Mioma Uteri
Mioma Uteri
A. Pengertian
Mioma uteri adalah tumor jinak yang paling umum pada daerah rahim atau lebih tepatnya
otot rahim dan jaringan ikat disekitarnya. mioma uteri juga sering disebut dengan
Leiomioma, Fibromioma atau Fibroid, hal ini mungkin karena memang otot uterus atau
rahimlah yang memegang peranan dalam terbentuknya tumor ini.
B. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri.Diduga mioma merupakan
sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom
lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor
predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1. Estrogen
Beberapa ahli dalam penelitiannya menemukan bahwa pada otot rahim yang berubah
menjadi mioma ditemukan reseptor estrogen yang lebih banyak daripada otot rahim
normal. Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil
pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan
lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari
payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).Mioma
uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat)
menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous,
yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium
normal.
2. Progesteron
3. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai
struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan
bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan
hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
Faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur :
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10%
pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala
klinis antara 35 45 tahun.
2. Paritas :
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan
ini saling mempengaruhi.
4. Fungsi ovarium :
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma,
dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan
mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama
sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen
pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh
estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan
insulin-like growth factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah
mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak
pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor
ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang
disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah
menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.
C. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena
2. Lapisan UterusMioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi
menjadi tiga jenis yaitu :
1. Mioma Uteri SubserosaLokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai
tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus
melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum
latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan
mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus,
omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah
diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan
terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang
bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
D. Gejala
Keluhan yang dirasakan terggantung dari lokasi mioma, besarnya serta perubahan
perubahan yang terjadi pada organ sekitarnya. Keluhan itu antara lain:
perdarahan abnormal
rasa nyeri yang kelewatan
gangguan kencing kalau miomanya menekan kandung kencing yang letaknya di
bawah rahim maka akan terjadi.
keguguran bila pasien mioma hamil maka bisa terjadi
infertilitas
E. Komplikasi
3. Nekrosis dan InfeksiPada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor,
kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam
hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Penatalaksanaan
Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan terapi, hanya perlu
diamati tiap 3 6 bulan untuk menilai pembesarannya. Pembedahan dan pengangkatan
mioma dilakukan bila besarnya mioma melebihi besar rahim seperti pada kehamilan 12
14 minggu. Sekitar 15 40% terjadi kekambuhan setelah dilakukan miomektomi atau
pengangkatan mioma dan 2/3-nya memerlukan pembedahan lagi.
Selain itu indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum bertangkai.
Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati masa
menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin
tiap tiga bulan atau enam bulan. Adapun cara penanganan pada myoma uteri yang perlu
diangkat adalah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan
umumnya dilakukan histerektomi total abdominal. Tindakan histerektomi total tersebut
dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and Bilateral Salphingo
Oophorectomy (TAH-BSO). TAHBSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk
mengangkat uterus, serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan melakukan insisi pada
dinding, perut pada malignan neoplasmatic desease, leymyoma dan chronic endrometriosis
(Tucker, Susan Martin, 1998).