Elektronika Dasar I
NIM : H21114307
ASISTEN : RAHMI
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Pada alam sendiri ada penunjukkan listrik yang sangat popular seperti kilat dan
api St. Elmo yang merupakan sinar yang muncul pada tiang layar kapal pada saat
badai. Kenyataan bahwa fenomena ini merupakan salah satu fenomena listrik asli
tidak diketahui sampai abad ke delapan belas. Sebagai contoh baru pada tahun
1752 Franklin dengan eksperimen layangannya yang terkenal menunjukkan
bahwa kilat merupkan pelepasan muatan listrik- pecikan listrik raksasa (Giancoli,
2001).
Akhirnya pada tahun 1800, sebuah peristiwa penting terjadi dimana Alessandro
Volta (1752-1827) dapat membuat batrai listrik, dn dengan baterai tersebut
menghasilkan aliran uatan listrik tetap yang pertama yaitu arus listrik searah
(tetap). Diamana teknologi selnjutnya berdasarkan arus listrik (Giancoli, 2001).
Di zaman sekarang ini listrik sudah berlimpah dan dikenal beragam rangkaian
listrik didalamnya. Yang merupakan bagian dasar dari semua alat elektronik dari
pesawat radio dan televisi sampai komputer dan bahkan mobil. Bahkan
pengukuran ilmiah dari fisika mencakup pula ilmu biologi dan kedokteran,
menggunakan rangkaian listrik. Setelah diketahui mengenai prinsip dasar dari arus
listrik maka selanjutnya untuk penerapanprinsip tersebut pada rangkaian DC
(Direct Current) dan untuk memahami cara kerja berbagai instrumen listrik
lainnya (Giancoli, 2001).
Pada rangkaian arus searah ini tidak aka nada rangkaian transiien sebagai mana
diketahui rangkaian transien merupakan rangkaian pada arus bolak-balik
(Winarsih, 2002).
Pada praktikum kali ini membahas hal hal mengenai rangkaian pada arus searah,
sebagaimana diketahui bahwa rangkaian dalam arus searah ini dapat berupa
rangkaian seri, parallel, seri-paralel, maupun rangkaian setara. Dimana
selanjutnya pada tiap tiap rangkaian akan ditinju nilai dari besar arus dan tegangan
yang melewatinya.
TINJAUAN PUSTAKA
Ketika terminal baterai dihubungkan dengan jalur penghantar yang kontiniu, maka
akan didapatkan rangkaian listrik. Biasanya batrai dalam rangkaian listrik
digambarkan seperti (Giancoli, 2001):
+ -
Dimana nilai adalah jumlah muatan yang melewati konduktor pada suatu
lokasi dalam jangka waktu . Arus listrik selanjutnya dihitung dalam coloumb
per detik yang diberi satuan ampere (Giancoli, 2001).
Selanjutnya arus listrik dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu arus listrik searah
dan arus listrik bolak-balik (Jati, 2010). Dalam pembahasan kali ini akan dibahas
mengenai arus listrik searah.
Arus searah atau DC disebabkan oleh sumber arus berkutub tetap. Pada arus
searah dikenl kutub positif dan kutub negatif tidak seperti pada arus listrik bolak-
balik. Seperti yang sudah dijelakan sebelumnya bahwa arus dapat difenisikan
sebagai total muatan yang mengairi suatu kawat penghantar dalam satu waktu
tertentu. Selanjutnya dikenal pula besran rapat arus listrik ) yang merupakan
besaran vektor menyatakan arus listrik persatuan luas. Arus listrik ( ) merupakan
besaran skalar, sebab merupakan hasil dari proyeksi terhadap vektor luas
penampang penghantar , sehingga (jati, 2010):
Rumus ini berarti pada kawat berdiameter penampang sempit, selalu memberikan
arah sejajar dengan sehingga rapat arus listik berarah ke sepanjang sumbu
kawat itu (Jati, 2010).
Hal ini perlu diperhatikan ketika arah searah dengan perpindahan muatan positif,
sehingga arh arus listrik sejajar dengan arah aliran lubang (hole). Hole yang
dimaksud ini adalah sebuah atom yang kehilangan satu elektronnya sehingga
memiliki sebuah lubang. Berhubungan bahwa kawat itu sempit sehingga sejajar
dengan normal luas penampangnya, selanjutnya dapat dipandang sebagai (Jati,
2010) :
Selanjutnya pada arangkaian dapat ditinjau besar kuat medan listrik yang muncul
dalam sebuah konduktor diamana besarnya dan bebanding terbalik dengan
panjang kawat dalam kaitannya menjadi (Jati, 2010):
Selain itu besarnya kuat arus yang mengalir dalam konduktor juga bergantung dari
jenis konduktornya itu, yang dinyatakan oleh tahanan jenis atau resistivitas
konduktor yang bersatuan ohmmeter, atau besaran konduktivitas yang
Untuk menghasilkan arus listrik dalam sebuah rangkaian maka akan diperlukan
beda potensial, salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghasilkan beda
potensial adalah dengan menggunakan baterai. Georg Simon Ohm (1787-1854)
menentukan dengan melakukan eksperimen bahwa arus pada kawat logam
sebanding dengan besarnya beda potensial V yang diberikan ke ujung-ujungnya
(Giancoli, 2001):
pada kenyataannya besarnya aliran arus listrik pada kawat tidak hanya
dipengaruhi oleh tegangan, tetapi juga hambatan yang diberikan kawat terhadap
aliran elektron. Maka elektron pada kawat akan diperlambat karena adanya
interaksi dengan atom-atom kawat. Makin tinggi hambatan yang ditimbulkan
menyebabkan makin kecilnya besar arus yang dapat melewati kawat tersebut
dengan besar beda potensial V. Maka akan didapatkan nilai (Giancoli, 2001):
Hukum pertama kirchoff atau hukum titik cabang berdasarkan pada kekekalan
muatan. Dimana hukum ini menyatakan bahwa pada setiap titik cabang, jumlah
semua arus yang memasuki cabang harus sama dengan semua arus yang
meninggalkan cabang tersebut (Giancoli, 2001).
1. Resistor
Tegangan
Arus
Gambar II.4 Tegangan diplot terhadap arus untuk dua nilai resistor yang berbeda.
Dimana kemiringan grafik sebanding dengan nilai resistansi.
Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan resistor digunakan menjadi beberapa
yaitu resistor kawat, resistor arang, dan resistor oksida logam. Namun demikian
dalam perdagangan resistor dibedakan menjadi resistor tetap dan resistor tidak
tetap/ variabel. Resistor tetap contohnya seperti metal film resistor, metal oxide
resistor, carbon film resistor, dan ceramic encased wirewound, dan sebagainya.
Sedangkan beberapa contoh kapasitor variabel seperti potensiometer, trimer-
potensiometer, termister, DR, dan Vdr (Ahmad, 2007).
Suhu
0C
Gambar II.5 Variasi resistansi terhadap perubahan suhu untuk sebuah konduktor
logam.
Resistansi
Rt
R0
Suhu
0 t
Tipe resistor pada umumnya adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga
dikiri dan dikanannya. Pada bagian badan terdapat lingkaran warna berbentuk
gelang untuk memudahkan pemakai mengetahui besar resistansi tanpa perlu
mengukur menggunakan ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar
manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti
yang ditunjukkan pada tabel berikut (Zaki, 2005):
Tabel II.1 Kode Warna pada Resistor
FAKTOR
NO WARNA NILAI TOLERANSI
PENGALI
1 Hitam 0 1
2 Coklat 1 10
3 Merah 2 102
4 Jingga 3 103
5 Kuning 4 104
6 Hijau 5 105
7 Biru 6 106
8 Violet 7 107
9 Abu-abu 8 108
10 Putih 9 109
11 Emas - 10-1
12 Perak - 10-2
Tanpa
13 - -
Warna
2. Induktor
Inti induktor biasanya berupa inti udara besi atau ferit. Induktor memiliki
karakteristik yang berbeda dengan kapasitor yaitu menahan arus AC dan
meneruskan arus DC. Satuan induktor adalah Henry (H) (Adi, 2010).
Fungsi utama dari sebuah induktor dalam sebuah rangkaian yaitu untuk melawan
fluktuasi arus yang melewatinya. Pengaplikasiannya dalam rangkaian DC
bertujuan untuk menghasilkan tegangan DC yang konstan terhadap fluktuasi
beban arus. Sedangkan pengaplikasian pada rangkaian bertegangan AC bertujuan
agar meredam perubahan fluks arus yang tidak diinginkan, selain itu induktor juga
mampu diaplikasikan pada rangkaian filter dan tunner (Zaki, 2005).
Karakteristik listrik dari sebuah induktor ditentukan oleh bebeapa faktor seperti,
bahan inti, jumlah lilitan, dan dimensi-dimensi fisik kumparannya. Dalam
praktejnya setiap kumparan memiliki induktansi (L) maupun resistansinya (Rs)
sendiri. Walaupun induktansi dan resistansi pada induktor terlihat terpisah tetapi
pada kenyataannya keduanya terdistribusi merata pada seluruh baguan komponen.
Untuk memudahkan dalam menganalisis komponen maka resistansi dan
induktansi diperlakukan secara terpisah (Tooley,2002).
Jika suatu sumber tegangan V diberikan beban R sehingga arus yang mengalir
pada rangkaian sebesar I, maka sumber tegangan menyalurkan daya listrik
sedangkan R menyerap daya listrik. Kedua daya ini akan memiliki besar yang
sama (Tim Fakultas Teknik UNY, 2001).
Besarnya daya yang mengalir dapat dikatakan memiliki nilai sebanding dengan
perklian anatara besarnya arus yang mengalir pada rangkaian dan besarnya
tegangan yang diperlukan/ ditimbulkan rangkaian. Sehingga dapat dirumuskan
sebagai (Tim Fakultas Teknik UNY, 2001):
Dimana diketahui dari hukum ohm bahwa besarnya tegangan akan sebanding
dengan besarnya arus yang melewati rangkaian dn besarnya hamabtan pada
rangkaian , sehingga selanjutnya dpat diruuskan besar daya (Tim Fakultas Teknik
UNY, 2001):
Selanjutnya akan didapatkan nilai atau besarnya energi listrik yang disalurkan
oleh sumber tegangan sama dengan energi listrik yang diserap oleh R. Besarnya
energi listrik yang disalurkan akan bergantung pada besanya daya dan waktu,
dapat dirumuskan sebagai (Tim Fakultas Teknik UNY, 2001):
Dalam sistem internasional satuan daya adalah watt, dan satuan waktu adalah
sekon, sehingga didapatkan satuan energi adalah watt. Sekon atau joule.
Selanjutnya dalam penggunaan sehari-hari satuan energi listrik dinyatakan dengan
KWH(Kilo Watt Hours). Dimana (Tim Fakultas
Teknik UNY, 2001)
Dan dengan cara yang sama akan didapatkan nilai tegangan pada R1:
3. Rangkaian seri
Ketika dua atau lebih resistor dihubungkan dari ujung ke ujung seperti
pada gambar (2.12) maka rangkaian ini disebut rangkaian seri. Dimana
resistor tersebut selanjutnya akan dilewati muatan sehingga arus I yang
melewati setiap resistor memiliki nilai yang sama. Jika tidak maka hal ini
berarti muatan terakumulasi pada beberapa titik pada rangkaian, yang
tidak terjadi dalam keadaan stabil (Giancoli, 2001).
6. Rangkaian Setara
Rangkaian setara berfungsi untuk menyederhanakan rangkaian. Ada dua
macam rangkaian setara yaitu rangkaian setara Norton dan rangkaian
setara Thevenin (Arifin, 2015).
Rangkaian setara Thevenin adalah rangkaian setara yang menggunakan
sumber tegangan tetap, yakni sebuah sumber tegangan ideal dengan
tegangan keluarannya yang tidak berubah, berapapun besarnya arus yang
diambil darinya (Arifin, 2015).
Sedangkan rangkaian setara Norton menggunakan sumber arus tetap, yang
dapat menghasilkan arus, berapapun hambatan yang dipasang pada
keluarannya (Arifin, 2015).
Sebuah rangkaian dengan terminal keluaran yang menghubungkan
kesebuah alat eksternal (rangkaian lain), kedua ujung terminal akan
membentuk suatu gerbang tunggal yaitu gerbang keluaran (Arifin, 2015).
Gambar II.15 Rangkaian pembagi tegangan (a) tanpa diberi beban (b)
diberi beban
Rangkaian pada gambar (II.15.a) mempunyai keluaran terbuka, oleh
karena gelombang keluaran a dan b tidak diambil arus. Ada keadaan ini
disebut sebagai tegangan keluaran terbuka yaitu Vob (Arifin, 2015).
METODOLOGI PERCOBAAN
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 21Oktober 2015, hari Rabu pukul 13.00
Wita sampai dengan 15.00 Wita di Laboratorium elektronika Fisika Dasar
Fakultas MIPA Universitas Hasanuddi, tanggal.
a) Papan PCB
b) Kabel Jumper
a) Multimeter
a) Resistor
IV.1 Hasil
1 R1 7,5
3 R3 2
Keterangan:
R1 = 500
R2 = 60
R3 = 142
IV.1.1.3 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkaian Paralel
Kode
Hambatan Vcc V
No I (A) Itot (A) Vtot (V) Catu
() (V) (V)
Daya
1 R1 0,0177
7,65758
CD/DC-
2 R2 9 0,1333 0,1968 8,5
03
3 R3 0,0642
Keterangan:
R1 = 500
R2 = 60
R3 = 142
IV.1.1.4 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkaian Seri Paralel
Kode
Hambatan Vcc
No I (A) Itot (A) V (V) Vtot (V) Catu
() (V)
Daya
1 R1 0,0156 8,76
2 R2 0,011 0,47
0,01772 CD/DC-
3 R3 9 0,0042 1,28 10,03679
03
4 R4 0,00616 0,81
5 R5 0,0027 0,81
Keterangan:
R1 = 500
R2 = 60
R3 = 142
R4 = 111
R5 = 300
IV.1.1.5 Data Nilai Arus dan tegangan dalam Rangkain Setara
Diberi Beban
Tidak diberi
Beban
4,9 11 5 5
a. Secara Teori
Persamaan R = ab x D
R1 = 56 + 5 % = 560 5 %
R2 = 68 + 5 % = 68 5 %
R3 = 15 + 5 % = 150 5 %
R4 = 12 + 5 % = 120 5 %
R5 = 30 + 5 % = 300 5 %
b. Secara Praktikum
1. R1 = 500 5 %
2. R2 = 60 5 %
3. R3 = 142 5 %
4. R4 = 111 5 %
5. R5 = 300 5 %
Rtot = R1 + R2 + R3
= 560 + 68 + 150
= 778
b. Hambatan Rangkaian Seri Secara Praktikum
Rtot = R1 + R2 + R3
= 500 + 60 + 142
= 702
I1 = = = 0,01339 A 0,01 A
I2 = = = 0,01911 A 0,01 A
I3 = = = 0,01333 A 0,01 A
Itot = = 0,01156 A 0,01 A
Catatan:
Sesuai teori dimana nilai arus total pada rangkaian seri sama dengan besar
tiap tiap arus pada hambatan.
I1 = = = 0,01500 A 0,01 A
I2 = = = 0,02166 A 0,02 A
I3 = = = 0,01408 A 0,01 A
Catatan:
Sesuai teori dimana nilai arus total pada rangkaian seri sama dengan besar
tiap tiap arus pada hambatan.
= + +
= 43,20587
= + +
= 38,91050
I1 = = = 0,01607 A
I2 = = = 0,13235 A
I3 = = = 0,06000 A
I1 = = = 0,01517 A
I2 = = = 0,125 A
I3 = = = 0,0567 A
Catatan:
Sesuai teori dimana nilai tegangan total pada rangkaian paralel sama
dengan besar tiap tiap tegangan pada hambatan.
Catatan:
Sesuai teori dimana nilai tegangan total pada rangkaian paralel sama
dengan besar tiap tiap tegangan pada hambatan.
Rp = 85,71428
= = 75,91721
Rp = 81,02189
= = 70,75462
I1 = = = 0,01564 A
I2 = = = 0,00691 A
I3 = = = 0,00853 A
I4= = = 0,00675 A
I5 = = = 0,00270 A
I2-45 = = = 0,00818 A
Itot = = = 0,016175 A
I1 = = = 0,01752 A
I2 = = = 0,00783 A
I3 = = = 0,00901 A
I4= = = 0,00729 A
I5 = = = 0,00270 A
I4-5 = I4 + I5 = (0,00729 + 0,00270) = 0,00999 A
I2-45 = = = 0,00891 A
Itot = = = 0,01772 A
V = IR
V3-245 = = = 1,27969 V
V = IR
V4-5 = = = 0,80959 V
V.2 Saran
Jati, Bambang Murdaka Eka, Tri Kuntoro Priyambodo. 2010. Fisika Dasar.
Yogyakarta. Penerbit Andi
Tim Fakultas Teknik UNY. 2001. Rangkaian Listrik Arus Searah. Yogyakarta.
UNY