Anda di halaman 1dari 6

1

Analisis Naskah Drama


Perahu Retak
Karya: Emha Ainunajib
Sinopsis

Setelah kejayaan kesultanan Demak dan kesultanan Pajang, berdirinya


kerajaan mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati dan Ki Mondoroko
Juru Martani penasehatnya, sesungguhnya tranformasi politik dari pola
kepemimpinan pesisiran yang berbeda dengan pola kepemimpinan di pedalaman.
Perbedaannya terutama pada penyikapan terhadap islam. Perbedaan itu bersumber
pada historisitas pesisiran yang merupakan asal usul jalur masuknya islam.
Mataram merekrut islam smpai batas tertentu.
Simbol-simbol keislaman formal keislaman tidak dihilangkan, tetapi
pertumbuhan islam ditahan sedemikian rupa. Pemimpin Demak dan Pajang
memakai gelar Sultan, yang bersumber pada kekuasaan islam, sedangkan
Mataram gelarnya adalah Panembahan yang bersumber pada kekuasaan jawa.
Tetapi Mataram juga menyebut dirinya sebagai Kalifatullah Ing Bhumi Mataram
yang merupakan gelar islam. Kepemimpinan Demak dan Pajang dilatarbelakangi
oleh legitimasi islam dari Wali Songo. Sedangkan Mataram tidak meneruskan
legitimasi islam melainkan legitimasi mistik jawa. Pergeseran dua legitimasi
tersebut mensifati pula landasan, watak dan orientasi politik Mataram. Dari hal
tersebut tidak besa disimpulkan kalau Demak adalah islam, sementara Mataram
adalah jawa. Juga tidak bisa dikatakan kalau antara jawa dengan islam adalah
semata-mata merupakan dua kerangka nilai yang pasti saling bertentangan. Usaha
pengawinan antara keduanya pada berbagai level nilai, namun juga perbenturan-
perbenturan pada level kekuasaan politik dimana islam maupun jawa bisa saling
maupun sama-sama diperalat. Lakon berikut merupakan ilustrasi tentang upaya
pencariaan kemungkinan kerjasama dan demokratisasi antara jawa dan islam.

Tema dan Subtema

1. Cermin perselisihan jawa islam diawalai kerajaan Mataram

2. Pertentangan islam-jawa dengan esensi islam itu sendiri


2

Karakteristik dan Nilai Sastra

Pada judul terdapat sesuatu yang implisit dalam judul tersebut atau
simbolisan tersebut dari judulnya perahu (bisa perahu Nooh secara pandangan
teologis atau perahu tersebut bisa sebagai Negara atau organisasi). Dibawahnya
diperjelas dengan cermin perselisihan jawa islam diawalai kerajaan Mataram.
Baiklah dari sini dapat dilihat dan menimbulkan tanya, mengapa terjadi
perselisihan? Apa yang menyebabkannya? Dibawahnya sub judul tertulis tahun
1992. Dari hal tersebut bisa dihubungkan antara cerita dengan tahun yang ditulis,
atau mungkin politik yang berlangsung pada tahun 1992 ketika orde baru yang
memerintah dengan tangan besi. Dari sini muncul kelebihan cerita yang pertama
yaitu bagaimana cerita tersebut dihubungkan dengan konteks jaman modern 1992.
Lebih jelas jika membaca cerita tersebut. Tetapi untuk menyamarkan ditulislah
sebuah lakon tradisi sehingga orang atau pembaca yang diafan hanya memikirkan
bahwa itu hanya cerita jaman dulu atau legenda bahkan sejarah jaman dulu. Pada
pendahulu bab satu tertulis sesungguhnya merupakan tranformasi politik dari pola
kepemimpinan pesisiran yang berwatak lebih terbuka, egaliter, demokratis menuju
atau menjadi kekuasaan pedalaman yang relative lebih tertutup. Hal tersebut
menjadi karakteristik cerita ini yaitu menjelaskan sesuatu lewat karya tulis ini
kepada pembaca terutama sasaran pembaca bahwa ini potret pemerintahan kita
saat ini, lihatlah lewan cerita ini, pahamlah dan belajarlah dari cerita ini dan paling
tidak menumbuhkan kesadaran dan bergerak atau take action
Contohnya lagu pada babak satu. Ketika Kalong mengucapkan padahal
yang menjadi persoalan di Mataram bukanlah kebanggaan atas mahkota-
mahkota kepribadian tetapi perlawanan terhadap kekuasaan yang menjebak-
jebak. tersebut ada hubungannya dengan pemerintah saat itu yang mana selalu
membungkam kritik-kritik dengan alasan pembangunan, lebih spesifiknya
stabilitas nasional yang sering diploklamirkan oleh order baru terutama pada
program repelita. Jadi sekali lagi karakteristik cerita ini yaitu berusaha menggugah
pembaca terutama sasaran pembaca yang sebenarnya lewat keimplisitan kata-kata
dalam tiap dialog terutama ketika Kalong bercakap dengan
Syeh Jangkung selain itu terdapat banyak sekali kata-kata yang kadang untuk tahu
arti sebenarnya.
3

Pesan Moral:
a. Pemerintahan di era orde baru, banyak masyarakat yang kurang setuju
dengan kepemimpinan pemerintahan.
b. Sejarah zaman orde baru, bisa dijadikan pelajaran karena pemerintahan
masih bersifat tertutup, menjadi lebih demokratis

Hubungan Tema dan Pesan Moral pada Kondisi Masyarakat Saat Ini:

Didalam naskah ini banyak seklai kesamaan dalam kehidupan masyarakat


sekarang. Seperti perselisihan paham aliran agama yang memandang agama atau
aliran yang dianutnya lebih benar dibandingkan aliran lain. Sebagai seorang
pemeluk agama yang baik, alangkah indahnya jika menjadikan perbedaan paham
dan aliran sebagai suatu keragaman beragama tanpa harus menyalahkan aliran dan
paham agama lain.

Jenis Lakon:

Drama Perahu Retak ini merupakan drama yang berjenis drama


tradisional atau klasik yaitu jenis drama yang tidak menggunakan naskah drama
dan drama ini bersumber dari tradisi suatu masyarakat yang sifatnya
improvisatoris dan spontan. Drama jenis ini biasanya memerankan kejadian yang
sedang terjadi pada zaman tersebut, dengan mengambil latar dan peristiwa-
peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat Indonesia.

Alur Dramatik :

Alur dari drama ini selalu mengrah ke belakang atau alur mundur.

Latar :

Kerajaan Mataram

Penokohan :

Nama-nama tokoh yang berada dalam naskah perahu retak ini terdiri dari
syech jangkung, Kiayi Tegalsari, Raden Mas Kalong, Nimas Jambuwangi, Warok,
Tumenggung Karang Gumantung, Tumenggung Cekal Birowo, Ki Mondoroko,
4

Nyi Demang Demangsih, Carik Sukadal, Ki Jogoboyo, Sukijing, Sujiman,Tuwul,


Wuluh, Para Santri.
1. Tokoh Syech Jangkung

Syech Jangkung adalah salah satu tokoh utama dalam naskah drama perahu
retak Syech adalah seorang guru yang berpengetahuan luas,yang senantiasa
mendidik murid-muridnya dengan cara yang kadang-kadang tidak terduga. Syech
jangkung juga adalah seorang pengembara, ia dihormati dan disegani tidak hanya
di kalangan para murid saja. Syech seorang yang tidak tergesa-gesa dalam
mengambil sutau tindakan, dapat bertindak bijak dalam permasalahan jawa islam.
2. Tokoh Raden Mas Kalong

Kalong adalah murid Syech jangkung yang keras kepala,cerdas dalam


berfilosofi,seorang yang tergesa-gesa juga plinplan, keplinplanannya di tunjuk
pada dialog bersama gurunya pada adegan lima. Meski berwatak keras kepala dan
plinplan. Kalong adalah seorang yang mau berusaha dengan keras untuk
mendapatkan apa yang dia inginkan.
3. Nimas Jambuwangi

Nimas adalah adik perempuan Kalong dan juga kakak seperguruan Kalong.
Nimas mempunyai watak yang sangat jauh berbeda dari Kalong. Nimas adalah
seorang yang sabar dan juga lemah lembut. Nimas adalah sosok yang manja tapi
bersungguh-sungguh dalam melakukan segala sesuatu, selalu
mempertimbangakan baik dan buruknya keputusan yang akan diambil,disisi lain
Nimas juga lemah tegas dalam mengambil sebuah keputusan dari pada Kalong.
4. Kiai Tegalsari
Kiai Tegalsari adalah pimpinan pesantren dan juga teman dari Syech, yang
seumuran dengan Syech sendiri. Seorang yang bijaksana dan cukup sabar dalam
menghadapi setiap permasalahan dan kejadian yang terjadi disekitarnya. Selalu
berusaha meredamkan amarah orang-orang agar tidak terjadi kesalahan yang lebih
fatal lagi.
5. Warok Gagang subendo dan Warok Jolego
Subendo adalah dua orang warok yang wataknya hampir sama,mereka
sama-sama gampang terpancing emosi dan gampang dipengaruhi pemikirannya.
5

Mereka berdua juga warok yang rela bertanding habis-habisan demi membela
yang meraka yakini sebagai kebenaran.
6. Tumenggung Karang Gumantung dan Tumenggung Cekal Bhirowo
Keduanya adalah tumenggung mataram yang licik, yang selalu memancing
perseteruan tapi kemudian tidak berani menghadapinya.
7. Ki Mondoroko
Ki Mondoroko adalah penasihat mataram yang licik juga cerdas,seorang
yang bijaksana dan cukup sabar,dalam mengatasi suatu permasalahan tidak cepat
emosi.
8. Nyi Demang Sendangsih
Nyi demang adalah seorang wanita yang bersabar dan bijaksana dlam
menghadapi permasalahan, juga mampu meredamkan amarah diantara tokoh-
tokoh yang sedang bertikai. Disisi lain Nyi Demang adalah wanita yang keras
bagi siapa pun yang melanggar perintahnya.
9. Carik sukadal
Carik sukadal adalah pamong trambesi yang menunjukan kesabaran dan
kebijaksaan untuk menutupi kemunafikan dan kelicikan dirinya.
10. Ki Jogoboyo Marsiung
Jogoboyo adalah pamong trambesi juga,teman dari carik sukadal. Jogoboyo
adalah sosok yang angkuh,tidak sabaran dan juga pemarah.
11. Sukijing, Sukiman, Tiwul, Wuluh, Para Santri
Meeka adalah kumpulan rakyat dan para santri yang mempunyai keteguhan
hati dan semangat yang berkobar untuk membela apa yang mereka anggap benar.
6

Penutup

Dalam naskah ini penulis menyiratkan bahwa, perselisihan antara islam


jawa merupakan sesuatu yang telah terjadi dalam kehidupan dan sejarah
indonesia, ketika islam pertama kali masuk. Seiring berjalanya waktu perselisihan
itu akan tetap berlangsung. Dan dengan munculnya beberapa aliran-aliran islam
yang sinkritisme dengan jawa maupun tidak, akan tetap ada. Maka dari itu penulis
memunculkan sebuah perspektif yang berbeda yaitu jawa islam dan islam itu
sendiri. Kedua prespektif yang berbeda ini adalah sebuah perbedaan yang tidak
perlu dipertengkarkan.

Anda mungkin juga menyukai