Anda di halaman 1dari 8

Riptek Vol. 7, No. 1, Tahun 2013, Hal.

39-46

MODEL PEMBIAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)


MELALUI QARDHUL HASAN
Heru Sulistyo *), Abdul Hakim *)

Abstract

PKL growth increased rapidly from year to year, giving rise to various social polemic. On one side of the
PKL as an economic force capable of moving the people's economy, providing employment in the informal sector
in reducing unemployment and poverty, while on the other hand the existence of PKL often disturbing the
environment, hygiene and beauty are not awake. According to data across Indonesia Market Traders Association
(ASPPSI), the number of PKL in Indonesia reached 22 million people. Employment opportunities PKL able to
contribute very significantly, especially the uneducated labor in Indonesia where the number is still enormous.
Therefore, PKL should be empowered and maintained its existence through the government's attention both to
the arrangement of street vendors, as well as management and business capital that had been tidaak gain
access of financial institutions. The population in this study are all PKL in Semarang around 12,000 people. The
appropriate number of samples analyzed 100 respondents. Data were collected through primary data and
secondary data. Primary data obtained through questionnaires distributed to street vendors and merchants who
had obtained a loan qardhulhasan. The results showed that qardhul hasan financing for vendors to help increase
sales turnover and the level of their welfare.

Keywords: PKL, qardhu lHasan, Islamic banking, Bazda, capital

Pendahuluan khususnya pada saat krisis ekonomi tahun 1997


Krisis ekonomi dan moneter serta krisis hingga 1999, sementara di sisi lain keberadaan
multidimensi yang terjadi pada tahun 1997 dan PKL seringkali mengganggu ketertiban
tahun 2008 di Indonesia telah menyebabkan lingkungan, kebersihan dan keindahan yang tidak
banyaknya perusahaan yang bangkrut dan terjaga, sehingga seringkali terkena penggusuran
melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) lokasi PKL oleh pemerintah kota/kabupaten.
yang berakibat meningkatnya jumlah Menurut data Asosiasi Pedagang Pasar se-
pengangguran dan tingkat kemiskinan. Bank Indonesia (ASPPSI), jumlah PKL di Indonesia
Dunia memperkirakan angka kemiskinan tahun saat ini mencapai 22 juta orang. PKL mampu
2011 sebesar 13,3% dari 240 juta orang. menyumbang lapangan pekerjaan sangat
Sementara menurut pemerintah, angka signifikan, terutama tenaga kerja yang tidak
kemiskinan pada tahun 2009 sebesar 14,2% dan terdidik dimana jumlahnya di Indonesia masih
diperkirakan tahun 2011 sebesar 11,55% hingga luar biasa besar. Eksistensi PKL perlu ditata,
12,5%. Semakin sulitnya mencari pekerjaan, dibina, dikembangkan agar mampu memberikan
ditambah semakin mendesaknya kebutuhan lapangan kerja, khususnya terkait dengan
hidup, maka penciptaan lapangan kerja serba pinjaman modal kerja. Dari sisi penataan PKL,
cepat dan instan merupakan alternatif yang Kementerian Negara Koperasi dan UKM
cocok dalam kondisi saat ini, yaitu menjadi mengalokasikan Rp 100 milyar untuk program
pedagang kaki lima (PKL). Dengan modal revitalisasi pasar tradisional sebanyak 78 dan 13
seadanya untuk mendapatkan barang dagangan sarana pedagang kaki lima (PKL) untuk
yang dinilai cepat laku, kemudian dijual dengan penerapan relokasi dan revitalisasi di seluruh
untung yang tidak terlalu besar. Kegiatan PKL Indonesia. Namun demikian, dari sisi
dianggap sebagai proses menciptakan diri permodalan, saat ini pemerintah belum
mandiri di bidang ekonomi dan meningkatkan menemukan akses permodalan yang mudah,
skill berdagang. Survei yang dilakukan Asosiasi cepat dan ringan. Berdasarkan kondisi tersebut,
Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI, 2006) maka pedagang kaki lima harus diberi hak hidup,
mengungkapkan, pasar tradisional mengalami eksis dan kokoh dalam menghidupi jutaan
pertumbuhan minus 8%, sementara pasar pedagang dan keluarga. Pedagang kaki lima perlu
modern tumbuh 35%. Hal ini berarti bahwa diberi hak hidup agar tidak mati secara
pasar tradisional kondisinya semakin tidak perlahan-lahan karena pelaku-pelaku ekonomi
kompetitif, sehingga berpengaruh terhadap kecil ini jumlahnya dominan dalam sistem
keberadaan PKL di sekitar pasar tradisional. perekonomian kita. Di Indonesia terdapat
Pertumbuhan pedagang kaki lima 13.650 pasar tradisional dan jumlah pedagang
meningkat dengan pesat dari tahun ke tahun termasuk pedagang kaki lima yang terlibat dalam
sehingga menimbulkan berbagai polemik sosial. pasar tradisional berjumlah 12,6 juta pedagang.
Di satu sisi, PKL sebagai kekuatan ekonomi Dengan asumsi bahwa setiap pedagang
mampu menggerakkan perekonomian rakyat, menghidupi empat orang anggota keluarga,

*) Dosen Magister Manajemen Universitas Islam Sultan Agung Semarang


E mail: ricadona_6771@yahoo.co.id
Model Pembiayaan Pedagang Kaki
Lima (PKL) Melalui Qardhul Hasan (Heru Sulistyo, Abdul Hakim)

maka dapat disimpulkan bahwa pasar tradisional permodalan dari Pemerintah maupun
dapat menghidupi 50 juta orang. Data dari perbankan, meskipun demikian bisa survive.
asosiasi pedagang kaki lima Indonesia (APKLI) Dengan adanya keterbatasan akses modal inilah
menunjukkan bahwa jumlah PKL di Indonesia maka diperlukan solusi, agar PKL dapat tumbuh
diperkirakan mencapai 22 juta orang dan dan berkembang dalam memberi kontribusi
selama lima tahun terakhir, tingkat terhadap perekonomian nasional. Perbankan
pertumbuhan PKL rata-rata 7% hingga 10%. Bila syariah dan lembaga keuangan mikro seperti
setiap PKL rata-rata memperkerjakan 2 orang, BMT serta penggunaan dana zakat infaq sedekah
maka jumlah tenaga kerja yang terserap dalam (ZIS) dari badan amil zakat sedekah merupakan
sektor ini sebesar 44 juta orang. Sementara lembaga yang berpotensi besar memberikan
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2011 akses modal bagi PKL, khususnya produk
diperkirakan sebesar 12,5% dari 240 juta khardul hasan. Penggunaan produk khardul hasan
penduduk, yaitu kurang lebih sebesar 30 juta di bank syariah (BNI Syariah dan Mandiri
orang. Sementara, jika pertumbuhan ekonomi Syariah) masih belum optimal. Demikian juga
Indonesia rata-rata 6% pertahun dan jika penggunaan dana yang berasal dari zakat, infak
diasumsikan setiap 1% pertumbuhan ekonomi dan sedekah bagi warga kurang mampu untuk
menyerap 200 ribu tenaga kerja, dalam satu kegiatan produktif belum banyak dilakukan,
tahun ada 1,2 juta tenaga kerja yang terserap. padahal potensinya sangat besar. Kajian ini akan
Jumlah penyediaan lapangan kerja ini hanya bisa memfokuskan pada peningkatan kesejahteraan
disediakan dari sektor informal, yaitu pedagang PKL melalui pembiayaan modal kerja berbasis
kaki lima dengan perkiraan sebesar 44 juta kardhul hasan, agar PKL semakin berkembang
tenaga kerja. Sektor formal tidak mampu dan tertata dengan baik menjadi usaha sektor
menampungnya akibat krisis ekonomi dan informal bagi penggerak ekonomi rakyat dalam
keuangan tahun 2008 serta globalisasi mengurangi tingkat kemiskinan.
perdagangan, dimana produk asing lebih
kompetitif dibanding produk dalam negeri. Pedagang Kaki Lima (PKL)
Dengan demikian sangatlah penting bagi Sejak tahun 70-an, sektor kerja informal
pemerintah untuk memfokuskan dan dikenal oleh masyakat sebagai sektor yang
memberdayakan PKL, karena merupakan basis kurang mendapat dukungan pemerintah daerah,
kegiatan ekonomi rakyat yang selama ini sebagai tidak tercatat secara resmi, dan beroperasi di
penyelamat perekonomian negara, baik akibat luar aturan pemerintah daerah, secara otomatis
krisis ekonomi maupun masalah penyediaan dukungan pemerintah daerah akan diarahkan
lapangan kerja dan pengurangan tingkat untuk memformalisasi sektor ini. Pendekatan ini
kemiskinan. juga berasumsi bahwa satu-satunya hambatan
Berangkat dari kesadaran akan peran sektor informal untuk tumbuh adalah sikap
penting PKL untuk ikut menjadikan Kota negatif dari pemerintah daerah terhadap sektor
Semarang sebagai kota dengan perekonomian ini. Oleh karena itu, dukungan pemerintah
yang tumbuh secara dinamis dan sehat, maka daerah dianggap bisa menjadi jaminan sukses.
diperlukan pemberdayaan PKL secara Hal ini mengabaikan kompetisi yang kompleks
berkesinambungan dan berkelanjutan sehingga dan hubungan tidak seimbang antara usaha kecil
mempercepat peningkatan kesejahteraan dan usaha besar dan berbagai strategi monopoli
masyarakat. Pemberdayaan PKL merupakan untuk menekan kompetisi usaha kecil. Kegiatan-
usaha penguatan PKL untuk mandiri, tetap kegiatan informal adalah sebuah cara untuk
bertahan dan memberikan kontribusi bagi melakukan sesuatu yang dicirikan mudah masuk,
perkembangan perekonomian Kota Semarang di bersandar pada sumber daya lokal, usaha milik
tengah-tengah maraknya usaha-usaha yang keluarga, operasi skala kecil, padat karya dan
bermodal besar. Meski Perda No. 11 Tahun adapted technology, ketrampilan diperoleh di
2000 telah dikeluarkan, namun jumlah PKL luar sistem formal sekolah dan tidak diatur dan
tetap saja semakin bertambah dan mendekati pasar kompetitif. Sehingga terdapat
angka 12.000 PKL. Strategi penataan PKL telah kecenderungan untuk menyamakan sektor
dilakukan oleh Pemerintah (Kementerian informal perkotaan dengan urban poor. Padahal
Koperasi dan UKM) , namun demikian tidak semua yang bekerja di sektor informal
perhatian dan kebijakan Pemerintah dalam adalah orang miskin, demikian juga sebaliknya.
penyediaan modal kerja bagi PKL masih belum Ananya Roy dan Nezar Alsayyad (2004),
banyak dilakukan. Sifat usaha sektor informal melalui bukunya Urban Informality: Transnational
yang tidak bankable dan manajemen usaha tidak Perspectives from the Middle East, Latin America
profesional menyulitkan PKL memulai dan and South Asia, mengenalkan konsep
mengembangkan usahanya, karena keterbatasan informalitas perkotaan sebagai logika yang
modal. Selama ini PKL tidak pernah meminta menjelaskan proses transformasi perkotaan.

40
Riptek Vol. 7, No. 1, Tahun 2013, Hal. 39-46
Mereka tidak menekankan dikotomi sektor mempergunakan sarana dan atau perlengkapan
formal dan informal tetapi pada pengertian yang mudah dibongkar pasang/dipindahkan dan
bahwa informalitas sebagai sektor yang tidak atau mempergunakan tempat usaha yang
terpisah dalam struktur ekonomi masyarakat. menempati tanah yang dikuasai pemerintah
Menurut mereka, informalitas ini adalah suatu daerah dan atau pihak lain (pasal 1). Pengaturan
moda urbanisasi yang menghubungkan berbagai tempat usaha melalui pengadaan, pemindahan,
kegiatan ekonomi dan ruang di kawasan bahkan penghapusan lokasi PKL ditetapkan oleh
perkotaan. Menurut pengamatan mereka pada walikota (pasal 2). Penetapan tempat usaha PKL
kota-kota di Timur Tengah, Amerika Latin, dan adalah lokasi milik atau yang dikuasai oleh
Asia, perumahan dan pasar lahan informal tidak pemerintah daerah dan atau pihak lain dengan
hanya merupakan domain bagi penduduk mempertimbangkan fasilitas PKL yang ada, dan
miskin, tetapi penting pula untuk penduduk tempat kepentingan umum lainya.
kelas menengah. Demikian pula dengan sektor-
sektor informal yang baru banyak berlokasi di Qhardul Hasan
pinggiran kota. Dapat dikatakan bahwa Qardhul hasan atau benevolent loan adalah
perkembangan kawasan perkotaan disebabkan suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar
oleh urbanisasi informal. Pemahaman kewajiban sosial semata dimana si peminjam
informalitas perkotaan dalam mencermati tidak dituntut untuk mengembalikan apapun
masalah sektor informal termasuk PKL akan kecuali modal pinjaman. Qardhul hasan dalam
menempatkan sektor informal sebagai bagian kitab-kitab klasik adalah qardh. Qardh secara
terintegral dalam sistem ekonomi perkotaan. etimologi berarti al-qotu yang artinya
Salah satu wujud pemahaman ini adalah pemotongan. Harta yang disodorkan kepada
menyediakan ruang kota untuk mewadahi orang yang berhutang disebut qardh, karena
kegiatan PKL. merupakan potongan dari harta orang yang
Pedagang kaki lima ini timbul dari adanya memberikan hutang. Qardhul hasan atau
suatu kondisi pembangunan perekonomian dan pinjaman kebajikan merupakan suatu
pendidikan yang tidak merata diseluruh NKRI pembiayaan yang bersifat sosial dalam Lembaga
(Negara Kesatuan Republik Indonesia ) ini. PKL Keuangan Syariah (LKS). Kata qardhul hasan
juga timbul akibat dari tidak tersedianya diambil dari Al Quran surat al-Hadid ayat 11
lapangan pekerjaan bagi rakyat kecil yang tidak dan surat al-Baqarah ayat 245. Pembiayaan
memiliki kemampuan dalam berproduksi. qardhul hasan merupakan bentuk implementasi
Pemerintah dalam hal ini sebenarnya memiliki dari fatwa Dewan Syariah Nasional
tanggung jawab didalam melaksanakan No.19/DSN-MUI/IV/2001 tentang qardh oleh
pembangunan bidang pendidikan, bidang LKS. Bahwa Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
perekonomian dan penyediaan lapangan disamping sebagai lembaga komersial, harus
pekerjaan. Ketentuan ini diatur dalam peraturan dapat berperan sebagai lembaga sosial yang
perundang-undangan yang tertinggi yaitu UUD dapat meningkatkan perekonomian secara
1945 pasal 27 ayat (2) UUD 1945 : Tiap-tiap maksimal. Salah satu sarana peningkatan
warga negara berhak atas pekerjaan dan perekonomian yang dapat dilakukan oleh LKS
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. adalah penyaluran dana melalui prinsip qardh.
Pedagang kaki lima adalah orang yang dengan Berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW,
modal yang relatif sedikit berusaha di bidang pemberian pendahuluan pinjaman dengan cara
produksi dan penjualan barang-barang (jasa-jasa) al-qard lebih berkenan bagi Allah dari pada
untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu memberi sedekah. Ini merupakan keterangan
di dalam masyarakat, usaha tersebut yang sah dan tidak perlu diragukan lagi, serta
dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap merupakan sunah Nabi Saw dan ijma ulama
strategis dalam suasana lingkungan yang (Maslehuddin, 1994). Secara terminologi, al-
informal (Winardi dalam Haryono, 1989). qardu al-hasan (benevolent loan) ialah suatu
Pedagang kaki lima pada umumnya adalah self- pinjaman yang diberikan atas dasar kewajiban
employed, artinya mayoritas pedagang kaki lima sosial semata, dalam hal ini si peminjam tidak
hanya terdiri dari satu tenaga kerja. Modal yang dituntut untuk mengembalikan apa pun kecuali
dimiliki relatif tidak terlalu besar, dan terbagi pinjaman (Perwataatmadja dan Antonio, 1999).
atas modal tetap, berupa peralatan, dan modal Sifat dari al-qard al-hasan ini ialah tidak memberi
kerja keuntungan finansial (Antonio, 2001). Qardhul
Pengaturan dan pembinaan PKL di hasan adalah pinjaman tanpa laba (zero-return).
Semarang diatur dalam Perda No. 11 Tahun Al-quran sangat menganjurkan kaum muslim
2000, yang merupakan pengganti Perda No 3 untuk memberi pinjaman kepada yang
Tahun 1998. Pada bagian pertama perda membutuhkan. Peminjam hanya wajib
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan PKL mengembalikan pokok pinjamannya, tetapi
adalah pedagang yang di dalam usahanya dibolehkan memberi bonus sesuai dengan

41
Model Pembiayaan Pedagang Kaki
Lima (PKL) Melalui Qardhul Hasan (Heru Sulistyo, Abdul Hakim)

keridaannya. Peminjam qardh hasan juga model PLS dan lebih memilih model murabahah
mendapatkan manfaat dari berbagai macam ini tercermin pada porsi murabahah yang
layanan dan keuangan serta dukungan moral mencapai 70% pola pembiayaan bank, adapun
yang diberikan oleh bank. Pinjaman ini sering yang menggunakan pola PLS ditekan hanya
diberikan kepada lembaga-lembaga amal untuk maksimal 30% atau bahkan sampai 0%. (Saeed,
mendanai aktivitas mereka. Pengembalian 2004). Penelitian yang dilakukan Faruk (2004)
dilakukan selama suatu periode yang disepakati mengkaji tentang operasionalisasi alkhard al-
kedua pihak. Bank boleh memungut biaya hasan di BNI Syariah Yogyakarta, menyimpulkan
pelayanan, tetapi tanpa dikaitkan dengan jumlah bahwa BNI Syariah Yogyakarta melakukan
atau jangka waktu pinjaman. Jadi, kelebihan itu langkah-langkah sesuai dengan hukum Islam
semata-mata untuk biaya pelayanan. Pembiayaan untuk lebih mengoptimalkan peran dan
qardh hasan bisa juga menjadi jalan untuk upayanya dalam membantu memberdayakan
mempererat dan memfasilitasi hubungan bisnis. ekonomi rakyat melalui produk khardul hasan.
(Lewis dan Algaoud, 2001). Penelitian yang dilakukan Amijaya (2003)
Qardhul hasan merupakan pinjaman tanpa tentang penyelesaian apabila mutaridh terlambat
imbalan yang memungkinkan peminjam untuk membayar angsuran pinjaman pada akad
menggunakan dana tersebut selama jangka perjanjian pembiayaan al-khard al-hasan
waktu tertentu dan mengembalikan dalam menyimpulkan bahwa, penyelesaian apabila
jumlah yang sama pada akhir periode yang mutaridh terlambat membayar angsuran
disepakati. Jika peminjam mengalami kerugian pinjaman dilakukan dengan cara musyawarah.
bukan karena kelalaiannya maka kerugian Penelitian yang dilakukan Adnan dan
tersebut dapat mengurangi jumlah pinjaman. Furywardhana (2006) tentang evaluasi Non
Sumber dana qardhul hasan ini berasal dari Performing Loan (NPL) pinjaman khardul hasan
eksternal dan internal. Sumber dana eksternal menyimpulkan bahwa karakter yang baik,
berasal dari sumbangan, infak, sedekah dan juga referensi yang obyektif serta payment yang
zakat, dan sumber dana internal berasal dari semakin baik mampu menurunkan rasio Non
bank dan juga pendapatan non halal. Pinjaman Performing Loan (NPL) dari nasabah khardul
qardhul hasan merupakan pinjaman yang bersifat hasan.
sosial, sehingga peminjam hanya mengembalikan
sejumlah pokok pinjaman tanpa imbal jasa Metode Penelitian
(bunga). Tujuan penyaluran dana qardhul hasan Populasi dan Sampel
ini sejalan dengan salah satu misi BAZIS untuk Populasi dalam penelitian ini adalah
mengentaskan seorang mustahiq menjadi seluruh pedagang kaki lima (PKL) yang ada di
muzakki. Jika peminjam mengalami kerugian Kota Semarang, yaitu sekitar 12.000 orang.
yang bukan merupakan kelalaiannya, maka Adapun jumlah sampel yang diambil dalam
kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah penelitian ini sebanyak 250 PKL. Sedangkan
pinjaman. Produk ini memungkinkan responden dalam penelitian ini mencakup
pengucuran dana segar kepada masyarakat yang perbankan syariah, Bazda Kota Semarang dan
kurang mampu (dhuafa) dan termasuk ke dalam pedagang yang pernah mendapatkan khardul
mustahik (yang berhak menerima zakat) sebagai hasan dari bank syariah.
modal untuk melakukan usaha produktif dengan
jumlah pinjaman yang juga disesuaikan dengan Metode Pengumpulan Data
kapasitas usahanya. Biasanya bank syariah Data yang dikumpulkan melalui data
memberikan pembatasan mengenai jumlah dan primer dan data sekunder. Data primer
jangka waktu, hal ini dimaksudkan sebagai diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan
proses revolving dari dana qardhul hasan ini kepada pedagang kaki lima dan pedagang yang
sehingga bisa digulirkan kembali kepada pernah memperoleh pinjaman khardul hasan.
mustahik lainnya. Salah satu penyedia produk Kuesioner dan wawancara dilakukan terhadap
khardul hasan adalah bank islam atau bank personal dari Dinas Pasar Kota Semarang,
syariah yang dalam realitasnya mestinya sistem personal dari Dinas Perindustrian dan
perbankan ini berbasis pada sistem Profit dan Perdagangan Kota Semarang, pengurus Bazda
Loss Sharing (PLS) dengan model mudharabah Kota Semarang, personal dari perbankan
dan musyarakah. Secara mengejutkan, syariah. Kuesioner kepada PKL dan pedagang
sebagaimana yang ditemukan dari penelitian yang telah menerima khardul hasan mencakup
Abdullah Saeed (2004), kalangan perbankan profil PKL, jenis dagangan, sejarah pekerjaan,
syariah sedikit sekali menggunakan pola PLS ini sumber dan bantuan modal yang telah diterima,
dan lebih berpaling kepada pola murobahah yang manajemen usaha, tenaga kerja yang
mana pola pembiayaannya mirip bunga. dipekerjakan, efisiensi usaha, modal berputar,
Keengganan kalangan perbankan Islam terhadap dan aspirasi PKL. Kuesioner ke Dinas Pasar

42
Riptek Vol. 7, No. 1, Tahun 2013, Hal. 39-46
yang menangani PKL mencakup jumlah PKL, usahanya (83,2%), sedangkan yang tidak mampu
besaran modal PKL, kebijakan pengaturan PKL, meningkatkan usahanya hanya sekitar 3,2%.
perda PKL, penataan PKL, dan relokasi PKL. Hampir seluruh pedagang menyatakan bantuan
Kuesioner ke Dinas Perindustrian dan qardhul hasan mampu menambah kinerja usaha
Perdagangan mencakup bantuan permodalan (81,1%). Hal ini disebabkan akses modal bagi
saat ini bagi PKL, arah pemberdayaan PKL, pedagang kaki lima masih sangat sulit diperoleh,
kebijakan pengembangan PKL dan sehingga keberadaan pembiayaan qardhul hasan
perlindungannya. Kuesioner dan wawancara tanpa disertai agunan sangat membantu dalam
yang ditujukan pada perbankan syariah dan mengembangkan usaha. Selama ini faktor modal
Bazda terkait khardul hasan mencakup syarat menjadi masalah utama bagi pedagang kaki lima,
administrasi, kriteria fakir dan miskin, besarnya sementara untuk jumlah pembeli masih sangat
pinjaman, prosedur seleksi peminjam, tinggi. Sebanyak 11,6% menyatakan bantuan
pengembalian pinjaman dan penyelesaian pembiayaan qardhul hasan yang disalurkan
pinjaman bila macet. melalui Bazda, Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
syariah dan BMT tidak memberikan manfaat
Variabel Penelitian dan Indikator yang signifikan dalam mengembangkan usahanya.
Profil PKL mencakup karaktersitik Hal ini disebabkan karena pembiyaaan yang
pedagang mencakup: jenis kelamin, umur, status diterima pedagang kaki lima tidak digunakan
perkawinan, jumlah tanggungan keluarga, sepenuhnya untuk keperluan pengembangan
pendidikan, jam kerja, jenis dagangan, daerah usaha, namun sebagian digunakan untuk
asal pedagang, tempat tinggal sekarang, sejarah kebutuhan rumah tangga dan biaya sekolah.
pekerjaan, dan keterlibatan tenaga kerja lain Berdasarkan analisis terhadap tingkat
(termasuk keluarga). Efisiensi usaha dan akses kemacetan angsuran pembiayaan qardhul hasan
modal PKL mencakup sumber modal usaha, asal bagi pedagang kaki lima menunjukkan bahwa
modal usaha, jumlah modal usaha awal, taksiran sebanyak 65,3% angsuran pinjaman tidak
nilai barang dagangan dan peralatan, biaya usaha, pernah macet, sementara sebanyak 15,8%
pendapatan bersih rata-rata/bulan, hambatan menyatakan pernah macet dalam membayar
pengelolaan usaha, dan hambatan akses modal. angsuran kepada BPR syariah, BMT dan Bazda.
Mekanisme qardhul hasan terdiri dari prosedur Penyebab kemacetan angsuran pinjaman antara
dan syarat admisnitrasi, verifikasi dan kriteria lain adanya keperluan mendadak keluarga
peminjam, plafon pinjaman, dan penyelesaian sehingga harus menggunakan modal kerja,
pinjaman macet. Analisis pembiayaan qardhul terlupa tanggal angsuran pinjaman sehingga
hasan mencakup karakter nasabah, referensi dirapel bulan berikutnya, membayar biaya
dan payment. sekolah anak, pembeli yang sepi sehingga
pendapatan tidak pasti per harinya. Penanganan
Hasil Dan Pembahasan angsuran pinjaman macet yang dilakukan BPR
Deskripsi responden syariah, BMT dan Bazda dengan cara
Berdasarkan tingkat pendidikan responden, menyarankan pedagang kaki lima untuk
mayoritas berpendidikan SD hingga SMU (72%), mengakumulasikan pembayaran pada bulan
sementara yang berpendidikan D3 hingga S1 berikutnya, diberi jangka waktu yang cukup bagi
hanya sekitar 5,3%. Dilihat dari sisi jenis pedagang kaki lima untuk kembali dapat
kelamin, mayoritas responden wanita (56,8%) mengangsur pinjaman, diberikan keringanan
lebih banyak dibanding pria (41,1%). Besarnya angsuran, diselesaikan dengan cara persuasif dan
tanggungan keluarga yang harus dihidupi musyawarah. Bagi pedagang kaki lima yang
responden rata-rata 1 3 orang (43%) dan memang dalam kondisi yang sangat sulit sekali
hanya 7,4% yang menghidupi anggota keluarga 4 untuk membayar angsuran pinjaman, pihak BPR
-5 orang. Ditinjau kemampuan pedagang untuk syariah, BMT dan Bazda membebaskan dari
tetap bertahan, menunjukkan bahwa pedagang kewajiban mengangsur pinjaman.
masih mendapatkan jumlah pembeli yang banyak Berdasarkan anlisis terhadap mekanisme
(25,3%) dan cukup banyak (67,4%). pembiayaan qardhul hasan menunjukkan bahwa
pedagang kaki lima yang setuju dan merasakan
Pembahasan kemudahan untuk memperoleh modal qardhul
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasan sebanyak 63%, sementara sebanyak 13,7%
responden yang disurvei seluruhnya pernah menyatakan agak kesulitan dalam mengakses
memperoleh bantuan modal qardhul hasan, baik modal qardhul hasan. Tingkat kesulitan ini
yang bersumber dari Laznas, Bazda Kota disebabkan karena PKL memiliki informasi yang
Semarang maupun Bazda Provinsi Jawa Tengah, terbatas terhadap keberadaan institusi yang
serta BMT. Berdasarkan pendapat responden, memberikan bantuan pinjaman qardhul hasan.
bantuan modal berupa qardhul hasan sangat Terhadap kemudahan persyaratan administrasi
membantu responden dalam mengembangkan untuk mendapatkan pinjaman qardhul hasan.

43
Model Pembiayaan Pedagang Kaki
Lima (PKL) Melalui Qardhul Hasan (Heru Sulistyo, Abdul Hakim)

Mayoritas PKL menilai sangat mudah dan tidak penggunaanya di luar modal kerja. Bagi PKL
berbelit yang ditunjukkan dengan tingkat yang menggunakan pinjaman untuk modal kerja,
kesetujuan sebesar 63,3% sementara yang mayoritas tidak pernah macet dalam membayar
menyatakan kurang setuju sebesar 13,7%. PKL cicilan pinjaman (16,9%), sementara yang
yang merasa kesulitan melengkapi administrasi pernah macet dalam membayar cicilan pinjaman
untuk mendapatkan pinjaman disebabkan sebanyak 61%. Untuk menangani pinjaman yang
karena data-data kependudukan yang diperlukan macet, pihak BPR syariah, BMT dan Bazda
tidak lengkap, tingkat pendidikan rata-rata SD melakukan musyawarah dengan PKL. Hal ini
dan SMP sehingga tidak mudah untuk ditunjukkan dengan tingkat kesetujuan
memahami berbagai tem persyaratan responden sebesar 72,6%, sementara yang
administrasi dan kecenderungan ingin menyatakan tidak setuju sebesar 5,3%. Dampak
mendapatkan modal secara langsung secara pemberian pinjaman qardhul hasan adalah
instan tanpa adanya pemenuhan persyaratan semakin meningkatnya keuntungan usaha
administrasi. (77,9%) dan mampu meningkatkan omzet
Adapun prosedur untuk memperoleh penjualan PKL (77,9%). Bagi pinjaman yang
pinjaman qardhul hasan, PKL diwawancarai oleh macet, pihak institusi mau memahami alasan
petugas BPR syariah, BMT dan Bazda. Sebanyak PKL macet dalam membayar angsuran pinjaman
69,5% PKL menyatakan diwawancarai saat (63,2%), hanya 11,6% yang menyatakan bahwa
mengajukan pinjaman qardhul hasan, sementara petugas institusi tidak bersedia menerima alasan
sebesar 11,6% tidak pernah diwawancarai oleh kemacetan pinjaman. Namun demikian, seluruh
petugas. Bagi yang tidak diwawancarai, PKL sangat jujur dalam mengemukakan alasan
pemberian pinjaman dilakukan melalui ketidakmampuan membayar angsuran. Hal ini
kelompok kelompok organisasi (majelis talim) didukung dengan hasil jawaban PKL yang selalu
maupun database warga miskin yang tercatat di terus terang apa adanya dalam memberikan
BPR syariah, BMT dan Bazda. Dalam keterangan (71,5%), sementara yang tidak jelas
memberikan pinjaman, pihak institusi yang akan memberikan keterangan sebesar 7,4%. Kondisi
menyalurkan dana qardhul hasan menganalisis ini sangat konsisten atas penilaian PKL bahwa
secara mendalam tujuan memperoleh pinjaman, petugas pemberi pinjaman sangat baik dan
apakah untuk modal usaha yang produktif atau ramah dalam melayani (73,6%) dan hanya 6,3%
konsumsi. Berdasarkan jawaban PKL, 73,7% yang menyatakan kurang setuju. Menurut PKL,
seluruh petugas menanyakan tujuan perolehan pemberian pinjaman qardhul hasan pada
pinjaman qardhul hasan, 9,6% tidak melakukan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
analisis tujuan mendapatkan pinjaman. Ditinjau keluarga (72,6%), sementara yang tidak
dari sisi penggunaan agunan dalam memperoleh memberikan dampak peningkatan kesejahteraan
pinjaman qardhul hasan, mayoritas PKL (57,9%) sebesar 6,4%. Peningkatan kesejahteraan ini juga
menyatakan bahwa pihak BPR syariah, BMT dan karena didukung tidak hanya pemberian
Bazda tidak mengharuskan adanya agunan dalam pinjaman qardhul hasan, namun juga adanya
memperoleh pinjaman. Sekitar 25,2% yang pendampingan dan pelatihan usaha bagi PKL.
mensyaratkan adanya agunan. Hal ini disebabkan Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kesetujuan
jumlah pembiyaan yang diminta cukup besar dan PKl sebesar (60%), sementara sebanyak 19%
menjamin kelancaran angsuran pinjaman. Dalam menyatakan belum pernah mendapatkan
melakukan analisis pemberian pinjaman pihak pendampingan dan pelatihan usaha.
institusi menganalisis juga kemampuan tingkat Berdasarkan hasil penelitian, hampir
pengembalian pinjaman PKL. Sebanyak 72,7% mayoritas (87%) Laznas, BPR syariah, BMT dan
PKL setuju telah dilakukan analisis tingkat Bazda memiliki pembiayaan qardhul hasan yang
pengembalian pinjaman oleh institusi dan hanya merupakan hasil pengumpulan dana zakat infaq
10,6% yang menyatakan tidak setuju. Hampir dan sedekah. Persyaratan untuk memperoleh
seluruh PKL (61%) yang memperoleh pinjaman pinjaman qardhul hasan dilakukan melalui
qardhul hasan hasil rekomendasi berbagai pihak, survey, wawancara, surat keterangan miskin,
mengingat sumber informasi yang diperoleh dan memiliki usaha. Jumlah pembiayaan qardhul
sangat terbatas. Sekitar 15,8% PKL memperoleh hasan hingga tahun 2011 sebesar
pinjaman qardhul hasan tanpa melalui Rp417.000.000,00, sedangkan besarnya
rekomendasi pihak lain, karena memiliki akses pembiyaan yang macet sebesar
informasi yang lengkap. Rp27.625.000,00. Adapun jenis usaha yang
Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan dibiayai selama ini antara lain perdagangan, toko
pinjaman qardhul hasan mayoritas digunakan kelontong, warung makan, petani, peternak,
untuk menambah modal kerja. Hal ini jualan makanan dan sayur keliling. Analisis
ditunjukkan dengan tingkat kesetujuan PKL terhadap karakter peminjam dilakukan melalui
sebesar 77,9%, sementara hanya 5,3% yang survey dan wawancara baik dengan PKL, orang

44
Riptek Vol. 7, No. 1, Tahun 2013, Hal. 39-46
terdekat atau tetangga terdekat. Analisis Adnan Muhammad Akhyar dan Furywardhana
terhadap kolateral dilakukan dengan (2006), Evaluasi Non Performing Loan
memberikan taksiran jaminan sebesar 30% (NPL) Pinjaman Qardhul hasan (Studi
hingga 50% terhadap asset dan barang dagangan Kasus di BNI Syariah Cabang
yang dimiliki. Selain itu juga dilakukan Yogyakarta, JAAI, Volume 10 No. 2,
berdasarkan jenis usaha, sirkulasi penjualan, Desember.
omzet penjualan, lokasi usaha yang strategis,
track record PKL, dan penghasilan tiap bulan. Antonio, Muhammad Syafii (2001), Bank
Secara umum karakter nasabah PKL saat ini Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta:
mayoritas baik (78,3%). Hal ini mengingat PKL Gema Insani Press
yang meminjam dana qardhul hasan hasil dari
pemberian referensi (65,2%). Beik, Irfan (2009), The Use of Zakat as Financing
Hasil penelitian tersebut di atas Source for Micro and Small Scale
menunjukkan bahwa pembiayaan qardhul hasan Enterprises and Its Role in Reducing Poverty:
bagi pedagang kaki lima ternyata sangat A Case Study in Jakarta, Indonesia,
bermanfaat dalam meningkatkan omzet Unpublished phD Dissertation, IIUM
penjualan dan tingkat kesejahteraannya. Namun Malaysia
demikian, saat ini proporsi pembiayaan qardhul
hasan masih sangat kecil, khususnya dana ZIS Biro Pusat Statistik (2010), Semarang dalam
yang terkumpul di Bazda Kota Semarang Angka 2009,
maupun Provinsi Jateng. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini ditawarkan model pembiyaan Dahlan, Abdul Azis (ed), 1997, Ensiklopedi
qardhul hasan dengan melibatkan berbagai Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van
instansi secara komprehensif, seperti Dinas Hoeve
Koperasi dan UKM, Dinas Pasar, Bazda Kota
Semarang dan Bazda Provinsi Jawa Tengah, Hoetoro, Arief, 2007, Ekonomi Islam: Pengantar
Laznas, Bank syariah, BPR syariah untuk Analisis Kesejarahan dan Metodologi,
menentukan data base bagi pembiayaan PKL, Malang: Banyu Media.
pembinaan dan pendampingan usaha. Selama ini
tidak ada koordinasi sama sekali antar instansi Indiastuti (2006). Respon konsumen terhadap
terkait. Dengan demikian diharapkan persaingan pasar tradisional dan pasar
peningkatan proporsi pembiyaan bagi PKl akan modern, studi empiris di Kota Bandung.
dapat mengurangi tingkat kemiskinan di Kota Laporan Penelitian.
Semarang.
Iqbal, Zamir dan Abbas Mirakhor, 2008,
Kesimpulan Pengantar Keuangan Islam: Teori dan
Model pembiayaan qardhul hasan sangat Praktek, Jakarta: Prenada
penting untuk memberikan solusi pembiayaan
bagi pedagang kaki lima yang selama ini tidak Kara, Muslimin H, 2005, Bank Syariah di
memiliki akses permodalan ke lembaga Indonesia: Analisis Kebijakan Pemerintah
keuangan. Beberapa lembaga seoerti bank Indonesia Tentang Perbankan Syariah,
syariah, BPR syariah, BMT, Laznas dan Bazda Yogyakarta: UII Press
Kota Semarang dan Bazda Provinsi Jawa Tengah
sudah menyalurkan pembiayaan tersebut namun Karim, Adiwarman A., 2001, Ekonomi Islam
masih dalam proporsi yang kecil. Hasil Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema
penelitian menunjukan bahwa tingkat Insani Press
kemacetan pembiayaan qardhul hasan sangat
kecil dan mayoritas PKL merasakan adanya Lewis Mervyn K dan Latifa M. Algaoud, 2007,
peningkatan omzet dan tingkat kesejahteraan Perbankan Syariah: Prinsip praktik dan
mereka. prospek, Jakarta: Serambi
DAFTAR PUSTAKA Mubarok, Jaih, 2008, Wakaf Produktif, Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
_______, 2003, Manajemen Bank Syariah,
Yogyakarta: UPP AMP YKPN Muhammad, 2000, Lembaga-Lembaga Keuangan
Umat Kontemporer, Yogyakarta: UUI
_______, 2004, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Press
Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Nasution, Mustafa Edwin dkk, 2007, Pengenalan
Eksklusif Ekonomi Islam,Jakarta: Kencana

45
Model Pembiayaan Pedagang Kaki
Lima (PKL) Melalui Qardhul Hasan (Heru Sulistyo, Abdul Hakim)

P3EI, 2008, Ekonomi Islam, Jakarta: RajaGrafindo Ridwan, Muhammad, 2004, Manajemen Baitul
Persada Maal wa Tamwil, Yogyakarta: UII Press

Perwataatmadja, Karnaen A dan Anis Byarwati, Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid, Lembaga
2008, Jejak Rekam Ekonomi Islam: Refleksi Keuangan Syariah, Jakarta: Zikrul
Ekonomi dan Pemikiran Para Ahli
Sepanjang sejarah kekhalifahan, Jakarta: Saeed, Abdullah, 2004, Menyoal Bank Syariah:
Cicero. Kritik atas Interpretasi Bunga Bank kaum
Neo Revivalis, Jakarta: Paramadina

46

Anda mungkin juga menyukai