2004 ;
Nooryati, 2007).

2.1.5 Aktifitas biologis yang sudah diuji dari Pegagan (Centella asiatica (L.)
Urban)
Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) yang banyak digunakan sebagai obat
alami mengandung berbagai bahan aktif, kandungan bahan aktif itu adalah
triterpenoid saponin. Bahan aktif triterpenoid saponin berfungsi untuk
meningkatkan aktivasi makrofag yang menyebabkan meningkatnya fagositosis
dan sekresi interleukin. Sekresi interleukin ini akan memacu sel untuk
menghasilkan antibodi (Besung, 2009).
Bahan aktif asiatikosida dan madekossida mampu memperbaiki kerusakan sel
dan membentuk serat kolagen secara cepat, bahan aktif tersebut juga mampu
memperbaiki sel-sel granulosa pada ovarium (Suhaemi, 2007).
Selain itu bahan aktif asiatikosida diketahui mempercepat penyembuhan luka
dengan jalan meningkatkan kandungan hidroksiplorin dan mukopolisakarida yang
merupakan bahan untuk mensintesis matriks ekstra seluler ( Rismana, dkk 2013)

5
2.2 Metoda yang digunakan
2.2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun
tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia.
Prinsip ekstraksi
Penyarian simplisia berdasarkan proses difusi dan osmosis yang terjadi karena
adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar sel. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan melarutkan komponen kimia dalam rongga sel, karena
adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar sel maka akan terjadi difusi
dimana zat aktif bersama cairan penyari akan keluar menembus dinding sel.
Demikian seterusnya hingga terjadi keseimbangan konsentrasi di dalam dan di
luar sel.
Syarat pelarut yang digunakan :
Selektif
Stabil secara fisik dan kimia
Ekonomis
Keamanan
Ramah lingkungan
Metode - metode ekstraksi
a) Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel
cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan
untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

6
b) Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan
langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak.
Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas
dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses
perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana
silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari
atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif
dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah
disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya
kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan,
lalu dipekatkan.
c) Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan
ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan,
uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan
menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya
berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-
sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator.
d) Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam
labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam

7
labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam
simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor
dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak
menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan
minyak atsiri.
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak
menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan
untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung
komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.
e) Sokletasi
Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan
terisolasi.
Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut
ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam
jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi,
melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam
keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih
efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi.
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang
sedang berlangsung.Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi
harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar
matahari, senyawa dalam sampel akanberfotosintesis hingga terjadi penguraian
atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa
artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi.
Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada
kemungkinan saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu tinggi
dari pipa kapiler karena sampel tidak terendam seluruhnya.
Dibanding dengan cara destilasi, maka metoda sokletasi ini lebih efisien,
karena:

8
Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara
berulang kali.
Waktu yang digunakan lebih efisien.
Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi.
Sokletasi dihentikan apabila :
Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi..
Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang
spesifik.
Komponen-komponen Sokletasi
Komponen-komponen dari alat soklet, antara lain:

Nama-nama instrumen dan fungsinya :


1. Kondensor : berfungsi sebagai pendingin, dan juga untuk mempercepat
proses pengembunan.
2. Timbal : berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil zatnya.
3. Pipa F : berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang menguap dari
proses penguapan.
4. Sifon : berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon larutannya
penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini dinamakan 1 siklus

9
5. Labu alas bulat : berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya
6. Hot plate : berfungsi sebagai pemanas larutan
Prinsip Sokletasi
Adapun prinsip sokletasi ini yaitu : Penyaringan yang berulang ulang
sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit.
Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya
adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah
menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan
tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan
Metoda sokletasi merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan
perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat
digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau
yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan
untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan
untuk pemisahan ini adalah sokletasi
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan,
sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi
sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan
membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah
membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary
evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran
organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat
diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.
Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :
Pelarut yang mudah menguap Ex : heksan, eter, petroleum eter, metil
klorida dan alkohol
Titik didih pelarut rendah.
Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.

10
Kelebihan dan Kekurangan Sokletasi
Keunggulan sokletasi :
1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3. Proses sokletasi berlangsung cepat.
4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.
Kelemahan sokletasi :
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang
mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan
terjadi penguraian.
2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan
pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah
menguap.
2.2.2 Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang
dipercepatoleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10 C
di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan
tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik
ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut
murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung.

11
2.2.3 Kromatografi Lapis Tipis
Pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT), zat penjerap merupakan lapisan tipis
serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam secara
merata. Kromatogradi lapis tipis adalah suatu metode analisi yang digunakan
untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan sederhana.
Prinsipnya didasarkan atas paritsi dan adsorpsi.
Dengan memakai KLT, pemisahan senyawa yang amat berbeda seperti
senyawa organik alam dan senyawa organik sintetik, kompleks anorganik-
anorganik dan bahan ion anorganik dapat dilakukan beberapa menit dengan alat
yang harganya tidak terlalu mahal.
Pada kromatografi kolom merupakan proses yang lambat, yang
membutuhkan penyerap relatif dalam jumlah yang besar demikian pula cuplikan
yang digunakan, sedangkan dalam kromatografi lapis tipis hanya membutuhkan
penyerap dan cuplikan dalam jumlah yang sedikit dan noda-noda yang
terpisahkan dilokalisir pada plat seperti pada lembaran kertas. Setelah pemisahan
mudah diperoleh senyawasenyawa yang terpisah secara individu yaitu dengan
jalan menggeruknya dan mengumpulkan tiap-tiap lapisan dalam mana lapisan
tersebut dirap.
Adsorben yang paling banyak digunakan dalam KLT adalah silikagel dan
aluminium oksida. Silika gel umumnya mengandung zat tambahan kalsium sulfat
untuk mempertinggi daya lekatnya. Zat ini digunakan untuk adsorben universal
untuk kromatografi senyawa netral, asam dan basa.
Pemisahan komponen suatu senyawa yang dipisahkan dengan kromatografi
lapis tipis tergantung pada jenis pelarut, zat penyerap dengan sifat daya serap
masing-masing komponen. Komponen yang terlarut akan terbawa oleh fase diam
(penyerap) dengan kecepatan perpindahan yang berbeda-beda. Perbandingan
kecepatan bergeraknya komponen terlarut dalam fase gerak (pelarut) adakah dasar
untuk mengidentifikasi komponen yang dipisahkan, perbandingan kecepatan ini
dinyatakan dalam Rf (Rate of Flow), dengan persamaan :

12
Jarak yang ditempuh senyawa terlarut
Rf =
Jarak yang ditempuh pelarut

Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai Rf adalah :


Pelarut
Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase gerak. Kemurnian dari pelarut
yang digunakan sebagai fase gerak dalam KLT adalah sangat penting dan
bila campuran pelarut digunakan maka perbandingan yang dipakai harus
betul-betul diperhatikan.
Bahan pengembang (jenis dan ketebalan lapisan)
Tebal dan keratan dari lapisan penyerap. Meskipun dalam praktiknya tebal
lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu diusahakan tebal
lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi
tidak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.
Konsentrasi
Jumlah cuplikan yang digunakan. Penetesan culikan dalam jumlah yang
berlebihan memberikan tendensi penyebaran noda-noda dengan
kemungkonan terbentuknya ekor dan efek tak keseimbangan lainnya
hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.
Arah serabut kertas
Arah dalam mana pelarut bergerak diatas plat. (Metode aliran penaikan
yang hanya diperhatikan, karena cara ini yang paling umum meskipun
teknik aliran penurunan dan mendatar juga digunakan).
2.2.4 Prinsip Penampakan Noda
a. Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak
berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada
lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat

13
energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi.
b. Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi
antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada
pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya
yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada
lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan
kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor
dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah
yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
2.2.5 Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran
(padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil
(fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini
didasarkan pada bobot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling
dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas. Fraksinasi bertingkat
biasanya menggunakan pelarut organik seperti eter, aseton, benzena, etanol,
diklorometana, atau campuran pelarut tersebut. Asam lemak, asam resin, lilin,
tanin, dan zat warna adalah bahan yang penting dan dapat diekstraksi dengan
pelarut organik.
Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang kurang polar dan
dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Tingkat polaritas pelarut dapat
ditentukan dari nilai konstanta dielektrik pelarut. Empat tahapan fraksinasi
bertingkat dengan menggunakan empat macam pelarut yaitu:

14
1. Fraksinasi n-heksan
2. Fraksinasi etil asetat
3. Fraksinasi butanol
2.2.6 Kromatografi kolom
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih
banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-
senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan
adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan
Diaion. Cara pembuatannya ada dua macam :
1. Cara kering
Yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi kapas
kemudian ditambahkan cairan pengelusi.
2. Cara basah
Yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi yang
akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom
secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom
dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen
dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel
dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh
kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam
kolom melalui dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran
dibuka dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang
keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi.

15
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Bahan dan Alat


1. Proses Ekstraksi Bahan Alam
Alat :
Seperangkat alat soxhletasi
Blender
Tumbangan
Kertas saring
Benang jagung
Seperangkat alat rotary evaporator
Corong
Timbangan analitik
Beker gelas
Bahan :
Sampel kering pegagan
Methanol
2. Uji skrining fitokimia
Alat :
Tabung reaksi
Plat tetes
Pipet tetes
Kapas
Norit
Bahan :
ekstrak cair dari hasil sokletasi
kloroform
kloroform ammonia

16
H2SO4
Pereaksi mayer
Aquades
Hcl (p)
Logam Mg
FeCl3
As asetat anhidrat
3. Proses Fraksinasi
Alat :
corong pisah
rotari evaporator
Bahan :
Aquades
Ekstrak
Heksan
Etil asetat
Butanol
4. Kromotografi Lapis Tipis Ekstrak dan Fraksi
Alat :
Chamber (wadah untuk KLT)
Plat KLT
Pipet mikro kapiler
Spatel
Gelas ukur 10 ml
Kertas saring
Lampu UV
Bahan :
Ekstrak kental fraksi sebelumnya
Pelarut n-heksana
Pelarut eti asetat
Pelarut methanol

17
5. Kromotografi Kolom Fraksi Terpilih
Alat :
Pipet tetes dalam saptel
Beker gelas
Gelas ukur
Kolom kromotografi
Kapas
Corong
Timbangan analitik
Vial penampung
Lumpang + stanfer
Bahan:
N-heksana
Eti asetat
Silika gel
Methanol
6. Kromotografi Lapis Tipis Fraksi Senyawa terpilih
Alat :
pipet tetes
chamber
gelas ukur 10 ml
plat KLT
pipet mikro kapiler
kertas saring
lampu UV
Bahan :
n-heksana
eti asetat

18
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Proses Ekstraksi Bahan Alam
1. Sampel (pegagan) dihaluskan dengan blender
2. Ditimbang secukupnya (36.62)
3. Siapkan seperangkat alat soklet
4. Bungkus sampel yang telah dihaluskan dengan kertas saring dengan
bentuk menggulung, ikat tiga sisi (atas, bawah, tengah) menggunakan
benang jagung kemudian masukkan kedalam alat soklet.
5. Labu diisi pelarut dan batu didih
6. Pasang semua alat soklet dan dihidupkansampai terjadi penyarian
berulangsehingga didapatkan ekstrak pegagan
7. Rotari ekstrak pegagan yang sudah didapatkan untuk mendapatkan ekstrak
yang lebih kental
3.2.2 Uji skrinning fitokimia
a. Uji alkaloid
Ekstrak kental ditambah 5 ml kloroform masukkan kedalam tabung reaksi.
Kemudian tambah 5 ml kloroform ammonia dan 10 tetes H2SO4 2N
hingga terbentuk lapisan asam masukkan kedalam tabung reaksi lain
kemudian tambahkan pereaksi mayer 2 tetes. (+) alkaloid ditandai dengan
adanya endapan putih
b. Uji flavonoid, saponin, terpenoid dan steroid
1. Ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi ditambah 5 ml kloroform dan
5 ml aquadest kemudian dikocok hingga terbentuk 2 lapisan, lapisan atas
(air) lapisan bawah (kloroform). Ambil lapisan air tambah HCl p tambah
logam Mg. (+) flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna orange
merah.
2. Ambil lapisan air masukkan kedalam tabung reaksi kemudian dikocok, (+)
saponin ditandai dengan adanya busa.
3. Ambil lapisan air masukkan kedalam tabung reaksi tambah FeCl, (+)
fenolik ditandai dengan terbentuknya warna hijau biru

19
4. Ambil lapisan bawah (kloroform) masukkan kedalam pipet tetes yang
telah diisi kapas dan norit kemudian teteskan pada plat tetes.
Ditambahkan H2SO4,positif (+) terpenoid ditandai dengan adanya
warna merah
Ditambahkan asam asetat anhidrat + H2SO4, positif (+) terpenoid
ditandai dengan adanya warna merah
Ditambahkan asam asetat anhidrat, positif (+) steroid ditandai dengan
adanya warna biru
3.2.3 Fraksinasi
1. Ekstrak ditambahkan dengan n- heksan 20 ml aduk homogen kemudian
masukkan kedalam corong pisah ditambahkan 20 ml air,lakukan
pengocokan dan ambil bagian heksane,lakukan 3 kali pengulangan
2. Kemudian lapisan air ditambahkan etil asetat masukkan kedalam corong
pisah,lakukan pengocokan dan ambil lapisan etil asetat, lakukan 3 kali
pengulangan
3. Lapisan air tambah butanol lalu masukkan dalam corong pisah,lakukan
pengocokan dan lakukan 3 kali pengulangan
4. Lakukan rotary dengan rotary evaporator dan didapatkan ekstrak kental
pada masing-masing fraksi
3.2.4 Kromatografi lapis tipis

1. Ekstrak lilarutkan dengan methanol, fraksi heksan diencerkan dengan


heksan, fraksi etil diencerkan dengan etil
2. Lilakukan penotolan pada plat KLT .
ekstrak
heksan
etil asetat
butanol
3. Eluen yang digunakan (heksan dan etil)
heksan 3,5ml + etil 1,3ml masukkan dalam chamber
lakukan penjenuhan chamber

20
masukkan plat yang sudah ditotolkan
biarkan eluen naik pada plat KLT sebelum batas atas
4. Amati plat pada sinar UV dan gambarkan nodanya
5. Hitung nilai RF
3.2.5 Kromatografi kolom fraksi terpilih
1. Timbang sampel 1gram preabsorpsi dengan silica gel digerus sampai
terbentuk serbuk atau dilarutkan dengan n-heksan
2. Siapkan kolom kromatigrafi, tutup lubang dasar kolom dengan kapas
untuk menahan silica gel
3. Timbang silica gel 20-50 kali berat sampel yang akan dipisah
4. Buat silica gel
5. Tuang kebotol kromatografi dengan corong, biarkan pelarut menetes
kebawah
6. Setelah permukaan silica dalam kolom rata masukkan sampel
7. Elusi kolom dimulai dari pelarut non-polar pelarut yang polar
8. Masukkan dalam vial lalu ditutup dengan baik
9. Diamati dengan pemisahan warna yang terjadi pada kolom dan juga warna
yang terdapat pada vial
3.2.6 Kromatografi lapis tipis fraksi yang terpilih
1. Persiapkan chamber lalu ditutup jenuhkan dengan eluen
2. Buat eluen tunggal dengan pembandingan 9;1 heksan :etil asetat dalam
10ml biarkan chamber jenuh
3. Hasil ekstrak yang divial dilarutkan atau diencerkan dengan pelarut
4. Persiapkan plat KLT sesuai ukuran 2 jumlah totolkan
5. Buatkan garis tepi bawahdantepi atas pada plat KLT, tandai dengan titik
tempat penotolan sampel
6. Totolkan sampel
7. Plat yang sudah ditotolkan sampel masukkan dalam chamber yang berisi
eluen lakukan elusi sampai pelarut naik
8. Vial noda terdapat plat KLT secara visual dan dibawah sampel uv, panjang
gelombang 254 dan 366nm tandai

21
9. Lakukan untuk beberapa vial
10. Perbandingan heksan : etil 9:1 dan 7:1 dan 1:1
11. Untuk vial 12 heksan : etil 1:1 dan 4:6 dan etil 100%
12. Jika noda ada yang sama maka digabung di KLT kembali

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

KLT C
2,4
Vial 7 (1)= 4
= 0,6

3
(2)= 4 = 0,75

3,25
(3)= 4
= 0,8125

3,55
(4)= 4
= 0,8875

2,3
Vial 12 = 4
=0,575

1,6
Vial 17 (1)= 4
=0,4

2,4
(2)= 4
= 0,6

1,2
Vial 22 (1)= = 0,3
4

0,9
(2)= 4
=0,225

1,55
(3)= 4
=0,3875

0,35
Vial 32 (1)= 4
=0,0875

0,65
(2)= 4
=0,1625

1,1
(3)= 4
=0,275

0,4
Vial 42 (1)= =0,1
4

0,8
(2)= 4
=0,2

0,5
Vial 46 (1)= 4
= 0,125

0,9
(2)= 4
= 0,225

23
KLT Perbandingan

Perbandingan 4 : 6
2,3
Vial 12 = 4
=0,575
Perbandingan 1 : 1
1,9
Vial 12 = 3,7 =0,5135

Etil 100%
2,8
Vial 12= 3,9 =0,7179

KLT Campuran = 32 46
1,5
Vial (1)= 3,7 = 0,4054
2,8
Vial (2)= 3,7 = 0,7567
3,6
Vial (3)= 3,7 = 0,9729

Eluen yang digunakan:

1) H 100% = 50m%
2) H : e = 7 : 3 = 15 ml
7 3
H= 10 x 15 = 10,5 ml e= 5 x 15 = 4,5 ml
3) H : e = 6 : 3 = 25 ml
6 4
H= x 25 = 15 ml e= x 25 = 10 ml
10 10
4) H : e = 1 : 1 = 50 ml
H= 25 ml e= 25 ml
5) H : e = 2 : 3 = 40 ml
H= 16 ml e= 24 ml
6) H : e = 1 : 4 = 40 ml
H= 8 ml e= 32 ml
7) E : M = 1 : 1 = 20 ml
E= 1O ml M= 10 ml

Keterangan = e = etil

24
H = hekson

M= metanol

Hasil:
BF 12,190
1. %= Fraksi = x 100% = x 100% = 87,59%
BE 13,916
0,6
2. RF butanol = 4 = 0,15
0,55
RF etil asetat 1 = 4 = 0,137
0,85
RF etil asetat 2 = 4 = 0,212
0,5
RF hexan 1 = 4 = 0,125
0,85
RF hexan 2 = = 0,212
4
2,75
RF hexan 3 = = 0,687
4
3
RF hexan 4 = 4 = 0,75
3,2
RF hexan 5 = = 0,8
4
3,45
RF hexan 6 = 4 = 0,862
3,6
RF hexan 7 = 4 = 0,9
0,5
RF extrak 1 = 4 = 0,125
0,85
RF extrak 2 = 4 = 0,212
2,7
RF extrak 3 = 4 = 0,675
3
RF extrak 4 =4 = 0,75

Perhitungan:
Berat Extrak 1,71
% Randemen Extrak = x 100% = x 100% = 4,66
Berat Sampel Awal 36,62

Catatan:
Berat Extrak = Berat Extrak Kental Berat Vial Kosong

= 13,91 12,20

= 1,71

25
Hasil

Uji Warna Hasil


Alkaloid Larutan Bening -
Flavonoid Larutan Bening -
Saponin Larutan Bening -
Fenolik Larutan Bening -
Terpenoid Merah, ke-orange-an -
Steroid Larutan Bening -

data:

Berat vial kosong heksan (I) = 11,8775 % rendemen


Berat vial kosong etil (II) = 11,9621 % rendemen
Berat vial kosong butana (III) = 11,7136 % rendemen
Berat extrak = 13,916 gram

Berat fraksi : (fraksi kental)

Fraksi etil = 12,190 -11,96 = 0,23 gram

Fraksi hekson = 12,156 11,877 = 0,278 gram

Berat fraksi butanol: 4,7355 + 4,9624 + 5,08 = 14,7779 gram (fraksi air)

Eluen kolom :

1. H:E =7:3 = 15 ml
2. H:E =6:4 = 25 ml
3. H:E =1:1 = 50 ml
4. H:E =2:3 = 40 ml
5. H:E =1:4 = 40 ml
6. E 100% = 40 ml
7. E:M =1:1 = 20 ml

26
4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini akan dibahas mengenai hasil dari percobaan yang telah
dilakukan. Percobaan yang dilakukan adalah dengan menggunakan sampel buah
pegagan (Centella asiatica (L.)). Centella asiatica (L.) Urban merupakan tanaman
yang banyak ditemukan di Indonesia. Pegagan dalam pengobatan tradisional
mempunyai efek farmakologi sebagai antitusif, antipiretik, antelmetikum, obat
luka.

Beberapa perlakuan yang telah dilakukan dalam praktikum ini adalah proses
penghalusan terlebih dahulu, dalam proses penghalusan tersebut menggunakan
blender. Dalam praktikum ini metode yang digunakan oleh praktikan adalah
metode soxhletasi. Metode sokletasi merupakan suatu metode / proses pemisahan
suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang
ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang
diinginkan akan terisolasi. Adapun prinsip sokletasi ini yaitu : Penyaringan yang
berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan
relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan
kembali dan sisanya adalah zat yang tersari.
Untuk melakukan metode sokletasi ini praktikan harus mempersiapkan
sampel yang akan diekstrak terlebih dahulu. Yaitu proses penghalusan dan
menimbang berapa banyak sampel yang akan digunakan untuk ektraksi sokletasi.
Pada sokletasi seperti halnya bahan simplisia pegagan dihaluskan sampai
mencapai derajat kehalusan tertentu. Setelah itu pegagan ditimbang kemudian di
bungkus dengan kertas saring dengan bentuk menggulung, ikat tiga sisi (atas,
bawah, tengah) menggunakan benang jagung kemudian masukkan kedalam alat
soklet. Hal ini agar simplisia tidak keluar dari wadah sokletnya. Selama proses
sokletasi digunakan batu didih yang bertujuan mempercepat proses pendidihan,
meratakan panas, dan mencegah terjadinya bumping (letupan panas akibat panas
yang tidak merata).
Setelah melakukan sokletasi, didapatlah ekstak kental dari simplisia
pegagan tersebut. Selanjutnya uji skrining fitokimia yaitu uji alkoloid dengan

27
menggunakan pelarut kloroform, kloroform amoniak dan H2SO4. Kloroform
digunakan dengan tujuan dapat menarik senyawa alkaloid karena alkaloid
mempunyai kelarutan yang baik dalam kloroform, alkohol, tetapi tidak larut
dalam air meskpun dapat larut dalam air panas. Kloroform amoniak berfungsi
untuk membasakan dan pengendapan alkaloid agar dapat diperoleh alkaloid dalam
bentuk garam atapun alkaloid dalam bentuk basa bebas. Dalam uji alkaloid ini,
ekstrak dari pegagan tersebut tidak menunjukkan adanya endapan putih.
Selanjutnya dilakukan lagi uji flavonoid, saponin, terpenoid dan
steroid.pada uji flavonoid digunakan pelarut kloroform dan HCL. Tujuan
penambahan pelarut-pelarut tersebut yaitu untuk mereduksi inti benzopiron yang
terdapat dalam struktur flavonoid sehingga terjadi perubahan warna menjadi
jingga atau merah. Dari hasil uji flavonoid tersebut tidak menunjukkan adanya
senyawa flavoid didalam ekstrak pegagan tersebut. Uji saponin dengan cara
dikocok dengan tujuan untuk melihat apakah ekstrak dari pegagan tersebut
terdapat busa atau tidak. Dari uji saponin tersebut, ekstrak dari pegagan tersebut
tidak menghasilkan busa. Selanjutnya dilakukam lagi uji fenolik, dengan
penambahan FeCl. Pada hasil uji fenolik tersebut, ekstrak dari pegagan tersebut
tidak menandakan adanya senyawa terponid. Selanjutnya dilakukan uji terponoid
dengan penambahan pelarut H2SO4. hasil dari ekstra pegagan dengan uji
terpenoid tersebut, tidak menunjukkan ekstrak pegagan bewarna merah.
Selanjutnya ditambahkan pelarut asam asetat anhidrat dan H2SO4, tidak
mnghasilkan warna merah. Selanjutnya ditambahkan pelarut asam asetat anhidrat,
tidak mununjukkan adanya senyawa terponoid.

Selanjutnya uji fraksinasi dengan menggunakan pelarut n- heksan etil asetat.


setelah dilakukan fraksinasi menggunakan corong pisah, kemudian dilakukan lagi
menggunakan rotarievaporator dari masing-masing fraksi. Tujuan dari evaporasi
adalah memekatkan konsentrasi larutan sehingga didapatkan larutan dengan
konsentrasi yang lebih tinggi. Setelah didapatkan semua fraksi dari ekstrak
pegagan, praktikum melakukan uji Kromatografi Lapi tipis (KLT). Kromatografi
lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen menggunakan

28
fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. Proses pemisahan
senyawa dengan kromatografi lapis tipis dilakukan dengan cara menotolkan
larutan cuplikan pada plat KLT dengan pipa kapiler. Praktikan menggunakan
pelarut heksan dan etil. Untuk fraksi n-heksan (3,5ml) dan etil (1,3ml) yang
dimasukkan kedalam chamber yang menggunakan pelarut jenuh. Setelah itu
didapatkanlah hasil dari KLT yang diuji.

Selanjutnya kromatografi kolom fraksi terpilih dengan menggunakan kolom


kromatografi. Kromatografi kolom digunakan sebagai alat untuk memisahkan
komponen-komponen dalam campuran. Ekstrak pegagan tersebut di masukkan ke
dalam kolom kromatografi dengan menggunakan pelarut non-polar dan pelarut
polar. Pelarut etanol bersifat non polar dan fasa diamnya yaitu silica gel bersifat
polar. Dengan perbandingan beberapa eluen yaitu: H : E = 7 : 3 = 15 ml, H : E=
6:4 = 25 ml, H : E = 1 : 1 = 50 ml, H : E = 2 : 3 = 40 ml, H : E = 1 : 4 = 40
ml, E 100%= 40 ml, E : M= 1 : 1 = 20 ml. Dari perbandingan-perbandingan pelarut
tersebur, didapatlah hasil sebanyak 85 vial dibiarkan menguap selama 1 hari.tujuannya
setelah hasil dari kromatografi kolom tersebut kering didalm vial, kita dapat melihat
senyawa apa yang terkandung setelah melakukan teknik dari kromatografi kolom
tersebut.
Selanjutnya praktikan melakukan uji Kromatografi lapis tipis fraksi yang
terpilih. Dengan tujuan untuk memisahkan atau untuk mendapatkan senyawa yang
lebih murni lagi. Dengan eluen yang digunakan dengan perbandingan 9:1 heksan
:etil asetat dalam 10ml. Hasil ekstrak yang divial dilarutkan atau diencerkan
dengan pelarut. KLT di totolkan dengan 2 totolan. Kemudian hasil dari KLT
tersebut, dilihat dibawah sinar UV. Setelah itu,lakukan lagi untuk beberapa vial
yang sama dengan perbandingan heksan : etil 9:1 dan 7:1 dan 1:1, Untuk vial 12
heksan : etil 1:1 dan 4:6 dan etil 100%, noda yang sama digabung dalam 1 vial
dan di KLT kembali. Dari beberapa vial tersebut, maka didapatlah hasil dari
senyawa murni yang ada pada ekstrak pegagan tersebut yaitu senyawa Terpenoid.

29
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ekstrak dari pegagan dapat kita lakukan dengan mengunakan metoda
sokltet,dimana metoda ini cukup efektif dalam melakukan proses
ekstraksi
Metoda sokletasi merupakan metoda ekstraksi berkesinambungan yang
tidak menggunakan pelarut baru atau tambahan selama proses ekstraksi
Sampel yang digunakan pada metoda ekstraksi soklet adalah sampel
yang tahan pemanasan
Prinsip pelarut yang digunakan dalam ekstraksi ini adalah mulai dari
pelarut yang non polar hingga polar
Teknik kromatografi kolom berdasarkan terapan atau adsorpsi jenis fasa
yang digunakan, dimana fasa diam berupa adsorben yang tidak boleh
larut dalam fasa gerak dengan menggunakan kolom dengan
penambahan fasa gerak, ditampung, dipisahkan, dan diidentifikasi.
Sedangkan teknik kromatografi lapis tipis berdasarkan cepat rambat
suatu noda dengan lapisan tipis.
Prinsip dasar dari kromatografi yaitu memisahkan suatu zat berdasarkan
atas distribusi sampel di antara dua fasa yaitu fasa gerak (eluent) dan
fasa diam (silika).
Dari hasil ekstraksi yang dilakukan yaitu pada pegagan didapatkan
bahwa pengujian fitofarmaka itu positif pada terpenoid,dan dilakukan
pengujian pada fraksi terpenoid. menggunakan pemanasan dan dan
pelarut

30
5.2 Saran
Adapun saran dari percobaan ini, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
lagi pratikan harus teliti,hati-hati dan cermat dalam melaksanakan
pratikum atau percobaan ini

31
5.3 Lampiran gambar

Penimbangan ekstrak
Proses rotary ekstrak Penimbangan ekstrak

Hasil ektraksi setelah di rotari Hasil ekstrak kering

Penimbangan vial kosong Proses melakakuakan frkasinasi

32
Proses fraksinasi etil asetat Hasil fraksi etil asetat

Proses fraksinasi methanol Hasil fraksi methanol

Fraksi n-heksan kering


Proses rotary

33
Hasil KLT semua fraksi Proses pemerataan silica

Penyiapan kromatografi kolom Penyiapan ekstrak terpilih untuk


pengujian KLT

Proses penyiapan kromatografi


Penampakan noda dengan UV
kolom

34
Penampakan noda dengan UV

35
5.3.1 Lampiran pertanyaan dan jawaban
Jawaban Pertanyaan 3.2
Pertanyaan :
1. Apa kelebihan dan kelemahan dari 3 metode ekstraksi yang anda lakukan
diatas? Jelaskan!
2. Sebutkan perbedaan ketiga teknik ekstraksi yang anda lakukan diatas?
3. Pada teknik maserasi yang mana memberikan hasil yang lebih baik?
4. Siapa ahli yang menemukan teknik ekstraksi menggunakan alat soxhlet
tersebut diatas?
Jawaban :
1. Keuntungan dan kelemahan 3 metode ekstraksi diatas yaitu :
a. Soxhlet
Keuntungan ekstraksi Soxhlet konvensional meliputi :
1. Perpindahan keseimbangan transfer dengan berulang kali membawa
pelarut segar kontak langsung dengan matriks padat.
2. Mempertahankan suhu ekstraksi yang relatif tinggi dengan panas dari
termos distilasi.
3. Tidak ada persyaratan filtrasi setelah pelepasan. Juga, metode Soxhlet
sangat sederhana dan murah.
Kelemahan utama dari ekstraksi Soxhlet konvensional meliputi :
1. Waktu ekstraksi yang panjang.
2. Menggunakan pelarut dalam jumlah banyak.
3. Agitasi tidak dapat disediakan dalam perangkat Soxhlet untuk
mempercepat proses.
4. Besar jumlah pelarut yang digunakan membutuhkan prosedur
penguapan/konsentrasi.
5. Kemungkinan dekomposisi termal senyawa target tidak dapat diabaikan
sebagai ekstraksi biasanya terjadi pada titik didih pelarut untuk waktu
yang lama.

36
6. Ekstraksi yang memakan waktu lama dan penggunaan pelarut dalam
jumlah besar merupakan kelemahan metode ekstraksi Soxhlet
konvensional.
b. Maserasi
Kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi yaitu :
1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam.
2. Biaya oprasionalnya relatif rendah.
3. Prosesnya relatif hemat penyari.
4. Tanpa pemanasan.
Kekurangan dari ekstraksi dengan metode maserasi yaitu :
1. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktifnya hanya mampu
terekstraksi sebesar 50% saja.
2. Prosesnya lama, butuh beberapa hari.
3. Penyariannya kurang sempurna ( dapat terjadi kejenuhan cairan
penyarian sehingga kandungan kimia yang tersari terbatas )
c. Perkolasi
Kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi yaitu :
1. Tidak terjadi kejenuhan.
2. Pengaliran meningkatkan difusi ( dengan dialiri cairan penyari sehingga
zat seperti terdorong untuk keluar dari sel ).
Kekurangan dari ekstraksi dengan metode maserasi yaitu :
1. Cairan penyari lebih banyak.
2. Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara
terbuka.
2. Perbedaan ketiga metode diatas yaitu :
a. Maserasi
Eksraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam
pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature kamar terlindung
dari cahaya, pelarut akan masuk kedalam sel tanaman melewati dinding sel.

37
b. Perkolasi
Cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui sampel simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada
perkolasi antara lain gaya berat, kekentaln, daya laryt, tegangan permukaan,
difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geser.
c. Sokletasi
Suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam sampel
padat dengan cara penyarian berulang-ulang dengan pelarut yang sama
sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan
sempurna.
3. Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya :
a. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,
yaitu pada suhu 400 500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk
simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan
diperoleh keuntungan antara lain:
1. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan
berkurangnya lapisan-lapisan batas.
2. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan
tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
3. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan
berbanding terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan
berpengaruhpada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan
meningkat bila suhu dinaikkan.
4. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka
perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan
menguap kembali ke dalam bejana.
b. Maserasi dengan Mesin Pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses
maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.

38
c. Remaserasi
Cairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di maserasi
dengan cairan penyari pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan diperas,
ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
d. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari
selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir
kembali secara berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan melarutkan
zat aktifnya.
e. Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara
sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah
terjadi masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat
(M.M.B), yang akan didapatkan :
Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai
dengan bejana penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali,
jumlah tersebut dapat diperbanyak sesuai dengan keperluan.
Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan
penyarian.dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar
memberikan hasil penyarian yang maksima. Hasil penyarian sebelum
diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk simplisia yang baru,
hingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal.
Jadi, Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil
yang lebih baik dari pada yang dilakukan sekal idengan jumlah pelarut yang
sama.
4. Ekstraktor soxhlet adalah alat yang digunakan untuk mengekstraksi suatu
senyawa dari material padatnya. Alat ini ditemukan oleh Franz von Soxhlet
pada tahun 1879 dan pada awalnya hanya digunakan untuk mengekstraksi
lemak dari material padatnya. Suatu senyawa yang memiliki kelarutan yang
sangat spesifik dengan larutan tertentu dapat dipisahkan dengan mudah
dengan proses filtrasi sederhana. Namun apabila senyawa tersebut memiliki

39
kelarutan yang terbatas, dapat digunakan ekstraktor soxhlet untuk
memisahkan senyawa tersebut dari material asalnya.
Dalam soxhlet akan digunakan pelarut yang berfungsi melarutkan
senyawa yang akan diekstraksi. Pelarut ini biasanya adalah larutan yang
bersifat non polar seperti metana. Pelarut tersebut akan diuapkan kemudian
dembunkan. Embun hangat yang mengenai material padat akan menyebabkan
senyawa yang dikandungnya larut bersama larutan tersebut.
Ekstraksi Soxhlet hanya diperlukan jika senyawa yang diinginkan
memiliki kelarutan terbatas dalam suatu pelarut dan pengotor yang tidak larut
dalam pelarut. Jika senyawa yang diinginkan memiliki kelarutan yang tinggi
dalam pelarut maka filtrasi sederhana dapat digunakan untuk memisahkan
senyawa dari substansi yang larut.
5. Titik didih methanol yang digunakanadalah 314,66 K = 41,51C
6. Dalam wadah gelap dan tertutup untuk menghindari dekomposisi senyawa
akibat adanya sinar UV.
7. Macam Metoda Ekstraksi :
Ekstraksi Cara Dingin
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud
rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah :
a. Maserasi
Merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau dengan
beberapa kali pengocokan pada suhu ruangan. Pada dasarnya metoda ini
dengan cara merendam sample dengan sekali-sekali dilakukan pengocokan.
Umumnya perendaman dilakukan 24 jam dan selanjutnya pelarut diganti
dengan pelarut baru. Ada juga maserasi kinetik yang merupakan metode
maserasi dengan pengadukan secara sinambung tapi yang ini agak jarang
dipakai.
b. Perkolasi
Merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada

40
suhu ruangan. Prosesnya terdiri dari tahap pengembangan bahan, maserasi
antara, perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) secara terus
menerus sampai diperoleh ekstrak yang jumlahnya satu sampai lima kali
volume bahan. Prosedurnya: sampel di rendam dengan pelarut, selanjutnya
pelarut (baru) dilalukan (ditetes-teteskan) secara terus menerus sampai warna
pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya sudah tidak ada lagi
senyawa yang terlarut.
Ekstraksi Cara Panas
Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya
panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara
dingin. Metodanya adalah:
a. Refluks
Merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada titik didih
pelarut tersebut, selama waktu tertentu dan sejumlah pelarut tertentu dengan
adanya pendingin balik (kondensor). Umumnya dilakukan tiga sampai lima
kali pengulangan proses pada residu pertama, sehingga termasuk proses
ekstraksi sempurna, ini bahasa buku lagi. Prosedurnya: masukkan sampel
dalam wadah, pasangkan kondensor, panaskan. Pelarut akan mengekstraksi
dengan panas, terus akan menguap sebagai senyawa murni dan kemudian
terdinginkan dalam kondensor, turun lagi ke wadah, mengekstraksi lagi dan
begitu terus. Proses umumnya dilakukan selama satu jam.
b. Ekstraksi dengan alat Soxhlet
Merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya
dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan
dengan adanya pendingin balik (kondensor). Disini sampel disimpan dalam
alat Soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah yang
di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut terdinginkan
dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi
sampel.

41
c. Digesti
Merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) yang
dilakukan pada suhu lebih tinggi dari suhu ruangan, secara umum dilakukan
pada suhu 40C 50C.
d. Infusa
Merupakan proses ekstraksi dengan merebus sample (khusunya
simplisia) pada suhu 90C.

Jawaban Pertanyaan 3.3


Pertanyaan
1. Jelaskan berapa macam jenis ekstrak yang anda ketahui !
2. Kenapa labu rotary hanya boleh diisi dengan 2/3 bagian pelarut,bagaiman
kalau labu rotary atau labu destilasi diisi penuh dengan pelarut ?
3. Apa yang anda ketahui tentang batu didih? Dan sebutkan kegunaan batu didih
dalam destilasi vakum.
4. Kenapa pada penguapan dengan rotavapor tidak perlu ditambahkan batu didih
ke dalam labu rotary ? jelaskan !
5. Hokum apa yang menyatakan persamaan PV = nRT ? jelaskan !
6. Jelaskan definisi ekstrak menurut buku Farmakope Indonesia edisi IV!
Jawaban
1. Menurut Farmakope Indonesia edisi III yang dimaksud ekstrak adalah
sediaan kental yang diperoleh dengan menyari senyawa aktif dari simplisia
nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi bahan baku yang trlah
ditetapkan.Berdasarkan konsostensi ekstrak dibagi menjadi 3 :
Cair : biasanya masih mengandung sejumlah pelarut ( kadar air > 20% ).
Contohnya ekstrak cair, tingtura, maserat minyak.
Semi solid : biasanya mengandung pelarut dengan kadar tertentu.
Contohnya ekstrak kental.

42
Kering : diperoleh dengan menguapkan seluruh pelarut yang digunakan
pada saat penyarian, hingga benar-benar kering menghasilkan massa
serbuk, tetapi cara ini jarang dilakukan pada skala industri karena
prosesnya yang lama serta dikhawatirkan merusak zat aktif dari ekstrak.
Biasanya ekstrak kering dibuat dengan menambahkan serbuk pengisi
seperti laktosa, avicel, amilum atau bahan pengisi lain yang inert dengan
perbandingan tertentu, kemudian diuapkan dalam lemari pengering (oven).
2. Labu rotary diisi hanya 2/3 karena jika labu rotary diisi penuh maka tidak
semua larutan akan mengalami pemanasan yang berasal dari air yang
dipanaskan tersebut. Karena prinsip rotary evaporator sendiri adalah
pemanasan yang meyebabkan pelarut menguap tepisah dari ektrak yang akan
di ubah menjadi cair karena adanya kondensor.
3. Batu didih adalah benda yang kecil, bentuknya tidak rata, dan berpori,
yang biasanya dimasukkan ke dalam cairan yang sedang dipanaskan.
Biasanya, batu didih terbuat dari bahan silika, kalsium karbonat, porselen,
maupun karbon. Batu didih sederhana bisa dibuat dari pecahan-pecahan kaca,
keramik, maupun batu kapur, selama bahan-bahan itu tidak bisa larut dalam
cairan yang dipanaskan.
Fungsi penambahan batu didih ada 2, yaitu:
Untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh
bagian larutan.
Untuk menghindari titik lewat didih.
Pori-pori dalam batu didih akan membantu penangkapan udara pada
larutan dan melepaskannya ke permukaan larutan (ini akan menyebabkan
timbulnya gelembung-gelembung kecil pada batu didih). Tanpa batu didih,
maka larutan yang dipanaskan akan menjadi superheated pada bagian
tertentu, lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan
letupan/ledakan (bumping).
Batu didih tidak boleh dimasukkan pada saat larutan akan mencapai titik
didihnya. Jika batu didih dimasukkan pada larutan yang sudah hampir
mendidih, maka akan terbentuk uap panas dalam jumlah yang besar secara

43
tiba-tiba. Hal ini bisa menyebabkan ledakan ataupun kebakaran. Jadi, batu
didih harus dimasukkan ke dalam cairan sebelum cairan itu mulai dipanaskan.
Jika batu didih akan dimasukkan di tengah-tengah pemanasan (mungkin
karena lupa), maka suhu cairan harus diturunkan terlebih dahulu. Sebaiknya
batu didih tidah digunakan secara berulang-ulang karena pori-pori dalam batu
didih bisa tersumbat zat-zat pengotor dalam cairan.
4. Tujuan dari evaporasi adalah memekatkan konsentrasi larutan sehingga
didapatkan larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. . Panas dapat
disuplai dengan berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan
steam. Evaporasi diadasarkan pada proses pendidihan secara intensif yaitu (1)
pemberian panas ke dalam cairan, (2) pembentukan gelembung-gelembung
(bubbles) akibat uap, (3) pemisahan uap dari cairan, dan (4)
mengkondensasikan uapnya. Evaporasi atau penguapan juga dapat
didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat cair mendidih.
Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari pelarut pada
titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang konsentrasinya
lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi biasanya hanya terdiri dari
satu komponen, dan jika uapnya berupa campuran umumnya tidak diadakan
usaha untuk memisahkan komponenkomponennya. Dalam evaporasi zat cair
pekat merupakan produk yang dipentingkan, sedangkan uapnya biasanya
dikondensasikan dan dibuang. Disinilah letak perbedaan antara evaporasi dan
distilasi. Perlu diperhatikan, bahwa penguapan dapat terjadi karena adanya
pemanasan menggunakan hot plate yang dibantu dengan penurunan tekanan
pada labu alas bulat sampel yang dipercepat dengan pemutaran pada labu
alas bulat sampel.
Dengan bantuan pompa vakum yang mengalirkan air dingin (es) dari suatu
wadah kedalam kondensor dan dikeluarkan lagi oleh kondensor kepada
wadahnya lagi dan dimasukkan lagi dan seterusnya, karena proses ini berjalan
secara kontinyu. sehingga ketika uap dari pelarut mengenai dinding-dinding
kondensor, maka pelarut ini akan mengalami yang proses yg dinamakan
proses kondensasi, yaitu proses yang mengalami perubahan fasa dari fasa gas

44
ke fasa cair. Adapun demikian, proses penguapan ini dilakukan hingga
diperoleh pelarut yang sudah tidak menetes lagi pada labu alas bulat
penampung dan juga bisa dilihat dengan semakin kentalnya zat yang ada pada
labu alas bulat sampel dan terbentuk gelembung-gelembung pecah pada
permukaan zatnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaporasi :
Temperatur steam, disesuaikan dengan bahan yang akan dievaporasi
karena bahan yang tidak tahan suhu yang tinggi tentunya akan
membentuk kerak pada kolom evaporator sehingga akan
mempengaruhi perpindahan panas dari steam ke bahan tersebut.
Tekanan operasi, mempengaruhi proses penguapan pelarut disamping
temperatur.
Laju alir umpan, bila laju alir umpan terlalu kecil proses kurang
effisien dan juga bila terlalu besar,sehingga untuk suatu proses laju
alir umpan diusahakan adalah laju yang dapat menghasilkan proses
yang optimal.
Sifat fisik dan kimia umpan.
Luas permukaan kontak antara umpan dan media pemanas (panjang
dan jumlah tube).
Laju alir steam
Laju air pendingin (kondenser).
Salah satu alat yang sering digunakan dari berbagai evaporator yaitu
Rotary evaporator diamana alat ini merupakan alat yang biasa digunakan di
laboratorium kimia untuk mengefisienkan dan mempercepat pemisahan
pelarut dari suatu larutan. Alat ini menggunakan prinsip vakum destilasi,
sehingga tekanan akan menurun dan pelarut akan menguap dibawah titik
didihnya alat ini bekerja seperti alat destilasi. Pemanasan pada alat ini
menggunakan penangas air yang dibantu dengan rotavapor akan memutar
labu yang berisi sampel oleh rotavapor sehingga pemanasan akan lebih
merata. Selain itu, penurunan tekanan diberikan ketika labu yang berisi
sampel diputar menyebabkan penguapan lebih cepat. Dengan adanya

45
pemutaran labu maka penguapan pun menjadi lebih cepat terjadi. Pompa
vakum digunakan untuk menguapkan larutan agar naik ke kondensor yang
selanjutnya akan diubah kembali ke dalam bentuk cair.
Labu disimpan dalam labu alas bulat dengan volume 2/3 bagian dari
volume labu alas bulat yang digunakan setelah itu waterbath dipanaskan dan
mengusahakan suhu yang digunakan dalam pemanasan disesuaikan dengan
suhu pelarut yang digunakan. Setelah suhu tercapai, labu alas bulat dipasang
dengan kuat pada ujung rotor yang menghubungkan dengan kondensor.
Aliran air pendingin dan pompa vakum dijalankan, kemudian tombol rotar
diputar dengan kecepatan yang diinginkan.
5. Hukum yang menyatakan persamaan PV = nRT adalah hokum yang
menyatakan persamaan PV = nRT adalah Hukum Boyle. Hukum Boyle
adalah bila gas berada dalam keadaan ideal (gas sempurna), yaitu gas yang
terdiri dari satu atau lebih atom-atom dan dianggap identik satu sama lain.
Setiap molekul tersebut tersebut bergerak secara acak, bebas dan merata serta
memenuhi persamaan gerak Newton. Yang dimaksud gas sempurna (ideal)
dapat didefinisikan bahwa gas yang perbandingannya PV/nT nya dapat
idefinisikan sama dengan R pada setiap besar tekanan. Dengan kata lain, gas
sempurna pada tiap besar tekanan bertabiat sama seperti gas sejati pada
tekanan rendah.
Persaman Gas Ideal:
P.V = n.R.T
Keterangan :
P : tekanan gas
V : volume gas
n : jumlah mol gas
T : temperatur mutlak ( Kelvin)
R : konstanta gas universal
(0,082liter.atm.mol-1.K-1)
6. Definisi ekstrak menurut buku Farmakope Indonesia edisi IV ,ekstrak
adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektrasi zat aktif dari

46
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masaa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan

Jawaban Pertanyaan 3.4


Pertanyaan
1. Urutkan kepolaran pelarut yang digunakan dalam proses fraksinasi diatas
2. Cari deret pelarut lainnya berdasarkan tingkat kepolaran, mulai dari pelarut
non polar sampai pelarut yang paling polar.
3. Apa kegunaan aquadest dalam proses awal praktikum kali ini ? jelaskan !
4. Sebutkan kemungknan jenis senyawa kimia yang masuk ke dalam masing-
masing fraksi yang anda dpatkan
5. Apa gunanya pelepasan gas/udara dalam corong pisah setelah pengocokan
dilakukan ? kemana sebaiknya arah pelepasan gas tersebut ?
6. Tuliskan struktur kimia lima macam pelarut yang saudara gunakan pada
percobaan diatas (methanol, n-Heksana, etil asetat, kloroform, dan butanol)
7. Bagaimana prinsip pemisahan dengan menggunakan rotary evaporator ?
Jawaban
1. Urutan kepolaran pelarut
Pelarut n-Heksana = non polar
Pelarut etil asetat/kloroform = semi polar
Pelarut n-Butanol = polar
2. Deret pelarut berdasarkan kepolaran
Pelarut non polar = tetraklorida
Pelarut semipolar = aseton
Pelarut polar = methanol
3. Kegunaan aquades pada saat awal pratikum adalah Untuk melarutkan atau
menghomogenkan ekstrak kental yang mungkin sudah mengeras agar terlarut
sempurna. Karena kelarutan yang sempurna sangat berpengaruh dalam proses
fraksinasi ini.

47
4. Pada fraksi non polar yang menggunakan pelarut n-heksana kemungkinan
senyawa yang akan didapatkan atau mampu ditarik dari ekstrak adalah
senyawa kima yang bersifat non polar.
Pada fraksi semi polar yang menggunakan pelarut etil asetat/kloroform
kemungkinan senyawa yang akan didapatkan atau dapt ditarik dari
ekstrak adalah senyawa yang bersifat polar maupun ada juga yang
bersifat non polar
Pada fraksi polar yang menggunakan pelaru butanol kemungkinan
senyawa kimia yang didapatkan adalah senyawa yang bersifat polar.

5. Pengeluaran udara pada corong pisah berguna untuk mengurangi tekanan


yang ada didalamnya sehinngga tidak mengganggu proses pemisahannya.
Dan arah pelepasan gas/udara tersebut sebaiknya mengarah keatas dan
diarahkan kearah jendela, karena ada pelarut yang bersifat toksik bila terhirup

6.
Methanol ( CH3OH )

n-Heksana (CH3(CH2)4CH3)

etil asetat (C4H8O2)

kloroform (CHCl3 )

48
butanol (C4H9OH )
7. Rotary evaporator adalah alat yang digunakan untuk melakukan ekstraksi,
penguapan pelarut yang efisien dan lembut. Komponen utamanya adalah pipa
vakum, pengontrol, labu evaporasi, kondensator dan labu penampung hasil
kodensasi. Prinsip rotary evaporator adalah proses pemisahan ekstrak dari
cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu,
cairan penyari dapat menguap 5-10 C di bawah titik didih pelarutnya
disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa
vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami
kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung
dalam labu penampung. Prinsip ini membuat pelarut dapat dipisahkan dari zat
terlarut di dalamnya tanpa pemanasan yang tinggi .

Jawaban Pertanyaan 3.5


Pertanyaan
1. Defenisikan apa yang dimaksud dengan kromatografi lapis tipis!
2. Apa keuntungannya lingkungan chamber harus jenuh dengan pelarut/ eluen
yang digunakan, Jelaskan !
3. Perhatikan kotak silika gel, disitu tertulis Silika gel GF 254. Apa artinya?
Jelaskan !
4. Bagaimana cara menghitung harga Rf suatu senyawa pada plat KLT ?
5. Bagaimana cara melihat noda yang terdapat pada plat KLT? Jelaskan dengan
contoh!
6. Kalau seandainya lampu UV rusak atau tidak dapat digunakan, bagaimana
cara melihat pola noda pada plat KLT?
7. Apa itu istilah ko-kromatgrafi? Jelaskan !

49
Jawaban
1. Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan
komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan
adsorben inert.
2. Jika tidak dijenuhkan terlebih dahulu maka pelarut akan lebih sulit untuk naik
ke atas sehingga proses yang dilakukan akan memburuhkan waktu yang lama
juga
3. Silika gel GF 254 memiliki arti bahwa silika gel tersebut dapat berfluorosensi
pada panjang gelombang 254 yang memberikan fluorosensi hijau pada plat
KLT.
4. Jarak yang ditempuh noda berbanding dengan jarak yang ditempuh eluen.
Rf = Jarak yang ditempuh noda
Jarak yang ditempuh eluen
5. Cara melihat noda yang terdapat pada plat KLT adalah dengan melihat
dibawah lampu UV sesuai dengan panjang gelombangnya. Jika ingin melihat
noda, pada panjang gelombang 254, namun jika ingin melihat fluorosensi
pada panjang gelombag 366.
6. Mengganti atau memperbaiki lampu pada UV,menggunakan pereaksi/reagen
penampak noda seperti H2SO410 %, NaOH, anisaldehid, dan vanilin.
7. Ko-kromatografi merupakan melakaukan suatu cara dengan menambahkan
larutan standar kepada cuplikan untuk kemudian diukur dengan menggunakan
kromatografi. Bila harga Rf sama maka senyawa tersebut senyawa murni.
Namun tidak mutlak 100% sama. Pemasian dengan spektrofotometri IR,
NMR, UV dan HPLC.
Jawaban Pertanyaan 3.6
1. Apa yang dimaksud dengan preabsorpsi dan apa kegunaannya ? jelaskan
dengan ringkas
Jawaban :
Preabsorbsi merupakan perlakuan yang dilakukan sebelum terjadinya
penyerapan di dalam kolom, dimana sampel disiapkan sebanyak 5 gram silika
gel G 60 yang telah dihaluskan dengan mesh 35 70 sehingga dalam bentuk

50
yang sangat halus, diambil sebagian untuk dilarutkan dengan heksan lalu
dimasukkan ke dalam kolom dan dibiarkan turun berdasarkan gaya gravitasi
sisanya dimasukkan lagi ke dalam kolom sedikit demi sedikit.
2. Berapa ukuran silika gel yang anda gunakan ? apa saja satuannnya ? jelaskan
arti satuan tersebut dan sebutkan dimensi kolom yang anda pakai ?
Jawaban :
Ukuran silika gel yang digunakan ialah 1.25 m. Partikel silika gel
seperti bola dengan diameter bervariasi yaitu antara 2 10 m. Area luas
permukaan spesifik silika gel antara 300 1000 m2/g-1, volume lubang 0.3
2.0 cm3 g-1 dan rata rata pori lubang 2 2.5.
3. Apa kegunaan kapas yang dimasukkan ke dalam dasar kolom ? jelaskan !
Jawaban :
Kapas yang dimasukkan ke dalam kolom berfungsi untuk menahan silika
gel atau adsorban agar tidak keluar dari kolom. Kapas dibasahi dengan
heksan agar basah seluruhnya sehingga kapas padat dan tidak ada lagi udara
yang terkandung di dalamnya karena jika ada rongga maka akan menghambat
pengelusian.
4. Apa kegunaan dibuat bubur silika sebelum dimasukkan kedalam kolom ?
jelaskan !
Jawaban :
Memudahkan untuk memasukkan silika ketika proses packing kolom,
jika dalam keadaan kering dia mudah terbang dan terhirup sehingga bisa
masuk ke paru paru.
5. Jelaskan kenapa saat memasukkan silika dalam kolom, kolom tersebut
diketok etok ?
Jawaban :
Fungsi dari kolom diketok ketok saat memasukkan silika ialah untuk
menghilangkan gelembung udara yang tertinggal di dalam kolom.

51
Jawaban Pertanyaan 3.7
1. Apa yang dimaksud dengan nilai Rf ,dan jelaskan bagaimana cara
menghitung nilai Rf tersebut ?
Jawaban :
Rf merupakan nilai jarak relatif pada pelarut . Harga Rf dihitung sebagai
jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen
(fase gerak) untuk setiap senyawa . Rf juga dinyatakan derajat retensi suatu
komponen dalam fase diam . Karena itu Rf juga disebut faktor retensi .
Cara menghitung nilai Rf : Jarak tempuh noda
Jarak tempuh pelarut
2. Apa warna senyawa yang baik dibawah lampu uv pada panjang gelombang
254 dan apa warna senyawa pada panjang gelombang 366 ? jelaskan kenapa !
Jawaban :
Pada lampu UV 254 nm noda yang tampak berwarna gelap (hijau)
karena yang berflouresensi adalah lempengnya yang mengandung indikator
sedangkan sampelnya tidak. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih
tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.
Pada lampu UV 366 nm warna noda yang tampak (ungu ) adalah terang
atau tampak jelas karena lempengnya tidak berflouresensi tetapi
sampelnya.Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih
tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.
Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika
gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.

52
3. Bagaimana cara mendeteksi bercak noda pada plak KLT selain menggunakan
lampu uv ? jelaskan !
Jawaban :
Deteksibercakpada KLT dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara
kimia yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu
pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas.
Metodedeteksilainadalahdenganmenggunakanpereaksisemprot.
Pereak Komposisi Perlakuan Keterangan
sisemprot
Vanilin asam 1 gram vanillin dalam Disemprot dan Pereaks umum yang
sulfat asam sulfat pekat dipanaskan digunakan. Terpen akan
hingga muncul menghasilkan warna
warna merah atau biru
Asam Asam fosfomolibdat Disemprot dan Untuk mendeteksi
fosfomolibdat 5% b/v dalam etanol dipanaskan terpen dengan bercak
hingga muncul biru berlatar kuning
warna
Reagen 10 mL larutan KI 40% Jika reaksi tidak Deteksi alkaloid
Dragendorff ditambahkan dengan spontan maka menghasilkan warna
10 mL larutan 0,85 diperlukan oranye pekat hingga
gram bismuth subnitrat pemanasan merah
dalam 10 mL asam
asetat dan 50 mL air.
Larutan tersebut
diencerkan dalam 10
mL asam asetat dan 50
mL air

4. Apa yang dimaksud dengan kristalisasi dan rekristalisasi ? jelaskan !


Jawaban :
Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari
pengendapanlarutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan
langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara
bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat
zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat.
Rekristalisasi adalah tahap awal yaitu melarutkan senyawa yang akan
dimurnikan dalam sedikit mungkin pelarut atau campuran pelarut dalam
keadaan panas atau bahkan sampai suhu pendidihan sehingga diperoleh
larutan jernih ,dan tahap selanjutnya adalah pendinginan larutan yang akan

53
menyebabkan terbentuknya kristal yang kemudian bisa dipisahkan dengan
teknik penyaringan
5. Apa yang dimaksud dengan ekstrak ,fraksi dan senyawa murni ? jelaskan !
Jawaban :
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yg
sesuai ,kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yg tersisa diperlukan sedemikian rupa hingga memenuhi standar baku
yang ditetapkan .
Fraksi adalah mengandung satu atau beberapa senyawa berdasarkan
kriteria tertentu . Senyawa murni adalah zat yang memiliki komposisi
konstan ( homogen ) dan memiliki sifat konsisten diseluruh bagiannya .

Jawaban Pertanyaan 3.8


Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan rekristalisasi ?
2. Buat urutan pelarut berdasarkan tingkat kepolaran dan titikdidihnya
3. Kenapa penambahan karbon aktif harus dalam keadaan larutan dingin dan
tidak boleh dalam keadaan larutan panas atau mendekati titik didihnya
4. Apa yang di maksud dengan karbon aktif ?
5. Sebutkan beberapa cara untuk memancing kristal keluar dari larutan setelah
di lakukan proses rekristalisasi

Jawaban

1. Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau


pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah
dilarutkan dalam pelarut yang cocok.

54
2. Tabel sifat-sifat pelarut umum

Pelarut Rumuskimia Titik didih Konstanta Massa


Dielektrik jenis

Pelarut Non-Polar

Heksana CH3-CH2-CH2-CH2-CH2- 69 C 2.0 0.655 g/ml


CH3

Benzena C6H6 80 C 2.3 0.879 g/ml

Toluena C6H5-CH3 111 C 2.4 0.867 g/ml

Dietil eter CH3CH2-O-CH2-CH3 35 C 4.3 0.713 g/ml

Kloroform CHCl3 61 C 4.8 1.498 g/ml

Etil asetat CH3-C(=O)-O-CH2-CH3 77 C 6.0 0.894 g/ml

Pelarut Polar Protik

1,4-Dioksana /-CH2-CH2-O-CH2-CH2-O-\ 101 C 2.3 1.033 g/ml

Tetra hidrofuran /-CH2-CH2-O-CH2-CH2-\ 66 C 7.5 0.886 g/ml


(THF)

Diklorometana CH2Cl2 40 C 9.1 1.326 g/ml


(DCM)

Asetona CH3-C(=O)-CH3 56 C 21 0.786 g/ml

Asetonitril (Me CH3-CN 82 C 37 0.786 g/ml


CN)

Dimetil H-C(=O)N(CH3)2 153 C 38 0.944 g/ml


formamida
(DMF)

55
Dimetil CH3-S(=O)-CH3 189 C 47 1.092 g/ml
sulfoksida
(DMSO)

Pelarut Polar Protik

Asam asetat CH3-C(=O)OH 118 C 6.2 1.049 g/ml

n-Butanol CH3-CH2-CH2-CH2-OH 118 C 18 0.810 g/ml

Isopropanol CH3-CH(-OH)-CH3 82 C 18 0.785 g/ml


(IPA)

n-Propanol CH3-CH2-CH2-OH 97 C 20 0.803 g/ml

Etanol CH3-CH2-OH 79 C 30 0.789 g/ml

Metanol CH3-OH 65 C 33 0.791 g/ml

Asam format H-C(=O)OH 100 C 58 1.21 g/ml

Air H-O-H 100 C 80 1.000 g/ml

3. Karena pada saat kondisi panas atau suhu tinggi kerja karbon aktif akan
meningkat untuk mengikat pengotor pada saat proses pembentukan
rekristalisasi.
4. Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu jenis
karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai
dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut.
5. Cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
yang cocok :
Penguapan
Pendinginan,dengan menurunkan suhu lingkungan
Penambahan senyawa lain
Reaksikimia

56
Jawaban Pertanyaan 3.9
1. Jelaskan kenapa diperlukan identifikasi senyawa yang telah diisolasi dari
bahan alam.
Jawaban :
1. Senyawa aktif yang murni dapat diberikan lebih akurat. Hal ini tentu saja
bisa kita dapatkan bila kita telah berhasil mendapatkan senyawa murni
yang berperan dalam bioaktivitasnya dan selanjutnya dilakukan berbagai
eksperimental untuk mencari dosis, cara preparasi sediaan yang tepat dan
cara pemberian yang tepat.
2. Senyawa yang telah diidolasi tersebut dapat lebih dikembangkan dalam
proses pencarian senyawa yang lebih berkhasiat. Dengan mengetahui
struktur kimianya maka senyawa ini akan dapat menjadi lead
compound dalam pembuatan secara sintetik sehingga bisa dibuat dalam
skala besar. Ataupun modifikasi struktur dari senyawa tersebut akan bisa
melahirkan senyawa turunan yang mungkin lebih aktif.
3. Senyawa murni yang telah diisolasi tersebut juga bisa dilakukan
pengujian terhadap berbagai bioaktivitas, tidak hanya berpatokan pada
bioaktivitas yang berhubungan dengan penggunaan tradisionalnya.
2. Apa yang dimaksud dengan titik leleh, titik didih, optic aktif, dan nilai Rf.
Jelaskan
Jawaban
Titik leleh :
Titik leleh adalah temperature dimana zat padat berubah wujud menjadi
zat cair pada tekanan satu atmosfer, dengan kata lain, titik leleh
merupakan suhu ketika fase padat dan cair sama-sama berada dalam
kesetimbangan.
Factor-faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut
meleleh adalah :
Ukuran Kristal
Banyaknya sampel
Pengemasan dalam kapiler

57
Titik didih :
Titik didih adalah suhu dimana cairan mendidih, dimana tekanan uap zat
cair sama dengan tekanan eksternal yang dialami cairan,
Optic aktif
Senyawa optic aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang
polarisasi. Sedangkan yang dimaksud dengan polarisasi adalah
pembatasan arah getaran ( vibrasi ) dalam sinar atau radiasi
elektromagnetik yang lain.
Nilai rf
Nilai Rf adalah jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi
dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal, oleh karena itu
bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.
3. Apa yang dimaksud dengan spectrum UV, IR, NMR, dan MS dan jelaskan
apa informasi yang bisa didapat dari spectrum tersebut.
UV
Metode untuk melihat senyawa melalui transmisi dari sumber cahaya.
Data yang di dapat ialah data kadar sampel, ada tidaknya gugus kromofor
dari puncak puncak yang muncul
IR
Spektroskopi IR merupakan suatu metode yang mengamati interaksi
molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0,75 1000 m atau pada bilangan gelombang
13.000 10 cm
NMR ( spektroskopi resonansi magnetic nuklir )
Spectrum ini memberikan gambaran mengenai jenis atom, jumlah,
maupun lingkungan atom hIdrogen (1H NMR) maupun karbon ( 13C
NMR ).
MS
Spektrum berdasarkan massa suatu molekul. Dalam spektrum terdapat
angka angka yang merupakan fragmen penyusun dari molekul itu sendiri
4. Tulis struktur karotenoid, kafein, kapsantin, inti flavonoid dan steroid

58
Flavonoid

kapsantin

karoten

5. Ada berapa jenis kuvet pada spektroskopi UV-Vis dan apa perbedaannya
serta kegunaannya masing-masing. Umumnya pada pengukuran di daerah
UV, digunakan kuvet yang terbuat dari bahan kuarsa atau plexiglass, kuvet

59
kaca tidak dapat mengabsorbsi sinar UV, sehingga tidak digunakan pada saat
pengukuran di daerah UV.
UV : fused silica, kuarsa
Visible : gelas biasa, silica atau plastik
IR : KBr, NaCl, IRTRAN, atau Kristal dari se-
nyawa ion
Oleh karena itu, bahan kuvet dipilih berdasarkan daerah panjang
gelombang yang dihgunakan. Gunanya agar dapat melewatkan daerah
panjang gelombang yang digunakan.

BAHAN KUVET BERDASARKAN PANJANG GELOMBANG

BAHAN PANJANG GELOMBANG


Silika 150-3000
Gelas 375-2000
Plastik 380-800

Kuvet yang terbuat dari kaca digunakan untuk daerah tampak, Kuvet
kuarsa atau silica digunakan untuk daerah ultraviolet

60

Anda mungkin juga menyukai