Anda di halaman 1dari 19

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu (ASI)

2.1.1 Definisi

ASI (Air Susu Ibu merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi

bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan

dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Definisi WHO menyebutkan

bahwa ASI ekslusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa cairan atau makanan

padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup

sampai usia 6 bulan (Aprilia, 2009).

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula), yang dimulai sejak bayi baru

lahir sampai dengan usia enam bulan (Sulistyawati, 2009).

Air susu ibu adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur

kebutuhan bayi baik fisik, psikologi sosial maupun spiritual. ASI mengandung

nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi.

Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Yohmi, 2009)

ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah untuk memenuhi

kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan

penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat

terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih

muda. Selain itu Keseimbangan zat - zat gizi dalam air susu ibu berada pada

tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang
8

masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari - sari makanan

yang mempercepat pertumbuhan sel -sel otak dan perkembangan sistem saraf.

2.1.2 Pemberian ASI


Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO)

merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 0-6 bulan. Namun

pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan

berkonsultasi dengan para pakar (WHO, 2010).


Pemberian ASI secara dini dan ekslusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan

membantu mencegah berbagai penyakit anak, termasuk gangguan lambung dan

saluran nafas, terutama asma pada anak-anak. Hal ini disebabkan adanya antibody

penting yang ada dalam kolostrum ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit), akan

melindungi bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alergi. Untuk alasan tersebut,

semua bayi baru lahir harus mendapatkan kolostrum (Aprilia, 2009).


2.1.3 Komposisi ASI

Air susu ibu (ASI) selalu mengalami perubahan selama beberapa periode

tertentu. Perubahan ini sejalan dengan kebutuhan bayi (Pertiwi, 2012). :

a. Kolostrum

Kolostrum terbentuk selama periode terakhir kehamilan dan

minggu pertama setelah bayi lahir. Ia merupakan ASI yang keluar dari hari

pertama sampai hari ke-4 yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi.

Kandungan proteinnya 3 kali lebih banyak dari ASI mature. Cairan emas

ini encer dan seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih yang

mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat

membunuh kuman penyakit. Kolostrum merupakan pencahar yang ideal

untuk membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir.


9

Volumenya bervariasi antara 2 dan 10 ml per feeding per hari selama 3 hari

pertama, tergantung dari paritas ibu.

b. ASI peralihan/transisi

Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum ASI

Mature (Kadang antara hari ke 4 dan 10 setelah melahirkan). Kadar

protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin

tinggi. Volumenya juga akan makin meningkat

c. ASI mature

ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-14

dan seterusnya, komposisi relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan

produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling

baik dan cukup untuk bayi sampai umur enam bulan, Tidak menggumpal

jika dipanaskan.

Tabel 2.1. Komposisi kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)

No. Zat-zat Gizi Satuan Kolostrum ASI


1 Energi Kkal 58.0 70

2 Protein G 2.3 0.9

3 Kasein Mg 140.0 mg 187.0

4 Laktosa G 5.3 7.3

5 Lemak G 2.9 4.2

6 Vitamin A Ug 151.0 75.0

7 Vitamin B1 Ug 1.9 14.0

8 Vitamin B2 Ug 30.0 40.0

9 Vitamin B12 Ug 0.05 0.1

10 Kalsium Mg 39.0 35.0


10

11 Zat besi Mg 70.0 100.0

12 Fosfor Mg 14.0 15.0


(Sumber : Bambang W, 2012)

2.1.4 Kandungan nutrisi dalam ASI

ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk

makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien

adalah vitamin dan mineral (Maryunani, 2012).

2.1.4.1 Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah

satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir

dua kali. rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI

terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI, Hal ini menyebabkan bayi yang

sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Karnitin

mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan

untuk mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin bayi yang

mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk

pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf.

Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan

faktor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri

yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang

menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibodi

bayi (Minarto, 2013).

2.1.4.2 Protein
11

Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun

demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir

seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu protein unsur whey.

Perbandingan protein unsur whey dan casein dalam ASI adalah 65 : 35,

sedangkan dalam PASI 20 : 80. Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya

protein ASI yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus

membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini yang

memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan defekasi dengan feces

berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap

bila bayi diberikan PASI (Minarto, 2013)..

2.1.4.3 Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat

jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi

dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama

isapan akan berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut

perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang diperlukan (Mullany, 2012).

Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang

dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena

mengandung enzim Lipase. Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA

yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak. (Mullany,

2012).

Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak

bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak

PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam
12

linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu 6 : 1.

Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh

yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi

2.1.4.4 Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif

rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat

besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah

diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan

mineral jumlahnya tinggi tetapi sebagian besar tidak dapat diserap, hal ini akan

memperberat kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan

meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan

kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi

atau gangguan metabolism (Mullany, 2012)..

2.1.4.5 Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi

kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir

ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Kandungan vitamin yang ada

dalam ASI antara lain vitamin A, vitamin B dan vitamin C (Mullany, 2012)..

2.1.5 Volume ASI

Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada

payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara,

maka produksi ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal, ASI

diproduksi sebanyak 10- 100 cc pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi

konstan setelah hari ke 10 sampai ke 14. Bayi yang sehat selanjutnya


13

mengkonsumsi sebanyak 700-800 cc ASI per hari. Namun kadang-kadang ada

yang mengkonsumsi kurang dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter per hari dan

tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi pada

ibu pada tingkat yang berat, baik pada waktu hamil maupun menyusui dapat

mempengaruhi volume ASI. Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya

berkisar antara 500-700 cc pada 6 bulan pertama usia bayi, 400-600 cc pada bulan

kedua dan 300-500 cc pada tahun kedua usia anak (Depkes, 2005).

2.1.6 Manfaat ASI


2.1.6.1 Manfaat ASI bagi bayi
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat

dirasakan yaitu (1) ASI sebagai nutrisi. (2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh

(3) menurunkan risiko mortalitas, risiko penyakit akut dan kronis, (4)

Meningkatkan kecerdasan, (5) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang (6)

Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi

sampai usia selama enam bulan. (7) Mengandung asam lemak yang diperlukan

untuk untuk pertumbuhan otak sehingga bayi yang diberi ASI Ekslusif lebih

pandai. (8) Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak

dan mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung. (9) Menunjang

perkembangan motorik ( Roesli 2008).

2.1.6.2 Manfaat ASI bagi ibu

Manfaat ASI bagi ibu antara lain (1) Pemberian ASI memberikan 98%

metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila

diberikan hanya ASI saja (ekslusif) dan belum terjadi menstruasi kembali, (2)

menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium, (3) membantu ibu menurunkan

berat badan setelah melahirkan (4) menurunkan risiko DM Tipe 2 (5) Pemberian
14

ASI sangat ekonomis, (6) mengurangi terjadinya perdarahan bila langsung

menyusui setelah melahirkan (7) mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia

dimana saja dan kapan saja (8) meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi

(Aprilia, 2009).

2.1.6.3 Manfaat ASI bagi keluarga


Adapun manfaat ASI bagi keluarga (1) Tidak perlu uang untuk membeli

susu formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan (2)

Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam

perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit, (3)

Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI ekslusif, (4) Menghemat

waktu keluarga bila bayi lebih sehat (5) Pemberian ASI pada bayi (meneteki)

berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia (Aprilia, 2009).
2.1.7 Cara memberikan ASI
2.1.7.1 Secara langsung
Mengajarkan kepada ibu cara memposisikan dan melekatkan bayi

pada payudarayang benar. Seringkali kegagalan menyusui disebabkan

karena kesalahan memposisikan dan melekatkan bayi akibatnya piting ibu

berpotensi menjadi lecet sehingga ibu enggan menyusui lagi akibatnya

produksi ASI semakin berkurang dan bayi jadi malas menyusui (Rulina S,

2012)
Untuk menghindari hal tersebut di atas berikut mengenai langkah

menyusu yang benar:


1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir
2. Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan aerola sekitarnya.

Manfaatnya adalah sebagai densinfektan dan menjaga kelembaban

puting susu.
3. Ibu duduk dengan santai, kaki tidak boleh menggantung.
4. Posisikan bayi dengan benar
15

Bayi dipegang dengan 1 lengan. Kepala bayi diletakkan dekat

lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan

ibu.
Perut bayi menempel ke tubuh ibu
Mulut bayi berada didepan puting ibu
Lengan yang dibawah merangkul tubuh ibu, jangan berada diantara

tubuh ibu dan bayi. Tangan yang diatas boleh dipegang ibu atau

diletakkan di atas dada ibu.


Telinga dan lengan yang diatas berada dalam 1 garis lurus.
5. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar,

kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan

puting serta aerola dimasukkan ke dalam mulut bayi


6. Cek apakah perlekatan sudah benar
Dagu menempel ke payudara ibu
Mulut terbuka lebar
Sebagian besar aerola terutama yang berada dibawah, masuk

kedalam mulut bayi.


Bibir bayi terlipat keluar.
Pipi bayi tidak boleh kempot( karena tidak menghisap, tetapi

memerah ASI)
Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi

menelan.
Ibu tidak kesakitan
Bayi tenang.
2.1.7.2 ASI perah
untuk bayi-bayi yang belum bisa menghisap (BKB/bayi sakit), ibu

perlu diajarkan cara memerah ASI. Memerah ASI dimulai 6 jam setelah

melahirkan dan dilakukan paling kurang 5x dalam 24 jam


Cara memerah ASI
Cuci tangan yang bersih
Siapkan wadah yang bermulut lebar yang mempunyai tutup

dan telah direbus.


Bentuk jari telunjuk dan ibu jari seperti membentuk huruf c

dan letakkan di batas aerola mama. Tekan jari telunjuk dan


16

ibu jari kearah dada ibu kemudian perah dan lepas. Gerakan

perah dan lepas dilakukan berulang.


Cara menyimpan ASI perah
ASI dapat disimpan pada suhu ruangan selama 6-

8jam
Di dalam lemari es pendingin (4C) tahan 2x24jam
Didalam lemari es pembeku (-4C) tahan sampai beberapa

bulan
Cara memberikan ASI perah
ASI yang sudah disimpan di dalam lemari pendingin,

sebelum diberikan kepada bayi perlu dihangatkan dengan

merendamnya dalam air panas.


ASI yang sudah dihangatkan bila bersisa tidak boleh

dikembalikan ke dalam lemari es, oleh karena itu

hangatkanlah ASI secukupnya sebanyak yang kira-kira bisa

dihabiskan oleh bayi dalam satu kali minum.


ASI yang disimpan didalam lemari pembeku perlu

dipindahkan ke lemari pendingin untuk mencairkannya

sebelum dihangatkan.
ASI perah sebaiknya tidak diberikan dengan botol karena

akan mengganggu penyusuan langsung dari payudara,

berikanlah dengan menggunakan sendok atau cangkir.

Menghisapdari botol berbeda dengan menyusu dari ibu.

(Rulina, 2012)
2.1.8 Faktor penyebab berkurangnya ASI

a. Faktor Menyusui (Depkes, 2005; )

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan

inisiasi, menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot
17

sebelum ASI keluar, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat

menyusui .

b. Faktor Psikologi Ibu

Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui.

Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umunya

produksi ASI akan berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada

periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI

ekslusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.

c. Faktor Bayi

Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi

sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak

memberikan ASI-nya menyebabkan produksi ASI akan berkurang .

c. Faktor Fisik Ibu

Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain

yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum

alkohol, perokok atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat

mengurangi produksi ASI.

2.1.9 Kebutuhan gizi makro dan mikro ibu ASI eksklusif

Pertanyaan yang sering dilontarkan oleh ibu yang baru menyusui

adalah makanan apa yang harus dikonsumsi selama menyusui ?, menurut

komisi ahli FAO/WHO merekomendasikan asupan energi selama menyusui

berkisar antara 1.800- 2.700 kalori (Wirjatmadi, 2012).


18

Berikut kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh ibu hamil :

a. Energi

Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca-partum

mencapai 550 kkal (100cc ASI membutuhkan 85 kkal dari tubuh dan

memasok energi 67-77 kkal). Efisiensi konversi energi yang terkandung

dalam makanan menjadi energi susu sebesar 80%, dengan kisaran 76-

94%. Rata-rata produksi ASI 850 cc per hari untuk menghasilkan ASI

sebanyak itu membutuhkan energi 750 kkal untuk ditambahkan

(Wirjatmadi, 2012).

b. Protein

Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein diatas

kebutuhan normal sebesar 20gr/hari. Dasar ketentuan ini ialah tiap 100cc

ASI mengandung 1,2gr protein. Dengan demikian, 850 cc ASI

mengandung 10gr protein. Efisiensi konversi protein makanan menjadi

protein susu hanya 70 %.

Anjuran protein adalah 65gr/hari selama 6 bulan pertama menyusui

dan 62 gr/hari selama 6 bulan ke dua.

c. Vitamin dan Mineral

Vitamin A

Susu ibu berisi 50mg retinal/100ml dan dengan perkiraan bahwa

seorang ibu akan mengeluarkan 850ml, kelebihan zat makanan tambahan

dalam makanan sebesar 400mg sederajat dengan retinal. Banyak

dinegara berkembang retinal ini dimakan dalam bentuk B-karoten.


19

Vitamin D

Vitamin D, magnesium dan seng (zinc) membantu penyerapan

kalsium dan dapat ditemukan di alam beberapa suplemen yang

dikombinasi dengan kalsium. Makan cukup buah buahan dan sayuran

akan membantu mencukupi kebutuhan vitamin ibu. Vitamin D khususnya

penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang bayi. Ibu dapat

memperoleh Vitamin D dari makanan seperti ikan, susu, telur, dan

mentega.

Kalsium

Nutrient ini adalah mineral pentig untuk tulang dan berbagai organ

penting tubuh. Direkomendasikan setiap hari jumlah yang dikonsumsi

1.600 mg atau 2-4 gelas produk susu setiap hari. Sumber kalsium terbaik

yaitu produk olahan susu termasuk yoghurt, susu, keju, brokoli, jeruk,

almond, ikan sarden, tofu dan sayuran berdaun gelap.

Penelitian menunjukkan bahwa selama kehamilan dan menyusui

kalsium tersedot dari tulang. RDA untuk kalsium selama menyusui sama

seperti selama kehamilan, yaitu 1.200mg/hari.

Tabel 2.2 Kecukupan Zat Gizi Ibu Menyusui Per Hari

Kepadatan gizi (jumlah/1.000kalori)


20

Zat Gizi (Unit) Kecukupan yang Tambahan

dianjurkan
Energi (kkal) +500 0
Protein (g) +20 40
Vitamin A (g RE) +400 800
Vitamin D (g) 5 10
Vitamin E (g TE) 3 6
Thiamin (mg) 0,5 1
Riboflavin (mg) 0,5 1
Niacin (mg) 5 10
Vitamin B6 (mg) 0,5 1
Folacin (g) 100 200
Vitamin B12 (g) 1 2
Kalsium (mg) 400 800
Fosfor (mg) 400 800
Magnesium (mg) 150 300
Besi (mg) 30-60 60-120
Yodium (g) 50 100

(Wirjatmadi, 2012)
2.1.10 Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif
1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan,

dipahami dan diingatnya. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk

pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar

radio, menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya (Aprilia, 2009).
21

Menurut Roesli (2008) , bahwa hambatan utama tercapainya ASI ekslusif

yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI

ekslusif pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik

dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan

besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan

terbaik untuk bayinya dan bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dan

cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai ASI ekslusif

terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian

atau nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan (Afifah, 2009).

2. Lingkungan

Menurut Perinasia (2003) lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu

untuk menyusui bayinya. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh

kebiasaan di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di perkotaan, sudah

terbiasa menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern dan

praktis. Menurut penelitian Valdes dan Schooley (1996) wanita yang berada

dalam lingkungan modern di perkotaan lebih sering melihat ibu-ibu menggunakan

susu formula sedangkan di pedesaan masih banyak dijumpai ibu yang

memberikan ASI tetapi cara pemberian tidak tepat. Jadi pemberian ASI secara

Ekslusif di pengaruhi oleh lingkungan ( Prasetyono, 2009).

3. Pengalaman

Menurut hasil penelitian Roesli (2008) pengalaman wanita semenjak kecil

akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita dalam kaitannya dengan

menyusui di kemudian hari. Seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan
22

mempunyai kebiasaan atau sering melihat wanita yang menyusui bayinya secara

teratur maka akan mempunyai pandangan yang positif tentang menyusui sesuai

dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita dewasa dalam

lingkungan ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki sama sekali

informasi, pengalaman cara menyusui dan keyakinan akan kemampuan menyusui.

Sehingga pengalaman tersebut mendorong wanita tersebut untuk menyusui

dikemudian harinya dan sebaliknya.


4. Dukungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara esklusif. Keluarga (suami,

orang tua, mertua, ipar dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu

perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif.

Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap

keberhasilan dan kegagalanmenyusui adalah suami. Masih banyak suami yang

berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya.

Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let

down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu

(Roesli, 2008).

2.2 Teori Perilaku Partisipasi Kelompok Pendukung ASI

Menurut teori Green et al. perilaku kesehatan individu dan perilaku

dipengaruhi oleh Menurut kesehatan individu dan masyarakat dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor diluar perilaku (nonperilaku).

Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor meliputi:

faktor predisposisi (Predisposing factors), faktor pendukung (Enabling factors),


23

faktor pendorong (Reinforcing factors). Oleh sebab itu, akan diuraikan hal-hal

yang berkaitan dengan perilaku serta hal-hal yang berhubungan perilaku, adalah:

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)


Merupakan antesenden (faktor pemicu yang menyebabkan orang

berperilaku) terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi. Yang termasuk

dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, nilai-nilai dan tradisi.


a. Pengetahuan
Meningkatnya pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya

perubahan perilaku, namun hubungan yang positif antara kedua variabel

dalam karya terdahulu Cartwright, studi tiga-komuniti Stanford terakhir,

dan didalam sejumlah penelitian yang dilakukan sampai saat ini.

Pengetahuan tentang kesehatan mungkin penting sebelum perilaku

kesehatan terjadi, tetapi perilaku yang diharapkan mungkin tidak terjadi

bila seseorang mendapat isyarat yang cukup kuat untuk memotivasinya

bertindak atas dasar pengetahuan yang dimiliki.


b. Keyakinan
Adalah pendirian pada suatu fonomena atau objek tersebut benar atau

nyata.
c. Sikap
Merupakan suatu kecenderungan jiwa atau perasaan yang relatif tetap

terhadap kategori tertentu dari objek, orang atau situasi. Sikap juga

menggambarkan suatu kempulan keyakinan yang selalu mencakup

aspek evaluatif, sehingga sikap dapat diukur dalam bentuk baik dan

buruk atau positif dan negatif.


2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
Merupakan faktor antesenden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu

motivasi atau aspirasi terlaksana. Faktor ini mencakup berbagai ketrampilan dan

sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya

tersebut meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia, keterjangkauan


24

sumberdaya, biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka dan lain sebagainya.
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Merupakan faktor penyerta (yang datang sesudah) perilaku yang memberi

ganjaran, insentif atau hukuman atas perilaku dan berperan bagi menetap atau

melenyapkannya perilaku itu. Yang termasuk dalam faktor ini adalah manfaat

sosial, jasmani dan ganjaran nyata ataupun tidak nyata yang pernah diterima pihak

lain.Untuk perubahan perilaku tidak hanya satu atau dua faktor yang berpengaruh

melainkan banyak faktor, dan mereka saling berkaitan. Pada bagan dibawah ini

memusatkan perhatian pada beberapa asumsi tentang hubungan kausal antara

faktor-faktor predisposisi, pemungkin dan penguat.


Urutan penyebab yang diharapkan normal, sebagaimana ditunjukkan oleh

nomor-nomor yang pada gambar 2.1, adalah (1) motivasi awal untuk berbuat, (2)

pengembangan sumberdaya yang memungkinkan kegiatan, (3) orang lain

terhadap perilaku, yang menghasilkan (4) dorongan dan penguat perilaku atau

hukuman dan hilangnya perilaku. Akhirnya, (5) penguatan atau perilaku

mempengaruhi faktor predisposisi dan juga faktor pemungkin (6).

Tiga kategori faktor yang memberi kontribusi atas perilaku kesehatan


25

Bagan 2.1 Bagan Perilaku Kesehatan

Sumber : Green & Kreuter (2005) dalam Health Program Planning, Fourth

Edition

Anda mungkin juga menyukai