Pasal 1 Angka 11 :
Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi : pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan.
Pasal 191 :
Limbah B3 dari sumber spesifik dapat dikecualikan dari pengelolaan limbah B3
berdasarkan PP ini.
PENGELOLAAN LIMBAH B3 (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 :
Pasal 195 ayat (1) huruf a :
Menteri berdasarkan rekomendasi Tim Ahli limbah B3 menetapkan pengecualian dari
Pengelolaan limbah B3 terhadap Limbah B3 dari sumber spesifik.
Pasal 74 ayat 1 : Dalam hal Setiap Orang yang menghasilkan Limbah 83 tidak mampu
melakukan sendiri Pemanfaatan Limbah B3 yang dihasilkannya:
a. Pemanfaatan Limbah 83 diserahkan kepada Pemanfaat Limbah B3; atau
b. Dapat melakukan Ekspor Limbah B3 yang dihasilkannya.
Pasal 75 : Tatacara Ekspor
Pasal 123 ayat 1: Dalam hal Setiap Orang yang menghasilkan Limbah 83 tidak mampu
melakukan sendiri PPengolahan Limbah B3 yang dihasilkannya:
a. Pengolahan Limbah 83 diserahkan kepada Pengolah Limbah B3; atau
b. Dapat melakukan Ekspor Limbah B3 yang dihasilkannya.
Pasal 124 : Tatacara Ekspor
PENGURANGAN
PENGURANGAN LIMBAH B3 LIMBAH B3
Diatur dalam Pasal 10 s.d. Pasal 11 PP Nomor 101 Tahun 2015
Pengurangan Limbah B3 dilakukan melalui :
Substitusi bahan;
Modifikasi proses; dan/atau
Penggunaan teknologi ramah lingkungan.
PENYIMPANAN LIMBAH B3
Diatur dalam Pasal 12 s.d. Pasal 30 PP Nomor 101 Tahun 2015
Penyimpanan Limbah B3 WAJIB dilakukan oleh setiap orang
yang menghasilkan limbah B3.
DILARANG melakukan pencampuran limbah B3 yang
disimpannya.
Penyimpanan Limbah B3 WAJIB dilengkapi dengan IZIN
pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan Limbah
B3.
Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan
Limbah B3 diterbitkan oleh bupati/walikota.
FASILITAS TEMPAT
FASILITAS PENYIMPANAN
PENYIMPANAN LIMBAHB3
LIMBAH B3
3 silo
11
CONTOH 2 :
GAMBAR FASILITAS PENYIMPANAN TANGKI
CATATAN:
Volume dalam tanggul
minimum harus 110%
dari volume tangki
Tanah dasar
Pondasi beton yang
diperkuat
12
CONTOH 3 :
GAMBAR FASILITAS PENYIMPANAN WASTE PILE
Penampang Melintang
Fasilitas Penumpukan Limbah 13
(waste pile)
CONTOH 4 :
GAMBAR FASILITAS PENYIMPANAN WASTE
IMPOUNDMENT
Sistem pengumpulan
Tanggul atau
Sumur pantau dan pengambilan
Liner ganda penghalang
air tanah lindi (leachate)
Penampang Melintang
Impoundment di Permukaan
14
SIMBOL LIMBAH B3 SESUAI PERMEN LH 14/2013
TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH B3
25 cm
A B
Ukuran simbol
(minimal):
ALAT ANGKUT
25 cm x 25 cm
WADAH/KEMASAN
10 cm X 10 cm
A
25 cm 45o
Limbah B3 yang dihasilkan 50 (lima puluh) 90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3
kilogram per hari atau lebih; dihasilkan
Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah
(lima puluh) kilogram per hari untuk B3 dihasilkan
Limbah B3 kategori 1;
Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak
(lima puluh) kilogram per hari untuk Limbah B3 dihasilkan
Limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak
spesifik dan dari sumber spesifik umum;
Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak
khusus. Limbah B3 dihasilkan
Catatan:
Jumlah 50 (lima puluh) kilogram per hari merupakan jumlah kumulatif dari 1 (satu) atau lebih nama limbah B3
Jika melebihi jangka waktu penyimpanan, lakukan pemanfaatan dan/atau pengolahan dan/atau penimbunan
dan/atau menyerahkan kepada pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3.
3
PENGUMPULAN LIMBAH B3
Pengumpulan Limbah B3 wajib dilakukan oleh setiap orang
yang menghasilkan limbah B3 bagian dari penyimpanan
Limbah B3 dan tidak memerlukan Izin Pengumpulan Limbah
B3.
Dalam hal Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 tidak
mampu melakukan sendiri pengumpulan Limbah B3 yang
dihasilkannya, Pengumpulan Limbah B3 diserahkan kepada
Pengumpul Limbah B3.
Penyerahan Limbah B3 kepada Pengumpul Limbah B3 disertai
dengan bukti penyerahan Limbah B3.
Pengumpul Limbah B3 wajib memiliki Izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Pengumpulan Limbah B3.
PRINSIP-PRINSIP PENGUMPULAN LIMBAH B3
PEMANFAATAN LIMBAH B3
Pemanfaatan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap Orang
yang menghasilkan Limbah B3.
Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri,
Pemanfaatan Limbah B3 diserahkan kepada Pemanfaat Limbah B3.
Pemanfaatan Limbah B3 meliputi:
Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi bahan baku;
Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi sumber energi;
Pemanfaatan Limbah B3 sebagai bahan baku; dan
Pemanfaatan Limbah B3 sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Pemanfaatan Limbah B3 dilakukan dengan mempertimbangkan:
ketersediaan teknologi;
standar produk apabila hasil Pemanfaatan Limbah B3 berupa produk; dan
baku mutu atau standar lingkungan hidup.
UJI COBA PEMANFAATAN
PENGANGKUTAN LIMBAH B3
MANIFES
LEMBAR DOKUMEN MANIFES LB3
Dokumen Limbah B3
Pengangkut
Gubernur
LB3
Penerima
1 Putih LB3
2 Kuning
3 Hijau Pengirim 3 7
4 Merah Muda Pengangkut 1
5 Biru KLH 2 5
6 Krem Penerima 4
7 Ungu Gubernur 6
Mulai tahun 2013, manifes menggunakan
STIKER BARCODE
DIMANA BARCODE
Kementerian
Lingkungan Hidup DITEMPATKAN ?
[saat ini]
Ditempelkan pada
bagian sebelah kiri
atas.
Ditempelkan pada
setiap lembar
manifes
6
PENGOLAHAN LIMBAH B3
Pengolahan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap Orang
yang menghasilkan Limbah B3.
Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri,
Pengolahan Limbah B3 diserahkan kepada Pengolah Limbah B3.
Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan cara:
termal;
stabilisasi dan solidifikasi; dan/atau
cara lain sesuai perkembangan teknologi.
STANDAR EFISIENSI
NO. LIMBAH B3 PENGHANCURAN DAN
PENGHILANGAN
1 Polychlorinated Biphenyls
(PCBs)
> 99,9999%
2 berpotensi menghasilkan
Polychlorinated Dibenzofurans
> 99,9999%
3 berpotensi menghasilkan
Polychlorinated Dibenzo-p-
> 99,9999%
39
dioxins
INSINERATOR
(PENGATURAN UNTUK LIMBAH MEDIS SAAT INI)
41
PENGOLAHAN LIMBAH B3 MENGGUNAKAN INSINERATOR
Water Scrubber 42
43
E-MANIFEST SERVER KLHK
DISAHKAN
44
PENGHASIL ALAT ANGKUT PENGELOLA
LIMBAH B3 LIMBAH B3 LIMBAH B3
SATELIT
SISTEM PENGAWASAN
PENGANGKUTAN LIMBAH B3
MELALUI GPS TRACKING
ALAT ANGKUT
LIMBAH B3
SERVER JASA
TRACKING
END USER
PROVIDER
END USER
45
KLHK
Pengumpulan: Pengumpulan: KALBAR Pengumpulan: Pengumpulan:
Pengumpulan:
8 15 Pengumpulan: 4 17
2
Pemanfaatan: Pemanfaatan: 1 Pemanfaatan: Pemanfaatan:
Pengolahan: 1
5 14 Pengangkutan: 1 1
Pengangkutan:
Pengangkutan: Pengolahan: 4 1 Pengangkutan: Pengolahan: 2
4
10 Pengangkutan: 4 Pengangkutan:
28 SULSEL
24
JAMBI JATIM SULUT Pengumpulan:
Pengumpulan: JATENG Pengumpulan: Pengumpulan: 3
1 Pengumpulan: 16 4 Pemanfaatan:
DISTRUBISI JASA 2 Pemanfaatan: Pengangkutan: 1
PENGELOLAAN Pemanfaatan: 40 1 Pengangkutan:
3 Pengolahan: 1 6
LIMBAH B3 YANG Pengangkutan: Pengangkutan:
6 79 SULTENG
RELATIF SEMAKIN SUMBAR Pengumpulan:
Pemanfaatan: 1
MERATA 1
[KHUSUSNYA DI Pengangkutan:
1
INDONESIA BAGIAN
BARAT] TELAH SUMSEL
Pengumpulan: BALI
MENURUNKAN BIAYA 3 Pengumpulan:
Pemanfaatan: 2
PENGELOLAAN 1 Pengangkutan:
LIMBAH B3 ~50%. Pengangkutan: 1
1
LAMPUNG JABAR
BANTEN JOGJA NTB
Pengumpulan: Pengumpulan:
PENURUNAN BIAYA Pengumpulan: DKI JAKARTA Pengumpulan: Pengumpulan:
2 28
14 Pengumpulan: 14 1 2
Pemanfaatan: Pemanfaatan:
ANTARA LAIN DARI 2
Pemanfaatan: Pemanfaatan: 6
62 Pemanfaatan: Pengangkutan:
25 Pengolahan: 6 2 1
BIAYA Pengangkutan: Pengolahan: 4 46
Pengolahan: 4 Pengangkutan:
3 Penimbunan: 1
TRANSPORTASI. Pengangkutan: 181
Pengangkutan:1
47
49
PETA SEBARAN JASA PENGELOLAAN LIMBAH B3 2011-2014
KOORDINASI DENGAN SEKTOR
PENIMBUNAN LIMBAH B3
1. Penimbunan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap Orang
yang menghasilkan Limbah B3.
2. Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri,
Penimbunan Limbah B3 diserahkan kepada Penimbun Limbah B3.
3. Penimbunan Limbah B3 dapat dilakukan pada fasilitas
Penimbunan Limbah B3 berupa:
a. penimbusan akhir (Landfill);
b. sumur injeksi;
c. penempatan kembali di area bekas tambang;
d. dam tailing; dan/atau
e. fasilitas Penimbunan Limbah B3 lain sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 48
FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR
(LANDFILL)
Fasilitas Penimbunan Limbah B3 berupa penimbusan akhir terdiri
atas fasilitas penimbusan akhir:
A. kelas I;
B. kelas II; dan
C. kelas III.
Penentuan kelas berdasarkan uji total konsentrasi zat pencemar
49
PERSYARATAN LOKASI
PENIMBUNAN LIMBAH B3
a. Bebas Banjir;
b. Permeabilitas tanah;
c. Merupakan daerah yang secara geologis
aman, stabil, tidak rawan bencana, dan di
luar kawasan lindung; dan
d. Tidak merupakan daerah resapan air
tanah, terutama yang digunakan untuk
air minum.
PENENTUAN KARAKTERISTIK LIMBAH B3 &
FASILITAS PENIMBUNANNYA
a. Fasilitas Penimbusan Akhir (Landfill):
Kelas I, Kelas II, atau Kelas III Bahan Total Kadar Max Total Kadar Max
b. Mengacu pada Total Konsentrasi Zat Pencemar (mg/kg berat kering) (mg/kg berat kering)
Pencemar (Limbah B3) Lihat KEPKA- KOLOM A KOLOM B
BAPEDAL 04/1995
Ar 300 30
c. Jika Tingkat Kontaminasi Radioaktif
tidak memenuhi ketentuan PP 101 Cd 50 5
tahun 2014 Pasal 146 ayat (4)
Penimbusan Akhir Kelas II atau I .. dst
(Sumber Spesifik Khusus)
Catatan:
1)Jika kadar bahan pencemar > kolom A landfill
kelas I
2)Jika kadar bahan pencemar < kolom A, > kolom B
landfill kelas II
3)Jika kadar bahan pencemar < kolom B landfill
kelas III
PENAMPANG MELINTANG FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR (Landfill)
52
SISTEM PELAPISAN DASAR (LINER) PENIMBUSAN AKHIR
Penimbusan Akhir Kelas I Penimbusan Akhir Kelas II Penimbusan Akhir Kelas III
54
Penimbunan Residu Pengolahan:
Penimbusan Akhir Limbah B3
55
56
56
8
DUMPING LIMBAH B3
1. Setiap Orang untuk dapat melakukan Dumping Limbah B3 ke
media lingkungan hidup wajib memperoleh izin dari Menteri.
2. Limbah B3 yang dapat dilakukan dumping ke media lingkungan
hidup berupa laut meliputi:
a. tailing dari kegiatan pertambangan; dan
b. serbuk bor hasil pemboran usaha dan/atau kegiatan eksplorasi dan/atau
eksploitasi di laut menggunakan serbuk bor berbahan dasar sintetis
(synthetic based mud);
3. Limbah B3 yang akan dilakukan dumping wajib dilakukan
Netralisasi atau Pengurangan kadar racun sebelum dilakukan
dumping ke laut.
DUMPING LIMBAH B3 (TAILING)
1. Lokasi tempat dilakukan Dumping Limbah B3 harus memenuhi
persyaratan yang meliputi:
a. di dasar laut pada laut yang memiliki lapisan termoklin permanen; dan
b. tidak berada di lokasi tertentu atau daerah sensitif berdasarkan Peraturan
Perundang-Undangan.
2. Dalam hal tidak terdapat laut yang memiliki lapisan termoklin permanen,
lokasi tempat dilakukan Dumping Limbah B3 berupa tailing dari kegiatan
pertambangan harus memenuhi persyaratan lokasi yang meliputi:
a. di dasar laut dengan kedalaman lebih besar atau sama dengan 100 m (seratus
meter);
b. secara topografi dan batimetri menunjukkan adanya ngarai dan/atau saluran di
dasar laut yang mengarahkan tailing ke kedalaman lebih dari atau sama dengan
200 m (dua ratus meter); dan
c. tidak ada fenomena up-welling.
58
KEDALAMAN TITIK PEMBUANGAN (DUMPING)
TAILING
PERPIPAAN TAILING
PERMUKAAN LAUT
PABRIK PENGOLAHAN BIJIH
> 100 m
59
9
PENETAPAN LIMBAH B3
PENETAPAN LIMBAH B3 :
Limbah limbah yang belum terdapat didalam daftar
limbah Lampiran I PP 101/2014 yang terindikasi
memiliki karakteristik limbah B3 dan akan
ditetapkan sebagai limbah B3
PROSEDUR PENETAPAN LIMBAH B3
Penentuan limbah yang terindikasi memiliki karakteristik limbah B3
Verifikasi lapangan dan pengambilan sample limbah
Uji karakteristik untuk identifikasi limbah B3
Menteri menugaskan Tim Ahli limbah B3 untuk melakukan evaluasi terhadap
uji karakteristik
Evaluasi oleh Tim Ahli Limbah B3
Rekomendasi dari Tim Ahli Limbah B3 terhadap hasil evaluasi kepada Menteri
Bila Tim Ahli merekomendasikan penetapan sebagai limbah B3, maka Menteri
melakukan rapat koordinasi dengan kementerian atau lembaga pemerintah
non kementerian untuk membahas rekomendasi Tim Ahli Limbah B3
Berdasarkan hasil rapat koordinasi, Menteri menetapkan limbah sebagai :
limbah B3 kategori 1 atau kategori 2.
TATA CARA UJI KARAKTERISTIK UNTUK PENETAPAN LIMBAH B3
(DILUAR LAMPIRAN I PP 101/2014) OLEH PEMERINTAH
LIMBAH B3
KATEGORI 1
Lamp III
YA TIDAK > TCLP Nilai LD50 < 50
kolom A mg/kg BB hewan
Apakah limbah uji
Nilai LD50 >
eksplosif, mudah TCLP (toxicity < TCLP 5000 mg/kg BB
menyala, reaktif, characteristic kolom B LD50 (lethal hewan uji Beracun sub- Limbah
LIMBAH
infeksius, dan/atau leaching dose-50) kronis? nonB3
korosif? procedure)
Nilai LD50 > 50
< TCLP kolom mg/kg dan <
A dan > TCLP 5000 mg/kg BB
YA TIDAK
kolom B hewan uji
LIMBAH B3
KATEGORI 2 lampiran II PP
101/2014
62
10
PENGECUALIAN LIMBAH B3
PENGECUALIAN LIMBAH B3 :
Limbah limbah yang tercantum didalam daftar
limbah Lampiran I PP 101/2014 Tabel 3 dan 4,
tetapi akan dikecualikan sebagai limbah Non B3
PROSEDUR PENGECUALIAN LIMBAH B3 . (1)
Permohonan untuk mengajukan pengecualian limbah B3 kepada menteri dengan
mengajukan Proposal
Limbah B3 yang dapat diajukan permohonan pengecualian dari Pengelolaan Limbah
B3 harus:
1. Tercantum dalam lampiran I Tabel 3 dan Tabel 4 PP 101/2014;
2. Berasal dari proses produksi yang digunakan bersifat tetap dan konsisten;
3. menggunakan bahan baku dan/atau bahan penolong yang bersifat tetap dan
konsisten; dan
4. limbah B3 yang dihasilkan bersifat tetap dan konsisten.
LIMBAH B3
KATEGORI 1
Lamp III
YA TIDAK > TCLP kolom A Nilai LD50 < 50 mg/kg
BB hewan uji
Apakah limbah Nilai LD50 >
eksplosif, mudah TCLP (toxicity < TCLP 5000 mg/kg BB
LIMBAH menyala, reaktif, characteristic kolom B LD50 (lethal hewan uji Beracun sub- Limbah
B3 infeksius, dan/atau leaching procedure) dose-50) kronis? nonB3
korosif?
Nilai LD50 > 50
< TCLP kolom mg/kg dan < 5000
A dan > TCLP mg/kg BB hewan YA TIDAK
uji
kolom B
LIMBAH B3
KATEGORI 2 lampiran II PP
101/2014
66
KLARIFIKASI LIMBAH
a. Permohonan klarifikasi limbah kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah,
Limbah dan B3
b. Presentasi oleh pihak pemohon
c. Verifikasi lapangan oleh Tim KLHK untuk identifikasi limbah
d. Pencocokan Limbah dengan Kodefikasi Limbah yang tercantum pada Lampiran I
PP 101/2014, berdasarkan:
- MSDS yang dimiliki karakteristik limbah
- Nomor CAS yang dimiliki
- Sumber limbah yang dihasilkan berdasarkan proses produksi
e. Surat Tanggapan klarifikasi limbah diterbitkan oleh Dirjen c.q. Direktur Verifikasi
Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3:
Pernyataan bahwa limbah yang dimohonkan untuk diklarifikasi adalah limbah
B3 dengan kodefikasi sesuai PP 101/2014 Lampiran I
Pernyataan bahwa limbah yang dimohonkan untuk diklarifikasi adalah limbah
non B3
CONTOH KLARIFIKASI PENETAPAN LIMBAH
1. Q : Skrap Logam terkontaminasi Oli apakah limbah non B3?
A : Tidak, Skrap Logam terkontaminasi oli adalah limbah B3 sebagaimana tercantum pada
Lampiran I, Tabel 1 PP 101/2014 dengan kode limbah A108d dan menunjukkan karakteristik
mudah meledak sebagaimana Lampiran II PP 101/2014
2. Q: Serpihan sisa sabun yang tercecer dari proses finishing apakah limbah non B3?
A : Ya, limbah tersebut adalah limbah Non B3, sumber limbah tidak tercantum dalam Lampiran I PP
101/2014 dan tidak menunjukan karakteristik sebagaimana Lampiran II PP 101/2014
3. Q: Limbah Pyrolle dari kegiatan polimerisasi komponen elektronik apakah limbah non B3
A: Tidak, limbah Pyrolle adalah limbah B3 sebagimana tercantum pada Lampiran I, Tabel I PP
101/2014 dengan kode limbah B106d dan menunjukkan karakteristik beracun sebagaimana
Lampiran II PP 101/2014
PENGELOLAAN LIMBAH NON B3 HASIL PENETAPAN
1) Tetap dikelola dan dipantau jenis dan jumlah limbah yang dihasilkan
2) Limbah Non B3 yang dihasilkan tetap disimpan di Tempat Penyimpanan tersendiri
sehingga tidak mencemari lingkungan
3) Tetap tercatat didalam log book limbah bilamana akan dilakukan 3R oleh penghasil
sendiri dan/atau diserahkan kepada pihak ketiga
4) Limbah Non B3 dapat dikelola mengikuti teknologi pengelolaan limbah B3
5) Tidak memerlukan mekanisme perizinan, namun apabila dikemudian hari terdapat
penetapan menjadi limbah B3 maka tetap harus dikelola sebagaimana ketentuan
pengelolaan limbah B3
6) Limbah lainnya/limbah Non B3 tetap dilarang untuk diimpor masuk ke wilayah NKRI
bilamana belum diatur oleh peraturan PUU lainnya
7) Limbah Non B3 dilarang untuk dibuang ke media lingkungan hidup
8) Bilamana akan mengekspor limbah Non B3 dan memerlukan notifikasi ke negara tujuan
tetap dapat mengajukan notifikasi ekspor
11
Implementasi Konvensi
Basel di Indonesia
Sekilas Konvensi Basel
Mengatur perpindahan limbah B3 dan limbah-limbah lainnya lintas batas negara
Diadopsi pada tanggal 22 Maret 1989, entry into force 5 Mei 1992
Ditandatangani Indonesia tahun 1989 dan diratifikasi (aksesi) tahun 1993 dengan
Keppres No. 61/1993
Total negara yang meratifikasi Konvensi Basel sampai dengan Agustus 2015 sejumlah
183 negara
Competent Authority:
Instansi pemerintah yang ditetapan oleh negara pihak yang bertanggungjawab untuk
menerima, menginformasikan dan menanggapi notifikasi suatu perpindahan limbah B3
batas negara.
(Indonesia: KLH, Deputi IV) KLHK, Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3
Focal Point Konvensi:
Person/orang yang bertanggungjawab penuh untuk penyampaian informasi dan
mengkomunikasikan dengan Sekretariat.
(Indonesia: KLH, Deputi IV) KLHK, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3
Definisi Limbah dalam Konvensi Basel
Artikel 1: Limbah B3 adalah (a) limbah yang masuk di Annex I Konvensi Basel
yang mempunyai karakteristik sebagaimana tercantum pada Annex III; (b)
diatur oleh peraturan nasional negaranya sebagai limbah B3
Artikel 2: Limbah adalah bahan atau objek yang dibuang atau direncanakan
akan dibuang atau diperuntukan untuk dibuang menurut ketentuan nasional
1) Formulir Aplikasi (yang dikeluarkan oleh KLH) yang berisi tentang data eksportir, sumber penghasil limbah B3, negara tujuan,
data importir berikut rencana pengolahan limbah, negara transit bila dilalui, deskripsi limbah B3 yang akan diekspor, rencana
ekspor (jumlah limbah dan jadwal pengiriman), nama pelabuhan untuk pengiriman barang, nama kapal, dan nama transporter
2) Formulir Notifikasi (sesuai lampiran V Konvensi Basel) memuat detail sebagaimana formulir Aplikasi hanya dengan format
berbeda serta tandatangan otoritas dari negara ekportir (Indonesia)
3) Formulir Transboundary Movement (sesuai lampiran pada Konvensi Basel) selain penjelasan tentang limbah B3, keterangan
pelaku ekspor-impor juga memuat tandatangan dari otoritas negara eksportir dan otoritas negara importir sebagai bukti
limbah B3 yang dikirim sudah diterima di negara tujuan
4) Hasil analisa laboratorium untuk mengetahui kandungan bahan kimia dalam limbah B3 yang akan diekspor
5) Informasi data dan karakteristik limbah B3
6) Surat Asuransi untuk menjelaskan tanggung jawab terhadap kemungkinan potensi pencemaran yang terjadi dalam kegiatan
perpindahan limbah termasuk jika limbah B3 tersebut harus direekspor
7) Surat Persetujuan dari penghasil limbah yang memuat tentang (jenis limbah, jumlah limbah, nama pemilik, nama eksportir
yang ditunjuk, kesedian untuk menyerahkan limbah)
8) Surat keterangan kerjasama dengan importir negara tujuan ekspor (jenis limbah, jumlah limbah, nama pemilik, nama
eksportir yang ditunjuk, kesedian untuk menerima limbah)
9) Dokumen lainnya: SIUP, NPWP, Akta Pendirian Perusahaan, Kesesuaian Nomor HS
KEMENTRIAN LINGKUNGAN HIDUP (KLH)
MINISTRY OF ENVIRONMENT
Foto by RBS
12
Sample footer
UU No. 32/2009
Pemendag
UU No. 18/2008
No. 39/2009
tentang
PP No.18/1999 tentang Pengelolaan
tentang Pengelolaan Impor Limbah Sampah
Limbah B3 Non B3
79
Definisi Limbah Non B3
Sisa atau usaha dan/atau kegiatan berupa sisa, skrap atau reja yang tidak
termasuk dalam klasifikasi/kategori limbah B3.
Sisa : produk yang belum habis terpakai dalam proses produksi atau barang,
yang masih mempunyai karakteristik yang sama namun fungsinya telah
berubah dari barang aslinya
Skrap : barang yang terdiri dari komponen-komponen yang sejenis atau tidak,
yang terurai dari aslinya dan fungsinya tidak sama dengan barang aslinya
Reja : barang dalam bentuk terpotong-potong dan masih bersifat sama
dengan barang aslinya namun fungsinya tidak sama dengan barang aslinya
KETENTUAN IMPOR LIMBAH NON B3
PERMENDAG NO. 39 / 2009 TENTANG KETENTUAN IMPOR LIMBAH NON B3
1. Pasal 2, ayat 1 : Limbah Non B3 yang dapat diimpor hanya berupa sisa,
skrap atau reja yang digunakan untuk bahan baku dan/atau bahan
penolong industri.
Semoga Bermanfaat
TERIMA KASIH