Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus menstruasi atau

haid normal yang terjadi secara periodik, yang biasanya terjadi setiap bulan antara

usia pubertas dan menopause. Dilihat dari segi medis atau kesehatan, menstruasi

sebenarnya bukanlah suatu penyakit, tapi sebagai pembeda utama antara pria dan

wanita (Saydam, 2012). Menstruasi adalah salah satu siklus hidup yang hanya

dialami oleh tubuh wanita. Siklus hidup tersebut akan secara nyata memperkaya

pengalaman jiwa kita.

Menjadi wanita adalah sebuah anugerah. Kita, wanita, memiliki organ

tubuh yang kompleks, sehingga secara alamiah mengalami siklus hidup yang

lebih variatif daripada laki-laki (Fitria, 2007). Namun, menstruasi juga merupakan

salah satu permasalahan yang penting pada wanita, yang artinya, bukan hal yang

tidak mungkin jika wanita mengalami gangguan siklus menstruasi (Fitria, 2007).

Wanita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami perubahan,

terutama bila menstruasi menjadi terganggu. Penyebab gangguan menstruasi

dapat karena gangguan psikologis seperti stress maupun emosi (Sukarni, 2012).

Penyebab tersebut dapat mencakup emosi fisik maupun emosi psikis, dari

segi fisik akan berpengaruh pada penurunan kondisi kesehatan secara umum,

meliputi gangguan denyut jantung, peredaran darah, gangguan pernafasan, sistem

daya tahan tubuh, sistem metabolisme dan seterusnya. Sedangkan dari segi psikis

dapat memunculkan gejala-gejala tingkah laku seperti adanya kecenderungan


2

menarik diri dari kehidupan sosial, berhalusinasi, berfantasi, menutup diri,

pesimis, merasa tidak bahagia, cemas, depresi, merasa tidak dicintai, stres,

kesulitan berkonsentrasi, dan agresif. Semua istilah ini dapat berdampak pada

gangguan gangguan fungsi organ tubuh dan mental emosional (Hawari, 2008).

Dari hasil penelitian oleh Rianda, mahasiswa Universitas Sumatera Utara

tahun 2010 tentang perubahan emosi yang mengakibatkan gangguan siklus haid,

perubahan emosi yang paling sering didapati adalah mudah tersinggung dengan

jumlah 76 orang (61,3 %), stres dengan jumlah 24 orang (38,7%). Dalam

menangani gangguan haid umumnya para mahasiswi Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 membiarkan saja berjumlah 78 orang

(62,9%).

Penelitian yang dilakukan oleh Mahbubah tentang hubungan tingkat stres

dengan siklus menstruasi pada wanita usia 20-29 tahun 2006 di Kelurahan

Sidoarjo Kecamatan Pacitan didapatkan sebanyak 35,1% mengalami siklus

menstruasi terganggu yaitu polimenore 23,1%, oligomenore 69,2% dan amenore

7,7%. Responden yang cenderung mengalami gejala stres berat yaitu sebanyak

44,6%.

Permasalahan yang berhubungan dengan menstruasi seringkali membuat

kita, para wanita, cemas. Apakah haid kita normal, perlu pengobatan, atau bahkan

merupakan masalah serius yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Sehing-

ga, untuk mengobati kecemasan ini, kita perlu sedikit mengenal seluk beluk

gangguan yang berhubungan dengan menstruasi.


3

Gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup sering ditemukan

pada pelayanan kesehatan primer. Penelitian sebelumnya mengenai prevalensi

dismenorea pada mahasiswi sebuah universitas di Jakarta tahun 2004 menemukan

bahwa 83,5% mahasiwa mengalami dismenorea. Pada penelitian lain, didapatkan

hanya 38% wanita yang menganggap perdarahan yang banyak pada menstruasi

sebagai masalah. Hal tersebut menunjukkan masih rendahnya kesadaran wanita

terhadap masalah gangguan menstruasi.

Tahun-tahun awal menstruasi merupakan periode yang rentan terhadap

terjadinya ganggguan. 75% wanita pada tahap remaja akhir mengalami gangguan

yang terkait dengan menstruasi. Menstruasi yang tertunda, tidak teratur, nyeri,

dan perdarahan yang banyak pada waktu mentruasi merupakan keluhan tersering

yang menyebabkan remaja wanita menemui dokter.

Penelitian yang dilakukan di sejumlah negara, termasuk negara-negara

berkembang lainnya, mengungkapkan bahwa gangguan menstruasi merupakan

masalah yang cukup banyak dihadapi oleh wanita, terutama pada usia remaja.

Penelitian serupa di Indonesia masih belum banyak dilakukan.

Setelah dilakukan pengumpulan data awal di SMA negeri 2 Limboto pada

tanggal 16 Februari 2013, dari Kepala Ruang Tata Usaha didapatkan data seluruh

siswi kelas XI pada tahun 2013 berjumlah 152 orang. Pada tanggal 20 februari

2013 dilakukan wawancara terhadap 5 orang siswi, dan 4 diantaranya mengatakan

bahwa mereka sering mengalami gangguan menstruasi.

Gangguan menstruasi yang sering dialami seperti terlalu banyak darah

menstruasi yang keluar sehingga sering mengganti pembalut, nyeri yang dirasakan
4

pada bagian bawah perut seperti kram (dismenorea) hingga mengganggu aktifitas

sehari-hari. Kedua hal tersebut dirasakan disaat mereka mengalami stres,

contohnya terlalu banyak pikiran karena banyak tugas sekolah yang harus

dikerjakan sehingga memicu terjadinya stres, mudah tersinggung, dan

menyebabkan gangguan pada siklus menstruasi mereka. . Salah satu dari mereka

juga mengatakan tidak menstruasi 2 atau 3 bulan karena sering tidak bisa

mengontrol emosinya.

Atas dasar hal di atas, peneliti tertarik untuk membuktikan kesesuaian teori

dengan kenyataan di lapangan, yakni meneliti tentang hubungan status emosional

dengan gangguan menstruasi yang sekarang ini menjadi masalah dalam kehidupan

remaja, dimana tempat penelitian lebih dipusatkan pada siswi di SMA Negeri 2

Limboto, dan peneliti lebih menspesifikasikan penelitian terbatas pada populasi

yang kecil yaitu pada siswi kelas XI.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Apakah ada hubungan status emosional dengan gangguan

menstruasi pada siswi kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan status emosional dengan gangguan

menstruasi pada siswi kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto.


5

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi status emosional pada siswi kelas XI di SMA

Negeri 2 Limboto.

b. Untuk mengidentifikasi gangguan menstruasi yang dialami oleh siswi

kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto.

c. Untuk menganalisis hubungan status emosional dengan gangguan

menstruasi pada siswi kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam penelitian dan

sebagai sarana meningkatkan daya berpikir dan implementasi teori dalam

bentuk nyata.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dan

bahan penelitian lanjutan tentang status emosional dan gangguan

menstruasi dengan variabel dan jenis penelitian lain, untuk tercapainya

hasil yang optimal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Akademik

Penelitian ini dijadikan bahan referensi untuk pengembangan

lembaga secara keilmuan (Akademis) dimana hasil penelitian ini bisa


6

dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dalam hal untuk mengetahui

hubungan status emosional dengan gangguan menstruasi.

b. Bagi Profesi

Agar supaya tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memberikan

informasi atau konseling kepada masyarakat, khususnya wanita-wanita

usia reproduksi mengenai hubungan status emosional dengan gangguan

menstruasi.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini dijadikan sebagai informasi dan bahan referensi

tentang hubungan status emosional dengan gangguan menstruasi.

d. Bagi Siswi

Memberi informasi dan masukan serta menambah pengetahuan

tentang hubungan status emosional dengan gangguan menstruasi untuk

meminimalisir terjadinya gangguan menstruasi.

E. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan peneliti bahwa pengaruh status emosional terhadap

gangguan menstruasi pada siswi kelas XI di SMA negeri 2 Limboto belum pernah

diteliti oleh peneliti sebelumnya. Penelitian yang hampir sama,yaitu:

Nama : Febri Yanti Kasmah, 2011

Judul : Pengaruh Menstruasi Terhadap Prestasi Belajar

Siswi Kelas XI Saat Ujian Semester di SMA Negeri

1 Limboto

Metode Penelitian : Deskriptif


7

Variabel : Variabel Independent (bebas) dan Variabel

Dependent (terikat)

Sampel : Sampel adalah siswi kelas XI sebanyak 49 orang

Teknik Sampel : Total Sampling

Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 12

responden (37,5%) menyatakan bahwa prestasi siswi

kelas XI yang sedang menstruasi saat ujian semester

tergolong naik, 20 responden (62,5%) menyatakan

bahwa prestasi siswi kelas XI yang sedang

menstruasi saat ujian semester tergolong turun, dan

17 responden (100%) menyatakan bahwa prestasi

siswi kelas XI yang tidak menstruasi saat ujian

semester tergolong naik serta tidak ada responden

yang menyatakan bahwa prestasi belajar siswi kelas

XI yang tidak menstruasi saat ujian semester

tergolong turun.

Perbedaan Penelitian

Judul : Hubungan Status Emosional dengan Gangguan

Menstruasi Pada Siswi Kelas XI di SMA Negeri 2

Limboto

Metode Penelitian : Survey Analitik, dengan Pendekatan Cross Sectional

Study
8

Variabel : Variabel Independent (bebas) dan Variabel

Dependent (terikat)

Sampel : 110 responden

Teknik Sampling : Simple Random Sampling.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Status Emosional

1. Pengertian Emosi

Ditinjau dari segi etimologi, emosi berasal dari akar bahasa latin, yaitu

movere, yang berarti menggerakkan atau bergerak. Sedangkan awalan e

bermakna bergerak menjauh. Makna ini menyiratkan kesan bahwa

kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Iqra, 2012).

Daniel Goleman (2002, dalam Khodijah, 2006) mengatakan bahwa emosi

merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis

dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Tidak berbeda jauh dengan Iqra (2012), menurutnya emosi

merupakan suatu aspek psikis yang berkaitan dengan perasaan dan aktivitas

merasakan, misalnya merasa senang, sedih, kesal, marah, tegang, dan lain

sebagainya. Emosi pada diri seseorang erat kaitannya dengan suatu keadaan

psikis tertentu ya ng distimulasi, baik oleh faktor internal (dari dalam) maupun

faktor eksternal (dari luar).

Seseorang yang merasa dirinya takut/ketakutan, ia akan berusaha

menghindar dan melakukan sesuatu guna melindungi dirinya, misalnya lari

terbirit-birit. Sedangkan seseorang yang merasa malu, ia akan menutup muka

sebagai ekspresi rasa tidak ingin dilihat orang lain. Dan, ketika ia merasa jijik

terhadap sesuatu, lalu muncul rasa mual, maka ia akan menjauh dari sumber

yang menjijikkan itu (Iqra, 2012).


10

Jadi emosi bisa didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak

penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hamper keseluruhan

diri seseorang (Iqra, 2012).

Emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang

mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu. Perilaku

tersebut pada umunya disertai adanya ekspresi kejasmanian sehingga orang

lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi, misalnya

ketakutan maka gejala kejasmanian yang tampak adalah muka pucat, dan

jantung berdebar-debar (Sunaryo, 2004).

Dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan dan pikiran

yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian

kecenderungan untuk bertindak terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri

individu mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

sifatnya, dan perubahan perilaku pada umunya disertai adanya ekspresi

kejasmanian.

Ada juga beberapa definisi mengenai keadaan emosional. Salah

satunya definisi oleh Kleinginna dalam Khodijah, 2006, keadaan emosional

adalah suatu reaksi kompleks yang melibatkan kegiatan dan perubahan yang

mendalam serta dibarengi dengan perasaan yang kuat.

Gejolak emosi dapat bervariasi, mulai dari tingkat yang paling

menyenangkan hingga tingkat yang paling tidak menyenangkan. Skala emosi

yang paling menyenangkan terwujud dalam rasa gembira yang meluap-luap.


11

Sedangkan, skala emosi yang paling tidak menyenangkan berupa kemarahan

atau rasa sedih yang begitu mendalam.

2. Jenis dan Pengelompokkan emosi

Pada hakikatnya, emosi dibagi menjadi dua, yaitu emosi positif dan

emosi negative (iqra, 2012).

a. Emosi positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang

menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya,

diantaranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya

(Noordyah,2012).

b. Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang

menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya,

diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya.

3. Fungsi-fungsi Emosi

Adapun beragam fungsi emosi adalah sebagai berikut (Iqra, 2012):

a. Memunculkan Respon Spontan untuk Menghadapi Situasi Krisis

Jika kita sedang berjalan kaki, lalu tiba-tiba di hadapan kita ada

ular, kita tentu saja akan terkejut dan mungkin berlari menghindar. Karena

rasa terkejut itulah, kita bisa selamat dari gigitan ular. Inilah yang

dimaksud bahwa emosi memiliki peranan yang sangat penting bagi

seseorang dalam menghadapi situasi tertentu.


12

b. Menyesuaikan Reaksi dengan Kondisi Khusus

Apabila ditinggalkan oleh orang yang kita saying, kita pasti akan

bersedih hati. Perasaan sedih ini membuat kita dapat menyesuaikan diri

dengan reaksi yang tepat untuk kondisi kehilangan.

c. Memotivasi Tindakan untuk Mencapai Tujuan Tertentu

Setiap emosi akan mendorong kkita untuk melakukan tindakan

tertentu. Misalnya, saat mengharapkan sesuatu, kita akan berusaha

mewujudkannya. Demikian halnya bila kita ingin dicintai oleh pasangan,

kita pun akan berusaha mencurahkan kasih saying dan cinta kepadanya.

d. Mengomunikasikan Niat kepada Orang Lain

Ketika marah, kita mungkin akan menyampaikan perasaan marah

tersebut kepada orang yang telah membuat kita marah. Boleh jadi, kita

juga ingin menyampaikan kepadanya bahwa kita tidak ingin disepelekan,

bahkan memukulnya. Intinya, ada suatu pesan saat kita melampiaskan

emosi tersebut.

e. Meningkatkan Ikatan Sosial

Hubungan sosial kita dengan orang lain bisa menadi hambar dan

tidak berkesan tanpa emosi.kedekatan pun tidak mungkin terbangun tanpa

emosi. Adanya emosi positif, seperti rasa bahagia, penerimaan, kasih

saying, kegembiraan, dan kedamaian, dapat membuat hubungan sosial

semakin erat. Kita juga semakin dekat dengan teman atau rekan karena

terbangunnya emsoi positif, yang terus-menerus terjalin kuat dalam

hubungan itu.
13

f. Meningkatkan Daya Ingat terhadap Memori Tertentu

Kita lebih mudah mengingat kembali kenangan-kenangan masa

lalu yang diliputi dengan emosi yang kuat. Misalnya, saat kita tidak pernah

mendapatkan ranking satu, tiba-tiba kita memperolehnya. Kita seolah-olah

melayang di udara. Hal itu termasuk salah satu contoh bahwa emosi dapat

meningkatkan daya ingat.

4. Proses Terjadinya Emosi

Proses kemunculan emosi melibatkan faktor psikologis maupun faktor

fisiologis. Kebangkitan emosi kita pertama kali muncul akibat adanya

stimulus atau sebuah peristiwa, yang bisa netral, positif, ataupun negatif.

Stimulus tersebut kemudian ditangkap oleh reseptor kita, lalu melalui otak.

Kita menginterpretasikan kejadian sesuai dengan kondisi pengalaman dan

kebiasaan kita dalam mempersepsikan sebuah kejadian. Interpretasi yang kita

buat kemudian memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh kita.

Perubahan tersebut misalnya nafas tersengal, mata memerah, keluar air mata,

dada menjadi sesak, perubahan raut wajah, intonasi suara, cara menatap dan

perubahan tekanan darah kita.

Pandangan teori kognitif menyebutkan emosi lebih banyak ditemukan

oleh hasil interpretasi kita terhadap sebuah peristiwa. Kita bisa memandang

dan menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilai negatif,

tidak menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan.

Persepsi yang lebih positif seperti sebuah kewajaran, hal yang indah, sesuatu

yang mengharukan, atau membahagiakan. Interpretasi yang kita buat atas


14

sebuah peristiwa mengkondisikan dan membentuk perubahan fisiologis kita

secara internal, ketika kita menilai sebuah peristiwa secara lebih positif maka

perubahan fisiologis kita pun menjadi lebih positif.

B. Tinjauan tentang Gangguan Menstruasi

1. Pengertian Menstruasi

Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita

yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi (Fitria,

2007). Periode ini penting dalam reproduksi. Ini biasanya terjadi setiap bulan

antara usia pubertas dan menopause.

Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari,

walaupun hal ini berlaku umum tidak semua wanita memiliki siklus

menstruasi yang sama, terkadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 40 hari.

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan

sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita.

Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang

wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan

lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara 10

sampai 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita,

status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh (Fitria, 2007).

Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia

45-50 tahun. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut

menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita.


15

Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar

antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur menstruasi dapat bervariasi pada satu

wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan

ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk pada kesehatan fisik, emosi

dan nutrisi wanita tersebut (Fitria, 2007).

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang

mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini

melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang

dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar di bawah otak depan, dan indung telur.

Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan

menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang

tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di

dalam indung telur untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah

telur dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba

falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat

berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah

dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina.

Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau

mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang

wanita sedang hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu,

menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walau pun tidak selalu)

bahwa seorang wanita sedang hamil.


16

Banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik selama

beberapa hari sebelum periode menstruasi mereka datang. Kira-kira setengah

dari seluruh wanita menderita akibat dismenore, atau menstruasi yang

menyakitkan. Hal ini khususnya sering terjadi awal-awal masa dewasa.

Gejala-gejala dari menstruasi dapat berupa payudara yang mengeras, puting

susu yang nyeri, bengkak dan mudah tersinggung. Beberapa wanita

mengalami gejala yang cukup berat seperti keram yang disebabkan oleh

kontraksi otot-otot halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian tengah perut,

gelisah, letih, hidung tersumbat dan ingin menangis. Dalam bentuk yang

paling berat, sering melibatkan depresi dan kemarahan, kondisi ini dikenal

sebagai gejala datang bulan (Fitria, 2007).

Beberapa wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai

amenore, atau kegagalan bermenstruasi selama masa waktu berkepanjangan.

Kondisi ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor termasuk stres,

berat badan menurun, olahraga berat, atau penyakit. Sebaliknya, beberapa

wanita mengalami aliran menstruasi yang berlebihan, kondisi yang dikenal

sebagai menoragi. Tidak hanya aliran darah menjadi banyak, namun dapat

berlangsung lebih lama dari periode normal.

2. Siklus Menstruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang

disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan, kecuali

saat kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut akhirnya

membentuk siklus menstruasi. Siklus menstruasi dihitung dari hari pertama


17

menstruasi sampai tepat satu hari sebelum menstruasi bulan berikutnya.

Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari, dan hanya sekitar 10-15% wanita

memiliki siklus 28 hari (Fitria, 2007).

Untuk dapat mengetahui siklus menstruasi secara pasti, sebaiknya

setiap perempuan membuat kalender menstruasi. Hal tersebut dapat dilakukan

dengan menandai kalender pada saat terjadi menstruasi setiap bulannya.

Setelah beberapa bulan akan diketahui siklus menstruasi secara pasti. Ini akan

membantu kita untuk menentukan dan memperkirakan kapan menstruasi

berikutnya akan datang. Terutama bagi mereka yang biasa memiliki masalah

dan gangguan saat menstruasi. Jadi, dapat mempersiapkan segala sesuatunya

hingga peristiwa penting tidak perlu terganggu dengan adanya masalah

menstruasi (Anurogo, 2011).

Siklus menstruasi dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase folikuler, fase

ovulatoir, dan fase luteal (Anurogo, 2011).

a. Fase Folikuler

Fase ini dimulai dari hari pertama hingga sesaat sebelum kadar LH

(Luteinizing hormone), hormon gonadotropin yang disekresi oleh kelenjar

pituitari anterior serta berfungsi merangsang pelepasan sel telur dan

membantu pematangan serta perkembangan sel telur. Dinamakan fase

folikuler karena pada masa ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam

ovarium.

Pada masa pertengahan fase folikuler, kadar FSH (Follicle

Stimulating Hormone) meningkat sehingga merangsang pertumbuhan


18

folikel sebanyak 3-30 folikel yang masing-masing mengandung satu sel

telur. Hanya satu folikel yang akan terus tumbuh dan yang lainnya akan

hancur. FSH adalah hormon gonadotropin yang merangsang

(menstimulasi) sel telur (ovarium) untuk memproduksi folikel dominan

yang akan matang dan melepaskan telur yang dibuahi saat ovulasi

(pelepasan sel telur), dan berperan untuk menstimulasi folikel ovarium

untuk memproduksi hormon estrogen.

b. Fase Ovulatoir

Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat. Pada fase inilah sel

telur dilepaskan. Pada umumnya, sel telur dilepaskan setelah 16-32 jam

terjadinya peningkatan kadar LH.

Folikel yang matang akan tampak menonjol dari permukaan indung

telur sehingga akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat terjadi

pelepasan sel telur ini, beberapa perempuan sering merasakan nyeri yang

hebat pada perut bagian bawah. Nyeri ini akan terjadi selama beberapa

menit hingga beberapa jam, mengikuti proses pelepasan sel telur.

c. Fase Luteal

Fase ini terjadi setelah pelepasan sel telur dan berlangsung selama

14 hari. Setelah melepaskan sel telur, folikel yang pecah akan kembali

menutup dan membentuk corpus luteum (disebut juga yellow body,

struktur anatomis yang kecil dan berwarna kuning pada permukaan

ovarium. Selama masa subur atau reproduksi wanita, corpus Luteum

dibentuk setelah setiap ovulasi atau pelepasan sel telur) yang meghasilkan
19

progesteron dalam jumlah cukup besar. Hormon progesteron ini akan

menyebabkan suhu tubuh meningkat. Peningkatan suhu badan ini dapat

digunakan sebagai perkiraan terjadinya ovulasi.

Setelah 14 hari corpus luteum akan hancur dan siklus yang baru

akan dimulai.

3. Gangguan Menstruasi

Terlambat haid atau menstruasi yang tidak teratur patut diwaspadai

karena itu berarti telah terjadi abnormalitas pada siklus menstruasi.

Menstruasi yang tidak teratur dapat disebabkan karena adanya gangguan

hormon ataupun faktor psikis atau emosional, seperti stres, depresi, dan lain-

lain yang dapat mempengaruhi kerja hormon (Pramudita, 2012).

Banyak wanita yang mengalami nyeri sebelum menstruasi atau haid.

Ada yang pusing, mual, pegal-pegal, sakit perut bahkan ada yang sampai

pingsan. Sakit perut yang dirasakan ini disebabkan oleh kontraksi rahim

untuk mengeluarkan endometrium yang juga dipengaruhi oleh hormon oleh

hormon prostaglandin. Kita juga merasa tidak enak karena hormon estrogen

dan progesteron mengalami kekacauan keseimbangan menjelang menstruasi

(Wijayanti, 2009).
20

Gangguan dan kelainan menstruasi sendiri ada bermacam-macam,

antara lain:

a. Nyeri haid (Dismenore)

Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri. Sifat dan

derajat rasa nyeri ini bervariasi. Mulai dari yang ringan sampai yang

berat. Untuk yang berat, disebut dismenore.

Nyeri haid ada dua macam, yaitu:

1) Nyeri Haid Primer

Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan

berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh.

Nyeri haid ini normal, namun dapat berlebihan bila dipengaruhi

oleh faktor psikis dan fisik, seperti stres, syok, penyempitan pembuluh

darah, dan penyakit yang menahun.

2) Nyeri Haid Sekunder

Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau

kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista/polip, tumor di

sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu

organ dan jaringan organ sekitarnya.

b. Pre Menstruasi Syndrome

Pre Menstruasi Syndrome (PMS) atau gejala pre-menstruasi dapat

menyertai sebelum atau saat menstruasi, antara lain:

1) Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa

lelah.
21

2) Nafsu makan meningkat, dan suka makan makanan yang rasanya

asam.

3) Emosi menjadi labil. Biasanya kita mudah uring-uringan, sensitif dan

perasaan-perasan negatif lainnya.

4) Mengalami kram perut (dismenore)

5) Kepala nyeri

6) Pingsan

7) Berat badan bertambah, karena tubuh menyimpan air dalam jumlah

yang banyak.

8) Pinggang terasa pegal (Wijayanti, 2009).

Berikut adalah beberapa gangguan menstruasi (Marimbi, 2010):

a. Gangguan Haid dan Siklusnya bisa berupa:

1) Ritme (irama menstruasi).

2) Banyaknya darah menstruasi yang keluar.

3) Lamanya darah menstruasi yang keluar.

4) Perdarahan tidak teratur, dimana interval datangnya menstruasi tidak

tentu.

5) Perdarahan bercak pra menstruasi, pertengah siklus dan pasca

menstruasi.

b. Ritme menstruasi abnormal

1) Polimenore

Polimenore yaitu haid terlalu sering < 21 hari. Wanita dengan

polimenore akan mengalami menstruasi hingga dua kali atau lebih


22

dalam sebulan, dengan pola yang teratur dan jumlah perdarahan yang

relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.

Polimenore dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan

sistem hormonal pada akses hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Ketidakseimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan

pada proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu

yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus menstruasi normal

sehingga didapatkan menstruasi yang lebih sering.

Gangguan keseimbangan hormon dapat terjadi pada:

a) Pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama

b) Beberapa tahun menjelang menopause

c) Gangguan indung telur

d) Stres dan depresi

e) Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa,

bulimia)

f) Penurunan berat badan berlebihan

g) Obesitas

h) Olahraga berlebihan, misalnya atlit

i) Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin,

NSAID (Pramudita, 2012)

2) Oligomenore

Oligomenore yaitu haid terlalu lama atau jarang, > 35 hari,

sehingga mengalami haid 4-9 kali selama setahun.


23

Pada kebanyakan kasus oligomenore, kesehatan wanita tidak

terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulator

dengan masa poliferasi lebih panjang dari biasanya.

Oligomenore yang terjadi pada remaja, seringkali disebabkan

karena kurangnya sinkronisasi antara hipotalamus, kelenjar pituitari

dan indung telur. Hipotalamus merupakan bagian otak yang mengatur

suhu tubuh, metabolisme sel dan fungsi dasar seperti makan, tidur, dan

reproduksi. Hipotalamus mengatur pengeluaran hormon yang

mengatur kelenjar pituitari. Kemudian kelenjar pituitari akan

merangsang produksi hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan

reproduksi. Pada awal dan akhir masa reproduksi wanita, beberapa

hormon tersebut dapat menjadi kurang tersinkronisasi, sehingga akan

menyebabkan terjadinya menstruasi yang tidak teratur.

Penyebab dari oligomenore bermacam-macam, diantaranya

yaitu stres, PCOS (Polycystic Ovary Syndrome), penyakit kronik,

tumor yang memproduksi estrogen, nutrisi kurang, gangguan pola

makan (anoreksia nervosa, bulimia), dan wanita atlit yang berdiet

sangat ketat dengan aktivitas fisik berlebih. Selain itu, oligomenore

dapat disebabkan karena ketidakseimbangan hormon (Dokter Gaul,

2012).

3) Amenore

Amenore adalah tidak terjadinya menstruasi. Amenore

dibedakan menjadi 2, Amenore Primer dan Amenore Sekunder.


24

a) Amenore Primer, jika seorang wanita tidak pernah sekalipun

menstruasi dalam hidupnya sampai usia 17 tahun dengan atau

tanpa perkembangan seksual.

b) Amenore Sekunder, jika seorang wanita pernah mengalami

menstruasi, kemudian berhenti selama 3 siklus, atau selama 6

bulan

Amenore bisa terjadi akibat kelainan di otak, kelenjar hipofisa,

kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium (indung telur) maupun bagian

dari sistem reproduksi lainnya.

Dalam keadaan normal, hipotalamus (bagian dari otak yang

terletak diatas kelenjar hipofisa) mengirimkan sinyal kepada kelenjar

hipofisa untuk melepaskan hormon-hormon yang merangsang

dilepaskannya sel telur oleh ovarium.

Pada penyakit tertentu, pembentukan hormon hipotalamus

maupun hormon hipofisa yang abnormal bisa menyebabkan

terhambatnya pelepasan sel telur dan terganggunya serangkaian proses

hormonal yang terlibat dalam terjadinya menstruasi (Anonimity,

2012).
25

4) Metroragia

Metroragia adalah perdarahan tidak teratur diluar siklus haid.

Penyebabnya, yaitu:

a) Penyebab Organik

(1) Serviks Uteri

Misalnya: Pholiphus Servisis, Erosio Phorsionis Uteri, Ulkas

pada Portio Uteri, Karsenoma Servitis Uteri.

(2) Korpus Uteri

Misalnya: Pholiph Endrometritium, abortus imminent, abortus

sedang berlangsung, abortus incomplitus, molahidatidosa,

subinvolution uteri, karsinoma korpus uteri, sarcoma

uteri, neoma uteri.

(3) Tuba Fallopii

Misalnya: Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), radang Tuba,

tumor tuba.

(4) Ovarium

Misalnya: Radang Ovarium (Pipin, 2012)

b) Penyebab Fungsional

Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya

dengan sebab organik, bisa terjadi pada umur antara menarche dan

menopause.
26

c. Gangguan menstruasi berdasarkan banyaknya darah haid abnormal

1) Hipermenore

Hipermenore adalah darah haid banyak, ganti pembalut > 6

kali per hari.

Hal-hal yang dapat mengakibatkan hipermenore adalah:

a) hipoplasia uteri

b) Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang.

c) Myoma uteri, disebabkan oleh kontraksi otot rahim kurang, cavum

uteri luas, bendungan pembuluh darah balik

d) Hipertensi

e) Dekompensio cordis

f) Infeksi, misalnya endometritis, salpingitis.

g) Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik

(Destur, 2012)

2) Hipomenore

Hipomenore adalah darah haid terlalu sedikit, ganti pembalut <

2 kali per hari.

Adapun penyebab hipomenore adalah:

a) Konstitusi

b) Uterine

c) Hormonal

d) Gugup dan emosional


27

Psikogenik faktor-faktor seperti stres karena ujian, atau

kegembiraan yang berlebihan tentang sebuah peristiwa yang akan

datang dapat menyebabkan hipomenore. Faktor tersebut menekan

aktivitas pusat di otak yang merangsang indung telur selama siklus

ovarium (untuk mengeluarkan hormon seperti estrogen dan

progesteron), dan dapat menyebabkan produksi hormon ini rendah

(Dewanti, 2010).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Menstruasi

Penyebab pendarahan yang tidak normal bisa disebabkan oleh

berbagai hal. Yang paling umum adalah ketidakseimbangan hormon.

Menstruasi terjadi karena adanya hormon FSH, LH, estrogen, progesteron,

prolaktin dan testosteron. Hormon FSH dan LH itu keluar atas perintah

hipotalamus dan hipotalamus memerintahkan indung telur untuk

mengeluarkan estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron memiliki

pengaruh terhadap selaput dalam rahim untuk mengeluarkan darah mentruasi.

Seandainya regulasi ini bermasalah, outputnya jadi bermasalah juga.

Perubahan pola haid dipengaruhi usia seseorang, emosi, stres,

pemakaian kontrasepsi, penyakit pada ovarium misalnya: tumor, gangguan

pada sistem saraf pusat Hipotalamus-Hipofisis. Gangguan di hipofisis ini

dapat membuat nekrosis karena spasme atau thrombosis arteriola-arteriola

pada pars anterior hipofisis. Dengan nekrosis fungsi hipofisis terganggu dan

menyebabkan menurunnya pembuatan hormon-hormon gonadotropin,

tireotropin, kotrtikotropin, somatotropin, dan prolaktin.


28

Stres mempengaruhi fungsi normal menstruasi. Pada keadaan stres,

mengaktifkan hipotalamus menyekresikan CRH. CRH mempunyai pengaruh

negatif terhadap pengaturan sekresi GnRH. Pelepasan GnRH inilah

menyebabkan pengeluaran LH dan FSH sebagai hormon pengatur menstruasi.

Suatu keadaan emosional seperti stres diketahui merupakan faktor

etiologi dari banyak penyakit salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu

gangguan pada menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami sejumlah

perubahan dalam pola menstruasi, emosional melibatkan sistem endokrinologi

sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita.

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Status Gangguan
Emosional Menstruasi

D. Hipotesis Penelitian

1. Ho : Tidak ada hubungan status emosional dengan gangguan menstruasi

pada siswi kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto

2. Ha : Ada hubungan status emosional dengan gangguan menstruasi pada

siswi kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto


29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah survey

analitik dengan pendekatan cross sectional study, dimana dalam penelitian ini

peneliti ingin membuktikan hubungan status emosional dengan gangguan

menstruasi pada siswi kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto tanpa memberikan

intervensi atau perlakuan dimana pengukurannya dilakukan secara serentak dalam

suatu waktu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Limboto dan waktu

penelitian dilakukan pada tanggal 3 sampai dengan 30 Mei 2013.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah status

emosional dan variabel terikat adalah gangguan menstruasi.


30

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Tabel 1
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Definisi Alat
Variabel Parameter Skala Kategori
Operasional Ukur
Bebas: Status emosional 1. Emosi Kuesioner Nominal 1) Emosi
Status adalah serangkaian Negatif: jika
Emosional perasaan yang - Mudah 50%
dialami oleh siswi tersinggung 2) Tidak
berupa emosi - Marah emosi
negatif - Depresi jika
- Cemas <50%
- Stres

Terikat: Gangguan 1. Siklus Kuesioner Nominal 1) Ada


Gangguan menstruasi adalah menstruasi Gangguan
Menstruasi suatu keadaan 2. Gangguan jika
dimana siswi menstruasi 50%
mengalami 2) Tidak ada
gangguan pada gangguan
siklus menstruasi jika
<50%
31

E. Populasi, Sampel Penelitian, dan Teknik Sampling

1. Populasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh siswi kelas XI di

SMA Negeri 2 Limboto yang berjumlah 152 siswi.

2. Sampel Penelitian.

Sampel penelitian ini, sebagian dari populasi yang dianggap mewakili

dari jumlah populasi, yaitu sebanyak 110 orang. Berdasarkan rumus Suyanto

(2009: 45).


=
1 + ()2

Keterangan: n : Besar Sampel


N : Besar Populasi
D : Tingkat penyimpangan yang diinginkan (0,05)

152
=
1 + 152(0.05)2

152
=
1 + 152(0,0025)

152
=
1,38

= 110

3. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple

Random Sampling.
32

F. Instrumen Penelitian

Untuk melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan kuesioner yang

dirancang oleh peneliti dengan mengacu pada kepustakaan dan dijadikan alat ukur

terhadap objek penelitian. Untuk kuesioner status emosional terdiri dari 7

pertanyaan, dan untuk kuesioner gangguan menstruasi terdiri dari 9 pertanyaan.

G. Pengumpulan Data

1. Data Primer.

Data primer merupakan data yang didapat langsung serta di peroleh dari

responden melalui kuesioner pada siswi kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto.

2. Data Sekunder.

Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang di peroleh

melalui institusi terkait dalam hal ini sekolah, serta dari perpustakaan dan

internet untuk kemudian dijadikan literatur dalam penelitian.

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data.

Pengolahan data dilakukan secara manual dan elektronik dengan

menggunakan kalkulator dan komputer. Pengolahan data dapat dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu:

a. Penyuntingan Data (Editing).

Pada tahap ini penulis melakukan penelitian terhadap data yang

diperoleh dari Kuesioner kemudian diteliti apakah terdapat kekeliruan atau

tidak dalam pengisiannya.


33

b. Membuat Lembaran Kode atau Kartu Kode (Coding Sheet)

Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode

tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan

analisis data.

c. Memberikan Penilaian (Scoring).

Yaitu memberikan skor atau bobot pada hasil Kuisioner.

Variabel status emosional terdiri dari 7 pertanyaan dalam lembaran

kuesioner, dimana setiap jawaban Ya diberi nilai 1, jawaban Tidak

diberi nilai 0.

Variabel gangguan menstruasi terdiri dari 9 pertanyaan dalam

lembaran kuesioner, dimana setiap jawaban Ya diberi nilai 1, jawaban

Tidak diberi nilai 0.

d. Tabulasi (Tabulating)

Pengelompokkan data dalam suatu bentuk tabel menurut sifat yang

dimiliki sesuai tujuan penelitian dan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel

distribusi frekuensi dengan menggunakan komputer.

2. Analisis Data.

a. Analisis Univariat.

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum

dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel dalam penelitian yaitu

dengan melihat distribusi frekuensinya dengan menggunakan rumus:

f
P= x 100%
n
34

Keterangan:
P : Presentase
f : Jumlah penerapan yang sesuai prosedur
n : Jumlah item pertannyaan
(Macfoedz, 2010).

b. Analisis Bivariat.

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas

dengan variabel terikat menggunakan analisis chi kuadrat (X2) dengan

rumus:

(0 ) 2
2 = =1

Dimana:

X2 : Chi Kuadrat
f0 : Frekuensi yang diobservasi
fh : Frekuensi yang diharapakan
(Sugiyono, 2011)

Alasan penggunaan rumus chi kuadrat (X2) karena untuk menguji

populasi yang terdiri atas dua atau lebih kelas. Chi Kuadrat juga digunakan

untuk menguji hipotesis deskriptif (satu sampel) yang terdiri atas dua

kategori dan tiga kategori.

Untuk hasil akhir digunakan dengan uji Chi Square (X2), dengan

tingkat kemaknaan = 0,05 yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Terlebih dahulu membuat rumusan hipotesa baik penelitian (Ho) baik

hipotesa alternatif (Ha).

2) Menyusun tabel koefisien korelasi dan tafsirannya serta tabel kerja

(working tabel) untuk melakukan komputasi data yang diperoleh ke

dalam tabel.
35

3) Menguji nilai X2 yang diperoleh dengan menggunakan harga kritis

(Criticaal Value X2 Tabel) yang disesuaikan dengan tingkat kemaknaan

yang ditentukan (derajat kemaknaan = 0,05) yang ada pada lampiran.

4) Untuk menghitung derajat kemaknaan (Degree Of Freedom) dengan

rumus:

n (c 1)( r 1)

Dimana:

n = Derajat kemaknaan (dk).


c = Banyaknya kolom
r = Banyaknya baris

5) Menarik kesimpulan terhadap pengujian X2 yaitu H0 diterima jika X2

hitung < X2 tabel, H0 ditolak jika X2 hitung > X2 tabel atau X2 hitung =

X2 tabel, dan Ha diterima jika X2 hitung > X2 tabel.

I. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting,

mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka

segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan

antara lain (Hidayat, 2010):

1. Lembar Persetujuan (Informed Concent)

Informed Concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Tujuan Informed Concent adalah agar subyek mengerti

maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia,

maka peneliti harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak


36

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak klien. Beberapa informasi

yang harus ada dalam Informed Concent tersebut antara lain: partisipasi klien,

tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentialy)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

J. Jalannya Penelitian

1. Tahap pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap ujian untuk kelayakan

penelitian (Ujian Proposal Penelitian).

2. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala Badan

KESBANGPOL dan LINMAS Kabupaten Gorontalo pada tanggal 3 Mei 2013

3. Melakukan penelitian selama 5 hari pada bulan Mei 2013 dengan

menggunakan instrumen penelitian berupa lembar Kuesioner.


37

4. Melakukan pengolahan data dan selanjutnya melakukan analisis data.

5. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square untuk melihat

hubungan status emosional dengan gangguan menstruasi.

6. Melakukan penulisan Karya Tulis Ilmiah dan melakukan seminar hasil

penelitian.
38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 2 Limboto yang beralamat di Jln. Ahmad Yani No. 102

dengan NIS: 300020 dan NSS: 30300201002 adalah alih fungsi dari SPG Negeri 2

Gorontalo, dengan Surat Keputusan No. 0426/O/1991 tanggal 15 Juli 1991.

Dengan adanya Surat Keputusan tersebut maka Sekolah Menengah Atas

Negeri 2 Limboto bersama sekolah menengah lainnya di Kabupaten Gorontalo

pada khususnya dan umumnya di Indonesia lahir dan memulai eksistensinya.

SMA Negeri 2 Limboto mulai eksis dengan Kepala Sekolah yang pertama, Ibu

Kartin Taha, BA. Dalam perkembangan selanjutnya, telah terjadi beberapa kali

pergantian pucuk pimpinan. Sampai saat ini, paling tidak sudah delapan kali

terjadi pergantian Kepala Sekolah dengan periode jabatan yang bervariasi.

Dalam rentang waktu 20 tahun ini SMA Negeri 2 Limboto semakin

menunjukkan eksistensinya. Sekolah yang dikenal sebagai sekolah yang

berwawasan budi pekerti serta memiliki disiplin yang tinggi, sehingga terkesan

seluruh civitasnya sangat ramah terhadap sesama, santun dalam bertutur, serta

senang melaksanakan tugas bahkan peduli terhadap sesama. Perubahan-

perubahan terjadi tidak saja terhadap keadaan tenaga pendidiknya, melainkan juga

pada jumlah siswanya, kurikulum yang digunakan bahkan lebih-lebih pada sarana

dan prasarana sebagai penunjang pendidikan sehingga animo masyarakat atau

orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini sangat tinggi.


39

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Hasil Univariat

a. Status Emosional

Status emosional pada siswi kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2
Status Emosional pada Siswi Kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto

Status Emosional Jumlah Persentase


Emosi 81 73,64
Tidak Emosi 29 26,36
Jumlah 110 100,00

Dari hasil pengolahan univariat berdasarkan Status Emosional

Siswi Kelas XI SMA negeri 2 Limboto, menunjukkan bahwa siswi yang

sering mengalami emosi sebanyak 73,64%.

Pada dasarnya setiap orang pasti pernah emosi, tergantung dari

individu masing-masing bagaimana cara mengontrol emosi itu sendiri.

Emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan

biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak,

Daniel Goleman (2002, dalam Khodijah, 2006).

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke

masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai

kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Umumnya, masa ini

berlangsung sekitar umur tiga belas tahun sampai umur delapan belas
40

tahun. Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa sulit, baik bagi remaja

sendiri maupun bagi keluarga atau lingkungannya. Remaja memiliki

energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri

belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman,

tidak tenang, khawatir dan kesepian, Ali (2004, dalam Aswendo, 2013).

Berdasarkan teori di atas, peneliti menganalisa banyak siswi yang

mengalami emosi itu dikarenakan kurangnya kemampuan untuk

menyesuaikan diri dengan berbagai tekanan yang ada serta kurangnya

dukungan dari orang tua, teman dan juga lingkungan.

Secara garis besar emosi dibedakan dalam dua bagian, yaitu emosi

positif seperti cinta, sayang, senang, gembira, kagum, dan emosi negatif

seperti sedih, marah, takut, stres, depresi, cemas. Namun, kebanyakan

orang mengartikan bahwa emosi selalu cenderung pada emosi negatif

(Noordyah, 2012). Jadi, peneliti lebih menitikberatkan definisi emosi yaitu

suatu keadaan dimana seseorang merasakan emosi negatif.

Emosi negatif ternyata akan memicu penurunan fungsional otak,

kesulitan interpesrsonal, dan penurunan daya kognitif otak.

Ketidakstabilan emosi akan berpengaruh terhadap menurunnya

konsentrasi, memori dan kemampuan kita dalam membuat rencana. Jika

emosi keluar jalur, maka akan menghasilkan pengalihan tinggi, perhatian

yang lemah, dan pengurangan daya kognitif otak secara menyeluruh (Iqra,

2012).
41

Mengendalikan dan mengontrol emosi bisa dilakukan dengan

pembiasaan diri untuk terus mengendalikannya. Sebab, dengan

terulangnya pesan yang terus menerus dari kita, maka pikiran bawah sadar

akan merespon dan mulai melakukan perubahan secara otomatis dan

spontan (Iqra, 2012). Seseorang yang sedang emosional perlu mengakui

bahwa drinya telah melakukan kesalahan (lantaran keterlibatan emosi). It

termasuk langkah yang paling penting dalam penanganan emosi.

Selain itu, ada cara lain yang harus kita lakukan untuk

mengendalikan emosi, yaitu melakukan perlawanan terhadap emosi dan

berusaha memadamkan api emosi dengan berucap, aku harus menahan

emosi sekekcil apa pun. Ucapan tersebut akan mejalar ke otak, yang

merupakan control utama emosi.

Ada pula cara mengontrol emosi melalui pengendalian fisik. Dalam

langkah praktisnya, kita bisa mengubah fisik dengan melakukan gerakan-

gerakan tertentu untuk mengontrol emosi. Misalnya, kondisi seseorang

yang sedih dan lesu, emosi ini bisa diatasi dengan mengangkat kepala,

badan tegap, tetap tersenyum, dan mengatur napas secara afektif. Artinya,

saat kita merasa sedih, namun secara fisik kita menolak dengan tetap aktif,

energik, dan mengatur pernapasan, maka rasa sedih dapat berangsur

menghilang (Iqra, 2012).


42

b. Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi pada siswi kelas XI di SMA Negeri 2

Limboto dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3
Gangguan Menstruasi pada Siswi Kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto

Gangguan Menstruasi Jumlah Persentase


Ada Gangguan 67 60,91

Tidak Ada Gangguan 43 39,09

Jumlah 110 100,00

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa siswi yang

mengalami gangguan menstruasi yaitu 60,91%.

Menurut peneliti gangguan menstruasi adalah suatu keadaan

dimana siklus menstruasi tidak teratur. Yang dimaksud dengan siklus

menstruasi tidak teratur yaitu kondisi yang dikenal sebagai amenore, atau

tidak menstruasi selama masa waktu berkepanjangan, ada juga beberapa

wanita mengalami aliran menstruasi yang berlebihan. Hal serupa

dikemukakan oleh Fitria (2007), menurutnya gangguan menstruasi

disebabkan oleh bermacam-macam faktor, salah satunya faktor emosi.

Cara mengatasi gangguan menstuasi adalah dengan melakukan

konsultasi atau konseling dengan tenaga kesehatan seperti bidan, dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dan menjadikan tenaga kesehatan tersebut

sebagai konselor.
43

Adapun peran dan tugas sebagai konselor, yaitu: (1) Memberi

penjelasan kepada klien, bahwa proses menstruasi merupakan suatu

proses fisiologis atau normal yang pasti akan dialami oleh setiap wanita

yang subur, (2) Memberi informasi-informasi positif yang berguna

mengenai menstruasi agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap proses

menstruasi tersebut, (3) Memberikan saran untuk mengurangi ketegangan

dan rasa nyeri proses menstruasi berlangsung seperti istirahat yang

cukup, perbanyak minum air putih, dan melakukan kompres air hangat

pada bagian perut, (4) Memberikan support mental atau dukungan pada

klien, agar lebih percaya diri dan tidak merasa takut dalam menghadapi

masa menstruasi (Yulaidah, 2012).

2. Hasil Bivariat

Hubungan status emosional dengan gangguan menstruasi pada siswi

kelas XI SMA Negeri 2 Limboto dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4
Hubungan Status Emosional dengan Gangguan Menstruasi
pada Siswi Kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto

Gangguan Menstruasi
Status Ada Tidak Ada X2
Total
Emosional Gangguan Gangguan Hitung
fo fh fo fh
Emosi 55 49,34 26 31,67 81
Tidak Emosi 12 17,66 17 11,34 29 6,31
Jumlah 67 43 110
44

Hasil pengolahan Bivariat di atas didapatkan yang terbanyak adalah

siswi yang sering mengalami emosi disertai gangguan menstruasi (55 siswi).

Berdasarkan analisis uji statistik Chi Kuadrat dengan didapatkan X2

hitung lebih besar dari X2 tabel (6,31 > 3,841) maka Ho ditolak dan Ha

diterima artinya ada hubungan anatar status emosional dengan gangguan

menstruasi pada siswi kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto.

Hal ini kerap kali dialami oleh beberapa wanita. Gangguan

menstruasi pada remaja dan dewasa merupakan masalah reproduksi yang

cukup banyak dijumpai. Menstruasi yang tidak teratur dapat disebabkan

karena adanya gangguan hormon ataupun faktor psikis atau emosional,

seperti stres, depresi, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kerja hormon

(Pramudita, 2012).

Berdasarkan teori di atas, dapat dianalisa bahwa status emosional

dapat berpengaruh pada siklus menstruasi. Teratur atau tidaknya siklus

menstruasi tergantung dari cara seseorang mengontrol emosinya. Meskipun,

ada juga sebagian wanita yang tidak bisa mengontrol emosi namun siklus

menstruasinya teratur.

Chaplin (2002, dalam Safaria, 2009) merumuskan emosi sebagai

suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-

perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku.

Memiliki emosi adalah hal wajar dan semua orang juga pernah

mengalaminya, yang membedakannya adalah seberapa kuat seseorang dapat

mengontrol emosi tersebut. Kadangkala seseorang sangat mudah emosi hanya


45

melalui hal sepele yang terjadi, dan ada juga orang yang dapat mengontrol

emosi walaupun beberapa hal menimpanya.

Dari hasil penelitian oleh Rianda, mahasiswa Universitas Sumatera

Utara tahun 2010 tentang perubahan emosi yang mengakibatkan gangguan

siklus haid, perubahan emosi yang paling sering didapati adalah mudah

tersinggung dengan jumlah 76 orang (61,3 %), stress dengan jumlah 24 orang

(38,7%).

Gangguan menstruasi adalah masalah fisik atau mental yang

mempengaruhi siklus menstruasi, menyebabkan nyeri (dismenorea),

perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak (hipermenore) atau sedikit

(hipomenore), terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi

tertentu (amenore), salah satu faktor pemicu mengapa hal ini terjadi yaitu

suatu keadaan emosional seperti stres, depresi, cemas, mudah tersinggung dan

lain-lain.

Gangguan menstruasi sering menimbulkan kekhawatiran pada wanita

terhadap pengaruh kelainan menstruasi terhadap kesuburan dan kesehatan

wanita pada umumnya. Untuk itu diperlukan konseling pada siswi-siswi agar

kiranya lebih bisa mengontrol emosi agar siklus menstruasi pun teratur,

misalnya dengan cara mencoba berpikir tenang, mencari tempat yang tenang,

mencari kesibukan lain, atau bisa dengan cara mendengarkan musik,

meskipun tidak semua gangguan siklus menstruasi dipengaruhi oleh status

emosional seseorang.
46

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah, peneliti menyadari masih terdapat

banyak keterbatasan yang merupakan hambatan dalam penelitian di antaranya:

1. Penelitian ini merupakan pengalaman pertama bagi peneliti.

2. Waktu yang terbatas untuk melakukan penelitian dikarenakan jam mata

pelajaran sekolah yang sangat padat dan ada beberapa responden yang sibuk

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sehingga sulit menyesuaikan waktu

penelitian dengan waktu lowong responden.

3. Instrumen penelitian tidak diuji validitas dan reliabilitasnya.


47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya tentang

hubungan status emosional dengan gangguan menstruasi pada siswi kelas XI di

SMA Negeri 2 Limboto dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada hubungan status emosional dengan gangguan menstruasi pada siswi

kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto.

2. Jumlah siswi kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto yang mengalami emosi

sebanyak 73,64%.

3. Jumlah siswi kelas XI di SMA Negeri 2 Limboto yang mengalami gangguan

menstruasi sebanyak 60,91%.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan tentang hubungan status

emosional dengan gangguan menstruasi pada siswi kelas XI di SMA Negeri 2

Limboto , yang menjadi saran peneliti adalah:

1. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam

penelitian dan sebagai sarana meningkatkan daya berpikir dan implementasi

teori dalam bentuk nyata.

2. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi

bagi peneliti selanjutnya dan bahan penelitian lanjutan tentang hubungan


48

status emosional dengan gangguan menstruasi, dengan variabel dan jenis

penelitian lain, untuk tercapainya hasil yang optimal, sehingga penelitiannya

dapat lebih berguna bagi pembaca dan dapat diterapkan.

3. Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk

pengembangan lembaga secara keilmuan (Akademis) dimana hasil penelitian

ini bisa dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dalam hal untuk mengetahui

hubungan antara status emosional dengan gangguan menstruasi.

4. Bagi Profesi

Diharapkan agar supaya tenaga kesehatan khususnya bidan dapat

memberikan informasi atau konseling kepada masyarakat, khususnya wanita-

wanita usia reproduksi mengenai hubungan status emosional dengan

gangguan menstruasi.

5. Bagi Sekolah

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan

referensi tentang hubungan status emosional dengan gangguan menstruasi.

6. Bagi Siswi

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan

serta menambah pengetahuan tentang hubungan status emosional dengan

gangguan menstruasi untuk meminimalisir terjadinya gangguan menstruasi.


49

DAFTAR PUSTAKA

Aswendo, 2013, Teori Perkembangan Emosional Remaja. http://aswen


do2dwitantyanov.wordpress.com/2013/01/19/teori-perkembangan-emo
sional-remaja/. Diakses tanggal 22 Juli 2013.

Hawari, 2008, Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. FKUI. Jakarta.

Febri, 2011, Pengaruh Menstruasi Terhadap Prestasi Belajar Siswi Kelas XI


Saat Ujian Semester di SMA Negeri 1 Limboto. Karya Tulis Ilmiah.
Jurusan Kebidanan. Politeknik Kesehatan Gorontalo Kementerian
Kesehatan RI, Gorontalo

Fitria, 2007, Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Gala Ilmu Semesta.


Yogyakarta.

Hidayat, 2009, Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data.


Salemba Medika, Jakarta.

Iqra, 2012, Kunci-kunci Kontrol Emosi dengan Otak Kanan dan Otak Kiri.
DIVA Press. Jogjakarta.

Khodijah, 2006, Psikologi Belajar. IAIN Raden Fatah Press. Palembang.

Macfoedz, 2010, Statistika Deskriptif Bidang Kesehatan, Keperawatan,


Kebidanan, Kedokteran, Fitramaya, Yogyakarta.

, 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Bidang


Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Fitramaya,
Yogyakarta

Manuaba, 2009, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC. Jakarta.

Marimba Hanum, 2010, Biologi Reproduksi. Nuha Medika. Yogyakarta.

Nirmala, 2004, Gizi Saat Sindrom Menstruasi. PT. Bhuana Ilmu Populer.
Jakarta.

Noordyah, 2012, Emosi dan Motif. http://noordyah.wordpress.com/pilihan/


emosi-dan-motif/. Diakses tanggal 27 april 2013.

Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.


50

Rianda, 2012, Gambaran Gangguan Haid Pada Mahasiswi Fakultas


Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tingkat I Angkatan 2010,
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/32790. Diakses tanggal
17 April 2013.

Santrock, 2007, Perkembangan Anak. Erlangga. Jakarta.

Sarifuddin dkk, 2010, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Karya


Tulis Ilmiah, Politeknik Kesehatan Gorontalo Kementerian Kesehatan
RI, Gorontalo.

Saydam, 2012, Waspadai Penyakit Reproduksi Anda. Pustaka Reka Cipta.


Bandung.

Sugiyono, 2010, Statistika Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung.

, 2011, Statistika Nonparametris. CV. Alfabeta. Bandung.

Sunaryo, 2004, Psikologi Untuk Keperawatan. EGC. Jakarta.

Suyanto, 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Mitra Cendekia


Press, Jogjakarta

Wijayanti, 2009, Fakta Penting Seputar Kesehatan reproduksi Wanita. Book


Marks. Jogjakarta.

Wulandari, 2011, Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. CV. Andi Offset.
Yogyakarta.

Yulaidah, 2012, Psikologi-Cara Mengatasi Gangguan Menstruasi. http://siti-


yulaidah.blogspot.com/p/psikologi-cara-mengatasi-gangguan.html?m=
1. Diakses tanggal 30 Juli 2013.

Anda mungkin juga menyukai