Cekungan Sumatera Utara PDF
Cekungan Sumatera Utara PDF
TINJAUAN LAPANGAN
Semua materi dalam Bab II ini diambil dari hasil analisa peneliti lain8.
.
II.2 Elemen Tektonik Cekungan Sumatera Utara dan Lokasi Lapangan
Gambar II.3 Pola struktur Cekungan Sumatra Utara (Davies, et al, 1983)
(Kamili, et al, 1976)
Gambar II.4. Stratigrafi Lapangan X
Pada waktu Pre-Rift, Eosen Tengah, daerah Cekungan Sumatra Utara merupakan
bagian tepi barat Paparan Sunda. Saat itu, daerah daratan berada di Paparan Sunda, ke
arah SW menuju ke cekungan. Endapan batugamping Formasi Tampur adalah bukti
adanya paparan karbonat, dan berubah facies ke timur menjadi endapan litoral
silisiklastik Formasi Meucampli.
Secara umum, stratigrafi pada Cekungan Sumatra Utara dibagi menjadi 2 yaitu
endapanendapan sedimen saat pemekaran cekungan (syn-rift sediment) dan endapan
endapan yang tersedimentasi pasca pemekaran cekungan (post rift ).
Formasi ini dicirikan oleh litologi batu lempung hitam atau batu lumpur, tidak
mengandung mikrofosil plankton. Lingkungan pengendapan di perkirakan dari lakustrin
hingga deltaik (inner sublitoral). Umur Formasi Bampo adalah OligosenMiosen
Bawah (N4N7).
Formasi ini dicirikan oleh batupasir dengan selingan batulempung atau serpih.
Lingkungan pengendapan adalah laut dangkal sampai pasang surut (intertidal). Di
beberapa tempat ditemukan konglomerat dan batubara tipis. Umur Formasi Juleu Rayeu
adalah Pliosen Atas (N21).
Batulempung dari Formasi Bampo yang mengisi deposenter lokal pada saat
rifting berlangsung, sebagai endapan lakustrin, berpotensi sebagai batuan induk yang
utama. Batuan serpih lain yang juga berpotensi sebagai batuan induk adalah serpih
Formasi Belumai dan serpih Formasi Baong.
Proses migrasi dari batuan induk menuju reservoir berkaitan dengan tahap
kematangan batuan induknya sendiri. Oleh karena itu, secara umum untuk Cekungan
Sumatra Utara, proses migrasi dikelompokan menjadi 3 tahap yaitu :
1. Migrasi dari batuan induk pada Formasi Bampo ke reservoir Basal sandstone dan
batupasir di Formasi Belumai pada Kala Miosen Tengah dengan pola migrasi vertikal
dan lateral dengan media migrasi berupa sesar bongkah akibat Reactivated Rifting.
2. Migrasi dari batuan induk pada Formasi Bampo, Belumai dan Baong Bawah menuju
reservoir pada Formasi Belumai, Baong (Bawah dan Tengah) dan Keutapang pada Kala
Miosen Atas dengan pola migrasi disassociated dan lateral/vertikal dengan media
migrasi berupa sesar-sesar normal.
3.Migrasi dari batuan induk Formasi Belumai dan Baong Bawah menuju reservoir pada
Formasi Belumai, Baong (Bawah dan Tengah) dan Keutapang pada Kala PliosenResen
dengan pola migrasi vertikal dan disassociated.
Migrasi dan akumulasi hidrokarbon melalui sesar dan retakan mengikuti dampak
aktivitas tektonik Miosen Tengah hingga akumulasi hidrokarbon yang dipengaruhi
aktivitas tektonik Plio-Pleistosen (Umar, L. dkk, 1993).
Batu serpih Formasi Bampo (Oligosen Akhir) dan batuserpih Formasi Baong
bagian bawah (Miosen Tengah) merupakan batuan induk utama bagi hidrokarbon yang
terbentuk di Cekungan Sumatra bagian Utara. Analisa geokimia mengindikasikan
bahwa gas pada batuan induk Bampo berumur lebih tua (Miosen Tengah) dan pada
tahap proses metamorfisme yaitu sekitar Pliosen Akhir, ketika minyak dan gas pada
serpih Formasi Baong bagian bawah telah masak (mature stage) yaitu pada kala Miosen
Awal (Pranyoto et. Al, 1990).
Hidrokarbon bermigrasi dari Batuserpih Bampo menuju Formasi Belumai dan
Batupasir Formasi Baong bagian tengah (MBS) sebagai reservoir melalui zona patahan
yang terbentuk selama fase tektonik Intra Miosen (Miosen Tengah sampai Miosen
Akhir). Beberapa roll-over antiklin dengan relief rendah terbentuk diantara dua buah
transtensional faults hingga terkumpullah hidrokarbon.
Jumlah sumur yang diinterpretasi pada Lapangan X berjumlah 120 sumur. Data
yang di interpretasi adalah data wireline log sedangkan data biostratigrafi dan geokimia
menggunakan referensi dari penelitian terdahulu.
Analisa umur didapat berdasarkan dari intergrasi biostratigrafi foram, nanno, dan
polen .Analisa lingkungan pengendapan ditafsirkan dari log dan data fosil. Zona
produksi Lapangan X yang menjadi obyek studi ini adalah Zona A.
Lapisan reservoir Zona A dicirikan oleh dominasi bentuk kurva log listrik
corong dan serrate. Tipe log ini dapat dicirikan sebagai endapan bar (distributary mouth
bar). Ketebalan gross berkisar dari 25 m. Ketebalan gross dari zona ini mengalami
penipisan ke arah timurlaut searah dengan pola pengendapannya yang berasal dari
baratbarat daya atau merupakan daerah Bukit Barisan dengan ketebalan yang relatif
homogen, zona ini disisipi beberapa lapisan serpih yang cenderung menipis dan di
beberapa sumur didapati sebagai lensa serpih.