Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Motor bakar merupakan salah satu jenis mesin konversi energi yang banyak

dipakai sebagai penggerak kendaran (otomotif) atau sebagai penggerak peralatan

industri (Sunyoto, 2008: 227). Motor bakar merupakan salah satu jenis mesin kalor

yang proses pembakarannya terjadi dalam motor bakar itu sendiri, sehingga gas

pembakaran yang terjadi sekaligus sebagai fluida kerjanya. Motor bakar bekerja

dengan memanfaatkan energi kalor dari proses pembakaran menjadi energi

mekanik.

Pada tahun 1892 Rudolf Diesel (Jerman), membuat konsep sekaligus

membuat mesinnya dengan prinsip penyalaan kompresi atau sering kita kenal motor

diesel. Motor diesel merupakan bagian dari motor bakar torak dan disebut pula

dengan motor pembakaran dalam (internal combustion engine) (Ismanto, 2012: 1).

Udara dimasukkan ke dalam silinder kemudian dikompresi sampai temperaturnya

naik. Sebelum piston mencapai titik mati atas, bahan bakar disemprotkan sehingga

terjadi proses pencampuran dengan udara bertemperatur tinggi. Karena temperatur

nyala bahan bakar tercapai, terjadilah proses penyalaan sendiri, selanjutnya

berlangsung proses pembakaran. Langkah tenaga terjadi pada waktu piston mulai

bergerak dari titik mati atas menuju titik mati bawah. Efisiensi mesin Diesel sekitar

26,2 % menggunakan bahan bakar solar (Sunyoto, 2008: 236).

Sekarang ini, penggunaan bahan bakar mesin diesel sudah banyak variasi,

diantaranya adalah solar dan solar desk. Padahal, untuk kedua jenis bahan bakar ini

mempunyai titik nyala yang berbeda. Hal ini akan berpengaruh pada proses
pembakaran, karena setiap pembuatan mobil telah di memiliki standar pabrik

dengan keadaan titik kompresi yang sesuai bahan bakar yang akan digunakan.

Selain itu, faktor yang dapat mempengaruhi dalam prestasi motor diesel adalah

variasi tekanan injektor. Suplay bahan bakar menuju ruang bakar juga dapat

divariasikan guna memperoleh pengaturan yang tepat dengan bahan bakar yang

akan digunakan. Oleh karena itu, dalam praktikum ini penulis akan melakukan

pengujian terhadap variasi tekanan injektor menggunakan bahan bakar solar dan

solar dex. Dalam pengujian ini, diharapkan akan diperoleh data yang akan

ditampilkan secara grafik, sehingga dapat dianalisis fenomena yang terjadi dalam

penggunaan kedua bahan bakar dengan variasi tekanan injektor yang telah

ditentukan.

B. Identifiksi Masalah

Kendaraan bermotor khususnya yang bermesin diesel banyak digunakan

pada transportasi umum maupun pribadi, contohnya truk, bus, mobil dan mesin-

mesin lainnya. Untuk jenis mobil adalah kendaraan yang paling digemari sebagai

kendaraan transportasi pribadi. Di Indonesia, mesin diesel menggunakan bahan

bakar solar dan solar dex. Selain kedua bahan bakar tersebut, saat ini juga telah

dikembangkan motor diesel dengan bahan bakar alternatif lain, seperti biodiesel

dan bahan bakar campuran zat aditif lainnya.

Dalam motor diesel terdapat banyak sistem kerja yang terjadi, diantaranya

sistem pelumasan, sistem pendinginan, sistem pengapian dan sistem kelistrikan

body. Dalam sistem pengapian, terjadi proses konversi energi yang kemudian

digunakan untuk menggerakkan poros. Dalam penelitian ini, bahan bakar yang
digunakan adalah bahan bakar standart pertamina tanpa adanya penambahan.

Mesin diesel yang digunakan di Teknik Mesin Unnes adalah motor diesel 4 silinder

dengan jenis isuzu panther C223 yang telah memenuhi syarat pengujian.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi dalam pengggunaan bahan

bakar tersebut, diantaranya terjadi pengaruh terhadap konsumsi bahan bakar, laju

kompresi dan emisi gas buangnya. Selain penggunaan bahan bakar, prestasi mesin

juga dipengaruhi oleh variasi injektor. Injektor itu sendiri digunakan sebagai

penyuplai bahan bakar ke ruang bakar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan

diteliti pengaruh variasi tekanan injektor dengan menggunakan bahan bakar solar

dan solar dex.

C. Pembatasan Masalah

Karena cangkupan faktor yang mempengaruhi variasi tekanan injektor pada

motor diesel begitu luas, maka penelitian ini hanya dibatasi dengan ketentuan

sebagai berikut :

1. Jenis bahan bakar yang digunakan adalah solar dan solar dex

2. Variasi tekanan injektor yang digunakan adalah 90 Kg/cm2, 110 Kg/cm2, 130

Kg/cm2, 150 Kg/cm2, 170 Kg/cm2.

3. Putaran mesin yang digunakan adalah 1000, 1500 dan 2000 rpm.

4. Mesin yang digunakan adalah mesin diesel isuzu panther C223.

5. Variasi yang dilakukan hanya terhadap konsumsi bahan bakar, tanpa ada

variable yang lain.

D. Rumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

perumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tekanan pembukaan injektor yang paling hemat pada mesin diesel

isuzu panther dengan konsumsi bahan bakar solar dan solar dex.

2. Bagaimana perbandingan konsumsi bahan bakar solar dan solar dex.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Mengetahui pembukaan injektor yang paling hemat pada mesin diesel isuzu

panther dengan konsumsi bahan bakar solar dan solar dex.

2. Mengetahui perbandingan konsumsi bahan bakar solar dan solar dex.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Setelah mengetahui pengaruh variasi tekanan injektor pada mesin diesel

dengan konsumsi bahan bakar yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan

informasi tentang seberapa besar pengaruh variasi tekanan injektor terhadap

konsumsi bahan bakar.

2. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dari variasi tekanan injektor pada

mesin diesel dengan bahan bakar solar ataupun solar dex.

BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian Motor Diesel

Motor diesel merupakan salah satu jenis motor bakar yang paling efisien

dan banyak digunakan pada sektor transportasi maupun penggunaan stasioner

(Santoso dan Arifin, 2008: 1). Pada internal combustion engine ini, proses

pembakaran dan penghasil tenaga berada pada satu tempat yaitu pada ruang bakar

(silinder). Proses pembakarannya terjadi karena adanya perubahan temperatur dan

tekanan pada ruang pembakaran, sehingga bahan bakar yang berbentuk kabut halus

yang disemprotkan atau diinjeksikan pada saat piston mencapai TMA (pada

langkah kompresi) dan bersinggungan dengan udara panas, maka akan menyala dan

terjadilah proses pembakaran dalam ruang bakar. Cara kerja mesin diesel adalah

melalui proses 2 adiabatik, yaitu melalui proses isobarik dan isokhorik (Daryanto

dan Setyabudi, 2003: 12). Perbedaan mendasar antara cara kerja mesin diesel dan

mesin bensin adalah pada diesel, bahan bakar disemprotkan keruang pembakaran

melalui nozel injektor sehingga ketika ruang bakar memiliki tekanan yang sangat

besar akan cukup panas untuk menyalakan bahan bakar secara spontan. Mesin

diesel dibedakan menjadi dua, yaitu mesin diesel 2 tak dan 4 tak (Daryanto dan

Setyabudi, 2003: 12).

2. Prinsip Kerja Motor Diesel

Motor diesel disebut dengan motor penyalaan kompresi (compression

ignition engine) karena penyalaaan bahan bakarnya diakibatkan oleh suhu kompresi

udara dalam ruang bakar ( Daryanto dan Setyabudi, 2003: 16). Prinsip kerja mesin

diesel 4 tak sebenarnya hampir sama dengan prinsip kerja engine otto, yang

membedakan adalah cara memasukkan bahan bakarnya. Pada motor diesel bahan
bakar di semprotkan langsung ke ruang bakar dengan menggunakan injector.

Dibawah ini adalah langkah dalam proses mesin diesel 4 tak :

a. Langkah Isap

Pada langkah ini piston bergerak dari TMA (Titik Mati Atas) ke TMB (Titik

Mati Bawah). Saat piston bergerak ke bawah katup isap terbuka yang menyebabkan

ruang didalam silinder menjadi vakum, sehingga udara murni langsung masuk ke

ruang silinder melalui filter udara.

b. Langkah kompresi

Pada langkah ini piston bergerak dari TMB menuju TMA dan kedua katup

tertutup.Karena udara yang berada di dalam silinder didesak terus oleh

piston,menyebabkan terjadi kenaikan tekanan dan temperatur, sehingga udara di

dalam silinder menjadi sangat panas. Beberapa derajat sebelum piston mencapai

TMA, bahan bakar di semprotkan ke ruang bakar oleh injektor yang berbentuk

kabut.

c. Langkah Tenaga

Pada langkah ini kedua katup masih tertutup, akibat semprotan bahan bakar

di ruang bakar akan menyebabkan terjadi ledakan pembakaran yang akan

meningkatkan suhu dan tekanan di ruang bakar. Tekanan yang besar tersebut akan

mendorong piston ke bawah yang menyebkan terjadi gaya aksial. Gaya aksial ini

dirubah dan diteruskan oleh poros engkol menjadi gaya radial (putar).

d. Langkah Buang

Pada langkah ini, gaya yang masih terjadi di flywhell akan menaikkan

kembali piston dari TMB ke TMA, bersamaan itu juga katup buang terbuka
sehingga udara sisa pembakaran akan didorong keluar dari ruang silinder menuju

exhaust manifold dan langsung menuju knalpot.

Gambar 2.1 Dasar Kerja Mesin Diesel


Sumber: Sunyoto, 2008: 235

Suhu udara di dalam ruang bakar naik hingga 700 - 900 0C, suhu udara

kompresi ini terletak diatas suhu nyala bahan bakar, kemudian bahan bakar

disemprotkan kedalam udara kompresi yang panas dan terbakar dengan sendirinya.

Saat terjadi pembakaran tekanan naik hingga 70 - 90 bar atau 70 - 90 kg/cm2. Cara

kerja motor diesel: gas hasil pembakaran antara bahan bakar dan udara merupakan

energi panas yang mampu menggerakkan torak secara translasi (energi mekanis)

dan gerakan ini dihubungkan ke poros engkol melalui batang torak sebagai

penghubung, gerakan translasi torak akan menyebabkan gerak rotasi poros engkol

dan ini akan bergerak secara terus menerus selama terjadi proses pembakaran pada
ruang bakar. Siklus diesel dapat dilihat pada gambar di bawah dengan proses yang

terjadi pada siklus diesel adalah:

a. Proses 1-2: Langkah kompresi.

b. Proses 2-3: Proses pemasukan kalor pada tekanan konstan.

c. Proses 3-4: Langkah ekspansi.

d. Proses 4-1: Proses pembuangan kalor pada volume konstan.

Gambar 2.2 Diagram P-V dan T-S


Sumber: Wijaya: 2009

3. Proses Pembakaran Mesin Diesel

Proses pembakaran menurut pandangan Daryanto dan Setyabudi (2003: 18)

dibagi menjadi 4 periode, yaitu:

a. Periode 1: Pembakaran tunda (A-B)

Waktu pembakaran tertunda (ignition delay), pada periode ini disebut fase

persiapan pembakaran, karena partikel- partikel bahan bakar yang diinjeksikan

bercampur dengan udara di dalam silinder agar mudah terbakar.

b. Periode 2: Perambatan api (B-C)

Pada periode ini, campuran bahan bakar dan udara tersebut akan terbakar

dibeberapa tempat. Nyala api akan merambat dengan kecepatan tinggi sehingga

seolah-olah campuran bahan bakar terbakar sekaligus. Hali ini membuat tekanan

didalam silinder naik. Periode ini sering disebut pembakaran letup.


c. Periode 3 : Pembakaran langsung (C-D)

Akibat nyala api dalam silinder, maka bahan bakar yang diinjeksikan

langsung terbakar. Pembakaran langsung ini dapat dikontrol dari jumlah bahan

bakar yang diinjeksikan, sehingga periode ini sering disebut pembakaran control

d. Periode 4 : Pembakaran lanjut (D-E)

Injeksi berakhir dititik D, ketika injeksi berakhir, bahan bakar belum terbakar

semua namun, pembakaran masih tetap berlangsung. Bila pembakaran lanjut

terlalu lama, temperature gas buang akan tinggi dan menyebabkan temperatur

gas buang akan tinggi sehingga efisiensi panas turun.

Gambar 2.3 Proses Pembakaran Mesin Diesel


Sumber: Daryanto: Setyabudi, 2003: 78

4. Komponen Mesin

Dalam mesin diesel terdapat bagian-bagian dari blok mesin yang saling

berkaitan untuk dapat beropersi, berikut adalah komponen dan fungsinya:


Gambar 2.4 Komponen Mesin
Sumber: Anonim, 2013 :

a. Blok silinder

Sebagai tempat untuk menghasilkan energi panas dari proses pembakaran.

b. Torak (Piston)

Berfungsi memindahkan tenaga yang diperoleh dari pembakaran keporos

engkol (crank shaft) melalui batang piston(connecting rod).

c. Cincin Torak (Ring Piston)

Mencegah kebocoran gas saat langkah kompresi dan usaha.

d. Batang Torak

Menerima tenaga dari piston yang diperoleh dari pembakaran dan

meneruskannya keporos engkol.

e. Poros Engkol
Mengubah gerak turun naik piston menjadi gerak putar yang akhirnya

menggerakkan roda kendaraan

f. Bantalan (Bearing)

Berfungsi mencegah keausan dan mengurangi gesekan pada poros engkol.

g. Roda Penerus (Flywheel)

Berfungsi menyimpan tenaga putar (inertia) yang dihasilkan pada langkah

usaha, agar poros engkol tetap berputar terus pada langkah lainnya.

h. Katup (Valve)

Berfungsi membuka dan menutupnsaluran masuk dan saluran buang.

i. Pegas Katup

Berfungsi mengemblikan katup pada kedudukan semula.

j. Poros Nok (Camshaft)

Berfungsi untuk meneruskan pada poros engkol oleh roda gigi pengaturan

waktu mengoperasikan waktu pengoperasian katup pemasukan dan katup buang.

k. Karter (Crankcase)

Berfungsi menyatukan silinder, torak, dan poros engkol, melindungi semua

bagian yang bergerak dan bantalannya dan merupakan reservoir bagi minyak

pelumas.

l. Saringan Oli (Oil filter).

Berfungsi membersihkan solar dari kotoran dan memisahkan air yang

terbawa dalam aliran solar.

m. Pompa Injeksi (Injection pump)


Berfungsi memberikan tekanan pada solar yang akan diinjeksikan atau

disemprotkan oleh nozzle.

n. Glow plug

Berfungsi memanaskan ruang bakar dan mempunyai tiga tipe glow plug

yakni: tipe biasa, self temperature controlling, tipe tegangan rendah untuk super

glow plug biasa.

o. Injection Nozzle

Berfungsi untuk menyemprotkan dan mengabutkan bahan bakar.

p. Main Combustion Chamber

Berfungsi sebagai tempat ruang bakar tempatnya nozzle menyemprotkan

bahan bakar.

q. Intake Manifold

Berfungsi untuk mendistribusikan bahan bakar dan udara campuran yang

merata dalam silinder.

r. Exhaust Manifold

Berfungsi.menampung gas bekas dari semua silinder dan mengalirkan gas

tersebut ke pipa buang.

5. Injektor

Pada mesin diesel, alat yang berfungsi untuk menyuplai bahan bakar

disebut injektor. Fungsi dari injektor tersebut adalah menyemprotkan bahan bakar

yang telah menjadi kabut ke dalam ruang pembakaran (ismanto, 2012: 26).

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh sistem injeksi adalah

sebagai berikut:
a. Pengaturan waktu yang layak dari injeksi bahan bakar pada saat yang

diperlukan untuk mendapatkan daya maksimum dari bahan bakar dan

penghematan bahan bakar serta pembakaran yang sempurna.

b. Kecepatan yang sesuai dari injeksi bahan bakar adalah banyaknya bahan

bakar yang dinjeksikan ke dalam ruang silinder dalam satuan waktu atau

satu derajat dari perjalanan poros engkol. Jika kecepatan tinggi, maka

jumlah bahan bakar tertentu akan diinjeksikan dalam waktu yang

singkata atau dalam jumlah derajat yang kecil dari poros engkol.

c. Pengkabutan yang baik dari bahan bakar disesuaikan dengan bentuk ruang

bakar, karen setiap bentuk ruang bakar berbeda, ada yang memerlukan

kabut yang sangat halus dan ada yang memerlukan kabut kasar.

Pengkabutan yang baik akan mempermudah pengawalan pembakaran dan

menjamin bahwa setiap butiran kecil dari bahan bakar dikelilingi oleh

partikel oksigen yang dapat bercanpur dengan bahan bakar.

d. Distribusi yang baik dari bahan bakar dalam ruang pembakaran harus

sedemikian rupa, sehingga bahan bakar akan menyusup keseluruh bagian

ruang bakar yang berisi oksigen untuk pembakaran, kalau bahan bakar

tidak didistribusikan dengan baik, maka sebagian dari oksigen yang

tersedia tidak akan dimanfaatkan dan keluaran daya mesin akan rendah.

6. Cara Kerja Injektor


Cara kerja sistem injeksi dalam penyuplaian bahan bakar pada motor diesel

adalah:

a. Bahan bakar bertekanan tinggi mengalir dari pompa injeksi melalui saluran

minyak pada nozzle holder menuju ke oil pool pada bagian bawah nozzle body.

Gambar 2.5 Sebelum Penginjeksian


Sumber: Anonim, 2014: 188
b. Penginjeksian bahan bakar terjadi bila tekanan bahan bakar pada oil pool

naik, sehingga menekan permukaan ujung needle. Bila tekanan bahan bakar

melebihi kekuatan pegas, maka nozzle needle akan terdorong ke atas dan

menyebabkan nozzle needle akan terlepas dari nozzle body. Kejadian ini

menyebabkan nosel menyemprotkan bahan bakar ke dalam ruang bakar.


Gambar 2.6 Penginjeksian
Sumber: Anonim 2014: 189

c. Jika pompa penginjeksi berhenti mengalirkan bahan bakar, maka tekanan

bahan bakar turun dan tekanan pegas mengembalikan nozzle needle ke posisi

semula. Pada saat needle tertekan kuat, nozzle body seat akan menutup

saluran bahan bakar, sehingga proses penginjeksian akan berhenti.

Sebagian bahan bakar yang tersisa diantara nozzle needle dan nozzle body

antara pressure pin dan nozzle holder akan melumasi semua komponen dan

kembali pada keadaan awal. needle dan nozzle body antara pressure pin dan

nozzle holder akan melumasi semua komponen dan kembali pada keadaan

awal.
Gambar 2.7 Akhir Penginjeksian
Sumber: Anonim 2014: 190

7. Alat Ukur

Dalam melakukan pekerjaan penyetelan kendaraan, ada beberapa peralatan

alat ukur yang dapat digunakan, diantaranya:

a. Multitester

Multitester adalah alat pengetes kelistrikan. Penggunaannya sangat luas

sekali untuk mengukur tegangan arus DC dan AC, tahanan serta untuk memeriksa

hubungan kelistrikan dari suatu komponen.


Gambar 2.8 Multitester
Sumber: Anonim, 2014: 30

b. Hidrometer

Hidrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis

elektrolit dalam aki. Ketika aki digunakan untuk starter, lampu, dan terjadi reaksi

pengosongan atau baterai mengeluarkan arus listrik yang menyebabkan asam sulfat

sedikit demi sedikit berubah menjadi H2O, sehingga berat jenis turun karena

konsentrasi elektrolitnya berkurang.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait pengaruh variasi injektor

dengan bahan bakar solar dan solar dex adalah sebagai berikut:

Penelitian berkaitan dengan pengaruh variasi injektor dengan bahan bakar solar

telah dilakukan oleh Rakhmawati (2007: 54) dengan judul penelitian Pengaruh

Variasi Tekanan Injeksi Pada Unjuk Kerja Motor Diesel dengan Bahan Bakar

Alternatif Biodiesel Minyak Biji Kapuk (Klenteng Kapuk). Dalam penelitian ini
terlihat bahwa terjadi pada tekanan injeksi yang lebih tinggi maka membuat

konsumsi bahan bakar menjadi lebih hemat, namun sebaliknya daya mesin diesel

akan menurun. Pada penelitian ini, daya tertinggi terjadi pada saat putaran mesin

maksimal yaitu 2400 rpm dan tekanan injeksi 15Mpa.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ismanto (2012:31)

dengan judul Analisis Variasi Tekanan Pada Injektor Terhadap Performance (Torsi

Dan Daya) pada Motor Diesel. Disimpulkan bahwa, nilai torsi tertinggi pada

tekanan 18 MPa pada putaran 1980 rpm sebesar 9,81 Nm sedangkan nilai torsi

terendah terjadi pada tekanan 16 Mpa pada putaran 1250 rpmsebesar 3,92 Nm.

Terjadi kenaikan daya pada putaran 1000-1750 rpm dan tekanan 13 Mpa namun

pada putaran 1960 daya yang dihasilkan tetap.

Penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah

penelitian dari Tirtoatmodjo dan Kristanto yang menyimpulkan bahwa, dengan

meningkatkan suhu dan tekanan udara yang masuk ke ruang bakar akan berdampak

terhadap penurunan laju pengkonsumsian bahan bakar. Terdapat suatu hubungan

yang signifikan antara kerja mekanis yang dinyatakan dengan daya motor yang

dihasilkan, laju konsumsi bahan bakar dengan efisiensi termis dan efisiensi termis

berbanding terbalik terhadap laju konsumsi bahan bakarspesifik. Kaitanya dengan

penelitian ini adalah selain dengan variasi injektor, konsumsi bahan bakar juga

dipengaruhi oleh efisiensi termis mesin diesel yang digunakan.

Penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah

penelitian dari Arifin dan Santoso (2008), menyimpulkan bahwa, Peningkatan

tekanan injeksi mempengaruhi ignition delay pada proses pembakaran motor diesel,
dimana semakin tinggi tekanan injeksi bahan bakar maka puncak rate of heat

release akan semakin mendekati titik mati atas.

C. Kerangka Pikir

Motor diesel merupakan bagian motor bakar yang porses kerjanya bahan

bakarnya menggunakan pengabutan udara. Hampir setiap moda transportasi

menggunakan mesin diesel. Mesin diesel biasanya digunakan untuk kendaraan

yang membutuhkan tenaga besar. Tentu hal ini berkaitan dengan konsumsi bahan

bakar yang digunakan. Pada sistem pembakaran, mesin diesel menggunakan

campuran udara dan bahan bakar bertekanan tinggi untuk diubah menjadi energi

mekanis.

Komponen terpenting dalam sistem pembakaran adalah tekanan bukaan

injektor, yang berfungsi menyemprotkan bahan bakar ke dalam ruang bakar. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap variasi tekanan

90 Kg/cm2, 110 Kg/cm2, 130 Kg/cm2, 150 Kg/cm2, 170 Kg/cm2. Hasil penelitian

yang diperoleh akan ditampilkan dalam bentuk grafik untuk kemudian dianalisis

sehingga kita dapat mengetahui tekanan injeksi yang tepat dalam motor diesel isuzu

panther c223.

Penggunaan mesin diesel

Pengaruh variasi tekanan injektor terhadap


konsumsi bahan bakar solar dan solar dex

Pengujian variasi injektor


terhadap konsumsi bahan
Gambar 2.9 Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pada pembahasan yang telah dipaparkan, hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tekanan pembukaan injektor yang paling hemat pada mesin diesel

isuzu panther dengan konsumsi bahan bakar solar dan solar dex.

2. Bagaimana perbandingan konsumsi bahan bakar solar dan solar dex.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian dilaksanakan tanggal 11-12 April 2016.


2. Tempat Pelaksanaan

Adapun tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lab otomotif Gedung

E9 Lt 1 Teknik Mesin UNNES.

B. Desain Penelitian

Pada penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah desain

eksperimen karena dalam penelitian ini injektor bahan bakar mesin diesel

divariasikan untuk kemudian dilakukan pengujian konsumsi bahan bakar terhadap

solar dan solar dex.

Tabel 3.1 Desain Penelitian


Kelompok Perlakuan Observasi
(group) (treatment) (hasil)

H1
A B
H2

Keterangan:
A = Kelompok eksperimen solar dan solar dex.
B = Variasi Injektor.
H1 = Konsumsi bahan bakar solar dengan variasi putaran mesin 1000,1500
dan 2000 rpm.
H2 = Konsumsi bahan bakar solar dex dengan variasi putaran mesin
1000,1500 dan 2000 rpm.

C. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

a. Tachometer

Untuk mengetahui besarnya putaran mesin menggunakan tachometer

dengan merk Krisbow KW60-303.


Gambar 3.1 Tachometer Krisbow KW60-303

b. Multitester

Alat untuk mengukur tegangan AC atau DC, kuat arus, nilai hambatan dan

mengecek kapasitor dan transistor pada tipe tertentu.

c. Hidrometer

Berfungsi untuk mengukur berat jenis elektrolit baterai (accu).

d. Buret

Buret yang digunakan berkapasitas 50cc.


Gambar 3.2 Buret

e. Stopwatch

Stopwatch yang digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu konsumsi

bahan bakar ialah stopwatch yang ada pada handphone Nokia 110.

Gambar 3.3 Nokia 110

f. Nozzle tester

Alat ini digunakan untuk mengukur besarnya tekanan injektor sehingga

didapat tekanan yang sesuai.


Gambar 3.4 Nozzle Tester

g. Mesin diesel

Mesin yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin diesel Isuzu

Panther C223.

Gambar 3.5 Mesin Diesel Isuzu Panther C223

Spesifikasi mesin:

1) Jenis : Mesin diesel


2) Tipe : 4 Langkah
3) Merk : isuzu panther c223
4) Daya mesin : 5 HP
5) Pelumasan : Gear pump
6) Starting mesin : Manual engkol
7) Pendingin : Air
8) Sistem pendinginan : pendingin radiator

9) Tekanan kompresi : 120 150 Kg/cm2


h. Satu set toolbox

Peralatan yang ada dalam toolbox meliputi :

1) Kunci pas
2) Kunci ring
3) Obeng positif dan negatif
4) Tang
5) Kunci T

Gambar 3.6 Toolbox

D. Parameter Penelitian

Adapun parameter dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen

Variasi putaran mesin 1000, 1500 dan 2000 rpm dengan variasi injeksi 90,

110, 130, 150 dan 170 bar.

2. Variabel Dependen

a. Konsumsi bahan bakar solar.

b. Konsumsi bahan bakar solar dex.

E. Metode Pengambilan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

melalui metode eksperimen yang kemudian dianalisa dengan variasi injektor yang

dilakukan terhadap konsumsi bahan bakar solar dan solar dex.

1. Skema Penelitian

Gambar 3.7 Skema Penelitian

a. Prosedur Eksperimen

1) Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

Mulai

Kalibrasi dan tes alat

Tune up mesin

Pengujian pada mesin diesel

Variasi tekanan Variasi tekanan


Tekanan(kg/cm 2
injektor
injektor (kg/cm2) : 90, injektor ) : 90,
2
110, 130, 150 dan 170 (kg/cm
110, 130,) :150
90, dan
110,170
berbahan bakar solar 130, 150 dan
berbahan 170
bakar solar
dex
berbahan bakar solar
dex

1000 1500 2000 1000 1500 2000


rpm rpm rpm rpm rpm
Gambar 3.8 diagram alir proses penelitian

b. Proses penelitian

1. Penyetelan tekanan injektor.

a) Lepaskan injector nozzle dari silinder mesin dengan memakai kunci pas

kemudian pasangkan pada alat tester injector.

b) Lakukan pembuangan udara yang ada pada saluran tester dengan

menggerakkan tuas sampai solar keluar pada sambungan pipa.

c) Pengungkit tangan (hand tester) pada tester injector digunakan untuk mengetes

dan menyetel tekanan penyemprotan bahan bakar solar yang dikeluarkan oleh

injector nozzle. Tekanan penyemprotan bahan bakar 90, 110, 130, 150 dan 170

bar.

d) Setela tekanan penyemprotan injector nozzle dengan merubah - rubah sekrup

pengatur atas pegas penekan dengan menggunakan obeng negatif. Dengan


merubah dan mengatur sekrup pengatur, tekanan penyemprotan bahan bakar

akan berubah besarnya tekanan penyemprotan bahan bakar.

e) Tuas pengungkit tester harus digerakkan dengan perlahan - lahan pada waktu

menyetel tekanan penyemprotan bahan bakar.

2. Proses pengujian

Untuk pengujian dilakukan tiga variasi tekanan injektor dengan

menggunakan bahan bakar solar. Variasi tekanan injektor yang telah ditentukan

adalah 1, 2 dan 3. Adapun prosedur pengujian adalah sebagai berikut:

a) Persiapan kalibrasi dan tes alat pengujian.

b) Memasukkan bahan bakar solar ke gelas pengukur.

c) Menghidupkan mesin diesel.

d) Tune up mesin.

e) Lakukan pengujian dengan putaran mesin 1000 rpm.

f) Mengubah tekanan injektor dengan tekanan sebesar 90 bar.

g) Mengulangi langkah (e-f) dengan mengatur putaran mesin sebesar 1500 rpm.

h) Mengulangi langkah (e-f) dengan putaran mesin sebesar 2000 rpm.

i) Mengulangi langkah (e-h) dengan tekanan injektor sebesar 110 bar.

j) Mengulangi langkah (e-h) dengan tekanan injektor sebesar 130 bar

k) Mengulangi langkah (e-h) dengan tekanan injektor sebesar 150 bar

l) Mengulangi langkah (e-h) dengan tekanan injektor sebesar 170 bar

m) Lakukan pencatatan data konsumsi bahan bakar solar disetiap langkahnya.

n) Ulangi langkah (e-m) sebagai data uji ke dua.

o) Menghidupkan mesin sampai solar yang ada didalam mesin habis.


p) Mematikan mesin

q) Ulangi langkah (e-l) dengan bahan bakar solar dex.

r) Lakukan pencatatan data konsumsi bahan bakar solar dex.

s) Ulangi langkah (e-m) dengan mencatat data uji ke dua dengan bahan bakar

solar dex.

t) Turunkan putaran mesin hingga 700 rpm.

u) Mematikan mesin.

c. Data pengujian

Tabel 3.2 Pengujian pada Bahan Bakar Solar


Rpm 1000 Rpm 1500 Rpm 2000
Tekanan
Konsumsi Konsumsi Konsumsi
Injektor
(20cc/Time) (20cc/Time) (20cc/Time)
(bar)
1 2 Rata 1 2 Rata 1 2 Rata
90
110
130
150
170

Tabel 3.3 Pengujian pada Bahan Bakar Solar Dex


Rpm 1000 Rpm 1500 Rpm 2000
Tekanan
Konsumsi Konsumsi Konsumsi
Injektor
(20cc/Time) (20cc/Time) (20cc/Time)
(bar)
1 2 Rata 1 2 Rata 1 2 Rata
90
110
130
150
170

F. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu dengan

mengamati secara langsung hasil eksperimen kemudian menyimpulkan dan

menentukan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan grafik. Data yang

didapatkan yaitu unjuk kerja mesin diesel berupa konsumsi bahan bakar pada mesin

diesel dengan variasi tekanan injektor berbahan bakar solar dan solar dex.

Data yang didapatkan dari hasil penelitian kemudian dimasukkan ke dalam

tabel dan ditampilkan ke dalam bentuk grafik yang kemudian akan dianalisis dan

ditarik kesimpulan. Tabel dan grafik akan menampilkan informasi seberapa besar

pengaruh variasi tekanan injektor pada mesin diesel berbahan bakar solar dan solar

dex terhadap konsumsi bahan bakar.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berikut adalah data hasil penelitian pengaruh tekanan pembukaan injektor terhadap

konsumsi bahan bakar solar dan solar dex dengan variasi putaran yang dilakukan adalah

1000, 1500 dan 2000 rpm.

1. Pengaruh Variasi Tekanan Pembukaan Injektor terhadap Konsumsi

Bahan Bakar Solar

Hasil data penelitian konsumsi bahan bakar yang didapatkan dengan lima

variasi tekanan injektor 90, 110, 130, 150, 170 bar dan variasi putaran 1000, 1500,

2000 rpm adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1 Hasil Penelitian Konsumsi Bahan Bakar Solar


Tekanan Konsumsi Bahan Bakar Solar (cc/waktu)
pembukaan nozzle
(Bar) Putaran Mesin Putaran Mesin Putaran Mesin
1000 rpm 1500 rpm 2000 rpm

90 19,41 24,69 32,78

110 15,15 22,72 31,25

130 15,33 22,22 27,39

150 14,81 21,97 27,02


170 16,12 21,73 25,64
Konsumsi Bahan Bakar Solar
160

140 25.64

120
konsumsi bahan bakar

27.02
21.73
100 170
cc/menit

21.97 27.39
80 16.12 150
22.22
60 14.81 31.25 130
15.33 22.72 110
40
15.15 32.78 90
20 24.69
19.41

0
1000 1500 2000
putaran mesin

Gambar 4.1 Grafik Hasil Penelitian Konsumsi Bahan Bakar Solar

Pada Gambar 4.1 didapat konsumsi bahan bakar terendah didapatkan pada putaran

mesin 1000 dengan tekanan pembukaan injektor 150 bar. Bahan bakar solar sebanyak 14,81 cc

habis dalam waktu 1menit dan konsumsi paling tinggi adalah pada tekanan pembukaan injektor

90 dengan putaran mesin 2000rpm. Pada variasi ini, dalam 32,78cc habis dalam waktu 1menit.

2. Pengaruh Variasi Tekanan Pembukaan Injektor terhadap Konsumsi Bahan

Bakar Solar Dex.

Hasil data penelitian konsumsi bahan bakar yang didapatkan dengan lima

variasi tekanan injektor 90, 110, 130, 150, 170 bar dan variasi putaran 1000rpm,

1500rpm, 2000 rpm adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Penelitian Konsumsi Bahan Bakar Solar Dex


Tekanan Konsumsi Bahan Bakar Solar Dex (cc/waktu)
pembukaan nozzle
(Bar) Putaran Mesin Putaran Mesin Putaran Mesin
1000 rpm 1500 rpm 2000 rpm

90 14.18 19.04 28.1


110 13.88 18.86 25.64
130 13.51 18.51 25
150 13.42 17.69 22.72
170 13.89 16.94 22.47

konsumsi Bahan Bakar Solar Dex


140
22.47
konsumsi bahan bakar

120
100 22.72
16.94 170
cc/waktu

80 25
13.15 17.69 150
60 13.42 18.51 25.64 130
40 13.51 18.86
13.88 28.1 110
20 19.04
14.18
0 90
1000 1500 2000
putaran mesin (rpm)

Gambar 4.2 Gambar Hasil Penelitian Konsumsi Bahan Bakar Solar Dex

Pada Gambar 4.2 didapat konsumsi bahan bakar terendah didapat pada putaran mesin

1000 dengan tekanan pembukaan injektor 150 bar. Bahan bakar solar dex sebanyak 13,42cc

habis dalam waktu 1 menit. Konsumsi bahan bakar tertinggi ada pada putaran mesin 2000rpm

dengan tekanan pembukaan injektor 90 bar, karena dalam 28,1cc habis dalam waktu 1menit.

3. Perbandingan Pengujian Tekanan Pembukaan Injektor terhadap Konsumsi

Bahan Bakar Solar dan Solar Dex.


Konsumsi Bahan Bakar Solar dan Solar Dex
300

25.64
250 Solar 170
22.47
21.73 27.02 Solar Dex 170
konsumsi bahan bakar

200 16.94 22.72 Solar 150


21.97
cc/menit

27.39 Solar Dex 150


150 16.12 17.69 25 Solar 130
13.15 22.22
14.81 31.25
13.42 Solar Dex 130
100 18.51
15.33 22.72 25.64 Solar 110
13.51
15.15 18.86 32.78 Solar Dex 110
50 13.88 24.69
19.41 19.04 28.1 Solar 90
14.18
0 Solar Dex 90
1000 1500 2000
putaran mesin

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Pengujian Tekanan Pembukaan Injektor Terhadap


Konsumsi Bahan Bakar Solar dan Solar Dex.

B. Pembahasan

Analisis pengaaruh variasi tekanan pembukaan injektor terhadap bahan bakar

solar dan solar dex adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Variasi Tekanan Pembukaan Injektor Terhadap Konsumsi Bahan

Bakar Solar

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara variasi tekanan injektor

90 bar, 110 bar, 130 bar, 150 bar dan 170 bar terhadap konsumsi bahan bakar dengan

variasi putaran 1000 rpm, 1500 rpm dan 2000 rpm. Sesuai standar yang ada pada mesin

Isuzu Panther C223 yang kami gunakan untuk penelitian, standar tekanan injektor
berkisar antara 120-150 bar. Pada pengujian yang telah kami lakukan, pada tekanan

injektor 90 bar terjadi tetesan solar pada lubang injektor, selain itu asap pada gas buang

pembakaran menjadi lebih banyak. Hal itu menyebabkan bahan bakar terbuang karena

tidak terbakar secara sempurna yang berakibat pada konsumsi bahan bakar menjadi

tinggi. Pada variasi tekanan injektor 110 bar, bahan bakar mulai sedikit mengabut dan

namun masih ada tetesan bahan bakar, namun hanya sedikit. Hal ini menunjukkan

bahwa masih ada bahan bakar yang tidak akan terbakar sempurna didalam ruang bakar.

Pada tekanan pembukaan injektor 130 bar, injeksi bahan bakar tidak terjadi tetesan

pada ujung lubang jarum injektor, namun pengabutan belum membentuk molekul

halus, sehingga kurang maksimal dalam ruang pembakaran. Pada tekanan pembukaan

150 bar, injeksi bahan bakar mengabut mengerucut dan membentuk molekul halus.

Pada tekanan injektor ini juga tidak ada tetesan bahan bakar, sehingga didapat hasil

konsumsi bahan bakar solar paling rendah. Pada tekanan injektor 170 bar, molekul

pengabutan semakin halus, namun membutuhkan tekanan yang cukup besar pada

pompa injeksi bahan bakar, sehingga akan mempengaruhi kinerja mesin sebagai

penggerak pompa. Hal itu mengakibatkan konsumsi bahan bakar menjadi semakin

tinggi, kerana kerja yang dihasilkan lebih besar.

2. Pengaruh Variasi Tekanan Pembukaan Injektor terhadap Konsumsi Bahan

Bakar Solar dex


Pembahasan berikutnya adalah mengenai konsumsi bahan bakar solar dex solar dex,

dengna menggunakan variasi yang sama, konsumsi bahan bakar terendah terdapat pada tekanan

pembukaan injektor 90 bar. Bahan bakar solar dex sebanyak 13,42cc habis dalam waktu 1

menit. Konsumsi bahan bakar tertinggi ada pada putaran mesin 2000rpm dengan tekanan

pembukaan injektor 90 bar, karena dalam 28,1cc habis dalam waktu 1menit.

Analisa kami, hal ini terjadi, merujuk pada penelitian Arifin dan Santoso (2008) yang

menyatakan bahwa peningkatan tekanan injeksi mempengaruhi ignition delay pada proses

pembakaran motor diesel, dimana semakin tinggi tekanan injeksi bahan bakar, maka puncak

rate of heat release akan semakin mendekati titik mati atas, sehingga bahan bakar yang terbakar

akan sempurna, karena terjadi pengabutan bahan bakar yang maksimal di dalam ruang bakar.

Pada tekanan 90 bar, 110 bar dan 130 bar, fenomena yang terjadi pada injektor hampir sama

dengan saat dilakukan pengujian terhadap bahan bakar solar. Pada pembukaan 150 bar, terjadi

pengabutan bahan bakar yang halus, dan sudut yang lebih lebar dalam pengabutannya,

sehingga bahan bakar akan terbakar sempurna. Pada tekanan ini, solar dex mencapai titik

pembakaran yang tinggi, sehingga didapat konsumsi bahan bakar yang rendah. Fenomena lain

juga terjadi pada pengujian ini, dimana pada tekanan 170 bar, konsumsi bahan bakar kembali

naik, yaitu sebesar 13,81cc tiap menit denganputaran mesin 1000 rpm. Hal ini terjadi karena

bahan bakar terbakar sebelum mencapai titik mati atas, selain itu kerja injektor juga

membutuhkan tekanan yang lebih besar untuk menyemprotkan bahan bakar, sehingga

berpengaruh pada putaran dan kerja mesin sebagai penggerak pompa injeksi bahan bakar.

3. Perbandingan Pengujian Tekanan Pembukaan Injektor terhadap Konsumsi Bahan

Bakar Solar dan Solar Dex


Hasil penelitian berikutnya adalah perbandingan dari pengujian konsumsi bahan bakar

solar dan solar dex. Pada pengujian ini, konsumsi bahan bakar paling rendah terjadi pada

putaran mesin 1000rpm dan tekanan pembukaan injektor 150 bar. Namun, terjadi fenomena

dimana konsumsi bahan bakar solar dex lebih sedikit dibandingkan konsumsi bahan bakar

solar. Adanya penggunaan bahan bakar yang berbeda, , sehingga diperlukan kesesuaian

tekanan penyemprotan agar bahan bakar tersebut dapat terbakar sempurna. Namun, pada

pengujian ini konsumsi bahan bakar paling rendah terjadi pada tekanan injektor yang sama.

Hal ini karena bahan bakar dengan cetane yang lebih tinggi akan memiliki periode penundaaan

pengapian lebih pendek daripada bahan bakar dengan cetane yang lebih rendah, sehingga lebih

mudah terbakar. Pada penelitian yang dilakukakan oleh Tirtoatmodjo dan Kristanto

menyebutkan bahwa meningkatnya suhu dan tekanan udara yang masuk ke ruang bakar akan

berdampak terhadap penurunan laju pengkonsumsian bahan bakar. Sehingga, dapat

disimpulkan bahwa laju konsumsi konsumsi pada bahan bakar solar dex lebih hemat, karena

pada tekanan injektor yang sama, bahan solar dex telah mencapai pembakaran sempurna.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasakan data dari hasil penelitian hubungan antara variasi tekanan injektor

90 bar, 110 bar, 130 bar, 150 bar dan 170 bar terhadap konsumsi bahan bakar solar

dan solar dex dengan variasi putaran 1000 rpm, 1500 rpm dan 2000 rpm pada mesin

Isuzu Panther C223, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Konsumsi bahan bakar solar paling hemat terdapat pada tekanan pembukaan

injektor 110 dan 130 bar dengan konsumsi bahan bakar sebanyak 20cc yang

habis dalam waktu 1,32 menit atau 80 detik. Sedangkan pada konsumsi bahan

bakar solar dex paling hemat terdapat pada tekanan pembukaan injektor 90

bar dengan konsumsi bahan bakar sebanyak 20cc habis dalam waktu 1,56

menit atau 93,6 detik.

2. Konsumsi bahan bakar antara solar cenderung lebih boros solar dengan perbandingan

waktu konsumsi bahan bakar yang lebih lama solar dex dari setiap pengujian.

B. SARAN

Perlu adanya kajian yang lebih luas meliputi torsi, daya, efisiensi termal, suhu ruang

bakar, dan emisi gas buang dengan variasi tekanan injektor guna mengetahui takanan injektor

yang paling sesuai pada mesin diesel.

Anda mungkin juga menyukai