Anda di halaman 1dari 10

Identifikasi Potensi Interaksi Obat pada Pasien ....

(Andriana Sari, dkk) 195

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT PADA


PASIEN RAWAT INAP PENYAKIT DALAM DI RSUD
Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
DENGAN METODE OBSERVASIONAL
RETROSPEKTIF PERIODE NOVEMBER 2009 -
JANUARI 2010
IDENTIFICATION OF POTENTIAL DRUG
INTERACTIONS IN WARD PATIENTS AT MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO'S HOSPITAL :
A RETROSPECTIVE OBSERVATIONAL STUDY IN
NOVEMBER 2009 - JANUARY 2010
Andriana Sari 1, Djoko Wahyono 2, Budi Raharjo 3
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
Jl Prof Dr Soepomo Yogyakarta, Telp. (0274) 379418

Abstrak

Potensi interaksi obat adalah potensi aksi suatu obat diubah atau
dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan. Interaksi obat didefinisikan
sebagai fenomena yang terjadi ketika efek farmakodinamik dan farmakokinetik dari
suatu obat berubah karena adanya pemberian obat yang lain. Interaksi obat dapat
menyebabkan advers drug reaction apabila potensi terjadinya interaksi tersebut tidak
diketahui sebelumnya upaya optimalisasi tidak dapat dilakukan. Tujuan penelitian ini
adalah mengidentifikasi potensi interaksi obat pada pasien rawat inap penyakit
dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Metode penelitian adalah
observasional retrospektif (November 2009 - Januari 2010) dengan menggunakan
metoda deskriptif untuk analisa data. Hasil penelitian menunjukkan potensi interaksi
obat pada pasien rawat inap penyakit dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto sebesar 56,76% (n = 259). Berdasarkan kategori signifikansi yang
dikemukakan Tatro (2006), terdapat potensi interaksi obat kategori signifikansi 1 pada
pasien rawat inap penyakit dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
sebesar 16,60%. Penggunaan obat berpotensi interaksi yang masuk kategori

2
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
3
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
196 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 2, 2012 : 195 - 203

signifikansi 1 sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan pasien akan obat, risk and
benefit serta dilakukan upaya optimalisasi.

Kata kunci : potensi interaksi obat, advers drug reaction, kategori signifikansi

Abstract

The potensial drug interaction is potential action of a drug that changed or


influced by other drugs concurrenly. Drug interactions are defined as a phenomenon
that occurs when the pharmacokinetic effect of a drug changes due to other drug
delivery. Drug interactions could cause advers drug reactions when the potential for a
previously unknown interaction. The purpose of this study is to identify potential drug
interactions in patient hospitalized in the prof. Margono Soekarjo Purwokerto
Hospital. The research method was an observasional retrospective study (November
2009- January 2010) by using descriptive methods for the data analysis.The result
showed that the potential drug interactions in the hospitalized patients in prof. Dr.
Margono Soekarjo Hospital is 56,76% (n= 259). Based on the significance categories
which proposed by Tatro (2006): a potential drug interaction with significance
category 1 in ward patients in prof. Dr. Margono Soekarjo Hospital is 16,67%. The
drug used thet known potential interaction, especially in the category of significance 1
should be tailored to the patients need, risk and benefit, and have made efforts to
optimize it.

Keyword : Potensial drug interaction, advers drug reaction, significance


categories

PENDAHULUAN Interaksi obat paling tidak


melibatkan 2 jenis obat (Tatro, 2006)
Interaksi obat didefinisikan
yaitu 1). Obat obyek, yakni obat yang
sebagai fenomena yang terjadi ketika
aksinya atau efeknya dipengaruhi atau
efek farmakodinamik dan
diubah oleh obat lain dan 2). Obat
farmakokinetik dari suatu obat berubah
presipitan (precipitant drug), yakni obat
karena adanya pemberian obat yang lain
yang mempengaruhi atau mengubah aksi
(Tatro, 2006). Interaksi obat dapat
atau efek obat lain.
menyebabkan advers drug reactions
apabila potensi terjadinya interaksi Tipe interaksi obat-obat yang
tersebut tidak diketahui sebelumnya dikemukakan oleh Hussar (2007) antara
sehingga tidak dapat dilakukan lain: 1). Duplikasi yaitu ketika dua obat
upaya-upaya optimalisasi. yang sama efeknya diberikan, efek
Identifikasi Potensi Interaksi Obat pada Pasien .... (Andriana Sari, dkk) 197

samping mungkin dapat meningkat, 2). dilakukan sebelumnya di RSUD. Prof.


Opposition yaitu ketika dua obat dengan Dr. Margono Soekarjo terhadap pasien
aksi berlawanan diberikan bersamaan usia lanjut diperoleh hasil potensi
dapat berinteraksi, akibatnya interaksi sebesar 3,69% sebelum
menurunkan efektivitas obat salah satu dilakukan visitasi farmasis terhadap
atau keduanya, 3). Alteration yaitu pasien dan 5,12% setelah dilakukan
ketika suatu obat mungkin dirubah visitasi (Ekawati, 2006).
melalui absorbsi, distribusi, Tujuan penelitian ini adalah untuk
metabolisme, dan eksresi oleh obat lain. mengidentifikasi potensi interaksi obat
Kategori signifikansi yang pada pasien rawat inap penyakit dalam
dikemukakan oleh Tatro (2006) antara RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
lain: Purwokerto.
1). Signifikansi 1 : kemungkinan besar
terjadi interaksi yang berat dan METODE PENELITIAN
mengancam jiwa. Kejadian dapat Design penelitian : Desain
diduga, telah terbukti atau sangat penelitian yang digunakan adalah
mungkin (probable) dalam penelitian observasional dengan studi retrospektif.
terkendali. Dalam melakukan analisa data
2). Signifikansi 2 : interaksi yang terjadi dipergunakan metode deskriptif untuk
dapat memperburuk status klinis memperoleh gambaran tentang
pasien. Kejadiannya dapat diduga, penggunaan obat-obat yang memiliki
telah terbukti dan sangat mungkin potensi interaksi obat.
dalam penelitian yang terkendali. Populasi penelitian : populasi
3). Signifikansi 3 : interaksi menimbul- pada penelitian ini adalah rekam medis
kan efek ringan, kejadiannya dapat pasien yang ditulis oleh dokter di bagian
diduga, telah terbukti dan sangat rawat inap penyakit dalam RSUD Prof.
mungkin dalam penelitian yang Dr. Margono Soekarjo selama periode
terkendali. penelitian.
4). Signifikansi 4 : interaksi dapat me- Subyek penelitian : Sampel pada
nimbulkan efek yang sedang hingga penelitian ini adalah rekam medis pasien
berat, data yang ada sangat terbatas. yang ditulis oleh dokter di bagian rawat
inap penyakit dalam RSUD Prof. Dr.
5). Signifikansi 5 : interaksi dapat me- Margono Soekarjo selama periode
nimbulkan efek ringan hingga berat penelitian yang memenuhi kriteria
data yang ada sangat terbatas dimana :
Suatu studi di Nepal diketahui 1. Kriteria inklusi: rekam medis
kejadian potensial interaksi obat-obat pasien yang ditulis oleh dokter di
sebesar 53% pada pasien di bangsal rawat inap penyakit dalam RSUD
penyakit dalam dan ICU dengan rata-rata Prof. Dr. Margono Soekarjo
penggunaan obat sebesar 8,53 obat per Purwokerto.
resep (Bista et al, 2009). Penelitian
terhadap potensi interaksi obat telah 2.
198 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 2, 2012 : 195 - 203

Kriteria ekslusi : rekam medis 1. Kesulitan dalam identifikasi kriteria


pasien yang ditulis oleh dokter inklusi dan ekslusi yang
terdapat pemberian kemoterapi, membutuhkan data pendukung hasil
dilakukan pembedahan, dan pasien data laboratorium
mengalami imunocompromice 2. Diagnosis penyakit yang beragam
(HIV/AIDS, hepatitis B dan C, pada satu rekam medis pasien.
Sistemic Lupus Eritematous, Steven
Jhonson Sindrome, Rheumatoid
HASIL DAN PEMBAHASAN
Arthritis).
Hasil penelitian menunjukkan
Jalannya penelitian potensi interaksi obat pada rekam medis
pasien rawat inap penyakit dalam RSUD
Rekam medis pasien yang ditulis Prof. Dr. Margono Soekarjo periode 1
oleh dokter di bagian rawat inap penyakit November 2009 sampai dengan 30
dalam RSUD Prof. Dr. Margono januari 2010 sebesar 56,76% dari
Soekarjo Purwokerto selama 3 bulan sejumlah 259 rekam medis pasien.
(November dan Desember 2009, serta Beberapa studi penelitian terhadap
Januari 2010) dikumpulkan kemudian potensi intraksi obat telah dilakukan di
dilakukan sampling menggunakan beberapa negara memiliki hasil yang
proportionated stratified random serupa. Suatu studi terhadap 624 pasien
sampling. Sejumlah rekam medis yang rawat inap di Mexico diperoleh hasil
diambil datanya kemudian dimasukkan 80% pasien mendapatkan resep yang
dalam lembar pengumpulan data untuk terdapat satu atau lebih potensi
setiap rekam medis pasien dan dilakukan interaksi obat-obat dan 3,8% pasien
identifikasi apakah memenuhi kriteria mendapatkan kombinasi obat
inklusi dan ekslusi. Langkah selanjutnya berinteraksi yang sebaiknya dihindari
dilakukan analisa potensi interaksi obat (Doubuva et al, 2007). Studi lain
yang potensial berdasarkan standar Drug dilakukan di Nepal diketahui kejadian
Interaction Fact (Tatro, 2006). Potensi potensial interaksi obat-obat sebesar
interaksi obat adalah potensi aksi suatu 53% pada pasien di bangsal penyakit
obat diubah atau dipengaruhi oleh obat dalam dan ICU dengan rata-rata
lain yang diberikan bersamaan. Potensi penggunaan obat sebesar 8,53 obat per
interaksi dikategorikan menurut level resep (Bista et al, 2009).
signifikansi interaksi obat dan dihitung
persentase potensi interaksi obat untuk Tatro (2006) mengemukakan 5
masingmasing kategori signifikansi kategori signifikansi interaksi obat
potensi interaksi. antara lain: signifikansi 1, signifikansi 2,
signifikansi 3, signifikansi 4, dan
Keterbatasan penelitian signifikansi 5. Berdasarkan kategori
signifikansi yang dikemukakan Tatro
Keterbatan dalam penelitian ini terdapat potensi interaksi obat kategori
adalah: signifikansi 1 pada pasien rawat inap
Identifikasi Potensi Interaksi Obat pada Pasien .... (Andriana Sari, dkk) 199

Tabel I. Potensi interaksi obat pada rekam medis pasien berdasarkan karakteristik
diagnosis penyakit sebelum dan setelah pelayanan informasi obat
Potensi interaksi obat pada rekam Potensi interaksi obat kategori signifikasi
Diagnosis penyakit
medis pasien 1 pada rekam medis pasien

potensi
potensi jumlah jumlah
interaksi obat
interaksi rekam Persentase rekam Persentase
kategori
obat medis medis
signifikasi 1
Congestif heart failure (CHF)
Gangguan jantung: IHD, HHD,
VES, AF, RBBB, supraventrikular
tachicardi
AMI (STEMI & NSTEMI) 4 5 80,00 4 5 80,00
Cronik Renal failure (CRF) 4 8 50,00 0 8 0,00
Sindroma nefrotik (SN) 0 1 0,00 0 1 0,00
Nefrolithiasis 0 1 0,00 0 1 0,00
Hematemesis melena 2 4 50,00 1 4 25,00
Cirrhosis hepatic (CH) 2 7 28,57 1 7 14,29
GERD 2 2 100,00 0 2 0,00
Hepatitis 4 6 66,67 0 6 0,00
GEA dan diare 3 14 21,43 1 14 7,14
Dyspepsia dan abdominal pain 21 26 80,77 1 26 3,85
Asma bronkial 5 7 71,43 0 7 0,00
TB paru 3 3 100,00 3 3 100,00
Stroke non hemorrage (SNH) 8 16 50,00 2 16 12,50
PPOK 7 7 100,00 0 7 0,00
DM 3 10 30,00 0 10 0,00
Hipertensi 4 6 66,67 1 6 16,67
Epilepsi dan konvulsi 2 2 100,00 0 2 0,00
Stroke hemorrage (SH) 3 6 50,00 0 6 0,00
Vertigo dan cephalgia 5 13 38,46 0 13 0,00
Osteoarhritis dan low back pain 4 5 80,00 0 5 0,00
Febris 1 11 9,09 0 11 0,00
Urinary track infection ( UTI) 4 10 40,00 0 10 0,00
DHF 2 9 22,22 0 9 0,00
Thyphoid fever (TF) 0 3 0,00 0 3 0,00
Pneumonia 5 9 55,56 0 9 0,00
Sepsis syok 1 1 100,00 0 1 0,00
Anemia 1 5 20,00 0 5 0,00
Paraparese dan tetraparese 0 2 0,00 0 2 0,00
Post partus spontan 0 1 0,00 0 1 0,00
Drug eruption 0 1 0,00 0 1 0,00
Cholelithiasis 1 1 100,00 0 1 0,00
Hemoptoe 0 1 0,00 0 1 0,00
Hemoroid 0 1 0,00 0 1 0,00
Total rekam medis pasien 147 259 56,76 43 259 16,60
200 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 2, 2012 : 195 - 203

penyakit dalam RSUD Prof. Dr. dengan kortikosteroid, dan aspirin


Margono Soekarjo Purwokerto sebesar dengan klopidogrel.
16,60% sejumlah 259 rekam medis Tingginya persentase pengguna-
pasien. Hasil serupa jua diperoleh dari an obat Digoksin dan furosemid ter-
studi lain dilakukan terhadap 962.013 dapat pada diagnosis congestive heart
resep di Swedia melaporkan 13,6% failure (CHF). Ekawati (2006) me-
berpotensi interaksi dengan 1 atau lebih laporkan obat-obat kardiovaskuler
potensi interaksi obat-obat (Merlo et al, merupakan golongan yang berinteraksi
2001). paling besar. Furosemid diketahui
Potensi interaksi obat adalah sebagai obat yang berisiko tinggi inter-
potensi aksi suatu obat diubah atau di- aksi obat berdasarkan hasil penelitian
pengaruhi oleh obat lain yang diberi- Bista et al (2009). Digoksin berpotensi
kan bersamaan. Potensi interaksi obat interaksi dengan obat lain dikarenakan
kategori signifikansi 1 diketahui ke- termasuk obat dengan indeks terapetik
mungkinan besar terjadi interaksi yang rendah. Potensi interaksi Digoksin dan
berat dan mengancam jiwa berupa furosemid kemungkinan menimbulkan
peningkatan lama waktu tinggal di efek interaksi obat berupa gangguan
rumah sakit bahkan kematian sehingga keseimbangan elektrolit (electrolit
memerlukan perhatian khusus di- disturbance) yang dapat menjadi salah
bandingkan dengan kategori signifikansi satu faktor penyebab terjadinya
2, 3, 4 dan 5. toksisitas digoksin berupa aritmia.
Selama penelitian diketahui Pengatasan yang disarankan adalah
beberapa diagnosis penyakit dalam monitoring kadar kalium, bila kadarnya
rekam medis pasien yang kemudian di- rendah sebaiknya diberikan suplemen
gunakan sebagai dasar meng- kalium namun bila tidak perbaikan
karakteristikan diagnosis. Potensi (kaliumnya terus turun) dapat meng-
interaksi obat pada rekam medis pasien gunakan diuretik hemat kalium seperti
berdasarkan karakteristik diagnosis spironolakton.
penyakit disajikan pada tabel I. Potensi Efek potensi interaksi obat
interaksi obat yang tinggi ditunjukkan spironolakton dan Potassium chloride
pada diagnosis congestive heart failure berupa risiko peningkatan severe
(CHF), gangguan jantung (Ishcemic hyperkalemia. Spironolakton merupakan
Heart disease, Hipertensive Heart diuretik hemat kalium, dengan adanya
Disease), acut myocard infarc (AMI), Potassium chloride akan semakin
TB paru, PPOK, GERD, epilepsi dan meningkatkan risiko hiperkalemia. Bila
konvulsi serta asma bronkial. Beberapa kedua obat diberikan bersamaan se-
contoh potensi interaksi obat yang baiknya didukung dengan pemeriksaan
termasuk dalam kategori signifikansi 1 laboratorium supaya menghindari ke-
antara lain: digoksin dengan furosemid, mungkinan terjadinya severe
spironolakton dengan Potassium hyperkalemia. Bila peningkatan kalium
chloride, spironolakton dengan Ace melebihi batas normal sebaiknya
inhibitor, ampisilin dengan tetrasiklin, Potassium chloride dihentikan.
INH dengan rifampisin, rifampisin
Identifikasi Potensi Interaksi Obat pada Pasien .... (Andriana Sari, dkk) 201

Potensi interaksi INH dan kombinasi ini menguntungkan pada


rifampisin dapat menyebabkan pasien dengan coronary artery disease
hepatotoksisitas, hepatotoksik yang (CAD) namun perlu dipertimbangkan
mungkin terjadi meningkat dibanding risiko peningkatan bleeding.
penggunaan obat masing-masing. Penggunaan obat berpotensi
Peningkatan kejadian hepatotoksisitas interaksi yang masuk kategori
telah dilaporkan, reaksi ini terkait signifikansi 1 sebaiknya disesuaikan
dengan perubahan metabolic pathway dengan kebutuhan pasien akan obat, risk
INH oleh rifampisin. Rifampisin meng- and benefit serta dilakukan upaya
induksi secondary metabolic pathway optimalisasi. Lima kunci kebutuhan
INH, sehingga memproduksi hydrazine pasien tentang obat antara lain: 1) Pasien
dan isonicotinic acid langsung dari mempunyai indikasi yang sesuai dengan
INH. Hydrazine merupakan hepatoxin, tiap obat yang diberikan, 2) Terapi obat
mutagen, dan karsinogen pada hewan. yang efektif, 3) Terapi obat yang aman,
Hepatotoksik lebih banyak terjadi pada 4) Pasien patuh/bersesuaian dengan
slow acetilator dan level hydrazine terapi obat dan segala aspek terapi yang
ditunjukkan lebih tinggi pada populasi diperolehnya, dan 5) Pasien telah
ini (Tatro, 2006). Penderita yang memperoleh terapi yang diperlukan
mendapat INH hendaknya selalu diamati untuk indikasi penyakit yang belum
dan dinilai kemungkinan adanya gejala ditangani. Pertimbangan risk and benefit
hepatitis, kalau perlu diperiksa aktivitas merupakan pertimbangan terhadap
enzim serum glutamic-oxal-acetic resiko dan kemanfaatan dari pemberian
transaminase (SGOT). Pemeriksaan obat, jikalau dua obat diberikan ber-
SGOT sebaiknya dilakukan sebelum, samaan dan memiliki potensi interaksi
selama dan setelah terapi TB paru. maka pertimbangan kemanfaatan kedua
Hepatitis karena pemberian isoniazid ini obat jika diberikan lebih besar dibanding
terjadi antara 4-8 minggu setelah resiko bahayanya.
penggobatan dimulai (Gunawan,2005).
Upaya optimalisasi dilakukan
Selama penelitian diketahui ter- dengan pemberian rekomendasi atau
dapat penggunaan aspirin dan saran bagaimana pengatasan atau
klopidogrel, menurut Bhatt et al (2006) pencegahan terhadap kemungkinan
penggunaan bersama dual antiplatelet terjadinya potensi interaksi obat jikalau
aspirin dan clopidogrel pada pasien dua obat yang berpotensi interaksi tetap
dengan risiko tinggi atherothrombotic akan diberikan kepada pasien. Sebagai
events tidak berbeda signifikan dengan contoh pemberian INH dan rifampisin
penggunaan aspirin tunggal selain itu yang memiliki potensi interaksi
diketahui terjadi peningkatan kasus signifikansi 1, kedua obat diperlukan
major bleeding, stent thrombosis, oleh pasien dengan pertimbangan
repeat revascularization prosedure dan kemanfaatannya lebih tinggi ketika
beberapa kasus kematian. Hal serupa diberikan bersamaan namun perlu
dikemukakan oleh Park (2010) tentang dilakukan pemeriksaan terhadap SGOT
penggunaan dual antiplatelet (aspirin untuk memantau kemungkinan terjadi-
dan clopidogrel) disimpulkan nya hepatotoksisitas pada hati. Jikalau
202 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 2, 2012 : 195 - 203

terjadi peningkatan SGOT sebaiknya Saran daripada penelitian ini


evaluasi kembali pemberiaan obat antara lain:
apakah akan terus diberikan kedua obat 1. Dilakukan pelayanan informasi obat
atau diganti dengan pilihan obat lain. sehingga dapat dilakukan upaya
Upaya optimalisasi melalui pemberian optimalisasi Upaya optimalisasi
rekomendasi diharapkan mampu melalui pemberian rekomendasi
menurunkan advers drug reaction. untuk menurunkan potensi interaksi
Upaya optimalisasi melalui obat.
pemberian rekomendasi dapat dilakukan 2. Pelayanan informasi obat dapat
melalui Pelayanan Informasi Obat (PIO). difokuskan pada penyakit tertentu
Hal ini sesuai dengan tujuan pelayanan utamanya yang memiliki potensi
informasi obat dan sesuai dengan interaksi yang tinggi.
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit tahun 2004 yaitu menunjang terapi 3. Dapat dilakukan pemantauan
obat yang rasional. Pelayanan informasi terhadap kemungkinan timbulnya
obat dapat dilakukan dengan secara efek samping obat pada potensi
verbal bila melalui telepon ataupun tatap interaksi obat tertentu utamanya
muka sedangkan tertulis dilakukan yang efeknya berat dan mengancam
melalui surat melalui pos, faksimili jiwa berupa peningkatan lama waktu
ataupun e-mail (Yasin et al, 2006). tinggal di rumah sakit bahkan
Pelayanan informasi obat dapat kematian.
dilakukan dengan penerbitan buletin,
membuat brosur ataupun leaflet DAFTAR PUSTAKA
(Winflied and Richard, 2004). Bhatt, D L., 2006. Clopidogrel and
Aspirin versus Aspirin Alone for
KESIMPULAN DAN SARAN the Prevention of
Hasil penelitian menunjukkan Atherothrombotic Events.
potensi interaksi obat pada pasien rawat Massachusetts Medical Society. N
inap penyakit dalam RSUD Prof. Dr. Engl J Med 354;16 www.nejm.org
Margono Soekarjo Purwokerto sebesar april 20, 2006
56,76% (n = 259). Berdasarkan kategori Bista, D., Saha, A., Mishra, P., Palaian,
signifikansi yang dikemukakan Tatro S., and Shankar. 2009. Impact
(2006) terdapat potensi interaksi obat of educational intervention on
kategori signifikansi 1 pada pasien the pattern and incidence of
rawat inap penyakit dalam RSUD Prof. potensial drug-drug interaction
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto in Nepal. www.
sebesar 16,60%. Penggunaan obat pharmacypractice.org.
berpotensi interaksi yang masuk kategori (ISSN.1886.3655)
signifikansi 1 sebaiknya disesuaikan
dengan kebutuhan pasien akan obat, risk Doubova, S.V., Morales, H.R., Arreola
and benefit serta dilakukan upaya P.T., and Magdalena
optimalisasi. Surez-Ortega. 2007. Potential
drug-drug and drug-disease
Identifikasi Potensi Interaksi Obat pada Pasien .... (Andriana Sari, dkk) 203

interactions in prescriptions for 1197/MENKES/SK/2004 tentang


ambulatory patients over 50 Standar Pelayanan Farmasi di
years of age in family medicine Rumah Sakit.
clinics in Mexico City. BMC Merlo J, Liedholm H, Lindblad U,
Health Services Research 2007, Bjrck-Linn A, Flt J, Lindberg
7:147doi:10.1186/1472-6963-7-1 G, Melander A. Prescriptions with
47 potential drug interactions
Ekawati, H., Tungggul A.P., dispensed at Swedish pharmacies
Trisnowati, Budi R. 2006. in January 1999: cross sectional
Pengaruh visitasi farmasis study. BMJ. 2001;323:427-428.
terhadap potensi interaksi obat Park., Seung-Jung. 2010. Optimal dual
pada pasien lanjut usia rawat inap antiplatelet duration in
di Bangsal Dahlia RSUD. Prof. REAL-LATE, ZEST-LATE: Too
Dr. Margono Soekarjo. Majalah little, too soon. www.theheart.org
Farmasi Indonesia, 17(4), 199
203, 2006.
Tatro D., 2006, Drug Interaction Facts
Gunawan, S. G. 2005. Farmakologi TM, editor: David S. Tatro, Facts
dan Terapi. Bagian Farmakologi and Comparisons, St. Louis,
Fakultas kedokteran Universitas Missouri.
Indonesia. Jakarta
Winfield, A. J., and Richard, R. M. E.,
Hussar, D. A., 2007. Drug Interaction: 2004. Medicine Information in
Factor affecting respon. www. Pharmaceutical practice third
merck. edition. Churcill Livingstone.
Com/mmke/see.02/ch.013/ch.013 New York.
c.html Merlo J, Liedholm H,
Lindblad U, Bjrck-Linn A, Flt Yasin, N. M., Endang K., Effendi M. I.,
J, Lindberg G, Melander A. Prayitno A., Sari S. P., Azwinar,
Prescriptions with potential drug Mariyatun, Susiani S., Widya,
interactions dispensed at Swedish Endang B., Yulia T., 2006,
pharmacies in January 1999: cross Pedoman Pelayanan Informasi
sectional study. BMJ. 2001; Obat di Rumah Sakit, Depkes
323:427-428. RI, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Anonim, Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan, Jakarta
Republik Indonesia no

Anda mungkin juga menyukai