Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

ORTOPEDI DAN FRAKTUR SISTEM APLEY


LUTUT

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian


Stase Ilmu Penyakit Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang

Diajukan Kepada :
dr. IGB Reno Oktaviandry P. W. R., Sp.OT

Disusun Oleh :
Rocharini Dwi Putri

SMF BAGIAN ILMU PENYAKIT BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

1
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI TERAPAN

Anatomi dan Fisiologi Sendi Lutut

a. Sendi, Ligamen Articular, Dan Meniscus

Lutut, sendi terbesar merupakan sendi condylar, terbentuk dari 3

artikulasi (persendian) yaitu tibiofemoral lateral dan medial, dan

patellofemoral dan terdapat cavum. Tulang lutut distabilisasi oleh ligamen,

capsula articular, ligamentum patella, ligamentum collateral medial (tibial)

dan ligamentum collateral lateral (fibular), dan ligamentum cruciatum

anterior dan posterior. Bantalan femoral dan condylus tibial adalah discus

fibrocartilagenous lateral dan medial, meniscus.

Lutut yang berisi ligamen yang lebar dimana membantu mengatur

gerakan dengan mengikat tulang dan menyangga sendi juga mencegah

gerakan yang abnormal. Discus fibrocartilagineous sebagai bantalan lutut /

membantu menahan tekanan lutut selama gerakan. Kartilago artikular

merupakan jenis jaringan penyambung yang paling sering terserang

penyakitpenyakit reumatik. Biasanya pada kartilago artikular tak ada

pembuluh darah maupun saraf. Kartilago ini menerima nutrisi dari cairan

sendi yang meliputinya atau dari pembuluh-pembuluh darah yang

memperdarahi lempeng ujung tulang.

b. Membran Synovial Dan Bursa

2
Membran synovial lutut membran terbesar, pada tepi atas patella,

membentuk kantong tendon otot quadriceps femoris. Regio lutut terdapat

beberapa bursa :

1) Bursa prepatellar relatif besar terletak pada aspek anterior lutut dan

memisahkan kulit dari patella.

2) Bursa infrapatellar superficial terletak antara kulit dan bagian proksimal

ligamentum patella.

3) Bursa infrapatellar dalam terletak pada bagian distal ligamentum

patella.

4) Subpopliteal terletak posterior pada aspek lateral sendi dan memisahkan

tendon otot popliteus dari condylus lateral femur, perluasan dari

membrane synovial sendi lutut.

5) Bursa gastrocnemius terletak pada aspek posterior dan medial sendi

antara caput. Medial otot gastrocnemius dan capsula articular. Secara

klinis dianggap penting, bursa juga berhubungan dengan sendi lutut, dan

dengan bursa semimembranosus yang terletak lebih superficial.

6) Bursa semimembranosus terletak posterior dari aspek medial lutut.

Terletak antara otot semimembranosus dan caput medial otot

gastrocnemius.

7) Bursa anserine sebelah medial dan terletak antara ligamentum collateral

medial dan tendon otot sartorius, gracillis dan semitendinosus.

Fungsi utama bursa adalah : menyokong dan melindungi tubuh dan

organ-organ interna. Selain itu, juga mempunyai peran utama dalam

3
1) menyalurkan nutrisi dan produk sisa

2) proses peradangan dan perbaikan yang terjadi dalam jaringan-

jaringan yang cedera.

Tiga jenis protein fibrilar yang terdapat dalam jaringan penyambung

adalah : elastin, retikulin, dan kolagen, sedangkan kolagen merupakan jenis

protein yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan yang lain.

c. Otot

Otot yang paling penting adalah quadriceps femoris. Merupakan otot

ekstensor terbesar dari tungkai, menyatu dengan ligamentum patella

menutupi patella, dan insersi pada tuberositas tibial. Fleksi tungkai oleh otot

hamstring (biceps femoris, semitendinosus, dan semimembranosus).

Rotasi eksternal tibia dan fibula adalah fungsi dari otot biceps femoris,

dan rotasi internal adalah fungsi dari otot popliteus dan semitendinosus.

Otot gastrocnemius, membentuk sebagian besar betis, membantu

membatasi hyperekstensi lutut, juga plantar fleksi kaki.

B. PEMERIKSAAN

a. GEJALA-GEJALA

1. Nyeri adalah gejala lutut yang paling sering ditemukan. Pada penyakit

radang atau kelainan degeneratif nyeri biasanya menyebar. Dalam gangguan

mekanik (terutama setelah cedera) nyeri bersifat lokal.

2. Kekakuan juga merupakan keluhan umum.

3. Deformitas (kaki pengkar atau kaki bengkok).

4
4. Pembengkakan dapat bersifat lokal atau tersebar. Bila ada cedera, tanyakan

apakah pembengkakan muncul segera (menunjukan hemarthrosis) atau

setelah beberapa jam (ciri khas meniskus yang robek).

5. Penguncian berarti lutut secara mendadak tidak dapat diluruskan

sepenuhnya, meskipun fleksi masih dapat dilakukan misalnya pada meniscus

yang robek terperangkap di antara permukaan articular.

6. Pemberian jalan menunjukan kelainan mekanis atau disebabkan oleh

kelemahan otot.

b. TANDA-TANDA BILA PASIEN BERDIRI TEGAK

Deformitas valgus atau varus terbaik diperiksa bila pasien berdiri dan menahan

beban.

Gambar 1. Pemeriksaan berdiri:


(a) Lihatlah bentuk umum dan postur, pertama dari depan dan kemudian dari

belakang. Normalnya lutut berada di sedikit valgus.

(b) Varus deformitas (osteoarthritis).

(c) Valgus deformitas (rheumatoid arthritis).

5
c. TANDA-TANDA BILA PASIEN TIDUR TELENTANG

1. Penampilan

Kulit, catat warna kulit dan setiap sinus atau parut

Pengecilan pada kuadriseps adalah tanda kelainan sendi yang pasti

dengan mengukur ukuran lingkar paha pada tingkat yang sama dan

membandingkan kedua lutut

Pembengkakan lutut dan benjolan di sekitar sendi diamati,

bandingkan bentuk kedua patela

Posisi lutut dapat terletak pada valgus atau varus, berfleksi sebagian

atau berhiperekstensi, perhatikan posisi patella.

Gambar 2. Pemeriksaan posisi tidur terlentang:


a) Pasien dengan pembengkakan seluruh sendi karena synovitis pada lutut

kanan

b) Pembengkakan di sekitar sendi karena lesi local

c) Pengecilan pada kuadriseps

6
2. Rasa

Kulit, meningkatnya rasa hangat dideteksi dengan membandingkan dua lutut.

Gradient suhu dinilai dengan meluncurkan tangan ke bawah ke sekujur anggota

tubuh.

Gambar 3. Pemeriksaan nyeri:


a) Ini adalah posisi terbaik untuk memunculkan nyeri di sekitar lutut.

b) 1, quadriceps tendon; 2, tepi patela; 3, medial ligamen kolateral; 4, the joint

line; 5, lateralis ligament kolateral; 6, ligamen patella.

c) dengan mendorong patella ke satu atau sisi lain dari garis tengah dapat

merasakan tepi bawahnya

Cairan, ada empat uji untuk cairan:

1. Fluktuasi-silang

Gambar 4. Uji cairan fluktuasi silang

7
Tangan kiri menekan dan mengosongkan kantong suprapatellar, sementara tangan

kanan pada bagian depan sedni di bawah patella. Dengan mengencet dengan satu

tangan secara bergantian, gelombang yang berasal dari cairan akan dialirkan ke

sendi.

2. Ketukan patella

Gambar 5. Uji cairan ketukan patela


Kantong suprapatellar ditekan dengan tangan kiri, sementara jari telunjuk kanan

mendorong patella secara keras ke belakang, bila uji positif patella dapat terasa

menbrak femur dan terpental lagi.

3. Uji penggelembungan

Gambar 6. Uji cairan penggelembungan

8
Mendeteksi jumlah cairan yang sedikit. Kompartemen medial dikosongkan dengan

menekan pada sisi sendi itu, tangan kemudian diangkat dan sisi lateral ditekan

dengan keras, riak yang nyata terlihat pada permukaan medial yang rata

4. Uji cekungan patella

Gambar 7. Uji cairan cekungan patela


Bila lutut normal fleksi suatu cekungan muncul di bagian lateral ligamentum patella

dan menghilang bila berfleksi lebih jauh, bila terdapat kelebihan cairan, bagian

yang cekung akan terisi dan menghilang pada sudut fleksi.

3. Gerakan

fleksi dan ekstensi, ekstensi penuh dicatat sebagai 0 derajat, fleksi

biasanya dari 0-150 derajat

krepitus selama pergerakan diraba dengan menempatkan tangan pada

permukaan lutut, krepitus menandakan kekasaran patelofemoral

gerakan dengan tekanan Kompartemen medial atau lateral pada lutut

dapat diberi beban secara terpisah selama pergerakan, dengan

menekan lutut ke dalam varus atau valgus selama fleksi, bila nyeri

menandakan melunaknya kartilago,

9
rotasi Pertama rotasi diuji pada pinggul pasien dan lutut difleksikan

sampai 90 derajat, satu tangan memegang dan meraba lutut, yang

lainnya merotasi kaki.

Gambar 8. Gerakan lutut:


a) harus bergerak dari ekstensi penuh

b) fleksi penuh (150 derajat)

c) derajat kecil deformitas fleksi (hilangnya ekstensi penuh) dapat dideteksi

dengan menempatkan tangan di bawah lutut pasien, jika tangan Anda dapat

diekstraksi lebih mudah pada satu sisi dari yang lain, ini menunjukkan

hilangnya beberapa derajat akhir perpanjangan lengkap lainnya, ini

menunjukkan hilangnya beberapa derajat ekstensi

UJI STABILITAS

1. Ligamentum medial dan lateral

10
Gambar 9. Uji ketidakstabilan ligamentum kolateral
a) Memegang kaki pasien dekat dengan tubuh pemeriksa dan berikan tekanan

valgus dan varus, deteksi setiap kekenduran lutut.

b) Memegang femoralis kondilus dan kemudian memaksa kaki bergantian ke

valgus dan varus.

c) Dalam hal ini kalau ada ketidakstabilan di sisi lateral, ditandai dengan lutut

ditarik ke varus.

d) stress test valgus untuk ketidakstabilan medial.

e) palpasi ligamen kolateral lateral dalam pengujian ketidakstabilan lateral.

f) stress test varus untuk ketidakstabilan lateral

2. Ligamentum krusiata

11
Gambar 10. Uji ketidakstabilan ligamentum krusiata
Kekenduran krusiata dapat diuji dengan lutut 90 derajat, kaki ditarik ke depan dan

di dorong ke belakang.

Uji Lachman, lutut dengan sudut 20-3- derajad, kaki dan paha dipegang erat dan

digerakan kea rah yang berlawanan

UJI MC MURRAY

Uji klasik untuk robekan meniscus. Bagian yang kendur kadang dapat

terperangkap antara permukaan articular dan kemudian diinduksi agar bebas

dengan bunyi klik yang dapat teraba dan didengar.

12
Gambar 11. Uji mc murray
a) Tes McMurray meniskus medial diuji oleh fleksi pasif, varus, dan rotasi

eksternal dari kaki bagian bawah.

b) Meniskus lateral diuji oleh fleksi pasif, valgus, dan rotasi internal kaki

bagian bawah.

SENDI PATELOFEMORAL

1. Periksa ukuran, bentuk, dan posisi patella. Tulangnya diraba pada

permukaan anterior, tepi, perlekatan tendon kuadriseps dan ligamentum

patella, serta permukaan posterior. Nyeri pada posterior patella menandakan

synovitis atau pelunakan kartilago.

2. Uji friksi

13
Gambar 12. Uj friksi
Menggerakan patella ke atas dan bawah sambil sedikit menekannya pada femur,

bila nyeri berarti bagian tengah kartilago rusak

3. Uji aprehensi

Gambar 13. Uji aprehensi


Uji aprehensi merupakan uji diagnostic pada dislokasi subluksasi patella,

dengan cara penekanan patella ke lateral dengan ibu jari sambil sedikit

memfleksikan lutut.

d. TANDA-TANDA BILA PASIEN TENGKURAP

1. Catat parut atau benjolan pada fossa poplitea

14
2. Pembengkakan, bengkak di garis tengah suatu penonjolan kapsul, bursa

semimembranosa di atas garis sendi, kista baker di bawah garis sendi.

3. Palpasi fossa popliteal

4. Uji Apley

Gambar 14. Uji apley


Lutut difleksikan 90 derajat dan dirotasikan sementara sambil memberikan

kompresi pada tumit

5. Uji Thessaly

Gambar 15. Uji Thessaly


Tes Thessaly untuk mensimulasikan kekuatan memuat ditempatkan pada lutut.

15
Tes Thessaly mensimulasikan kekuatan memuat ditempatkan pada lutut. Pasien

berdiri pada satu kaki dengan lutut tertekuk sampai 20 derajat sambil memegang

tangan pemeriksa untuk keseimbangan. Dari posisi ini, pasien diminta untuk

internal dan eksternal memutar lutut. Ketika rasa sakit atau penguncian atau sensasi

menangkap dilaporkan, tes ini dianggap positif

6. Uji penggerusan

7. Uji distraksi

e. PENCITRAAN

1. MRI

Gambar 16. MRI


Serangkaian gambar T1-tertimbang sagital melanjutkan dari medial ke lateral Anda
menunjukkan penampilan yang normal dari: (a, b) meniskus medial; (C) ligamen
posterior; (D) agak berbentuk kipas cruciatum anterior ligamen; dan (e, f) Menis
lateralis

2. X-RAY

16
Gambar 17. X-rays
Views anteroposterior harus selalu diambil dengan berdiri pasien. (A, b) Citra yang
diperoleh dengan Pasien berbaring di x-ray sofa acara hanya sedikit penyempitan
ruang sendi medial di setiap sisi; tetapi dengan Berat tubuh (c, d) jelas bahwa
perubahan jauh lebih ditandai dari pada pikiran pertama.

f. ARTROSKOPI

Gambar 18. Artroskopi


gambar arthroscopic dari interior lutut kanan dari sisi lateral, menunjukkan (a)
meniskus medial normal dan (b) meniskus medial robek

g. KALENDER DIAGNOSIS

Anamnesis, berdasarkan usia memiliki ciri khas yang berbeda.

17
I. DEFORMITAS LUTUT

Pada orang dewasa normal lutut berada pada 5-7 derajad valgus.

Tiga deformitas yang sering ditemukan:

1. Kaki melengkung (genu varum)

2. Kaki pengkar (genu valgum)

3. Hiperekstensi (genu recurvatum)

A. Perkembangan kaki melengkung dan kaki pengkar

Kaki melengkung

Dicatat dengan mengukur jarak antara kedua lutut dengan kaki yang

berekstensi penuh dan kedua tumit menyentuh; ini harus < 6 cm.

Kaki pengkar

Mengukur jarak antara kedua malleolus medial bila kedua lutut

dipertahankan bersinggungan dengan patella menghadap ke depan; ini

biasanya < 8 cm.

Gambar 19. Bow-kaki 'dan' knock-lutut 'pada anak-anak

18
Dua saudara dengan alam mengoreksi diri' cacat 'dari

lutut. (a, b) Tamzin di 1 dan 2 tahun; (c, d) Jessy pada 3 dan 4 tahun.

Penyakit blount, deformitas kaki melengkung disertai pertumbuhan posteromedial

abnormal pada epifisis tibia proksimal. X-rays epifisis tibia atas rata di medial dan

metafisis yang bersebelahan agak berbentuk paruh. Berhubungan dengan rotasi

internal tibia. Tibia dan fibula harus diosteotomi.

B. Kaki melengkung sekunder dan kaki pengkar pada anak-anak

Kelainan yang mengubah bentuk pertumbuhan fisis (genu varum atau

valgum), contoh dysplasia, rakitis, angulasi berat.

Kaki melengkung yang nyata pada anak anteversi berlebihan pada leher

femur, patella menghadap ke depan deformitas varus menghilang.

Deformitas kompleks, contoh varus femur distal bersama valgus tibia

ok rakitis atau lesi poliostotik.

Gambar 20. Kaki melengkung


a. Rakitis yang telah sembuh
b. Cedera telah merusak epifisis tibia atas
c. Pasien memiliki kelainan endokrin dan epifisis tibia atasnya telah bergeser
d. Penyakit blount

19
e. X-rays penyakit blount

C. Genu varum dan genu valgum pada orang dewasa

Biasanya kaki melengkung pada pria, kaki pengkar wanita.

Deformitas dewasa akibat deformitas masa kanak kanak tidak masalah,

tapi bila disertai dengan ketidakstabilan sendi mengakibatkan

osteoarthritis kompartemen medial lutut varus dan kompartemen lateral

lutut valgus.

Genu valgum (kaki pengkar) menyebabkan tracking abnormal pada

patella dan predisposisi osteoarthritis patellofemoral.

Deformitas akibat sekunder artritis, biasanya varus osteoarthritis dan

valgus artritis rheumatoid.

Penyebab lain deformitas varus valgum adalah cedera ligamentum,

fraktur malunion, dan penyakit paget.

D. Hiperekstensi lutut (genu recurvatum)

Recurvatum kongenital

Ligamentum yang longgar

Equinus tetap pada pergelangan kaki

Cedera lempeng pertumbuhan dan fraktur malunion

20
II. LESI MENISCUS

Peran meniscus:

1. Meningkatkan stabilitas lutut

2. Mengendalikan kerja menggelinding dan meluncur yang kompleks pada

sendi

3. Mendistribusikan beban selama pergerakan

Meniscus sering pecah dan robek pada usia tua terutama kalua berhubungan

dengan artritis atau kondrokalsinosis.

Pada usia muda, robekan meniscus biasanya akibat cedera.

III. ROBEKNYA MENISCUS

A. Patologi

Gambar 21. Robek meniskus medial


(a) meniskus robek oleh suatu kekuatan yang memuntir dengan lutut tertekuk

dna menahan berat

(b) retak yang mula mula dapat meluas; split awal

(c) dapat memperpanjang anterior

21
(d) posterior

(e) atau kedua cara untuk membuat 'buckethandle' merobek

B. Gambaran klinik

Nyeri bagian medial

Penguncian, ketidakmampuan mendadak untuk mengekstensikan lutut

sepenuhnya

Nyeri tekan pada garis sendi

Gambar 22. Test robekan meniscus


(a) Thessaly test

(b) uji McMurray dapat positif

(c) tes grinding (penggerusan) mengendurkan ligamentum tetapi menekan

meniscus, nyeri bila ada robekan meniscus

22
Gambar 23. Meniskus yang robek - MRI
Robekan horizontal pada tanduk posterior meniscus medial.

C. Diagnosis banding

Badan lepas dalam sendi, menyebabkan penguncian, riwayat penyakit

jauh lebih perlahan munculnya daripada robekan meniscus. Badan

lepas dapat dipalpasi dan x-ray.

Dislokasi patella yang berulang

Fraktur spina tibia

Robekan sebagian pada ligamentum kolateral medial

Ligamentum krusiata anterior yang robek

D. Terapi

Menangani lutut yang terkunci

Fleksi pasif dan rotasi, istirahat. Atroskopi

Terapi konservatif

Sendi dipertahankan lurus dalam gips 3-4 minggu

Terapi operasi

Indikasi operasi kalua sendi tidak dapat dibuka kuncinya dan gejala

berulang. Robekan dekat perifer dijahit dengan artroskop.

23
Menisektomi sebagian

Menisektomi artroskopi

E. Hasil

Robekan meniscus dapat diikuti osteoarthritis bila terdapat cedera

ligamentum akibat operasi dan lutut menjadi tidak stabil.

IV. DEGENERASI MENISCUS

Pasien di atas 45 tahun dapat memperlihatkan gejala dan tanda robekan

meniscus. Pada artroskopi terdapat perpecahan horizontal - lesi degenerative yang

khas - terlepasnya tanduk anterior atau posterior tanpa robekan yang jelas (dapat

dijahit dengan erat di tempatnya). Osteoarthritis atau kondrokalsinosis sering

berkaitan. Menisektomi dianjurkan bila gejalanya jelas.

V. MENISCUS LATERAL DISCOID

Pada janin meniscus tidak semilunar tapi mirip cakram (discoid), kalua

bentuk ini bertahan dapat menimbulkan gejala. Pasien muda mengeluh lutut lepas

dan menimbulkan bunyi keras tanpa riwayat cedera. Bunyi debam yang khas terasa

pada 110 derajad bila lutut fleksi dan 10 derajad saat lutut ekstensi. Bila nyeri

mengganggu, meniscus dieksisi sebagian dengan artroskop.

24
VI. KISTA MENISCUS

Disebabkan oleh trauma, akibat robekan horizontal kecil atau tekanan berulang

pada perifer meniscus.

Gambar 24. Kista meniscus


a) Pembengkakan nadi tepat di bawah garis tengah
b) MRI menunjukan kista yang muncul dari tepi meniscus lateral

c) Gambaran klinik

Meniscus lateral sering terkena

Nyeri

Benjolan kecil, terdapat di bawah garis sendi, biasanya di anterior

ligamentum kolateral, terlihat saat lutut fleksi

Kista lateral keras

Kista medial lebih besar dan lebih halus

d) Diagnosis banding

Ganglion

Deposit pengapuran pada ligamentum kolateral

Meniscus yang robek dan mngalami kolaps

Tumor lipoma, fibroma, osteokondroma

25
e) Terapi

Eksisi meniscus sebagian dengan artroskopi

VII. KETIDAKSTABILAN LIGAMENTUM KRONIS

Cedera ligamentum dari regangan kecil, rupture sebagian sampai robekan

lengakap dapat terjadi pada olahragawan. Ketidakstabilan kronis pada lutut, rasa

seperti sendi akan lepas selama beraktivitas disertai nyeri dan pmbengkakan.

Penting untuk menentukan sifat lesi dan mengukur tingkat gangguan fungsional.

VIII. DISLOKASI BERULANG PADA PATELA

Factor predisposisi:

1. Kekenduran ligamentum generalisata

2. Kurang berkembangnya kondilus lateral femur dan meratanya alur

interkondilus

3. Gangguan perkembangan patella

4. Deformitas valgus lutut

5. Defek otot primer

Pada serangan pertama, kapsul pada sisi medial patella robek. Dislokasi

berulang merusak permukaan patella dan kondilus femoral. Komplikasi di

kemudian hari adalah osteoarthritis sekunder.

A. Gambaran klinik

26
Gambar 25. Ketidakstabilan patela
B. Terapi

Gambar 26. Terapi operasi ketidakstabilan patela

IX. SUBLUKASI YANG BERULANG

Uji aprehensi positif

Kondromalasia

Terapi penguatan kuadriseps

X. JENIS DISLOKASI NON TRAUMA

Dislokasi kongenital

Dislokasi habitual

27
XI. KELEBIHAN BEBAN PATELOFEMORAL

Sindroma nyeri lutut

Kondromalasia patella, pelemahan dan pembentukan fibril pada

permukaan sendi patella.

A. Patologi

Kelebihan beban mekanis pada sensi patelofemoral

B. Gambaran klinik

nyeri lutut di bawah tempurung lutut, diperburuk oleh aktivitas

lutut lepas atau bengkak

pengecilan kuadriseps

cairan dalam lutut

krepitus ketika menggerakan lutut

C. Terapi

Konservatif

Operasi

Pembebasan lateral

Penyetelan kembali bagian proksimal

Peninggian distal

Penyetelan kembali bagian distal

Kondroplasti

patelektomi

28
XII. OSTEOKONDRITIS DISEKANS

Fragmen avascular kecil yang berbatas tegas pada tulang dan kartilago yang

mendasari kadang-kadang memisahkan diri dari salah satu kondilus femoral dan

tampak sebagai badan lepas dalam sendi.

A. Patologi

Penyebab paling mungkin adalah cedera. Biasanya yang terkena pada bagian

bawah atau lateral kondilus femoral medial. Daerah tulang subkondral menjadi

avascular dan dalam daerah ini suatu segmen osteokartilaginosa ovoid tampak

terpisah dari tulang sekelilingnya.

Awalnya fragmen utuh dan stabil, setelah berbulan-bulan fragmen

memisahkan diri dan pecah menjadi badan lepas dalam sendi. Lubang kawah yang

kecil perlahan diisi dengan fibrokartilago, meninggalkan depresi pada permukaan

sendi.

B. Gambaran klinik

Pria 15-20 tahun

Nyeri atau bengkak berkala

Serangan lepas sehingga lutut tidak dapat untuk bertumpu (terjadi

penguncian)

Otot kuadriseps mengecil, sedikit efusi

Dua tanda segera setelah serangan:

1) Nyeri local pada kondilus femoral

29
2) Tanda Wilson : bila lutut fleksi 90 derajat, berotasi ke medial,

dan kemudian secara berangsur diluruskan, terasa nyeri yang

hilang oleh rotasi lateral.

Scan radionuklida memperlihatkan meningkatnya aktivitas di

sekitar lesi

Pencitraan

Gambar 27. X-Rays dan MRI osteokondritis disekans


a) X-Rays Pada lateral dari kondilus femoral medial terdapat garis pemisah

di sekitar lesi in situ, pada foto interkondilus terdapat gambaran

terowongan.

b) MRI Menunjukan fragmen osteokondral stabil atau kendur.

C. Diagnosis banding

Nekrosis avascular pada kondilus femoral, berkaitan dengan terapi

kortikosteroid atau penyalahgunaan alcohol, dapat mengakibatkan

pemisahan fragmen osteokartikalaginosa local. Bedanya dengan

osteokondritis disekans, pada x-rays lesi selalu berada pada kubah kondilus

femoral.

30
D. Terapi

Gambar 28. Osteokondrtis disekans


a) Gambaran intraoperative menunjukan lesi articular.

b) Terdapat defek setelah pembebasan fragmen osteochondral

Tergantung stadium lesi (ditentukan dengan scanning radionuklida, MRI, dan

artroskop.

Stadium dini, fragmen stabil terapi tidak perlu tetapi aktivitas dibatasi

selama 6-12 bulan. Lesi kecil sembuh spontan.

Fragmen tidak stabil (dikelilingi batas jelas dengan sclerosis pada tulang

dasarnya, atau menunjukan tanda pemisahan pada MRI) terapi

tergantung ukuran lesi.

Fragmen kecil harus dibuang dengan artroskopi dan dasarnya

dibor lalu ditutupi oleh fibrokartilago.

Fragmen besar (>1 cm) harus difiksasi in situ dengan pen atau

sekrup Herbert, pemboran tulang sklerotik di dasarnya.

31
Fragmen terlepas pada satu potong dan terbukti cocok dengan tempat

dasarnya, lubang kawah dibersihkan dan dibor sebelum menaruh

kembali fragmen yang lepas dan mengikatnya dengan sekrup Herbert.

Fragmen lepas bentuk tak beraturan sebaiknya dibuang, lubang dibor,

dibiarkan terisi oleh fibrokartilago.

Cacat osteokondral dapat dilapisi dengan bantalan tenunan serat

karbon.

Setelah operasi, lutut dibalut dengan gips selama 6 minggu, sesudah itu

pergerakan tanpa pembebanan yang berat sampai hasil x-rays

menunjukan tanda penyembuhan.

C. BADAN LEPAS

Disebabkan oleh:

1) Cedera (suatu serpihan tulang atau kartilago)

2) Osteokondritis disekans (potongan fragmen)

3) Osteoarthritis (potongan kartilago atau osteofit)

4) Penyakit charcot (badan osteokartilaginosa yang besar)

5) Kondromatosis synovial (metaplasia kartilago pada synovium)

32
Gambar 29. Badan lepas
a) Badan lepastergelincir saat disentuh (sendi tikus)
b) Badan lepas yang kecil berseberangan dengan garis sendi
c) Synovial kondromatosis, badan lepas multiple

A. Gambaran klinik

Penguncian, namun dapat terbuka selah pasien menggoyang-

goyangkan lututnya.

Pasien merasa ada sesuatu yang masuk dan keluar dari sendi.

Sinar X sebagian besar badan lepas radio-opaq.

B. Terapi

Badan lepas yang menimbulkan gejala harus dibuang melalui artroskopi.

D. KONDROMATOSIS SYNOVIAL

Sendi berisi banyak badan lepas, sering dalam bentuk gumpalan seperti

mutiara yang menyerupai sagu (lutut badai salju). Ujung serat mengalami

metaplasia kartilago kemudian pecah dan mengalami osifikasi.dugaan lain, adanya

kondrosit yang mngendap dalam synovium. Badan lepas harus dibuang.

33
E. SINDROMA PLIKA

Plika adalah sisa sekat synovial embrionik yang masih terdapat dalam kehidupan

orang dewasa.

A. Patologi

Cedera akut, regangan berulang atau kelainan yang mendasari dapat

menyebabkan plika radang, membengkak, menebal, dan fibrosis yang dapat

menekan struktur lain pada sendi, sehingga terjadi iritasi synovial.

B. Gambaran klinik

Nyeri lutut depan

Bunyi klik atau lepas

Riwayat cedera

Gejala diperburuk oleh latihan atau naik tangga

Gejala muncul setelah duduk lama

Pemeriksaan terdapat penguncian dan efusi

Tanda khas : nyeri di dekat kutub atas patella dan di atas kondilus

femoral

C. Diagnosis banding

Sublukasi patela

D. Terapi

Istirahat

Obat antiradang

Pebyesuaian aktivitas

34
F. PEMBENGKAKAN LUTUT AKUT

A. Hemartrosis

Pembengkakan segera setelah cedera berarti pendarahan dalam sendi. Lutut

sangat sakit, hangat, tegang, mirip adonan kental, dan gerakan menjadi

terbatas. Terapi dengan sendi diaspirasi, kaki dibalut, dan latihan kuadrisep.

B. Artritis septik akut

Infeksi piogenik akut oleh Staphylococcus aureus. Sendi membengkak,

nyeri, dan radang. Aspirasi memperlihatkan nanah, terapi dengan antibiotic

sistemik dan drainase sendi.

C. Synovitis traumatic

Cedera merangsang synovitis, bengkak muncul setelah beberapa jam dan

membaik spontan. Tanda penghambatan kerja kuadriseps dan paha

mengecil. Aspirasi cairan, lutut dibebat, dna latihan kuadrseps perlu

dilakukan.

D. Synovitis non traumatic aseptic

Pembengkakan akut tanpa riwayat cedera atau infeksi menunjukan gout atau

pseudogout. Aspirasi terdapat nanah dan pada mikroskop memperlihatkan

Kristal. Terapi dengan obat antiradang.

35
G. PEMBENGKAKAN LUTUT KRONIS

Pembengkakan kronis akibat tuberculosis, artritis rheumatoid, osteoarthritis,

synovitis vilondular berpigmen, dan penyakit Charcot.

1. TUBERCULOSIS

A. Gambaran klinik

Gejala dini : nyeri dan pincang.

Pembengkakan sendi

Otot paha mngecil

Lutut hangat dan penebalan synovial

Uji mantoux positif

Gambar 30. X-rays tuberculosis


a) Pada synovitis tulang jarang dan epifisis membesar dibandingkan dengan
sisi normal.
b) Artritis

B. Terapi

Kemoterapi antituberkulosis 3-6 bulan.

Stadium aktif, lutut diistirahatkan.

Stadium penyembuhan, berdiri dengan bantuan caliper peredam berat.

Tahap setelah serangan, sendi diartrodesi.

36
2. ARTRITIS RHEUMATOID

Gambar 31. Rheumatoid arthritis


a) Deformitas valgus
b) (b,c) nyeri bengkak
c) Artogram terdapat kapsul telah pecah

A. Gambaran klinik

Stadium 1 (synovitis)

Nyeri dan pembengkakan kronis akibat isi sendi tumpah ke

dalam bursa posterior besar atau bidang otot betis karena

rupturnya kapsul posterior.

Pengecilan

Efusi

Stasium 2

Peningkatan ketidakstabilan sendi

Pengecilan

Kehilangan fleksi ekstensi

Sinar X : hilangnya rongga sendi dan erosi marginal

Stadium 3

Nyeri dan kekakuan

37
Kerusakan kartilago dan deformitas (valgus dan fleksi yang

tetap)

Sinar X : kerusakan tulang

B. Terapi

Injeksi metilprednisolon dan nitrogen untuk synovitis, bisa juga radiokoloid

(itrium-90)

Operasi sinovektomi

Osteotomy suprakondilus

artroplasti

3. OSTEOARTRITIS

Gambar 32. Osteoarthritis


a) Deformitas varus
b) (b,c)Sendi patellofemoral tang terkena

38
Gambar 33. X-ray osteoarthritis
Penyempitan pada rongga sendi medial

A. Patologi

Pecahnya kartilago, deformitas varus.

Tanda fibrilasi kartilago yang khas : sclerosis tulang subkondral dan

pembentukan osteofit primer.

B. Gambaran klinik

Usia >50 tahun kelebihan berat badan

Deformitas kaki melengkung

Nyeri saat naik tangga

Krepitus patellofemoral

Sinar X : penyempitan tibiofemoral, terdapat sklerosis subkondral,

osteofit, perkapuran (kondrokalsinosis)

C. Terapi

Konservatif

Penyucian artroskopik

39
Patelektomi

Osteotomy penyetelan

Artroplasti penggantian

Arthrodesis

4. OSTEONEKROSIS

A. Gambaran klinik

Usia >60 tahun

Khas nyeri akut mendadak pada medial sendi

Pemeriksaan : terdapat efusi, tanda klasik ada nyeri saat tekanan

kondilus tibia medial atau kondilus femur medial

Sinar X : meningkatnya densitas tulang, kubah kondilus femoral yang

terkena

B. Terapi

Konservatif

Osteotomy penyetelan

Artroplasti penggantian

5. PENYAKIT CHARCOT (ARTRITIS NEUROPATIK)

A. Gambaran klinik

Ketidakstabilan

Sendi bengkak

Deformitas

40
Radiologic : sublukasi, perusakan tulang, massa mengapur

B. Terapi

Arthrodesis

Gambar 34. Pembengkakan sekitar lutut


a) infrapatellar bursitis
b) OsgoodSchlatters disease
c) Rupture sendi

d) arthrogram

H. ARTRITIS HEMOFILIK

A. Gambaran klinik

Perdarahan segar

Nyeri bengkak

Sinar X : rongga sendi menyempit, kista besar, erosi tulang subkondral

B. Terapi

Aspirasi

41
Pembebatan

Fisioterapi

Artroplasti penggantian

I. CEDERA APPARATUS EKSTENSOR

A. Rupture di atas patella

Di perut rektus femoris

Otot robek beretraksi membentuk benjolan

Avulsi tendon kuadrisep kutub atas patela

B. Fraktur pada patella

Fraktur melintang patella. Rekonstruksi mekanisme ekstensor dilakukan

termasuk penjahitan kuadrsep yang robek.

C. Rupture di bawah patella

Ligamentum rupture atau avulsi kutub bawah patella

Penyakit Johansson-larsen ligamentum patella beravulsi dari kutub bawah

patella

J. PENYAKIT OSGOOD-SCHLATTER (APOFISITIS PADA

TUBERKEL TIBIA)

Remaja

Tuberkel tibia nyeri dan bengkak

Sinar x : fragmentasi apofisis

Penyembuhan spontan

42
Gambar 35. OsgoodSchlatters disease

K. KALSIFIKASI DAN OSIFIKASI SEKITAR LUTUT

A. Kalsifikasi pada ligamentu medial

Karena endapan perkapuran lunak di antara serat ligamentum. Nyeri

berbenjol

B. Penyakit Pellegrini-stieda

Sinar X : plak tulang dekat kondilus femoral di bawah ligamentum kolateral

medial

L. BURSITIS

A. Bursitis prepatela (lutut pembantu rumah tangga)

Akibat friksi tetap antara kulit dan patella. Pembengkakan terbatas dan

berfluktuasi, tapi sendi normal. Terapi dengan istirahat, aspirasi atau insisi

kalua perlu.

B. Bursitis infrapatela (lutut pendeta)

Pembengkakan pada tempat lebih dangkal dari ligamentum patella. Karena

orang yang berdoa berlutut.

C. Bursitis semimembranosa

43
Bursa antara semimembranosa dan kaput medial gastrocnemius. Benjolan

tanpa nyeri di belakang lutut.

D. Kista popliteal

Kista terjadi setelah rupture synovial atau herniasi, kista mengalami

osteoarthritis (kista Baker). Benjolan di garis tengah tungkai dan bawah

sendi.

Aneurisma popliteal nyeri dan kekakuan lutut, terasa keras, yang

mengalami thrombosis tidak berdenyut.

C. PRINSIP OPERASI LUTUT

a. Artroskopi

b. Osteotomy

c. Arthrodesis

d. Penggantian lutut

44
A. Artroskopi

Artroskopi berguna untuk :

(1) Menetapkan/memastikan diagnosis

(2) membantu menentukan apakah akan dilakukan operasi / tidak serta

merencanakan operasi dengan lebih teliti

(3) mengamati dan mecatat dengan fotografi perkembangan penyakit lutut

(4) melakukan prosedur operasi tertentu

artroskopi bukan pengganti pemeriksaan klinis, anamnesis, px fisik yang teliti =

persiapan yang sangat diperlukan dan tetap merupakan alat diagnosis utama

Teknik

1. Lakukan asepsis

2. anastesi

3. turniket pada paha

4. suntikan garam fisiologis ke dalam sendi

5. Buat insisi kecil kemudian masukan trokar dan kanula

6. Alat lihat fiberoptik, sumber cahaya dan sistem irigasi disertakan, kamera

TV kecil dan monitor untuk memudahkan ahli bedah untuk memusatkan

diri untuk menjalankan peralatan dengan kedua tangan (triangulasi).

7. Cek semua kompartemen,

a. Peralatan khusus, dan kalau perlu

b. Melalui banyak portal

c. Biopsi

d. Menisektomi sebagian

45
e. Pembersihan patela

f. Penghilangan benda lepas

g. Sinovektomi

h. Penggantian ligamentum dsb

8. Sebelum menarik instrumen, garam fisiologis ditekan keluar,

9. Kulit diinsersi dan dibalut

Komplikasi

- Efusi intra-artikular (Cukup Sering)

- Hemartrosis kecil (Cukup Sering)

- Infeksi (1-2%), terutama setelah menggunakan peralatan bertenaga listrik

sebaiknya gunakan AB Profilaksis

- Distrofi simpatik refleks (Gejala :

o Infeksi Ringan selama beberapa minggu setelah artroskopi) kadang

mengganggu.

o Biasanya hilang dengan fisioterapi dan terapi obat anti radang

NSAID.

o Tapi kadang dapat membutuhkan terapi radikal seperti blok

simpatetik dengan guatenidin, kalsitonin SC

o Beberapa pasien responnya baikd engan akupuntur dan elektrik

stimulasi saraf

B. Osteotomi

- Dapat dilakukan diatas atau dibawah lutut

46
- Umumnya karena alasan biomekanik yang kuat, suatu osteotomi valgus

(yaitu, untuk mengoreksi deformita svarus) terbaik melalui ujung

proksimal tibia

- Osteotomi varus (lebih efektif pada tingkat suprakondilus femoral

Dasar pemikiran

1. Bertujuan untuk membelah tulang dan mereposisikan fragmen

2. Mengoreksi deformitas yang ada

3. Mengubah mekanisme penahanan beban pada sendi

4. Merekdakan kongesti vena intraoseosa

Indikasi

1. Deformitas varus atau valgus

2. Hiperektensi atau fleksi yang diakibatkan oleh berbagai keadaan :

a. Cacat pertumbuhan

b. Cedera epifisis

c. Fraktur malunion

d. Perusakan artikular akibat artritis atau perentangan ligamentum

- Osteoartritis sering berhubungan dengan deformitas varus, dan kelebihan beban

pada kompartemen medial nyeri lokal, kerusakan permukaan artikular yang

progresif pada separo sendi.

- Bila pasien muda dan asalkan sendi punya ROM yang relatif baik dan stabil,

osteotomi valgus tibia tinggi menawarkan alternatif untuk hemiartroplasti.

47
- Dengan penyetelah ulang sendi beban dipindahkan dari kompartemen medial

ke pusat ke sisi lateral.

- Pengurangan rasa nyeri karena dekompresi tulang subkondral yang

hipervaskular

Teknik:

ukur sudut dan koreksi posisi sebelum operasi

jika osteotomi tibia tinggi

fibula harus dilepaskan dengan membaginya lebih ke bawah atau memisahkan

sendi tibiofibular proksimal

tibia dibelah dan difiksasi dengan salah satu dari dua cara.

Hasil-hasil. Osteotomi valgus tibia tinggi, bila dilakukan untuk OA hasil yang

baik asalahkan

1) Penyakit terbatas pada kompartemen medial

2) Lutut punya ruang gerakan yang baik dan stabil

Komplikasi :

- Kegagalan koreksi deformitas

- Kelemahan teknik

- OA kompartemen medial jika posisi sedikit valgus = hasil tidak memuaskan

48

Anda mungkin juga menyukai