Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ACS mempirakan bahwa 15.000 wanita didiagnosa sebagai penderita penyakit kanker
serviks pada tahun 1994. Pola penyakit ini dijabarkan berdasarkan usia dan status
ekonomi. Kanker serviks invasif bisanya terjadi pada wanita berusia antara 35 dan 50
tahun. Kanker serviks invasif biasanya didahului oleh adanya perubahan sel prainvasif
yang bervariasi antara displasia dan karsinoma in situ yang dialami 10-20 tahun ke
belakang. Jika tidak diterapi, sebagian kecil wanita yang mengalami displasia ringan akan
menderita kanker serviks. Walaupun dengan luasnya penggunaan pemeriksaan apus
Papanicolaou (Pap smear) sebagai deteksi dini penyakit serviks prainvasif dan invasif, di
perkirakan terdapat 4.600 wanita yang akan meninggal karena kanker serviks pada tahun
1994.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa sajakah pengertian dari kanker serviks?

1.2.2 Apa sajakah etiologi kanker serviks?

1.2.3 Bagaimanakah patofisiologi kanker serviks?

1.2.4 Apa sajakah gejala klinis kanker serviks?

1.2.5 Apa sajakah klasifikasinya?

1.2.6 Apa sajakah terapinya?

1.2.7 Bagaimanakah pencegahannya?

1.2.8 Apa sajakah pemeriksaan diagnostiknya?

1.2.9 Apa sajakah masalah keperawatannya?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mendeskripsikan pengertian dari kanker serviks.

1.3.2 Mendeskripsikan etiologi kanker serviks.

1|Page
1.3.3 Mendeskripsikan patofisiologi kanker serviks.

1.3.4 Mendeskripsikan gejala klinis kanker serviks.

1.3.5 Mendeskripsikan klasifikasinya.

1.3.6 Mendeskripsikan terapinya.

1.3.7 Mendeskripsikan pencegahannya.

1.3.8 Mendskripsikan pemeriksaan diagnostiknya.

1.3.9 Mendeskripsikan masalah keperawatannya.

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan pembelahan sel
yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis) (Wuto,2008).

Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim, merupakan salah satu
penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada wanita (Edianto, 2006).

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).

2.2 Etiologi

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual


Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual,
semakin besar mendapat kanker serviks. kawin pada usia 20 tahun dianggap masih
terlalu muda.

2. Jumlah kehamilan dan partus


Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kanker serviks ini.
4. Infeksi virus

3|Page
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin
factor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas
makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis
tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR
akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

2.3 Patofisiologi & Pathway

Patofisiologi
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel sel neoplastik terjadi pada seluruh
lapisan epitel disebut dysplasia. Dysplasia merupakan neoplasia serviks intraephitelial
(CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat II sedang, tingkat
III berat. Tidak ada gejala spesifik pada kanker serviks, perdarahan merupakan satu-
satunya gejala yang nyata. Tetapi gejala ini hanya ditemukan pada tahap lanjut. Sedang
untuk tahap awal tidak. CNI biasanya terjadi di sambungan epitel skuamosa dengan epitel
kolumnar dan mukosa endoserviks. Keadaan ini tidak dapat diketaui dengan cara panggul
rutin, pap smear dilaksanakan untuk mendeteksi perubahan. Neoplastik hasil apusan
abnormal dilanjutkan dengan biopsy untuk memperoleh jaringan guna pemeriksaan
sitilogik. Sedang alat biopsy digunakan dalam biopsy kolposkop fungsinya mengarahkan
tindakan biopsy dengan mengambil sample, biopsy kerucut juga harus dilakukan.

4|Page
Stadium dini CNI dapat di angkat seluruhnya dengn biopsy kerucut atau dibersihkan
dengan laser kanker atau bedah beku. Atau biasa juga dengan histerektomi bila klien
merencanakan untuk tidak punya anak. Kanker invansive dapat meluas sampai ke
jaringan ikat, pembuluh limfe dan vena. Vagina ligamentum kardinale, endometrium
penanganan yang dapat dilaksanakan yaitu radioterapi atau histerektum radial dengan
mengangkat uterus atau ovarium jika terkena keenjar limfe aorta diperlukan kemoterapi.
(Price, Slyvia A, 2006)

2.4 Gejala Klinis


1. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan
baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi
lambat.

5|Page
2. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada
stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga
cairan yang keluar berbau.

2.5 Klasifikasi Pertumbuhan Sel Kanker Serviks

Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat terjadi
pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3. Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh
tidak lebih 5 mm dari membrane basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasive perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasive muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan
ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas
ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus.

6|Page
Markroskopis
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa.
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
Telah mengenal sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus
dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
Klasifikasi menurut stadium :
* Stage 0: Ca.Pre invasive
* Stage I: Terbatas pada serviks
* Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
* Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
* Stage II: Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai
dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
* Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
* Stage IIIB : Sudah mengenal organ-organ lain.

Klasifikasi berdasarkan TNM


TNM FIGO Stadium kanker servik
Stadium
0 T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis 0 Karsinoma in situ

I TI I Karsinoma serviks dipastikan pada uterus


(meluas ke korpus harus diketahui)

IA TIa Ia Karsinoma invasif praklinis, didiagnosis hanya


dengan mikroskop

TIaI IaaI Invasi stoma mikroskopik minimal

TIa2 Ia2 Tumor dengan komponen invasif dengan

7|Page
kedalam 5 mm diambil dari dasar epitel dan 7
mm pada penyebaran horizontal

IB Tib Ib Tumor lebih besar dari TIa2

T2 II Karsinoma serviks menembus uterus, tetapi tidak


menembus dinding piis atau sepertiga bawah
vagina

IIA T2a IIa Tanpa invasi parametrial

IIB T2b Iib Dengan invasi parametrial

T3 III Karsinoma serviks meluas ke dinding pelvis dan


atau mengenai sepertiga bawah vagina dan atau
menyebabkan hidronefrosis atau ginjal tiak
berfungsi

IIIA T3a IIIa Tumor mengenai sepertiga bawah vagina, tidak


meluas ke dinding pelvis

IIIB T3b IIIb Tumor meluas ke dinding pelvis dan atau


menyebabkan hidronefrosis atau ginjal tidak
berfungsi

IVA T4 IVa Tumor menembus mukosa kandung kemih atau


rektum dan atau meluas melebihi pelvis sejati

IVB MI Ivb Metastasis jauh

2.6 Terapi
1. Irradiasi
* Dapat dipakai untuk semua stadium
* Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
* Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
2. Dosis

8|Page
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
3. Komplikasi Irradiasi
* Kerentanan kandungan kencing
* Diarrhea
* Perdarahan rectal
* Fistula Vesico atau rectovaginalis
4. Operasi
* Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
* Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
5. Kombinasi
* Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya
vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami
kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah
penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
6. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 %
dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila 8-
10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

2.7 Pencegahan

Bagi wanita semua umur, membatasi jumlah pasangan seks dan penggunaan kontrasepsi
penghalang, seperti kondom dan diafragma, sangat dianjurkan untuk mengurangi resiko
terjadinya kenker serviks. Modifikasi pola makan yang dapat mengurangi resiko kanker
serviks di antaranya dengan mengkonsumsi makan yang banyak mengandung vitamin A,
vitamin C dan asam folat. Selain itu, adalah dengan mencegah bertambahnya atau
mengupayakan penghentian penggunaan tembakau dan atau alkohol.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


1. Sitologi / Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest

9|Page
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium.
Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat
tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsy.
Kelemahan; hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelainan pada skuamosa columnar junction dan intra servika tidak terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
5. Biopsi
Biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada
serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

2.9 Masalah Keperawatan

Jika diperhatikan secara keseluruhan maka proses terjadinya Ca. Serviks dan maslalah
keperawatan yang muncul dapat diperhatikan pada bagan berikut :

10 | P a g e
Faktor:

Prilaku Lingkungan

( Sex aktif, paritas, personal higiene (Polusi, agent, virus, radiasi)


n

Kanker serviks

Pelayanan Kesehatan
( Deteksi dini penyakit, laboratorium,
Penanganan kasus P. Kelamin)

- Kelemahan jaringan/ dinding menjadi rapuh perdarahan masif anemia

- Peningkatan kadar leukosit / kerusakan nosiseptor / penekanan pada dinding serviks

Nyeri

- Gangguan peran sebagai istri dan gangguan gambaran diri Ggn konsep diri.

- Gejala tidak nyata adanya berbagai macam tindakan untuk menegakkan diagnose

terdiagnose Ca kecemasan

2.9.1 Pengkajian

1. Identitas klien.
2. Keluhan utama : Perdarahan dan keputihan
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau
tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat,
misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke
Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.

4. Riwayat penyakit terdahulu

11 | P a g e
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal
yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita
penyakit infeksi.

5. Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini
atau penyakit menular lain.

6. Riwayat psikososial

Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pmeliharaan gizi di rumah dan


getahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.

2.9.2 Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

* Perdarahan
* Keputihan
b. Palpasi
* Nyeri abdomen
* Nyeri punggung bawah

1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sitologi
b. Biopsi
c. Kolposkopi
d. Servikografi
e. Gineskopi
f. Pap net ( pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah.
c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi.
d. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan trombosipenia.

12 | P a g e
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan
pemberian kemoterapi.

3. Intervensi

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia

Tujuan :

Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya


komplikasi perdarahan.

Intervensi :

Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.

Berikan cairan secara cepat.

Pantau dan atur kecepatan infus.

Kolaborasi dalam pemberian infuse.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah.

Tujuan :

masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.

Intervensi :

kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.

Kolaborrasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang
ditentukan.

Pantau masukan makanan oleh klien.

Anjurkan agarb membawa makanan dari rumah jika diperlukan dan sesuai dengan
diet.

Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.

c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi.

Tujuan :

Infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.

13 | P a g e
Intervensi :

Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.

Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.

Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan.

Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.

Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.


d. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan trombosipenia.

Tujuan :

Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan.

Intervensi :

Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap (Hb


dan trombosit)
Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
Observasi tanda-tanda perdarahan.
Observasi tanda-tanda vital
Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC (Trombosit Concentrated).

e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan


pemberian kemoterapi.

Tujuan :

Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.

Intervensi :

Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.


Anjurkan kepada pasien untuk mempertahankan pola istirahat atau tidur
sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas.
Bantu pasien merencanakan aktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan
yang dialami.
Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas.
14 | P a g e
4. Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :

a. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi


perdarahan
b. Kebutuhan nutrisi dan kalori pasien tercukupi.
c. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
d. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
e. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.

15 | P a g e
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997). Penyebab kanker serviks belum jelas
diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.


2. Jumlah kehamilan dan partus.
3. Jumlah perkawinan.
4. Infeksi virus.
5. Sosial ekonomi.
6. Hygiene dan sirkumsisi
7. Merokok dan AKDR ( alat kontraspsi dalam rahim )
Gejala Klinis
1. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan
baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi
lambat.
2. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada
stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga
cairan yang keluar berbau.
3.2 Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan tenaga kesehatan terutama perawat dapat
mengerti dan memahami tentang pengertian, penyebab, pencegahan serta pegobatan dari
kanker serviks agar saat menerapkan pada pasien tidak terjadi suatu kesalahan yang
menyebabkan pasien bertambah parah dan perawat dapat memberikan informasi yang
benar kepada masyarakat tentang kanker serviks.

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai